Anda di halaman 1dari 28

KELOMPOK 3

“ DISTRIBUSI OBAT “
Putri Dewica
(2001070)
Faristi Kirana
(2001054)
Salsabila
(2001076)
Dosen pengampu:
Ramadini Fitri
apt. Novia Sinata, M.Si
(2001071)
Maulin Rahmawati
(2001063)

Rifani Karisma Putri


(2001073)
Wirda Tul Jannah
(2001089)
Distribusi Obat

Distribusi obat adalah proses penyebaran obat


dimulai dari obat terserap ke peredaran darah
hingga menuju organ target

Proses distribusi dipengaruhi oleh sistem sirkulasi tubuh,


jumlah zat obat yang dapat terikat dengan protein tubuh
serta jaringan atau sel tujuan dari obat tersebut.

Ketika obat didistribusikan di dalam plasma kebanyakan


berikatan dengan protein (terutama albumin).
Distribusi cairan didalam tubuh

Dari plasma, obat harus melintasi


membran kapiler untuk masuk ke
ruang interstitial.Kemudian harus
menyebrangi membran sel untuk
masuk ke dalam cairan intraseluler.
fase distribusi berdasarkan
penyebarannya di dalam tubuh :

Fase Pertama Fase Kedua

Distribusi fase pertama terjadi Distribusi fase kedua memerlukan


segera setelah penyerapan, yaitu beberapa menit hingga beberapa
ke organ yang perfusinya sangat jam sebelumnya konsentrasi obat
baik misalnya jantung, hati, dalam jaringan berada dalam
ginjal, dan otak keseimbangan dengan dalam darah.

Fase kedua menyumbang sebagian


besar distribusi ekstravaskular
obat.
Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Obat

1 2 3 4
Perfusi Darah Permeabilitas Ikatan Obat Pada Protein Kelarutan Lipid
Melalui Jaringan Kapiler Plasma

5 6 7
Volume distribusi Sawar Darah Otak Sawar Uri
(Placenta barrier)
1. Perfusi Darah Melalui Jaringan

TINGGI Obat dibawa
Terjadi pada daerah paru-paru, hati, ke seluruh jaringan tubuh oleh
ginjal, jantung, otak aliran darah sehingga semakin
cepat obat mencapai jaringan,
semakin cepat pula obat
SEDANG
terdistribusi ke dalam jaringan.
Terjadi pada daerah otot dan kulit
 Kadar obat dalam jaringan
akan meningkat sampai akhirnya
terjadi keadaan yang disebut
RENDAH keadaan mantap (steady state).
Terjadi pada daerah lemak dan tulang
2. PermeabilitasKapiler

Membran sel berbeda dalam karakteristik


permeabilitas,bergantung pada jaringannya.
Sebagai contoh, membran kapiler dalam hati 
dan ginjal lebih permeable untuk pergerakan
obat transmembran dari pada kapiler dalam otak.
3. Ikatan Obat Pada Protein Plasma

Distribusi juga dibatasi oleh ikatan


obat pada protein plasma,hanya
obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai
keseimbangan.Ikatan protein pada obat akan
mempengaruhi intensitas kerja, lama kerja,
dan eliminasi obat.

Bahan obat yang terikat pada protein plasma tidak dapat berdifusi dan pada umumnya
tidak mengalami biotransformasi dan eliminasi. Hanya zat aktif yang tidak terikat dengan
protein plasma yang dapat berdifusi dan memberikan efek farmakologis, sedangkan
kompleks zat aktif dengan protein tidak dapat melintasi membran, namun kompleks ini
hanya bersifat sementara. Apabila molekul zat aktif yang bebas telah dimetabolisme
atau ditiadakan maka, kompleks ini akan melepaskan bentuk zat bebasnya
Derajat ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh
afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar
proteinnya sendiri. Pengikatan obat oleh  protein akan
berkurang pada malnutrisi berat karena adanya defisiensi
protein. Walaupun ikatan antara zat aktif dan protein plasma
tidak terlalu kuat, namun tidak disangsikan lagi bahwa
fenomena tersebut berperan pada distribusi zat aktif dalam
jaringan, karena konsentrasi zat aktif dalam cairan interstitial
ekstraselular dapat lebih rendah dari konsentrasi dalam
plasma.
4. Kelarutan Lipid

Kelarutan lipid merupakan taraf larutnya obat di dalam jaringan


lemak tubuh. Tubuh secara kimiawi tersusun dari sejumlah
kompartemen cairan dan jaringan lemak. Sebagian besar obat di
distribusikan ke seluruh kompartemen cairan dalam tubuh, dan
kemudian akan diteruskan ke dalam jaringan lemak dalam taraf yang
besar/kecil. Taraf penyebaran obat ke seluruh tubuh disebut volume
distribusi.
5. Volume Distribusi

Volume distribusi (vd) adalah volume dimana obat


terdistribusi dalam kadar plasma. Tetapi, Vd bukanlah
volume yang sebenarnya, tapi hanya volume semua yang
menggambarkan luasnya distribusi obat dalam tubuh. Kadar
plasma yang tinggi menunjukkan obat tekonsetrasi di darah
sehingga vd-nya kecil. Sebaliknya, kadar plasma yang kecil
menunjukkan obat tersebar luas di tubuh ata terakumulasi
di jaringan, sehingga vd-nya besar
6. Sawar Darah Otak
Sawar darah otak merupakan sawar antara Fungsi dari Sawar Darah Otak :
darah dan otak yang berupa sel endotel
pembuluh darah kapiler diotak membentuk
tight junction dan pembuluh kapiler ini dibuat  Secara anatomis : sawar darah otak adalah melindungi
oleh tangan-tangan astrosit otak yang berlapis- otak dari bermacam-macam toksin eksigen yang berasal
lapis membran sel. Dengan demikian, hanya dari darah.
obat-obat yang larut dalam lemak yang dapat  Fungsi biokimia : untuk transport selektif dari zat-zat,
melewatinya. tersusun oleh enzim-enzim alam sel endotel pembuluh
darah kapiler otak.
 Fungsi regulasi : Agar dapat mencapai otak, cairan
ekstraseluler dari darah harus melewati/menembus
epitel koroid atau endotel kapiler.
7. Sawar Uri

Sawar uri terdiri dari satu lapis epitel vili dan


satu lapis sel endotel kapiler darri fetus, jadi
mitip sawar lapisan cerna. Oleh karena itu, obat
di absorpsi melalui pemberian oral juga dapat
memasuki fetus melalui sawar uri.
Skema Distribusi Obat

Obat Metabolisme
Reservoir Obat
Dalam bentuk  Hati
Obat bebas  Adiposa
Absorbsi
Obat  Tulang
Berikatan  Plasenta
dengan Protein
Plasma
 ASI
 Cadangan cairan
transelular
Jaringan tubuh lainnya
NOTE
mata, ginjal, otot rangka,
kulit
Distribusi Obat Berdasarkan Rute Pemberian Obat

SISTEMIK LOKAL
1. Intra nasal
1. Oral
2. Intra okuler
2. Sublingual
3. Intra vaginal
3. Injeksi/Parenteral
4. Inhalasi
4. Rectum
5. Topikal
A. SISTEMIK

Oral : Sirkulasi sistemik


Sublingual : Sirkulasi Sistemik
Rektal: Sirkulasi Porta Sublingual, Contoh: ISDN
Transdermal : efek sistemik melalui
transdermal patch

Parenteral
Rektal
Contoh: Ibuprofen, PCT untuk
demam
Transdermal
Distribusi Transdermal
melalui sirkulasi sistemik
dengan cara menembus
barrier pada kulit.
Contoh: Skopolamin
transdermal.
Diletakkan pada kulit
bagian belakang telinga
untuk mengatasi motion
sickness/mual selama
perjalanan.
Contoh lain: Nitroderms
dengan komposisi
Nitrogliserin untuk obat
jantung.
Intranasal, contoh: Nasal spray (merk: Afrin, iliadin)
B. LOKAL untuk hidung tersumbat.
 Topikal
 Intraokuler
 Intranasal
 Intravaginal

Intraokuler: Tetes mata, salep


Topical: krim, salep. mata.
Distribusi obat melalui Plasenta

Obat-obatan yang diberikan kepada ibu hamil dapat menembus


sawar plasenta sebagaimana halnya dengan nutrisiyang dibutuhkan
janin, dengan demikian obat mempunyai potensi untuk
menimbulkan efek pada janin. 

Waddell dan Marlowe (1981) menetapkan bahwa terdapat 3


tipe transfer obat-obatan melalui plasenta sebagai berikut :
• Tipe 1
Obat-obatan yang segera mencapai keseimbangan dalam
kompartemen ibu dan janin, atau terjadi transfer lengkap dari obat
tersebut.
• Tipe 2
Terjadi transfer yang berlebihan, Hal ini mungkin terjadi karena
transfer pengeluaran obat dari janin berlangsung lebih lambat.
• Tipe 3
Obat-obatan yang mempunyai konsentrasi dalam plasma
janin lebih rendah daripada konsentrasi dalam plasma ibu
atau terjadi transfer yang tidak lengkap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi transfer obat melalio
plasenta:

Berat molekul obat. Pada obat dengan


berat molekul lebih dari 500D akan terjadi
transfer tak lengkap melewati plasenta.

PKa (pH saat 50% obat terionisasi)

Ikatan antara obat dengan protein


plasma.
Distribusi Obat Melalui ASI
Konsentrasi obat dalam darah ibu adalah faktor
utama yang berperan pada transfer obat ke asi selain
dari faktor fisika kimia obat. Obat yang larut dalam
lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan
mudah melewati membran sel alveoli dan kapiler
susu.

Teratogenesis yaitu Teratos (monster) – Genesis


(generation, birth) adalah bahan yang dapat
menyebabkan atau berpengaruh terhadap
Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar malformasi atau kelainan fisiologis janin. Contoh
obat yang bersifat teratogen: Tetrasiklin, Fenitoin,
dan yang
Penisilamin, Litium, NSAID.
tidak terion akan mudah melewati membran
sel alveoli dan kapiler susu.
PERTANYAAN DAN JAWABAN PERTANYAAN
1. Assalamualaikum ibu, mohon maaf mengganggu waktu ibu, saya wiedya alfitrya zamri 2001088 izin
mengirimkan pertanyaan kepada kelompok 3 Ketika obat didistribusikan di dalam plasma kebanyakan
berikatan dengan protein terutama albumin, bagaimana jika tubuh kekurangan albumin ?Terimakasih,
wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

DIJAWAB OLEH FHARISTI KIRANA (2001054)


Dapat menyebabkan penyakit hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia adalah kondisi ketika kadar albumin dalam
darah di bawah normal. Kondisi ini biasanya terjadi pada seseorang dengan penyakit yang berat, baik akut maupun
kronis. Hipoalbuminemia dapat menyebabkan berbagai gangguan dalam tubuh dan menghambat penyembuhan
luka.Gejala yang muncul pada penderita hipoalbuminemia tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita hipoalbuminemia adalah sebagai berikut: Pembengkakan di
wajah atau tungkai akibat penumpukan cairan edema, Kulit kasar atau kering, Rambut menipis, Sesak napas,
Tubuh lemah atau mudah lelah, Gangguan irama jantung, Berat badan bertambah secara tiba-tiba dan Hilang
nafsu makan
2. Assalamualaikum saya Nisa Novrianti perwakilan dari kelompok 2 ingin bertanya kepada kelompok penyaji.
Mengapa jika kita minum berbagai jenis obat secara bersamaan dan obat-obat itu dengan kandungan kimia
tertentu tidak bercampur di dalam tubuh saluran pencernaan dan justru obat itu befungsi sendiri-sendiri?

DIJAWAB OLEH
PENJAWAB 1 : RAMADINI FITRI (2001071)
Yang pertama, kenapa obat tersebut tidak saling bercampur di dalam saluran pencernaan?Jawabannya adalah,
obat tidak akan bercampur membentuk senyawa baru karena sistem pencernaan. Contohnya, lambung bukan
merupakan lingkungan yang mendukung terjadinya reaksi kimia, dan memang tidak didesain untuk itu.Karena
lambung memiliki temperatur yang tidak memadai untuk memicu suatu reaksi kimia, selain itu asam klorida dan
enzim yang terdapat dalam lambung bertujuan untuk memecah berbagai zat menjadi materi penyusun yang lebih
sederhana bukan untuk memicu proses sintesis senyawa baru.

PENJAWAB 2 : WIRDA TULLJANNAH (2001089)


Pertanyaan kedua, kenapa obat yang dikonsumsi akan bekerja sendiri - sendiri?Jawabannya adalah karena
memang mekanisme dan target kerjanya berbeda. Contohnya, apabila mengonsumsi parasetamol bersamaan
dengan simvastatin, parasetamol yang bekerja dengan menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator
rasa nyeri tidak akan mengganggu simvastatin yang bekerja dengan menghambat proses pembentukan lipid
(lipogenesis) pada hati dan jaringan adiposa.Tetapi, tidak semua obat seperti ini, beberapa obat yang bekerja pada
target yang sama akan memicu interaksi, yang dapat berupa agonis (saling meningkatkan efek) maupun antagonis
(saling meniadakan efek).
3. Assalamualaikum saya Mulia Rizky nim 2001064 perwakilan kel 1 ingin bertanya kpd klmpok penyajiApa saja
faktor yang mempengaruhi pemberian obat secara transdermal ini? Dan bagaimana mekanisme obat yang
diberikan secara transdermal tersebut ? Terimakasih

DIJAWAB OLEH
4. Assalamualaikum maaf mengganggu waktunya ,saya anya shadiqah nim 2001047 perwakilan kelompok 4 izin
bertanya kepada kelompok penyaji Apa efek yang menyebabkan penurunan ikatan obat albumin? Terimakasih

DIJAWAB OLEH
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai