Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISI DASAR

KURVA KALIBRASI

Ketua :

3311161010 – Abdul Aziz Muslim Shahibul Wafa

Anggota :

3311161015 – Lina Dewi Khanifatulaila

3311161027 – Syifa Nursahidah

3311161031 – Syifa Auliya

Farmasi A

Kelompok 6

Rabu, 9 Mei 2018 (13.00 – 16.00)

Asisten Praktikum : Athina Mardatillah M.Farm., Apt

Program Studi Farmasi – Fakultas Farmasi


Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi
2018
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pengukuran analitik memiliki peranan yang sangat penting dalam


bidang kimia, khususnya dalam farmasi. Tujuan dari pengukuran analitik ini
adalah untuk menentukan nilai sebenarnya dari suatu parameter kuantitas
kimia, contohnya seperti: konsentrasi, pH, dan lain-lain. Pengukuran analitik
ini dapat menggunakan metode konvensional maupun modern, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.

Dalam menganalisis suatu senyawa, digunakan beberapa metode yang


digunakan untuk mengetahui nilai sebenarnya dari senyawa tersebut. Nilai
sebenarnya adalah nilai yang mengkarakterisasi suatu kuantitas secara benar
dan didefinisikan pada kondisi tertentu yang eksis pada saat kuantitas tersebut
diukur, beberapa contoh parameter yang dapat ditentukan secara analitik
adalah konsentrasi, pH, temperatur, titik didih, kecepatan reaksi, dan lain lain.

Pada percobaan ini digunakan metode Spektrofotometri UV-Visibel


untuk mengukur konsentrasi dan absorbansi dari senyawa sampel (isoniazid).
Metode Spektrofotometri UV-Visibel merupakan bagian dari metode
komparatif, yaitu metode analisis yang memerlukan kalibrasi terhadap baku
yang diketahui komposisi dan kadarnya untuk memperoleh hasil kuantitatif
yang cermat.

1.2 Prinsip Percobaan


Berdasarkan pada hubungan respon alat dengan konsentrasi larutan
standar.
1.3 Tujuan Percobaan

Membuat kurva kalibrasi dan menentukan regresi linier dari sampel


yang diuji.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Isoniazid adalah hidrazid dari asam isokotinat yang merupakan suatu analog
sintetik piridoksin. Isoniazid adalah obat anti-tuberkulosis yang paling paten,
tetapi tidak pernah diberikan sebagai obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
aktif. Isoniazid secara invitro bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosit dengan
konsentrasi hambat minimum (KHM) sekitar 0,025-0,05 µg/ml. Isoniazid aktif
terhadap bakteri intraselular. Isoniazid khusus untuk pengobatan Mycobacterium
tuberkulosis, walaupun Mycobacterium kansasi resisten pada kadar obat yang
lebih tinggi.
Monografi isoniazid menurut Farmakope indonesia Edisi IV, 1995 :

Isoniazid

Nama : Isoniazid / Sinonim : INH; Isonicotinic Acid


Hydrazid
Nama Lain : Isoniazidum
Rumus kimia : C6H7N3O
Berat Molekul : 137,14
Isoniazid mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
C6H7N3O, dihitung terhadap zat yang telah dikkeringkan.
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak
berbau, perlahan-lahan di pengaruhi oleh udara dan cahaya.
Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam ethanol; sukar
larut dalam kloroform dan eter.
Baku pembanding : isoniazid BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 1050C
selama 4 jam sebelum digunakan.
Jarak lebur : isoniazid antara 1700 sampai 1730.
pH : isoniazid antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan dengan larutan 1
dalam 10.
Identifikasi :
a. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
pada panjang gelombang yang sama seperti pada isoniazid BPFI.
b. Masukkan lebih kurang 50 mg kedalam labu ukur 500 ml, tambahkan air
sampai tanda batas. Masukkan 10 ml larutan ini ke dalam labu ukur 100
ml, tambahkan 2 ml asam klorida 0,1 N, encerkan dengan air sampai
tanda batas; spektrum serapan ultraviolet larutan menunjukkan
maksimum dan minimum hanya pada panjang gelombang yang sama
seperti pada isoniazid BPFI.
Spektrofotometri inframerah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 2,5-5,0 μm atau 4000-200 cm-1 . Satuan yang sering
digunakan dalam spektrofotometri inframerah adalah Kaiser.
Radiasi inframerah dapat menyebabkan terjadinya gerak rotasi, yaitu berputar
pada porosnya dan gerak vibrasi, yaitu bergetar pada tempatnya.
Ada dua jenis vibrasi yaitu stretching vibration dan bending rotation. Vibrasi
ulur adalah vibrasi yang mengakibatkan perubahan panjang ikatan suatu ikatan.
Vibrasi ulur ada 2 macam yaitu simetri dan asimetri. Vibrasi tekuk adalah vibrasi
yang mengakibatkan perubahan sudut ikatan antara dua ikatan. Vibrasi tekuk ada
4 jenis yaitu, vibrasi goyangan, vibrasi guntingan, vibrasi kibasan dan vibrasi
pelintiran.
Metode analisis menggunakan spektrofotometer disebut spektrofotometri.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor foto tube. Benda bercahaya seperti matahari atau
bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang.
Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu
mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan
subyektif akan ketampakan (vision). Dalam analisis secara spektrofotometri
terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu
daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible (380 – 700 nm), daerah inframerah
(700 – 3000 nm).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang.
Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap
dengan frekuensi (panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi.
Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang
berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda. Dengan
demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat
untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang
gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi,
sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitan /
absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap
sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal. Komponen utama dari
spektrofotometer dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Diagram komponen utama spektrofotometer


Instrumentasi dari spektrofotometer dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi
daerah spektrum yang mana alat tersebut dirancang untuk beroperasi.
2. Suatu monokromator, yakni sebuah piranti untuk memencilkan pita
sempit panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh
sumber cahaya.
3. Suatu wadah untuk sampel ( dalam hal ini digunakan kuvet ).
4. Suatu detektor, yang berupa transduser yang merubah energi cahaya
menjadi suatu isyarat listrik.
5. Suatu amplifier (pengganda) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat
isyarat listrik itu memadai untuk dibaca.
6. Suatu sistem baca dimana diperagakan besarnya isyarat listrik yang
ditangkap.
Spektrofotometer digunakan terutama untuk analisa kuantitatif, tetapi dapat
juga untuk analisa kualitatif. Penggunaan untuk analisa kuantitatif didasarkan
pada hukum Lambert-Beers yang menyatakan hubungan empirik antara intensitas
cahaya yang ditransmisikan dengan tebalnya larutan (Hukum Lambert /
Bouguer), dan hubungan antara intensitas tadi dengan konsentrasi zat (Hukum
Beers).

A = log Io/It = e . b . c = a . b
.c

dengan :
A = serapan
Io = intensitas sinar yang datang
It = intensitas sinar yang diteruskan (ditransmisikan)
e = absorbtivitas molekuler / konstanta ekstingsi (L.mol-1.cm-1
a = daya serap (L.g-1.cm-1)
b = tebal larutan / kuvet (cm)
c = konsentrasi (g.L-1 , mg.mL-1).
Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif
suatu zat biasanya merupakan panjang gelombang dimana zat yang bersangkutan
memberikan serapan yang maksimum (l maks), sebab keakuratan pengukurannya
akan lebih besar (Ingle dan Stanley, 1988). Hal tersebut dapat terjadi karena pada
panjang gelombang maksimum (l maks) bentuk serapan pada umumnya landai
sehingga perubahan yang tidak terlalu besar pada kurva serapan tidak akan
menyebabkan kesalahan pembacaan yang terlalu besar pula (dapat diabaikan).
Serapan yang optimum untuk pengukuran dengan spektrofotometri berkisar
antara 0,2 – 0,8. Namun menurut literatur lain, serapan sebesar 2 – 3 relatif masih
memberikan hasil perhitungan yang cukup baik (untuk campuran), walaupun
disarankan agar serapan berada di bawah 2 untuk hasil yang lebih baik.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan metode
spektrofotometri. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan :
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
b. Waktu operasional (operating time)
c. Pemilihan panjang gelombang
d. Pembuatan kurva baku
e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan.

Spektrofotometer UV-Vis
BAB III
Metode Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :

3.2 Prosedur Percobaan

3.3 Diagram Alir


BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel Panjang Gelombang Maksimum Isoniazid dalam air 262,20 nm

No. Conc (ppm) Abs


1. 6 0,184
2. 8 0,251
3. 10 0,308
4. 12 0,355
5. 16 0,482
6. 20 0,604

4.2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu pembuatan kurva kalibrasi dengan
melakukan penentuan panjang gelombang maksimum dan persamaan linier dari
contoh zat atau sampel yaitu isoniazid dengan menggunakan teknik
spektrofotometri UV-Vis atau cahaya tampak artinya sampel yang digunakan
haruslah berwarna tetapi karena yang digunakan adalah isoniazid yang jika
dilarutkan ke dalam air tidak berwarna dan memiliki panjang gelombang yang
rendah yaitu 252 nm maka diperbolehkan menggunakan metode spektrofotometri
UV-Vis.
Dalam penentuan panjang gelombang maksimum isoniazid dilakukan
pengenceran dari 100 ppm menjadi 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm, 16 ppm, dan
20 ppm. Rentang panjang gelombang yang di uji adalah 230-260 dengan interval
5. Pada panjang gelombang yang berbeda sampel menyerap cahaya dengan
absorbansi yang berbeda pula. Semakin besar panjang gelombang yang diberikan
semakin besar pula absorbansinya.
Pada penentuan kurva kalibrasi dari sampel isoniazid dilakukan
pengenceran dari larutan baku 100 ppm menjadi 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm,
16 ppm, dan 20 ppm pada panjang gelombang maksimum 262,20 nm yang
didapat dari Farmakope Indonesia. Sesuai hukum Lambert-Beer, A= a.b.c, dimana
absorbansi sebanding dengan konsentrasi larutan. Semakin besar konsentrasi
larutan maka absorbansi yang diperoleh juga akan semakin besar konsentrasi
larutan maka absorbansi yang diperoleh juga akan semakin besar. Dari data
pecobaan yang ada deret standar ini dibuat kurva kalibrasi dengan persamaan y =
bx + a. Di mana b yang merupakan slope sebesar 0,0297 dan a yang merupakan
intercept sebesar 0,0079 maka y = 0,0297 x + 0,0079 sehingga didapatkan R2
yang merupakan nilai dari garis linier yaitu 0,9989
BAB V
Kesimpulan

kurva kalibrasi isoniazid yang didapatkan dari hasil percobaan memiliki


persamaan y = bx + a. Di mana b yang merupakan slope sebesar 0,0297 dan a
yang merupakan intercept sebesar 0,0079 maka y = 0,0297 x + 0,0079 sehingga
didapatkan R2 yang merupakan nilai dari garis linier yaitu 0,9989
Daftar Pustaka

Martin, Alfred dkk. 1990. Farmasi Fisik. Jakarta: UI Press.

Day, R dan Underwood A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.


Penerjemah : Sopyan Iis. Jakarta : Erlangga

Khopkar, S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia

Sitorus, M. 2009. Spekstroskopi Eludasi Struktur Molekul Organik. Yogyakarta :


Graha Ilmu
Lampiran
a. Larutan Baku 1000 PPM
1000 𝜇𝑔/𝑚𝑙 = 1 g/ml
= 50 mg / 50 ml
` Jadi, 50 mg isoniazid dilarutkan dalam labu ukur 500 ml dan ad aquadest
sampai tanda batas.

b. Pembuatan larutan 100 PPM dari larutan baku


V1 . C1 = V2 . C2
V1. 1000 𝜇𝑔/𝑚𝑙 = 50 ml . 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙
5000 𝜇𝑔
V1 = 1000 𝜇𝑔/𝑚𝑙
= 5 ml
Jadi, dari larutan baku 1000 PPM diambil 5 ml, dilarutkan ke dalam labu
ukur 50
ml dan ad dengan aquadest sampai tanda batas.

c. Pembuatan Larutan Standar

Diketahui :
𝐿
𝜀 = 5050 . 𝑐𝑚
𝑚𝑜𝑙
Mr = 137,14

Ditanya : C… ?
Jawab :
A = 𝜀. 𝑏. 𝑐
0,2 = 5050.1.c
C = 396 x 10-7
C = 396 x 10-7 x 137,14
g/L-mg/ml
C = 543 x 10-5 g/L
C = 543 x 10-5 x 106 𝜇𝑔
103 ml
C = 5,43 𝜇𝑔/𝑚𝑙

C = 6 𝜇𝑔/𝑚𝑙

A= 𝜀. 𝑏. 𝑐
0,8
= 5050.1.c
C= 1584 x 10-7
C= 1584 x 10-7 x137,14
g/L-mg/ml
C = 2172 x 10-5 g/L
C = 2172 x 10-5 x 106 𝜇𝑔
103 ml
C = 21,72 𝜇𝑔/𝑚𝑙
C = 22 𝜇𝑔/𝑚𝑙

d. Pembuatan variasi konsentrasi larutan dengan nm berbeda


 6 PPM (Labu ukur 50 ml)
V1 . C1 = V2 . C2
V1. 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙 = 50 ml . 6 𝜇𝑔/𝑚𝑙
300 𝜇𝑔
V1 = 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙
= 3 ml
 8 PPM (Labu ukur 25 ml)
V1 . C1 = V2 . C2
V1. 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙 = 25 ml . 8 𝜇𝑔/𝑚𝑙
200 𝜇𝑔
V1 = 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙
= 2 ml
 10 PPM (Labu ukur 50 ml)
V1 . C1 = V2 . C2
V1. 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙 = 50 ml . 10 𝜇𝑔/𝑚𝑙
500 𝜇𝑔
V1 = 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙
= 5 ml

 12 PPM (Labu ukur 25 ml)


V1 . C1 = V2 . C2
V1. 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙 = 25 ml . 12 𝜇𝑔/𝑚𝑙
300 𝜇𝑔
V1 = 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙
= 3 ml

 16 PPM (Labu ukur 50 ml)


V1 . C1 = V2 . C2
V1. 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙 = 50 ml . 16 𝜇𝑔/𝑚𝑙
800 𝜇𝑔
V1 = 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙
= * ml

 20 PPM (Labu ukur 25 ml)


V1 . C1 = V2 . C2
V1. 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙 = 25 ml . 20 𝜇𝑔/𝑚𝑙
500 𝜇𝑔
V1 = 100 𝜇𝑔/𝑚𝑙
= 5 ml
LAMPIRAN

 Panjang Gelombang Maksimum Isoniazid dalam air


0.800

0.600

262.20
Abs.

0.400

0.200

340.00

0.000
200.00 250.00 300.00 350.00 400.00
nm.

 Kurva kalibrasi isoniazid dalam air

Kurva Kalibrasi Isoniazid dalam Air


0.7
0.6 y = 0.0297x + 0.0079
R² = 0.9989
0.5
Serapan (A)

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (ppm)

Anda mungkin juga menyukai