KURVA KALIBRASI
Ketua :
Anggota :
Farmasi A
Kelompok 6
Isoniazid
A = log Io/It = e . b . c = a . b
.c
dengan :
A = serapan
Io = intensitas sinar yang datang
It = intensitas sinar yang diteruskan (ditransmisikan)
e = absorbtivitas molekuler / konstanta ekstingsi (L.mol-1.cm-1
a = daya serap (L.g-1.cm-1)
b = tebal larutan / kuvet (cm)
c = konsentrasi (g.L-1 , mg.mL-1).
Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif
suatu zat biasanya merupakan panjang gelombang dimana zat yang bersangkutan
memberikan serapan yang maksimum (l maks), sebab keakuratan pengukurannya
akan lebih besar (Ingle dan Stanley, 1988). Hal tersebut dapat terjadi karena pada
panjang gelombang maksimum (l maks) bentuk serapan pada umumnya landai
sehingga perubahan yang tidak terlalu besar pada kurva serapan tidak akan
menyebabkan kesalahan pembacaan yang terlalu besar pula (dapat diabaikan).
Serapan yang optimum untuk pengukuran dengan spektrofotometri berkisar
antara 0,2 – 0,8. Namun menurut literatur lain, serapan sebesar 2 – 3 relatif masih
memberikan hasil perhitungan yang cukup baik (untuk campuran), walaupun
disarankan agar serapan berada di bawah 2 untuk hasil yang lebih baik.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan metode
spektrofotometri. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan :
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
b. Waktu operasional (operating time)
c. Pemilihan panjang gelombang
d. Pembuatan kurva baku
e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan.
Spektrofotometer UV-Vis
BAB III
Metode Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :
4.2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu pembuatan kurva kalibrasi dengan
melakukan penentuan panjang gelombang maksimum dan persamaan linier dari
contoh zat atau sampel yaitu isoniazid dengan menggunakan teknik
spektrofotometri UV-Vis atau cahaya tampak artinya sampel yang digunakan
haruslah berwarna tetapi karena yang digunakan adalah isoniazid yang jika
dilarutkan ke dalam air tidak berwarna dan memiliki panjang gelombang yang
rendah yaitu 252 nm maka diperbolehkan menggunakan metode spektrofotometri
UV-Vis.
Dalam penentuan panjang gelombang maksimum isoniazid dilakukan
pengenceran dari 100 ppm menjadi 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm, 16 ppm, dan
20 ppm. Rentang panjang gelombang yang di uji adalah 230-260 dengan interval
5. Pada panjang gelombang yang berbeda sampel menyerap cahaya dengan
absorbansi yang berbeda pula. Semakin besar panjang gelombang yang diberikan
semakin besar pula absorbansinya.
Pada penentuan kurva kalibrasi dari sampel isoniazid dilakukan
pengenceran dari larutan baku 100 ppm menjadi 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm,
16 ppm, dan 20 ppm pada panjang gelombang maksimum 262,20 nm yang
didapat dari Farmakope Indonesia. Sesuai hukum Lambert-Beer, A= a.b.c, dimana
absorbansi sebanding dengan konsentrasi larutan. Semakin besar konsentrasi
larutan maka absorbansi yang diperoleh juga akan semakin besar konsentrasi
larutan maka absorbansi yang diperoleh juga akan semakin besar. Dari data
pecobaan yang ada deret standar ini dibuat kurva kalibrasi dengan persamaan y =
bx + a. Di mana b yang merupakan slope sebesar 0,0297 dan a yang merupakan
intercept sebesar 0,0079 maka y = 0,0297 x + 0,0079 sehingga didapatkan R2
yang merupakan nilai dari garis linier yaitu 0,9989
BAB V
Kesimpulan
Diketahui :
𝐿
𝜀 = 5050 . 𝑐𝑚
𝑚𝑜𝑙
Mr = 137,14
Ditanya : C… ?
Jawab :
A = 𝜀. 𝑏. 𝑐
0,2 = 5050.1.c
C = 396 x 10-7
C = 396 x 10-7 x 137,14
g/L-mg/ml
C = 543 x 10-5 g/L
C = 543 x 10-5 x 106 𝜇𝑔
103 ml
C = 5,43 𝜇𝑔/𝑚𝑙
C = 6 𝜇𝑔/𝑚𝑙
A= 𝜀. 𝑏. 𝑐
0,8
= 5050.1.c
C= 1584 x 10-7
C= 1584 x 10-7 x137,14
g/L-mg/ml
C = 2172 x 10-5 g/L
C = 2172 x 10-5 x 106 𝜇𝑔
103 ml
C = 21,72 𝜇𝑔/𝑚𝑙
C = 22 𝜇𝑔/𝑚𝑙
0.600
262.20
Abs.
0.400
0.200
340.00
0.000
200.00 250.00 300.00 350.00 400.00
nm.
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (ppm)