Di susun oleh :
Golongan : 1B
BEKASI
2020
DAFTAR ISI
Daftar Isi.................................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
4.1 Hasil.......................................................................................................................................10
4.2 Pembahasan..........................................................................................................................11
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14
5.2 Saran.......................................................................................................................................14
Daftar Pustaka....................................................................................................................................15
Lampiran.............................................................................................................................................16
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus
dipilih mana yang sesuai dan dapat diberikan memberikan gambaran tujuan
yang akan dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan
genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengolaannya,
disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu
memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Oleh
karena itu, kita dapat lebih mudah menggunakan hewan coba sebagai hewan
percobaan.
Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan
sejak puluhan tahun lalu. Agar mengetahui bagaimana cara kita sebagai
mahaasiswa maupun seorang peneliti dalam hal ini mengethaui tentang
kemampuan obat pada seluruh aspeknya yang berhubungan dengan efek
toksiknya maupun efek sampingnya tentunya kita membutuhkan hewan uji
atau hewan percobaan. Hewan coba adalah hewan yang khusus diternakan
untuk keperluan penelitian biologis. Hewan laboratorium tersebut digunakan
sebagai uji praktik untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada
manusia. Dalam praktikum kali ini menggunakan mencit sebagai hewan
percobaan. Mencit merupakan hewan yang mudah ditangani dan bersifat
penakut fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi.
Sehingga hewan tersebut sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium
farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji mencit (mus
musculus) dengan metode BCS (Body Condition Scoring)
2. Menghitung perubahan berat badan mencit (mus musculus) dalam
masa adaptasi selama 5 (lima) hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
4. Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan
yang dipelihara dengan sistem isolator Sudah barang tentu
penggunaan hewan percobaan tersebut di atas disesuaikan
dengan macam percobaan biomedis yang akan dilakukan.
Semakin meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula
hasil percobaan yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu
percobaan dilakukan terhadap hewan percobaan yang liar,
hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan percobaan
konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman.
METODOLOGI PRAKTIKUM
➢ Alat
• Sarung tangan
• Kandang mencit
• Alat perlindung diri
➢ Bahan
• Pakan mencit
• Air minum mencit
➢ Hewan
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat
badan 20g-30g berumur antara 6-8 minggu.
8
9
4.1. Hasil
1. Data hasil pengamatan perabaan pada mencit
10
11
4.2. Pembahasan
Pada praktikum farmakologi kali ini, telah dilakukan pemilihan hewan coba
berupa mencit. Untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji yang berupa mencit
adalah dengan menggunakan metode BCS (Body Condition Scoring).
Mencit dengan bahasa latin Mus musculus termasuk juga dalam hewan
pengerat. Hewan ini selalu dipakai dalam penelitian karena bentuk tubuhnya
yang kecil, penanganannya yang kompleks dan memiliki sistem tubuh yang
sama dengan manusia. Untuk mendapatkan penelitian ilmiah yang baik, maka
semua aspek dalam protokol penelitian harus direncanakan dengan seksama,
termasuk dalam pemilihan hewan percobaan, penting untuk memastikan
bahwa penggunaan hewan percobaan merupakan pilihan terakhir dimana tidak
terdapat cara lain yang bisa menggantikannya.
Pada saat praktikum, mahasiswa melakukan pemindahan mencit dari
kandang ke wadah yang lebih besar. Setelah itu mahasiswa mulai meraba
bagian tulang sacroiliac pada mencit, lalu dilakukan pencocokan dengan nilai
Body Condition Scoring (BCS).
12
untuk mencit dari nomor 2 sampai 5 termasuk kategori BCS nilai 2 dimana
mencit dibawah kondisi standar. Tulang-tulangnya masih terlihat jelas, namun
bila diraba masih terasa adanya daging atau lemak. Jika dilihat dari atas sudah
tidak terlalu berlekuk-lekuk, agak berisi. Tulang pelvic dorsal-nya pun dapat
langsung terasa.
Mahasiswa melakukan pengukuran berat badan pada hewan uji sebelum
diaklimasi selama 7 hari dengan pemberian pakan reguler dan air minum.
Setelah dilakukannya pemeliharaan mencit pada suhu kamar dengan siklus
gelap menggunakan penutup koran. Dilakukan pengukuran berat badan
kembali pada hewan uji untuk mendapatkan persentase perubahan berat badan
yang terjadi pada hewan uji selama 7 hari. Hasil pengukuran berat badan pada
mencit setelah pemeliharan dengan siklus gelap selama seminggu mengalami
peningkatan atau penaikan berat badan.
Faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan dari mencit yaitu
salah satunya faktor makanan dan protein yang terkandung dalam pakan
tersebut serta faktor lingkungan tempat hidup yang sangat baik. Mencit juga
merupakan mamalia yang memiliki waktu pertumbuhan yang relatif cepat.
Aktifitas mencit dimalam hari atau kondisi gelap lebih aktif sehingga menjadi
agresif, tetapi kehadiran manusia akan mengurangi aktifitasnya karena hewan
ini bersifat penakut. Jika penangannya tidak sesuai biasanya mencit akan
buang air besar ataupun buang air kecil, hal ini terjadi dikarenakan mencit
strees, takut ataupun merasa terancam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dalam praktikum Pemilihan Hewan Coba, kami menggunakan hewan mencit
galur murni jantan sebagai percobaan dan menggunakan metode BCS. Metode ini
dilakukan untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji yang berupa mencit
adalah dengan menggunakan metode BCS (Body Condition Scoring). BCS
merupakan penilaian kondisi tubuh untuk menilai endpoint klinis hewan. Lewat
metode ini, kami memperoleh data bahwa mencit yang kami gunakan memiliki
nilai BCS 1 untuk 1 mencit dan nilai BCS 2 untuk 4 mencit.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi penambahan bobot badan dari
mencit, salah satunya adalah faktor makanan dan protein yang terkandung
dalam pakan tersebut serta faktor lingkungan tempat hidup yang harus dijaga
dengan baik. Pengaruh cahaya gelap terhadap masa adaptasi mencit adalah
adanya kenaikan berat badan pada mencit. Intensitas cahaya tidak banyak
berpengaruh terhadap kesehatan mencit (dalam hal ini berat badan) karena
mencit lebih aktif dimalam hari dibandingkan siang hari.
5.2. Saran
Perlu adanya pengawasan dan indikator yang lebih jelas terhadap
penggunaan nilai BCS. Sebab penggunaan metode BCS dilakukan berdasarkan
pengamatan kualitatif. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
hubungan masa adaptasi mencit pada waktu siang hari (pengaruh berat badan
terhadap cahaya) dan malam hari (pengaruh berat badan terhadap cahaya gelap/
tidak ada cahaya) dengan rentang waktu yang lebih panjang untuk melihat
hubungan cahaya terhadap berat badan dan masa adaptasi mencit.
14
DAFTAR PUSTAKA
Tjay dan Rahardja. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek
Sampingnya, Edisi V. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia:
Jakarta
15
LAMPIRAN
16
17