HEWAN PERCOBAAN
NAMA KELOMPOK :
SAYUDA 1704015073
KELAS / KELOMPOK :
G1 / 3
DOSEN PEMBIMBING :
KRIANA EFENDI
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya ada 2 macam cara nekropsi yaitu : (1). Seksi lengkap,
dimana setiap organ / jaringan dibuka dan diperiksa. (2) seksi tidak lengkap, bila
kematian / sakitnya hewan diperkirakan menderita penyakit yang sangat menular/
zoonosis ( anthrax, AI, TBC, hepatitis dsb ). Nekropsi harus dilakukan sebelum
bangkai mengalami autolisis, jadi sekurang-kurang 6 – 8 jam setelah kematian.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Anestesi dilakukan dengan larutan eter (dengan kapas yang dibasahi eter,
masukkan dalam suatu tempat yang sesuai besar hewan cobanya (toples),
kemudian tikus dimasukkan dalam tempat tersebut, ditunggu sampai mati.
b. Nekropsi
Dimulai dengan pemeriksaan luar, termasuk pengamatan mulut, hidung,
mata, telinga, dan sebagainya. Selanjutnya tikus diletakkan pada meja
operasi atau alas khusus (seperti stereoform) dengan posisi terlentang,
supaya tidak bergeser difiksasi pada telapak kaki depan dan belakang
dengan menyematkan jarum pentul atau paku kecil. Insisi dimulai dari
dinding abdomen, memotong kulit dan muskulusnya, irisan dilanjutkan
kesisi kanan dan kiri, terus kearah kranial, memotong costae sehingga
rongga thorak terbuka. Selanjutnya diambil prgan apa yang diperlukan.
BAB IV
3.1 Hasil
Kelompok 1 besar :
a. Usus halus : Normal. Warna merah
b. Usus besar : Normal. Warna merah
c. Paru-paru : Normal. Warna merah
d. Hati : Normal. Warna merah
e. Jantung : Normal. Warna merah
f. Ginjal : Normal. Warna merah
g. Limfa : Normal. Warna merah
h. Lambung : Normal. Warna merah
3.2 Pembahasan
Nekropsi atau bedah bangkai hewan merupakan analogi dari autopsi pada
manusia. Tindakan ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan
tepat dalam menetapkan diagnosa pada beberapa sebab penyakit atau kematian dari
hewan. Biasanya untuk melengkapi hasil diagnosi yang akurat harus ditunjang
dengan hasil pemeriksaan dari beberapa laboratorium penunjang, seperti
bakteriologi, virologi, parasitologi, patologi klinik, toksikologi, dan sebagainya.
Yang dilakukan pertama kali pada praktikum ini adalah pemeriksaan kodisi
fisik hewan cobanya. Setelah itu hewan coba diletakkan diatas stereoform, hewan
coba yang setengah sadar kemudian dimatikan dengan perlahan secara penekanan
pada bagian belakang leher kemudian ekornya ditarik kencang. Jika sudah mati
kemudian dilakukannya pembedahan secara perlahan dimulai dari bawah perut
sampai akhirnya menuju dekat kerongkongan. Pada saat pengguntingan kulit hewan
coba harus hati-hati agar organ didalamnya tidak terkena gunting. Setelah sudah
digunting sampai dekat kerongkongan, organ yang ada seperti usus, paru-paru, hati,
jantung, ginjal, limfa, dan lambung dikeluarkan untuk dilihat kondisi dan warna
dari organ-organ hewan percobaan tersebut.
Dalam dunia sains mencit dan tikus banyak digunakan sebagai hewan coba
karena struktur anatomi mencit dan tikus hampir sama dengan struktur anatomi
manusia selain itu juga perkembangbiakan mencit yang sangat cepat sehingga
memudahkan praktikan ataupun peneliti dalam mendapatkannya.Mencit ataupun
juga bukan termasuk hewan yang dilindungi dan dalam pemeliharaan dan
perawatannya tergolong mudah.
Cara pengambilan darah pada mencit hampir sama yaitu melalui plexus
reorbitalis pada mata,Vena Ekor (V. Lateralis ekor),pada vena saphena yang
terdapat pada bagian kaki dan pengambilan langsung dari jantung. Pada umumnya
pengambilan darah yang terlalu banyak pada hewan kecil akan menyebabkan shok
hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Tetapi pengambilan
darah yang tidak sesuai aturan juga dapat menyebabkan anemia pada hewan
coba.Pada umumnya pengambilan darah hanya dilakukan sekitar 10% dari total
volume darah dalam tubuh dalam selang waktu 2-4 minggu.Atau sekitar 1% dari
berat tubah dengan interval 24 jam. Total darah yang hanya boleh diambil sekitar
7,5% dari bobot badan.
Tikus dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan jari tangan.setelah itu tikus
dikondisikan senyaman mungkin,kemudian Mikrohematikrit digoreskan pada
medial canthus mata dibawah bola mata ke arah foramen opticus.Kemudian
mikrohematokrit diputar sampai melukai plexus, jika diputar 5X maka harus
dikembalikan 5X. Darah ditampung pada Eppendorf yang telah diberi EDTA untuk
tujuan pengambilan plasma darah dan tanpa EDTA untuk tujuan pengambilan
serumnya,bisa juga dengan penambahan heparin sebagai antikoagulan.
2. Pada Vena Ekor (V. Lateralis ekor)
Tikus dimasukkan dalam selongsong yang sesuai ukurannya tubuh tikus. Ekor tikus
dijulurkan keluar dan Vena lateralis pada ekor di Incisi (dipotong) 0,2 – 2 cm dari
pangkal ekor dengan silet atau gunting yang steril. Darah ditampung pada
eppendorf, kemudian diletakkan miring 45º dan dibiarkan mengendap pada suhu
kamar, selanjutnya dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan serum yang
dimaksud.
3. Pengambilan darah melalui vena sapena pada kaki Mencit dipegang pada posisi
setengah tegak,jarum diinjeksikan pada paha belakang sebelah dalam agar posisi
jarum tidak berubah, perlu bantuan untuk memegang kaki hewan tersebut lalu
tampung darah pada Eppendorf.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan