Anda di halaman 1dari 11

Uji Preklinik

Uji Preklinik merupakan tahapan yang penting pada perjalanan pengembangan obat. Sebagai contoh
buah okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) untuk menjadi obat diabetes harus melalui berbagai
uji pre klinik, dimana masing-masing uji memiliki perbedaan dan karakteristik tertentu. Walaupun
masih memerlukan tahapan uji yang lain, berbagai macam uji preklinik harus dilakukan untuk
memperkirakan tolerabilitas, khasiat, dan keamanan pada manusia.

Step 1
- Uji Preklinik :
o uji yang dilakukan setelah seleksi obat tradisional yang akan dikembangkan menjadi
fitofarmaka.
o Diuji menggunakan hewan coba dengan proses in vitro dan in vivo
 In vitro : uji dilakukan di luar tubuh hewan
 In vivo : uji dilakukan di dalam tubuh hewan
o Uji yang dilakukan pada hewan coba dengan tujuan untuk menentukan keamanan dan
khasiat suatu bahan uji secara ilmiah sebelum dilakukan uji klinik.

- Tolerabilitas :
o Sejauh mana efek samping obat dapat ditoleransi oleh hewan

Step 2
1. Apa yang dimaksud dengan uji preklinik
2. Apa tujuan dari uji preklinik?
3. Jelaskan macam-macam uji preklinik? (pengertian, tujuan, cara uji, contoh)
4. Bagaimana tahapan uji preklinik?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi dari uji preklinik?
6. Apa saja tahapan pengembangan obat?
7. Apa saja syarat hewan coba yang dapat digunakan dalam uji preklinik?
8. Apa kendala dari uji preklinik?

Step 3
1. Apa yang dimaksud dengan uji preklinik ?
Menguji obat tradisional menggunakan hewan coba (mencit, tikus, kelinci) yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar toksisitas, manfaat dan khasiat, jika sudah dilakukan uji preklinik dan
hasilnya baik bisa menjadi OHT, kemudian jika dilanjut uji klinik bisa menejadi obat fitofarmaka.

Uji yang dilakukan pada hewan coba dengan tujuan untuk menentukan keamanan dan khasiat
suatu bahan uji secara ilmiah sebelum dilakukan uji klinik.

2. Apa tujuan dari uji preklinik?


bertujuan untuk mengetahui seberapa besar toksisitas, manfaat, khasiat, keamanan, dan efek dari
obat tradisional
o standarisasi : keseragaman dosis, efek dari masing-masing bahan baku. Setiap bahan baku
memiliki standarisasi berbeda.
 Tujuan : untuk menegatuhi bahan baku bermutu, aman/tidak
 yang dapat dilihat dari standarisasi secara umum : jenis, kemurnian, stabilisasi,
mutu bahan dan spesifikasi dari bahan tersebut

3. Jelaskan macam-macam uji preklinik? (pengertian, tujuan, cara uji, contoh)


Uji preklinik dibagi menjadi 2
 In vitro : uji dilakukan di luar tubuh hewan coba
Ex. menggunakan media kultur, uji jamur dengan menggunakan media agar (untuk
menguji toksik pada jamur), uji obat anti kanker.
 In vivo : uji dilakukan di dalam tubuh hewan coba
 Uji khasiat (farmakologi)
 Uji toksisitas
Untuk mengecek keamanan pada manusia (fitofarmaka)
Secara umum:
o Uji toksisitas 1 (akut) :
Cara uji : dosis yang diberikan pada hewan coba (single dose) dilakukan dalam
24jam dan dilakukan pengamatan selam 14 hari kemudian hewan coba diotopsi
untuk melihat efek pada organ, untuk menuntukan LD (lethat dose)/ toksik pada
organ hingga hewan coba mati.
Tujuan : untuk mengetahui efek pada mata dan kulit.
Ex. : uji buah okra untuk penderita diabetes
o Uji toksisitas 2 (subkronik) : dilakukan 1 – 3 bulan.
Tujuan : skrining terhadap mutagen, uji teratologi, uji sinergisme
o Uji toksisitas 3 (kronik) : dilakukan selama 6 bulan.
Tujuan : uji mutagen pada mamalia
Uji subkronik dan kronik untuk mnegetahui efek oat dalam jangka waktu
panjang
Secara khusus
o Uji teratogenik : 4-11 hari setelah perkawinan. Digunakan untuk obat-obat ibu
hamil. Syarat menggunakn 2 hewan coba (tikus/mencit)  dikawinkan 
dipajankandengan dosis yang bervariasi  amati janin dan korpus luteum 
produksi progesteron
o Uji karsinogenik : tikus (usia 24 bulan) mencit (usia 18 bulan)
o Uji mutagenik : u/ menguji mutasi gen dan kromosom
Apakh semua obat dilakukan uji khusus dan umum?
Kapan Uji khusus dilakukan?
Dilakukan jika obat diberikan dalam jangka panjang
Uji dilakukan berdasarkan indikasi penggunaan obat
Dilakukan uji teratogenik jika terdapat bias fungsi terhadap kandungan obat
Uji klinis terdapat 4 fase, pada fase 4 dilakukan efek samping obat yang tidak terlihat
pada uji sebelumnya (MESO)

Kuantitatif : uji toksistas hewan cobadan penelitian epidimiologi


Kualitatif :berdasarkan gejala yang timbul pada hewan coba, dan respon tubuh
terhadap racun yang tidak spesifik

 Uji farmasetika (standarisasi obat :


 Uji farmakokinetik (proses obat dari absrobsi – ekskresi)
 Uji farmakodinamik (efek obat terhadap tubuh)
Untuk mengecek prediksi farmasi

4. Bagaimana tahapan uji preklinik?


- Fitokimia terdrii dari identifikasi dan isolasi zat aktif. Ex. pembuatan simplisia
- Pengembangan obat tradisional.
Uji preklinis
Uji klinis, ada 4 fase
- Scientifikasi jamu

Syarat :
Simplisia yang digunakan diuraikan dengan nama latin
Mengetahui berat dan volume dari simplisia
Mengetahui langkah proses pembuatan
Mengetahui dosis dan cara penggunaan (interval, lama pemberian)

Menghasilkan :
1. Kemananan (+), khasiat (+/terbukti)
Beredar dan berkhasiat
Selanjutnya dilakukan standarisasi  OHT  uji klinik  terbukti bermanfaat  fitofarmaka
2. Kemananan (+), khasiat (-/ tidak terbukti)
Boleh beredar tanpa indikasi terhadap suatu penyakit
3. Kemananan (-), khasiat (+/terbukti)
Tidak dipakai sampai penelitian berlanjut, bisa karena dosis terlalu tinggi
4. Kemananan (-), khasiat (-/tidak terbukti)
Tidak boleh diedarkan dan digunakan

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi dari uji preklinik?


o Dosis yang diberikan harus sesuai (dosis minimal, variasi)
o Pemilihan hewan uji (jenis spesies, jenis kelamin, BB, rentang usia)
o Ruang penyimpanan hewan (suhu, kelembapan)
o Handling/ cara memegang hewan coba
o Cara pemberian obat ke hewan coba

6. Apa saja tahapan pengembangan obat?


Tahapan pengembangan obat
- Fitokimia terdrii dari identifikasi dan isolasi zat aktif. Ex. pembuatan simplisia
- Pengembangan obat tradisional.
Uji preklinis
Uji klinis, ada 4 fase
- Scientifikasi jamu

Syarat :
Simplisia yang digunakan diuraikan dengan nama latin
Mengetahui berat dan volume dari simplisia
Mengetahui langkah proses pembuatan
Mengetahui dosis dan cara penggunaan (interval, lama pemberian)

Penemuan obat melalui 4 pendekatan


- Pendekatan empiris (turun-temurun)
- Pendekatan ikatan obat reseptor, melalui uji ilmiah. Melihat kerja dan efek obat
- Pendektan secara kebetulan, ketika dalam penelitian tidak sengaja menemukan efek lain
yang dapat menyembuhkan
- Pendekatan secarar skrining, menilai secara garis besar
Kemudian bisa dilanjut dengan uji preklinik
Dilakukan 2 uji (farmakologi dan toksisitas)
o Farmakologi (invivo dan invitro)
o Toksisitas (invivo dan invitro)
Dilanjut dengan toksisitas umum (berdasarkan waktu)
Uji toksisitas khusus
Hasil yang ditemukan bisa disimpukan
Menghasilkan :
1. Kemananan (+), khasiat (+/terbukti)
Beredar dan berkhasiat
Selanjutnya dilakukan standarisasi  OHT  uji klinik (4 fase)  terbukti bermanfaat
 fitofarmaka/obat jadi
2. Kemananan (+), khasiat (-/ tidak terbukti)
Boleh beredar tanpa indikasi terhadap suatu penyakit
3. Kemananan (-), khasiat (+/terbukti)
Tidak dipakai sampai penelitian berlanjut, bisa karena dosis terlalu tinggi
4. Kemananan (-), khasiat (-/tidak terbukti)
Tidak boleh diedarkan dan digunakan

7. Apa saja syarat hewan coba yang dapat digunakan dalam uji preklinik?
Secara invivo
o Proses metabolisme hampir serupa/serupa dengan manusia
o Harus sehat tanpa cacat
o Pemilihan jenis spesies, jenis kelamin, BB, usia.
Ex. mencit (minimal BB 20 gr, rentang usia 6-8 minggu), tikus (BB 120gr, usia 6-8 minggu),
marmut (250gr, 4-5 minggu), kelinci (1800gr, 8-9 bulan)

8. Apa kendala dari uji preklinik?


o Kesehatan dari hewan coba, dapat diamati dari proses adaptasi
o Lingkungan (cahaya, suhu, kelembapan, makanan-minuman)
o Human error (cara pemberian ekstrak/ bahan uji)

Step 4
Step 7
1. Apa yang dimaksud dengan uji preklinik ?
Uji preklinik/studi pengembangan/ uji non klinik adalah tahapan penelitian sebelum uji klinik
Sumber : I Made Jawi Bagian Farmakologi FK UNUD, Peran Prosedur Uji Praklinik & Uji Klinik
dalam Pemanfaatan Obat Herbal

Uji preklinik adalah penelitian eksperimental yang dapat dikerjakan secara in vivo maupun in vitro
dengan menggunakan berbagai spesies hewan coba, uji preklinik diakui kebenaran hasilnya jika
dilakukan oleh pelaku dan fasilitas yang kompeten
Sumber : Kementrian Kesehatan, 2000

2. Apa tujuan dari uji preklinik?

3. Jelaskan macam-macam uji preklinik? (pengertian, tujuan, cara uji, contoh)

Uji toksisitas Bahan pestisida/ bahan kimia

Untuk bahan pangan


4. Bagaimana tahapan uji preklinik?

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi dari uji preklinik?

Sumber : Hedi R. Dewoto. (2007). Majalah Kedokteran Indonesia. Pengembangan Obat


Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Volume: 57, Nomor: 8
Sumber : peraturan kepala BPOM no 7 th 2014 tntang pedoman uji toksisitas nonklinik sevara
invivo
6. Apa saja tahapan pengembangan obat?
1. Tahap pemilihan
 Pengertian : Tahapan yang dilakukan untuk memilih jenis obat tradisional yang akan diuji
dan dikembangkan menjadi fitofarmaka sesuai prioritas DepKes RI, yaitu :
a. Jenis obat tradisional yang diharapkan mempunyai khasiat untuk penyakit-
penyakit yang menduduki urutan atas dalam morbiditas (pola penyakit).
b. Jenis obat tradisional yang diperkirakan mempunyai khasiat untuk penyakit-penyakit
tertentu berdasarkan inventarisasi pengalaman pemakaian.
c. Jenis obat tradisional yang diperkirakan merupakan alternatif yang jarang (atau
satu satunya alternatif ) untuk penyakit tertentu.
Ex. untuk obat kencing batu.
Pada saat ini pengujian dilakukan terhadap calon-calon obat yang tidak bersifat narkotik

2. Pengujian farmakologik
 Pengertian :
 Tujuan :
o untuk melihat dan kerja farmakologik pada system biologic yang dapat merupakan
petuniuk terhadap adanya khasiat terapetik
o Kegunaan uji penapisan farmakologik sebenarnya adalah untuk menghindari
pemborosan dalam tahap uji lebih lanjut.
o Hasil positif dapat digunakan untuk perkiraan kemungkinan efek pada manusia.
 Cara : Pengujian dapat dilakukan secara in vivo maupun in vitro pada hewan coba
sesuai. Petunjuk tentang khasiat calon fitofarmaka seyogyanya diperoleh dari percobaan in
vivo pada hewan mamalia yang sesuai, sedapat mungkin dikaitkan dengan model
penyakitnya pada manusia. Tidak semua khasiat terapetik calon obat bisa diperkirakan
secara langsung dari model-model percobaan hewan. Beberapa khasiat yang mungkin bisa
diperkirakan dari uji penapisan dengan model percobaan hewan misalnya daya analgetik,
daya menidurkan, anti hipertensia, anti diabetes, anti arthritis dll.
Penapisan aktivis farmakologik diperlukan bila belum terdapat petunjuk mengenai khasiat.
Bila telah ada petunjuk mengenai khasiat maka langsung dilakukan pemastian khasiat.
3. Pengujian toksisitas
a. Uji toksisitas akut
b.

4. Pengujian farmakodinamik
5. Pengembangan sediaan (formulasi)
6. Penapisan sediaan & standarisasi sediaan.
7. Pengujian klinik
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 761/MENKES/SK/IX/1992 tentang Pedoman
Fitofarmaka Menteri Kesehatan Republik Indonesia

7. Apa saja syarat hewan coba yang dapat digunakan dalam uji preklinik?

8. Apa kendala dari uji preklinik?


Pada pengembangan obat tradisional ditemui berbagai kendala dan keterbatasan, diantaranya:
o Waktu, karena dalam melakukan semua tahapan pengembangan obat dibutuhkan waktu
yang panjang.
 Solusi : apabila obat tradisional yang sudah banyak digunakan tidak perlu melalui
semua tahap dengan syarat keamanan dan khasiatnya tetap dipercaya.
o Dana, banyaknya tahapan yang dilalui sebandig dengan besarnya dana yang harus
dikeluarkan. Tanpa dana yang memadai, pengembangan obat tradisional akan sulit
dilaksanakan
o Sarana, banyaknya tahapan yang dilalui sebanding dengan keterbatasan sarana
sebanding dengan sulitnya pengembangan obat tradisional dilakukan meliputi :
perangkat peniliti
Ex. Reagen yang tidak lengkap, laboratorium yang memiliki NPWP sebagai syarat
pencairan dana bantuan penelitian
Sehingga solusi yang dibutuhkan harus dapat menjawab, apakah pengembangan obat
tradisional dilakukan secara efisien, dengan waktu singkat dan langkah yang sederhana?
Solusi :
o
Sumber : B. Dzulkarnain dan N. Sukasediati. (1992). Pemanfaatan Obat Tradisional : Dapatkah
Dipercepat?. Media Litbangkes. Volume II. Nomor 3.

Sumber :

Anda mungkin juga menyukai