1. Tolerabilitas : dari kata toleransi, farmakologi obat sejauh mana obat/agen lain yg
masuk ke tubuh manusia bisa muncul efek samping ke tubuh manusia, yg dicek : kadar
tertinggi yg bisa diterima tubuh manusia
2. Uji preklinik : uji yg dilakukan pada hewan coba untuk menentukan keamanan dan
khasiat suatu bahan yg diujikan, sebelum dilakukan uji klinik
STEP 2
STEP 3
1. Apa definisi dari uji preklinik?
Uji yg dilakukan sebelum uji klinik, menjadi syarat uji bagi suatu obat yg akan
didapatkan profil farmakokinetik, farmakodinamik, dan toksisitas. Yg pertama diujikan
pada reseptor pada kultur sel terlebih dahulu. Ada uji in vitro menentukan khasiat obat
(uji aktivitas enzim, anti kanker menggunakan sel lain, anti mikroba pada benih mikroba,
anti inflamasi). Pada uji toksisitas masih dilakukan pada hewan percobaan dan belum ada
pengganti cara ujinya. Obat aman akan dilanjutkan pada uji preklinik. Jika berhenti pada
uji preklinik menjadi OHT, jika lanjut uji klinik menjadi fitofarmaka. Pemberian pada
hewan coba disesuaikan dengan pemberian yg akan diberikan pada manusia
Ada in vitro (di luar tubuh hewan coba, dilakukan di bahan kultur menggunakan bahan
biologi) dan in vivo
Contoh uji in vitro antibakteri menggunakan kultur bakteri, uji antihelmintic
menggunakan kultur cacing, uji anti kanker menggunakan kultur sel kanker
dilanjutkan ke uji in vivo
OHT harus memenuhi bukti empiris dan data non klinik, dilengkapi dengan data
preklinik ada 11 uji in vivo sebagai evaluator BPOM untuk eval keamanan dan data
toksisitas
Uji toksisitas oral akut efek toksik singkat pada dosis oral dalam 24 jam, BPOM
cara penggunaan dosis oral. Dilaporkan reaksi pada hewan cobanya apakah mati atau
hidup dan dievaluasi gejala toksisitas data efek samping, organ yg terdampak
Tahapan
Uji eksperimental in vitro bersifat parsial, tidak semua uji bisa dilakukan in vitro,
opsional, utk klarifikasi klaim obat
Uji eksperimental in vivo membuktikan klaim obat yg sebelumnya, jamu ke OHT
dibuktikan klaim jamu
Uji toksisitas akut (mengetahui LD50 obat, semakin tinggi LD50 semakin aman
dan tahapan mematikan membutuhkan dosis yg tinggi), subkronik (mengamati
kelainan akibat konsumsi obat yg diamati, efek akumulasi obat pada penggunaan
jangka panjang), khusus (melihat keamanan konsumsi obat, contoh : teratogenik,
mutagenic, karsinogenik)
Prinsip 3R :
8. Apa saja hewan yg dapat dijadikan sebagai hewan coba dan syarat hewan coba?
- Mencit : utk mengevaluasi toksisitas akut dan karsinogenik, kurang darah utk
pemeriksaan patologi
- Tikus : uji toksikologi
- Hewan primata : kera, orangutan
- Kelinci : utk penelitian vit A
STEP 4
STEP 5
STEP 6
(Belajar mandiri)
STEP 7
Per BPOM No. 18 tahun 2021 tentang Pedoman Uji Farmakodinamik Praklinik Obat
Tradisional
“berisi pedoman dilakukannya uji farmakodinamik praklinik obat tradisional berdasarkan
kelas terapi”
Peraturan KBPOM No.13 tahun 2014 tentang Pedoman Uji Klinik Obat Herbal
.
4. Apa saja macam-macam, tujuan, dan tahapan dari uji preklinik?
Katzung et.al.2012.Farmakologi Dasar &Klinik Edisi 12. New York : Lange Medical
Publication
Uji toksisitas mendeteksi efek toksi suatu zat pada sisem biologi dan untuk
memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji.
a. Uji toksisitas akut oral efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah
pemberian sediaan uji yang diberikan secara oral dalam dosis tunggal atau dosis
berulang yang diberikan dalam waktu 24 jam. Prinsip : sediaan uji dalam beberapa
tingkat dosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per
kelompok dan diamati efek toksik dn kematian. Tujuan: mendeteksi toksisitas
intrinsic suatu zat, menentukan organ sasaran, kepekaan spesies, memperoleh
informasi baha setelah pemaparan suatu zat sexara akut, memperoleh informasi awal
yang dapat digunakan untuk menetapkan tingkat dosis, merancang uji toksisitas
selanjutnya, memperoleh LD50 suatu bahan/sediaan, serta penentuan penggolongan
bahan/sediaan dan perlabelan
b. Uji toksisitas subkronis oral efek toksi yang muncul setelah pemberian sediaan uji
dengan dosis berulang yangd iebrikan secara oral pada hewan uji dengan dosis
berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama Sebagian umur hewan,
tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan. Prinsip : sediaan uji dalam ebberapa
tingkat dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu
dosis per kelompok selama 28 atau 90 hari hewan yang mati bila belum rigor
mortis segera otopsi dan amati makropatologi dan histopatologi. Tujuan : deteksi
efek toksik yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut, kemungkinan adanya efek
toksik setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu,
informasi dosis yang tidak menimbulkan efek toksi, dan mempelajari efek kumulatif
dan reversibilitas zat tersebut.
c. Uji Toksisitas Kronik Oral mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian
sediaan uji secara berulang sampai seluruh umur hewan. Prinsip : sediaan uji
diberikan tidak kurang dari 12 bulan . Tujuan : untuk mengetahui profil efek toksik
setelah pemberian sediaan uji secara berulang selama waktu panjang, menetapkan
tingkat dosis yang tidak menimbulkan efek toksik.
d. Uji teratogenisitas pengujian untuk memperoleh informasi adanya abnormalitas
fetus yang terjadi karena pemberian sediaan uji selama masa pembentukan organ
fetus (masa organogenesis). Prinsip : pemberian sediaan uji dalam beberapa tingkat
dosis pada beberapa kelompok hewan bunting selama paling sedikit masa
organogenesis dari kebuntingan, satu dosis per kelompok.
e. Uji Sensitisasi Kulit identifikasi zat yang berpotensi menyebabkan sensitisasi kulit.
Prinsip: hewan uji diinduksi dengan dan tanpa Freund’s Complete Adjuvant (FCA)
secara injeksi intradermal dan topical untuk membentuk respon imun, kemudian
dilakukan uji tantang (challenge test). Tingkat dan derajat reaksi kulit dinilai
berdasarkan skala Magnusson dan Kligman.
f. Uji Iritasi mata uji hewan uji (kelinci albino) deteksi efek toksi yang muncul
setelah pemaparan sediaan uji pada mata. Prinsip : sediaan uji dalam dosis tunggal
dipaparkan kedalam salah satu mata pada beberapa hewan uji dan mata yang tidak
diberi perlakuan sebagai kontrol
g. Uji Iritasi Akut dermal efek toksik yang muncul setelah pemaparan sediaan uji
pada dermal selama 3 menit sampai 4 jam. Prinsip : pemaparan sediaan uji dalam
dosis tunggal pada kulit hewan uji dengan area kulit yang tidak diberi perlakuan
sebagai kontrol. Tujuan: menentukan adanya efek iritasi kulit serta untuk menilai
dan mengevaluasi karakteristik suatu zat apabila terpapar pada kulit
h. Uji Iritasi Mukosa Vagina menguji sediaan uji yang kontak langsung dengan
jaringan vagina dan tidak dapat diuji dengan cara lain. Prinsip : uji iritasi mukosa
vagin adalah sediaan uji dibuat ekstrak dalam larutan NaCl 0,9% atau minyak zaitun
dan selanjutnya ekstrak dipaparkan kedalam lapisan mukosa vagina hewan uji selama
tidak kurang dari 5 kali pemaparan dengan selang waktu antar pemaparan 24
jam.Tujuan : mengevaluasi keamanan alat-alat kesehatan yang kontak dengan
mukosa vagina.
i. Uji toksisitas Akut Dermal deteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat
setelah pemaparan suatu sediaan uji dalam sekali pemberian melalui rute dermal.
Prinsip : beberapa kelompok hewan uji menggunakan satu jenis kelamin dipapar
dengan sediaan uji dengan dosis tertentu, dosis awal dipilih berdasarkan hasil uji
pendahuluan. Tujuan : deteksi toksisitas intrinsic suatu zat, memperoleh informasi
bahaya setelah pemaparan suatu zat melalui kulit secara akut dan untuk memperoleh
informasi awal yang dapat digunakan untuk menetapkan nilai LD50 suatu zat,
penentuan penggolongan zat , menetapkan informasi pada label dan informasi
absorbs pada kulit.
j. Uji Toksisitas Subkronis Dermal deteksi efek toksi yang muncul setelah
pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang diberikan melalui rute dermal pada
uji selama Sebagian umur hewan tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan.
Prinsip: sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari yang
dipaparkan melalui kulit Tujuan: deteksi efek toksik zat yang belum terdeteksi pada
uji toksisitas akut dermal, deteksi efek toksi setelah pemaparan sediaan uji melalui
kulit secara berulang dalam jangka waktu tertentu, mempelajari adanya efek
kumulatif dan efek reversibilitas setelah pemaparan sediaan uji melalui kulit secara
berulang.
PerBPOM No. 7 tahun 2014 Pedoman Uji Toksisitas Non Klinik secara In Vivo
Hasil skrining fitokimia pada penelitian ini menunjukkan bahwa jamur tiram ini positif
mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, dan triterpenoid.
Pada penelitian ini Jamur tiram menunjukkan adanya efek hipoglikemik. Efek
hipoglikemik yang ditunjukkan disebabkan oleh adanya efek sinergis dari kandungan
fitokimia pada Jamur tiram putih.
Alkaloid menurunkan kadar glukosa dengan cara mengurangi resistensi insulin dengan
adanya protein kinase C-dependent up-regulasi pada reseptor insulin
Flavonoid bekerja langsung terhadap sel beta pancreas dengan memicu pengaktifkan
kaskade signal cAMP untuk memperkuat sekresi insulin
Saponin modulasi saluran kalsium dan peremajaan sel Beta pancreas
Tripenoid menstimulasi insulin-dependent dan melindungi sel Beta pancreas dari
stress oksidatif dan berperan sebagai anti insulin resisten
Azhari,Dwinthasari Meilinda et.al.2016. Uji Aktivitas Serbuk Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus (Jacq.) P.Kumm) terhadap Kadar Glukosa Darah pada Model
Hewan Hiperkolesteerolemia-Diabetes. Galenika Journal of Pharmacy. Vol.2 (2). Hlm.
96-102.
7. Bagaimana prinsip dasar dalam penggunaan hewan coba?
Pasal 74 UU No.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
(1) Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan hewan sebagai hewan laboratorium dan
hewan model penelitian dan/atau pemanfaatan organ hewan untuk kesejahteraan manusia
diterapkan ilmu kedokteran perbandingan.
(2) Penerapan ilmu kedokteran perbandingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan:
a. di bawah penyeliaan dokter hewan yang kompeten;
b. berdasarkan etika hewan dan etika kedokteran hewan; dan
c. dengan mempertimbangkan kesejahteraan hewan.
Cara penandaan hewan untuk membedakan antara hewan satu dengan yang lain
5. Cara memegang (Handling) Hewan Uji
6. Pengambilan dan Penanganan Darah Hewan Uji
a. Pengambilan Darah Hewan Uji
i. Ekor saluran perpendicularis pada permukaan ekor melalui vena
lateral atau arteri ventral ekor