1
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
laporan praktikum Farmakologi ini.
Kami berharap isi laporan praktikum ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, walaupun pada nyatanya masih saja terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat
lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. 1
KATA PENGANTAR ...................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................. 4
Tujuan Praktikum .............................................................................. 5
Hipotesa ............................................................................................ 5
BAB V PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................... 16
DASAR TEORI
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada percobaan kali ini kami melakukan penanganan hewan coba pada
mencit (Mus musculus),kelinci (Oryctolagus cuniculus),dan tikus (Rattus
4
novergicus) serta rute pemerian obat yang berupa kafein pada mencit (Mus
musculus).
1.3. Hipotesis
Metode yang paling baik digunakan adalah metode oral karena dapat di
peroleh efek yang sistemik yaitu obat beredar ke seluruh tubuh
Pemberian obar secara oral merupakan cara pemberian obar secara umum
dilakukan karena mudah, aman, dan murah
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hewan mencit atau Mus musculus adalah tikus rumah biasa termasuk ke
dalam ordo rodentia dan family Muridae. Mencit dewasa biasa memilliki berat
antara 25-40 gram dan mempunyai berbagai macam warna. Mayoritas mencit
laboratorium adalah strain albino yang mempunyai warna bulu putih dan mata
merah muda (Hrapkiewicz et al, 1998). Mencit merupakan hewan yang tidak
mempunyai kelenjar keringat, jantung terdiri dari empat ruang dengan dinding
atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Percobaan dalam
menangani hewan yang akan diuji cenderung memiliki karakteristik yang berbeda,
seperti mencit lebih penakut dan fotofobik, cenderung sembunyi dan berkumpul
dengan sesama, mudah ditangani, lebih aktif pada malam hari ( nocturnal ), aktifitas
terganggu dengan adanya manusia, suhu normal 37,4°C, laju respirasi 163/menit
sedangkan pada hewan tikus sangat cerdas, mudah ditangani, tidak bersifat
fotofobik, lebih resisten terhadap infeksi, kecenderungan berkumpul dengan
sesama sangat kurang atau diperlakukan secara kasar akan menjadi liar dan galak,
suhu normal 37,5°C, laju respirasi 210/menit pada mencit dan tikus persamaannya
gigi seri pada keduanya sering digunakan untuk mengerat / menggigit benda-benda
yang keras.
6
memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan
ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya.
Kekurangan dari rute ini adalah obat harus dapat larut dalam cairan hingga
dapat disuntikkan. Rute pemberian obat secara intramuscular lebih sulit karena otot
mencit sangat kecil, obat bisa disuntikkan ke otot paha bagian belakang dengan
jarum panjang 0,5-2,0 cm dengan ukuran 24 gauge, suntikkan tidak boleh terlalu
dalam agar tidak terkena pembuluh darah. Rute pemberian obat secara intravena
haruslah dalam keadaan mencit tidak dapat bergerak ini dapat dilakukan dengan
mencit dimasukkan ke dalam tabung plastic cukup besar agar mencit tidak dapat
7
berputar ke belakang dan supaya ekornya keluar dari tabung, jarum yang digunakan
berukuran 28 gauge dengan panjang 0,5cm dan disuntikkan pada vena lateralis
ekor, cara ini tidak dapat dilakukan karena ada kulit mencit yang berpigmen jadi
venanya kecil dan sukar dilihat walaupun mencit berwarna putih. Cara
intraperitoneal hampir sama dengan IM, suntikkan dilakukan di daerah abdomen
diantara cartilage xiphoidea dan symphysis pubis.
Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya
serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah
seperti berikut:
8
Inhalasi langsung ke dalam paru-paru.Efek lokal dapat diperoleh dengan
cara:
a. Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung,
telinga
b. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru
c. Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur,
saluran kencing dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada
keringat badan atau larut dalam cairan badan
Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal
(dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular,
subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda-
beda.
9
pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk
percobaan.
10
BAB III
METODE KERJA
3.1. Alat dan bahan
a. Bahan:
Kafein
Kelinci
Mencit
Tikus
b. Alat :
Jarum suntik
Timbangan hewan coba
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
9 20 0,5 Intraperitoneal 14:57 46:43
10 18 0,4 Intraperitoneal 02:45 19:48
4.2. Pembahasan
Kedua, yaitu dengan cara subkutan (cara injeksi obat melalui tengkuk
hewan uji tepatnya injeksi dilakukan dibawah kulit). Keuntungannya obat
dapat diberikan dalam kondisi sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya
13
dalam pemberian obat perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi lokal
ditempat injeksi.
Ketiga dengan cara intraperitoneal (injeksi yang dilakukan pada rongga
perut). Cara ini jarang digunakan karena rentan menyebabkan infeksi.
Keuntungan adalah obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan
diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat.
14
Pada pemberian kaffein yang kita amati kami menghitung dari jumlah
bobot yang dimiliki oleh mencit tersebut. Semakin besar bobot yang dimiliki
mencit tersebut maka akan semakin bertambah volume yang dibutuhkan oleh
mencit tersebut agar memberikan efek pada proses pengamtan yang kami
lakukan.
15
BAB V
PENUTUP
Pada penandaan hewan percobaan dibuat pada ekor dengan garis-garis yang
disesuaikan dengan urutan mencit.
Semakin tinggi dosis yang diberikan akan memberikan efek yang lebih
cepat.
Dari hasil praktikum Onset of action dari rute pemberian obat secara IP
lebih cepat diperoleh dari pada rute pemberian obat secara oral atau
subkutan.
Dari hasil pengamatan Duration of action dari rute pemberian obat secara
IP lebih panjang (lama) dibandingkan rute pemberian obat secara oral dan
subkutan.
Kesalahan penyuntikan dapat menyebabkan ketidaktepatan dosis yang
diberikan kepada hewan uji, sehingga hasil yang diperoleh pun tidak akurat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
Katzung, Bertram G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.
Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai
Penerbit Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Siswandono dan Soekardjo, B, 1995, Kimia Medisinal, Airlangga Press, Surabaya
17
LAMPIRAN
Perhitungan Dosis
𝑔𝑟 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑋
Dosis konversi : x
𝑔𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛
0,1 𝑋
= x
1000 18
X = 0,0018
𝑔𝑟 𝑋
Dosis Penyuntikan : x
𝑚𝑙 𝑌
0,4 0,0018
= x
100 𝑦
Y= 0,45 ml
18
Penanganan hewan coba
19