Anda di halaman 1dari 30

PRINSIP DASAR

UJI PRAKLINIK
Hasil dari uji pra-klinik merupakan dasar
pertimbangan utk pengembangan suatu OT
untuk masuk dalam tahap uji klinik (UK) OT
UJI PRAKLINIK
 Merupakan penelitian eksperimental yg bisa
dilakukan secara in vitro dan in vivo yg
menggunakan berbagai hewan coba
 Tujuan : mengetahui keamanan dan efek
farmakologis calon obat tradisional
 Uji praklinik terdiri atas :
 Uji Toksikologi = utk menilai keamanan OT
 Uji Farmakodinamik = utk memberikan
informasi mengenai khasiat
 Dilakukan oleh peneliti yg berkompetensi
OT yang diuji
 Beragam ciri (berkaitan dg keragaman komunitas
masy.) dg berbagai aspek (bahan yg digunakan,
komposisi formula, bentuk sediaan, cara penyiapan &
cara menggunakan)
 Ciri-ciri perlu dipertimbangkan untuk diakomodasi
 Identitas OT–uji perlu diungkapkan terlebih dahulu yi:
- Simplisia (latin)
- Ukuran berat / volume
- Proses pembuatan simplisia hingga mjd bentuk yg
siap diujikan
- Dosis dan cara penggunaan ( cara pemberian,
frekuensi, interval, lama pemberian )
• Penerapan teknologi farmasi yg ideal belum mjd syarat
uji praklinik OT sampai OT terbukti aman dan
berkhasiat.
UJI TOKSISITAS
Macam-macam uji toksisitas :
1. Toksisitas akut
2. Toksisitas sub kronik Toksisitas umum
3. Toksisitas kronik
4. Uji karsinogenik
5. Uji mutagenik Toksisitas khusus
6. Uji teratogenik
Uji Toksisitas Akut
1. Tujuan
Untuk menetapkan potensi toksisitas akut (LD50),
menilai berbagai gejala klinis, spektrum efek toksik
dan mekanisme kematian
2. Hewan coba
Sekurang2nya dilakukan pd 1 spesies hewan coba
dg 2 jenis kelamin, dosis tunggal. Bila tidak dapat
ditentukan LD50 maka diberikan dosis lebih tinggi
dan sampai dosis max yg masih mungkin diberi-
kan pada hewan coba. Volume pemberian oral
tidak boleh lebih dari 2-3% BB hewan.
Lanjutan…
3. Pengamatan
a) Pengamatan dimulai dari masa adaptasi hingga per-
lakuan. Jangka waktu pengamatan setelah perlakuan
yg lazim 7-14 hari (atau dpt > lama dalam kaitan dg
pemulihan gejala toksik)
b) Selain kematian hewan coba perlu diperhatikan
gejala pada ginjal, hati dan hematopoetik.
c) Hewan yg mati diautopsi utk melihat kerusakan
struktur organ. Hewan coba yg bertahan hidup
sampai batas akhir masa pengamatan perlu juga
diautopsi. Hewan coba yg menunjukkan gejala efek
toksik namun tidak dikorbankan bermanfaat untuk
diamati terjadi tidaknya pemulihan.
d. Kriteria pengamatan meliputi gejala klinis, BB,
persentase kematian, patologi organ (makroskopis
dan mikroskopis).
e. Data dianalisa statistik dg metode yg sesuai
Uji Toksisitas Jangka Panjang
 Tujuan
Mengetahui spektrum efek toksik serta hubungan
dosis dan toksisitas pada pemberian berulang dg
jangka waktu lama
 Pengujian mencakup Toksisitas subakut/subkronik
(1-3 bln) dan Toksisitas kronik (3-6 bln)
 Hewan coba untuk sementara digunakan 1 spesies
hewan coba yaitu tikus / mencit
 Perubahan berupa akumulasi, toleransi, metabolis-
me & kelainan khusus di organ tertentu  dpt
dipelajari
Lanjutan…
 Perlakuan terhadap Hewan coba
Untuk penentuan dosis OT- uji maupun cara
penggunannya perlu dipertimbangkan hal2 berikut :
 penggunaan empirik
 rencana pemanfaatannya kelak
 hasil pengamatan uji toksisitas akut
 Dosis OT- uji digunakan 3 tingkat dosis,
 dosis tertinggi : diupayakan yg menimbulkan efek
toksik namun mayoritas harus dapat bertahan hidup
 dosis paling rendah haruslah mendekati dosis efektif
sesuai dg spesies yg digunakan penelitian
 Upaya pengembangan pemanfaatan OT
untuk pemberian jangka panjang, bermanfaat
jika dalam pengujian dapat diungkapkan batas
keamanan (margin of safety)
Uji Toksisitas Khusus
 Mencakup uji mutagenik, teratogenik dan
karsinogenik.
 Pelaksanaannya dilakukan secara selektif krn
- Formula OT diantisipasi karena dicurigai berisi
kandungan zat kimia yg potensial untuk menim-
bulkan salah satu efek khusus
- Formula OT potensial digunakan oleh perem-
puan dalam batas usia subur, perlu dipertim-
bangkan kemungkinan efek teratogenik
Uji Farmakodinamik
1. Tujuan utk membuktikan khasiat dan menelusuri
mekanisme efek dari OT- uji
2. Jenis eksperimen  mengacu pada efek terapi yang
diharapkan, bisa in vivo dan in vitro
3. Hewan coba dan spesimen uji
 Pemilihan : disesuaikan dg eksperimen, memiliki
sifat biologi yg paling mirip dg manusia
 Hewan uji : sehat atau dibuat
 Etika moral terhadap hewan coba dapat dipertang-
gung-jawabkan dan sesuai pedoman etik penelitian.
4. In-vitro : menggunakan spesimen biologik (sel &
komponennya, jaringan, darah & komponennya)
Lanjutan…
5. Perlakuan
 Pada in-vivo, pemberian OT-uji disesuaikan dg
penggunaanya pada manusia mencakup dosis
dan cara penggunaan.
 Pd in vivo dan in-vitro : upayakan ada kelompok
pembanding (obat standar / plasebo)
6. Pengamatan
 Terutama pd respon yg sesuai dg efek terapi yg
diharapkan, sesuai dg dasar alasan pelaksanaan
eksperimen. Juga diamati respon pada sistem
lainnya.
 Data dianalisa dg uji statistik yang sesuai
TATA LAKSANA
TEKNOLOGI FARMASI
Teknologi Farmasi Tahap Awal
A.TEKNOLOGI FARMASI TAHAP AWAL
 Uji manfaat dan keamanan OT perlu dilakukan
dalam beberapa tahapan
 Pd tahap awal :
 teknologi farmasi yg idealnya dilakukan sebelum
uji praklinik dpt dilakukan setelah uji praklinik
 OT-uji harus memenuhi syarat :
1.Jelas nama latin simplisia (nama spesies)
2.Jelas ukuran berat dan volume
3.Jelas langkah2 proses pembuatan dari bentuk
simplisia menjadi bentuk yang siap diujikan
4.Dosis dan cara penggunaannya (cara pemberian,
frekuensi, interval, lama pemberian)
 Setelah tahap uji praklinik membuktikan OT-uji
berkhasiat barulah dilakukan teknologi farmasi (mulai
dari identifikasi hingga membuat sediaan yg lebih
mudah pemakaiannya)
LANGKAH2 PEMBAKUAN (STANDARDISASI)

1. Pembakuan Simplisia
 OT yg bermutu akan diperoleh jika simplisia yg mjd
bahan bakunya juga bermutu
 Utk mendapatkan OT yg baik & terulangkan dalam
bentuk, keamanan dan manfaat diperlukan
keterulangan mutu simplisia
 Perlunya budidaya sendiri tanaman sumber
simplisia
 Melindungi dari pihak yang tidak berhak
2. Pembakuan Ekstrak
 Untuk tujuan memperoleh zat identitas/senyawa
penanda (bagian penting dalam penentuan standar
mutu bahan baku)
 Dapat melalui analisa secara fisikokimia (finger print
dalam pola kromatografi)
3. Pembakuan Sediaan OT
 Untuk memperoleh keterulangan dalam identitas
bentuk sediaan.
 Bentuk sediaan OT utk mempermudah pengujian
dan penggunaanya dibuat dalam bentuk larutan,
kapsul, tablet dll
PARAMETER STANDAR MUTU
 Utk masuk ke uji klinik OT-uji harus memiliki identitas
farmasi yg jelas
 Identitas farmasi yg jelas dimulai dr bahan baku
hingga formulasi dan bentuk sediaan memenuhi
persyaratan mutu dg harapan dpt terulangkan dalam
keamanan dan manfaat.
1. Parameter Standar Mutu Bahan Baku OT
meliputi:
1. Nama simplisia (Latin diikuti dg nama
nasional/dagang)
2. Uraian definisi dan sinonim
3. Nama daerah
4. Pemerian meliputi organoleptis,makroskopis &
mikroskopis
5. Baku pembanding (zat murni atau zat identitas
simplisia utk pengenalan simplisia yg akan
dipakai)
6. Identifikasi (uji pendahuluan terhadap simplisia
utk pengenalan golongan senyawa kimia aktif)
7. Uji kemurnian meliputi kadar abu, kadar zat
terekstraksi air, kadar zat terekstraksi etanol, bahan
organik asing, cemaran mikroba, cemaran
aflatoksin, cemaran residu pestisida, cemaran logam
berat)
8. Susut pengeringan
9. Kadar air
10. Zat identitas
11. Penetapan Kadar
12. Peringatan : utk beberapa simplisia perlu diberi
label peringatan
13. Wadah dan penyimpanan
2. Parameter Standar Mutu Ekstrak
1. Nama ekstrak dan Tanaman sumbernya
2. Konsistensi ekstrak dan organoleptis
3. Berat kering dan berat jenis
4. Kadar air dan kadar abu
5. Sisa pelarut dan residu pestisida
6. Uji batas logam berat
7. Cemaran mikroba
8. Sari larut dalam pelarut tertentu
9. Profil kromatografi
10. Kadar terlarut dengan spektrofotometer
11. Kadar total golongan zat kandungan
12. Kadar zat aktif/zat identitas
3. Parameter Standar Mutu Sedian
 Bentuk sediaan OT yg digunakan pd yankes dpt berupa
rajangan, serbuk, kapsul, pil, tablet, pastiles, dodol, cairan
obat dalam, eliksir, cairan obat luar, salep /krim, koyok,
parem, pilis dan tapel.
 Utk bentuk sediaan tsb parameter standart mutu yg
ditetapkan :
a. Penyimpangan bobot h. Kandungan aflatoksin
b. Penyimpangan volume i. Bahan tambahan (penga-
c. Kadar air wet,pewarna,pemanis)
d. Derajat halus j. Kadar etanol
e. Waktu hancur k. Zat identitas
f. Kandungan mikroba l. Stabilitas
g. Angka kapang/khamir m. Kadaluarsa
Standar Mutu Sediaan OT bentuk ..
Rajangan Serbuk
Kadar air Penyimpangan bobot
Kandungan mikroba Kadar air
Angka kapang/khamir Kandungan mikroba
Cemaran aflatoksin Angka kapang/khamir
Bahan tambahan : pengawet Cemaran aflatoksin
Zat aktif / zat identitas & sidik Bahan tambahan : pengawet,
jari pemanis
Stabilitas Zat aktif / zat identitas & sidik
jari
Stabilitas
Kapsul Pil, Tablet dan Pastiles

Penyimpangan bobot Penyimpangan bobot


Kadar air Kadar air
Waktu hancur Waktu hancur
Kandungan mikroba Kekerasan
Angka kapang/khamir Kandungan mikroba
Cemaran aflatoksin Angka kapang/khamir
Bahan tambahan : pengawet Cemaran aflatoksin
Zat aktif Bahan tambahan : pengawet,
pemanis, pengisi, pewarna
Stabilitas Zat aktif / zat identitas & sidik
jari
Stabilitas
Dodol Cairan Obat Dalam, eliksir
Kadar air Penyimpangan volume
Kandungan mikroba Kadar alkohol (utk eliksir)
Angka kapang/khamir Kandungan mikroba
Cemaran aflatoksin Angka kapang/khamir
Bahan tambahan : Cemaran aflatoksin
pengawet, pemanis, pengisi
Zat aktif / zat identitas & Bahan tambahan :
sidik jari pengawet, pemanis,
pewarna
Stabilitas Zat aktif / zat identitas &
sidik jari
Stabilitas
Salep, Krim Cairan Obat Luar
Kandungan mikroba Penyimpangan volume
Angka kapang/khamir Kandungan mikroba
Bahan Tambahan : Pengawet, Angka kapang/khamir
Pengisi
Zat aktif / zat identitas & sidik jari Bahan Tambahan : Pengawet,
Pewarna
Stabilitas Zat aktif / zat identitas & sidik jari
Stabilitas
Koyok Parem, Pilis dan Tapel
Kandungan mikroba Kandungan mikroba
Zat aktif / zat identitas & sidik jari Angka kapang/khamir
Stabilitas Bahan Tambahan : Pengisi
Zat aktif / zat identitas & sidik jari
Stabilitas

Anda mungkin juga menyukai