Anda di halaman 1dari 23

Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

STEP 1
1. Uji preklinik :
- Suatu uji yg dilakukan pada hewan coba/bahan biologi lainnya (kultur jaringan dan
kultur biakan kuman)  Bertujuan untuk membuktikan khasiat dan keamanan
secara ilmiah pada suatu zat/bahan yang diduga berkhasiat obat
2. Tolerabilitas
- Kemampuan obat yang dapat diterima individu sampai tingkat yg paling tinggi,
sejauh mana efek samping obat yg dapat di toleransi
3. Uji toksisitas
- Uji digunakan untuk menguji tingkat ketoksikan suatu zat/bahan yg akan digunakan
sbg obat
-

STEP 2
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji preklinik!
2. Bagaimana tahapan dan urutan (macam-macam) dari uji preklinik!
3. Bagaimana cara melakukan uji preklinik?
4. Apa tujuan dalam uji preklinik?
5. Apa saja hewan yang dapat dijadikan sebagai hewan coba dan syarat hewan coba!
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

6. Apa saja macam-macam dari uji toksisitas?


7. Apa saja prinsip etika dalam menggunakan hewan coba!
8. Mengapa dari hasil keseluruhan hasil preklinik sangat penting untuk memperkirakan
tolearabilitas dan keamanan pada uji yang akan dilakukan pada manusia?
9. Bagaimana suatu obat dikatakan telah lolos uji preklinik?
10. Apa saja kendala yang dihadapi dalam melakukan uji preklinik?
11. Jelaskan tujuan , macam-macam dan perbedaan dari uji farmakologi!
12. Jelaskan tujuan , macam-macam dan perbedaan dari uji toksisitas!

STEP 3
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji preklinik dan tujuannya!
Jawab :
- Uji preklinik / pengembangan/ non klinik/ efek farmakologi : tahapan penelitiansblm
uji klinik, dilakukan pada hewan coba . memiliki tujuan untuk evaluasi keamanan
produk baru Obat-obatan, perlatan medis, kosmetik, solusi terapi gen.
- Merupakan persyaratan, didapatkan informasi : efek farmakologis, profil
farmakokinetik dan toksisitas pada obat yg akan diuji
- Merupakan uji dilakukan pada hewan coba,bahan biologi (kultur jaringan dan kultur
biakan kuman) untuk membuktikan khasiat dan keamanan obat yg akan diuji.
- Tujuan : meneliti suatu bahan ( yg diduga berkhasiat obat) atau obat yg sudah
beredar tapi belum dapat dibuktikan khasiat dan keamanan suatu obat. Missal dari
jamu OHT  FF

2. Bagaimana tahapan dan urutan (macam-macam) dari uji preklinik!


Jawab :
Tahapan
a. Uji farmakodinamik  prediksi efek obat sblm diujika pd manusia ( efek
biokimia dan biologis tubuh terhadap obat.
b. Uji toksisitas melihat keamanan obat, kadar obat yang dibutuhkan
Ada 4 :
- Akut : jangka pendek  kurang dari 1 hari, untuk deteksi toksisitas dlm waktu
singkat, selanjutnya dilakukan uji ED50 dan LD 50
Prinsip : LD  berapa hewan coba  diolah data
Tujuan : identifikasi bahan kimia yg toksik dan bahayanya pada manusia,
menentukan LD 50
Biasanya butuh banyak hewan coba
- Sub akut
Ada beberapa tingkatan dosis yg diberikan setiap hari pada bbrp kelompok uji,
hewan coba diamati setiap hari. Hewan yg mati  dilakukan pengamatan
makropatologi/histopatologi
Tujuan : efek toksis zat yg tidak terdeksi saat uji akut,
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

masa : beberapa bulan


Singkat 28 hari
90 hari
- Kronik ; lihat obat yg diuji, dalam penggunaan berulang dan > 4 minggu . beberapa
tingkatan dosis dan diberikan pada bbrp kelompok uji, bisa dilakukan dalam 12
bulan.
Diamati setiap hari, efek toksik pada hewan  apakah ada perubahan histo PA
Tujuan : Efek toksisitas dalam hewan cova yg tidak terlihat dlm uji sub kronik,
karakteristik toksisitas
- Khusus :
teratogen Cacat pd bayi, mutagen perubahan gen, karsinogenik
menyebabkan kanker
apakah uji toksisitas khusus dilakukan pada semua obat yg akan diuji? Atau pada
obat-obatan tertentu?
- Tidak hanya dilakukan pada obat oral, contoh : uji toksisitas akut oral, uji sensitivitas
kulit, uji iritasi mata, uji toksisitas akut dermal,
- Pada obat-obatan tertentu saja
- Teratogenic : apabila penggunaan obat tsb pada masa organogenesis  contoh obat
hipertensi
- Mutagen dan karsinogenik ; apabila digunakan obat yg lama (kronis)
- Dilakukan pada sediaan yg lain  kulit (iritasi kulit) dsb
c. Uji farmakokinetik : Absorbsi, Distribusi, Metabolisme , Ekskresi ( nasib obat
di dalam obat)
- Parameter pokok : kecepatan absorbs, clearance, volume distribusi
- Parameter sekunder : waktu paruh, kecepatan eliminasi/ekskresi obat
- Parameter turunan : waktu untuk mencapai kadar puncak kadar tertinggi di dlm
plasma
-
3. Apa definisi ED 50 dan LD 50!
Jawab :
- ED 50 : effective dose 50  dosis obat yg bisa menimbulkan efek pada 50% hewan
coba
- LD 50 : lethal dose  dosis obat yang bisa menimbulkan kematian pada 50% hewan
coba

4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam melakukan uji preklinik?


Jawab :
- Biaya : ada banyak tahapan yg dilakukan , membutuhkan banyak biaya
-
5. Bagaimana cara melakukan uji preklinik?
Jawab :
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

- Pemilihan
 memilih obat yg diharapkan memiliki khasiat untuk penyakit yg memiliki urutan
terttinggi dlm pola penyakit . untuk jenis obat tradisional untuk penyakit2 tertentu,
merupakan alternatif obat untuk penyakit tertentu
- Tahap pengujian farmakologi
 dilakukan secara in vitro / in vivo pada hewan coba yg sesuai, sedapat mungkin
dapat disesuaikan dgn model penyakit yg ada di manusia. Contoh mencit

- Tahap pengujian toksisitas ;


pemberian bbrp dosis tunggal yg meningkat secara teratur, pada beberapa
kelompok perlakuan  ED 50 dan LD 50
LD 50 : Dosis dicobakan pada 1 kelompok dulu misal ikan cetul dgn dosis yg
bertingkat  50% hewan mati pada dosis yg berapa
ED 50 : menimbulkan efek obat tertentu ( misal : efek semangat pada pemberian
alkohol) pada 50% pada hewan coba
- Tahap pengujian farmakodinamik :
untuk mengetahui pengaruh farmokologis pada system biologis dari percobaan yg
dilakukan pada uji toksisitas hewan coba
- Tahap pengembangan sediaan ( formulasi) :
agar bentuk sediaan yg akan diberikan ke manusia memenuhi persyaratan kualitas
dan estetika
 Tidak memberikan bau/rasa yg menyebabkan kegagalan pengujian 
bawang putih
 Memiliki ketersediaan yg baik, hasil uji farmakologi dan uji klinik yg
meragukan

- Tahap Penapisan fitokimia dan standarisasi sediaan :


menggunakan zat identitas, penentuan zat kimia aktif dalam obat yg diujikan

6. Bagaimana suatu obat dikatakan telah lolos uji preklinik?


Jawab :
- Misal pada obat A dilakukan uji toksisitas spesifik, misal teratogenic, setelah diuji
didapatkan obat A tidak menimbulkan efek teratogenic pada hewan coba  obat A
lolos uji preklinik
-
7. Jelaskan tujuan , macam-macam dan perbedaan dari uji farmakologi!
Jawab :
- Uji farmakologi : mengetahui efek obat bagi tubuh
a. Uji farmakokinetik : Nasib obat didalam tubuh ( ADME)
Nasib obat dalam tubuh , ada 4 : Absropsi  masuknya obat dari tempat
pemberian ke darah , dapat melalui oral, kulit atau otot; Distribusi  obat
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan , dipengaruhi oleh aliran darah,


permeabilitas kapiler dan protein; Metabolisme  merubah komposisi obat agar
bisa dibuang keluar tubuh ; Ekskresi  pembuangan/eliminasi dari obat
Contoh : secara in vivo
b. Uji farmakodinamik ; efek obat terhadap tubh
Proses antara reseptor dan efek respon farmakologisnya ( efek biokimia dan
fisiologik)
Contoh : secara in vitro, melalui kultur sel dan in vivo
Misal efek penurunan tensi, bronkodilatasi
8. Jelaskan tujuan , macam-macam dan perbedaan dari uji toksisitas!
Jawab :
d. Uji toksisitas melihat keamanan obat, kadar obat yang dibutuhkan
:
UMUM
- Akut : jangka pendek  kurang dari 1 hari (<24 jam) , untuk deteksi toksisitas dlm
waktu singkat, selanjutnya dilakukan uji ED50 dan LD 50
Prinsip : LD  berapa hewan coba  diolah data
Tujuan : identifikasi bahan kimia yg toksik dan bahayanya pada manusia,
menentukan LD 50
Biasanya butuh banyak hewan coba ,
- Sub akut/sub kronik (14-180 hari)
Ada beberapa tingkatan dosis yg diberikan setiap hari pada bbrp kelompok uji,
hewan coba diamati setiap hari. Hewan yg mati  dilakukan pengamatan
makropatologi/histopatologi
Tujuan : efek toksis zat yg tidak terdeksi saat uji akut, efek kumulatif obat dalam
tubuh
masa : beberapa bulan
Singkat 28 hari
90 hari
- Kronik ; lihat obat yg diuji, dalam penggunaan berulang dan > 4 minggu. beberapa
tingkatan dosis dan diberikan pada bbrp kelompok uji, bisa dilakukan dalam 12
bulan.
Diamati setiap hari, efek toksik pada hewan  apakah ada perubahan histo PA
Tujuan : Efek toksisitas dalam hewan cova yg tidak terlihat dlm uji sub kronik,
karakteristik toksisitas
Khusus : uji untuk menguji obat2 an yg mungkin memiliki efek potensial  teratogen, mutagen,
karsinogenik
 teratogenik Cacat pd bayi,implantasi sampai organogenesis
 mutagenik perubahan pada sekuen / segmen gen in vitro( mutagen
pada bakteri) /in vivo ( menentukan kerusakan gen pada mamalia)  melalui
sumsum tulang untuk menilai kerusakan kromosom
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

 karsinogenik menyebabkan kanker, waktu yg lama  tikus 24 bulan ,


mencit 18 bulan. Parameternya : terbentuknya neoplasma dan peningkatan
status neoplasma seiring dengan peningkatan dosis
IN VITRO : diluar tubuh hewan coba dilakukan pada obat tertentu  anti
infeksi(antibiotic) menggunakan kultur bakteri penyebab penyakit, anti virus
( kulur jaringan ), antikanker ( kultur jaringan sel kanker)
in vitro dilanjutkan in vivo
IN VIVO : di dalam tubuh hewan coba ,
apakah uji toksisitas khusus dilakukan pada semua obat yg akan diuji? Atau pada
obat-obatan tertentu?
- Tidak hanya dilakukan pada obat oral, contoh : uji toksisitas akut oral, uji sensitivitas
kulit, uji iritasi mata, uji toksisitas akut dermal,
- Pada obat-obatan tertentu saja
- Teratogenic : apabila penggunaan obat tsb pada masa organogenesis  contoh obat
hipertensi
- Mutagen dan karsinogenik ; apabila digunakan obat yg lama (kronis)
- Dilakukan pada sediaan yg lain  kulit (iritasi kulit) dsb

9. Apa saja hewan yang dapat dijadikan sebagai hewan coba dan syarat hewan coba!
Jawab :
- Mencit : bila diperlukan banyak hewan coba, misal toksisitas akut, karsinogenik
- Tikus : galur wistar , Sprague dawley  uji toksikologi  lebih besar
- Kera
- Kelinci
SYARAT
1. Bebas mikroorganisme pathogen  dapat mempengaruhi uji yg dilakukan
2. Mempunyai kemampuan memberikan reaksi imunitas yg baik
3. Memiliki kepekaan terhadap suatu penyakit  tingkat epitabilitasnya

10. Apa saja prinsip etika dalam menggunakan hewan coba!


11. Mengapa dari hasil keseluruhan hasil preklinik sangat penting untuk memperkirakan
tolearabilitas dan keamanan pada uji yang akan dilakukan pada manusia?

STEP 4
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

STEP 7
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji preklinik dan tujuannya!
Uji pre klinik adalah suatu uji yg bertujuan untuk mengetahui keamanan dan
kebenaran khasiat suatu bahan secara ilmiah melalui uji toksisitas dan uji aktivitas
(farmakokinetik dan farmakodinamik) menggunakan hewan coba secara in vivo dan in
vitro.
Uji pre klinik merupakan uji yang dilakukan setelah tahap seleksi obat tradisional
yang akan dikembangkan menjandi fitofarmaka. Uji pre klinik dapat dilakukan secara in
vitro maupun in vivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas (keamanannya) dan efek
farmakologis, farmakodinamik dan farmakokinetiknya untuk melihat efek pada manusia.
Bentuk sediaan yg akajn diberikan disesuaikan dengan rencana pemberian ada manusia.
Dewoto, Hedi R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka.
Departemen Farmakologi, FK UI, Jakarta

Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini diperoleh
informasi tentang efek farmakologis, profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat.
Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik adalah pengujian ikatan obat pada
reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ terisolasi, selanjutnya bila dianggap
perlu maka dilakukan uji pada hewan.
Uji praklinik selain memakai hewan, telah dikembangkan pula berbagai uji in
vitro untuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker
menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji
antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada hewan (Thoratet
al.,2010) tetapi belum semua uji dapat dilakukan secara in vitro. Uji toksisitas sampai
saat ini masih tetap dilakukan pada hewan percobaan, belum ada metode lain yang
menjamin hasil yang menggambarkan toksisitas pada manusia, untuk masa yang akan
datang perlu dikembangkan uji toksisitas secara in vitro. Setelah calon obat dinyatakan
mempunyai kemanfaatan dan aman pada hewan percobaan maka selanjutnya diuji
pada manusia (uji klinik).
I Made Jawi, peran Prosedur uji Praklinik Dan Uji Klinik Dalam Pemanfaatan Obat Herbal

Uji praklinik, atau disebut juga studi pengembangan atau uji non-klinik,atau uji
efek farmakologik, adalah tahap penelitian yang terjadi sebelum uji klinik atau pengujian
pada manusia. Sehingga peneliti dapat mempercepat penemuan obat dan meringkas
proses pengembangan obat. Pengujian pada manusia hanya disetujui jika produk obat
tidak memiliki efek berbahaya pada hewan coba pada uji praklinik. Uji praklinik
dilakukan pada hewan sedangkan uji klinik dilakukan pada manusia.
MahanV L. 2014. Clinical Trial Phases. International Journal of Clinical Medicine,5, 1374-
1383
2. Bagaimana tahapan dan urutan (macam-macam) dari uji preklinik!
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

1) Uji farmakokineti : mengetahui efek obat pada tubuh (absorbsi, metabolisme, dan
ekskresi).
o Uji invitro dapat dipakai untuk uji metabolisme CYP450 dari suspensi
hepatosit hewan dan manusia. CYP450 dan non CYP450 (ginjal,
gastrointestinal)
o Clearance terkait ekskresi melalui urin
o Metabolisme sampai distribusi menggunakan assay
o Terdapat 3 parameter:
 Parameter pokok kecepatan absorbsi, clearance (volume darah yg
dibersihkan dlm satuan waktu), volume distribusi.
 Parameter sekunder  waktu paruh (waktu yg diperlukan menjadi ½
dari jml awal yg diberikan) dan tetapan kecepatan eliminasi (ekskresi
obat)
 Parameter turunan
 waktu untuk mencapai kadar puncak
 kadar puncak: kadar tertinggi di dalam plasma.
 Luas daerah dibawah kurva kadar obat di sistemik berbanding
dengan waktu : berapa banyak obat diabsorbsi
2) Uji toksisitas  melihat keamanan obat, kadar obat (uji kuantitatif)
Dibagi menjdi :
a) Toksisitas akut
b) Uji yg dilakukan <= 24 jam dosis tunggal dan tidak berulang
c) Toksisitas sub kronis
d) Toksisitas kronis
3) Uji farmakodinamik  pengaruh obat terhadap tubuh, memprediksi efek sebelum
diujikan pd manusia
4) Toksisitas khusus: uji teratogenitas, uji mutagenitas, uji karsinogenitas  Analisa
jangka panjang.

BPOM. 2014. Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik IndonesiaNomor 7 Tahun 2014.
Pengawas Obat dan Makanan Indonesia Republik Indonesia

3. Apa definisi ED 50 dan LD 50!


- LD50 : menyatakan dosis obat yang dapat menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan.
- ED50 : menyatakan dosis obat yang dapat timbulkan efek (ex :kejang-kejang) pada
50% hewan percobaan.
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam melakukan uji preklinik?
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

faktor biaya menjadi kendala industri farmasi di Indonesia melakukan riset sampai ditemukan
obat baru hingga dipasarkansumber : Hairunnisa. 2019. Sulitnya Menemukan Obat Baru di
Indonesia.
Majalah Farmasetika, 4 (1) 2019, 16-21

KENDALA PENGEMBANGAN BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL


1. Industri jamu dan industri farmasi yang akan memproduksi sediaan obat tradisional masih
mengalami kendala sulitnya mendapatkan BBOT simplisia dalam jumlah besar dan dengan
mutu seragam.
2. kurangnya riset terpadu di bidang pengembangan BBOT, khususnya identifikasi keragaman
genetik, seleksi dan konservasi, teknik budidaya, pasca panen dan teknologi ekstraksi yang
dapat diimplementasikan oleh kalangan usaha tanaman obat, simplisia dan industri ekstrak
bahan alam (IEBA)
3. masih banyak tanaman obat yang belum dibudidaya belum optimalnya rantai pasokan BBOT
simplisia dari petani ke industri OT sehingga dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak
4. besarnya biaya investasi IEBA karena ketergantungan pada peralatan impor
5. belum terintegrasinya produk obat tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan formal,
sehingga industri obat tradisonal hanya fokus pada produk jamu yang dijual bebas dengan nilai
tambah kecil dan tidak dapat bersaing dipasaran regional dan global.
Sumber : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2013
TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL
5. Bagaimana cara melakukan uji preklinik?
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

Males, Dewa Ketut.2010. PERAN UJI PRAKLINIK DALAM BIDANG


FARMAKOLOGI.Surabaya.Perpustakaan Thesis Universitas Udayana
6. Bagaimana suatu obat dikatakan telah lolos uji preklinik?
- Terdaftar di BPOM
7. Jelaskan tujuan , macam-macam dan perbedaan dari uji farmakologi!
Uji Aktivitas Obat Uji Toksisitas Obat
Uji farmakologis : Uji yang ditujukan untuk Uji toksisitas umum
melihat adanya kerja farmakologik pada A ) akut
sistem biologi yang dapat merupakan B) sub kronis
petunjuk terhadap khasiat terapeutik baik C) kronis
secara in vitro maupun in vivo. Kegunaan
uji farmakologi untuk menghindari
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

pemborosan dalam tahap uji lebih lanjut,


dapat digunakan kemungkinan efek pada
manusia

1. Efek farmakokinetik Uji toToksisitas khusus


Farmakokinetik atau kinetika obat adalah
A teratogenik
nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
B mutagenik
terhadap obat. Farmakokinetika adalah
C karsinogenik
ilmu yang mempelajari tentang kinetik
absorbsi, distribusi, dan eliminasi (yakni
ekskresi dan metabolisme) obat. (Shargel,
2012).
Ada 2 komponen:
1. 1. Drug clearance obat yg sudah
dimetabolisme tubuh
2. 2. Volume distribusi

2. Efek farmakodinamik
Untuk melihat efikasi (dosis maximum) dan
potensiasi obat (ED50)

Uji ikatan obat dengan reseptor dengan


kultur sel terisolasi, organ terisolasi.
Uji tambahan in vitro : aktivitas enzim.

8. Jelaskan tujuan , macam-macam dan perbedaan dari uji toksisitas!


Toksisitas akut
 Pemberian beberapa dosis tunggal yang meningkat secara teratur pada beberapa kelompok
hewan dari jenis yang sama.
 Pengamatan kematian dalam waktu 24 jam digunakan untuk menghitung LD50, dan hewan
dipelihara selama 14 hari.
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

 Uji toksisitas akut merupakan prasyarat formal keamanan calon fitofarmaka (obat) untuk
pemakaian pada manusia.
 Secara ideal uji toksisitas akut dilakukan pada beberapa jenis hewan, sekurang-kurangnya jenis
hewan pengerat dan satu jenis hewan bukan pengerat. Namun karena berbagai pertimbangan
uji toksisitas akut pada saat ini sudah cukup memadai , bila dilakukan pada tikus dari kedua
jenis kelamin, menggunakan minimal hewan dari tiap kelamin perdosis.
 Yang perlu dicari pada uji ini adalah :
a. Spektrum toksisitas akut Sistem biologik yang paling peka terhadap calon Fitofarmaka.
b. Cara kematian (mode of death).
c. Nilai dosis lethal median ( LD50) yang dihitung dengan metode statistic baku.
Pada kasus dimana sulit untuk memperoleh harga LD50 secara pasti seyogyanya dalam
percobaan dosis yang diberikan sudah dicakup dosis terbesar yang secara teknis dapat diterima
oleh hewan coba.
 Untuk tanaman yang belum dikenal, uji menggunakan dua jenis hewan coba yaitu tikus dan
mencit dari dua jenis kelamin. Bila diperlukan dapat ditambah anjing.
 Spectrum toksikologik yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kemungkinan adanya efek
toksik pada system organ-organ vital seperti kardiovaskuler, susunan saraf gastroiniestinaple,
pernafasan dan lain-lain. Jika calon fitofarmaka mempunyai pengaruh toksik pada system ini,
umumnya akan terdeteksi pada tahap uji toksisitas
akut.
Letal dose
1. Luar biasa toksik : 1 mg/kgbb
2. Sangat toksik : 1-50 mg/kgbb
3. Cukup toksik : 50-500 mg/kgbb
4. Sedikit toksik : 500-5000 mg/kgbb
5. Tidak toksik : 5000-15000 mg/kgbb
6. Tidak berbahaya : >15000 mg/kgbb
Pengujian toksisitas lanjut meliputi :
a. Toksisitas sub akut.
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

b. Toksisitas kronik.
c. Toksisitas spesifik.

Toksisitas Sub Akut


 Rancangan uji toksisitas sub akut dibuat berdasarkan hasil uji toksisitas akut
 Dapat memberikan gambaran tentang toksisitas calon fitofarmaka pada penggunaan berulang
untuk jangka waktu yang relatif lama kecenderungan kumulasi dan reversibilitas efek toksik
calon fitofarmaka dapat dinyatakan dari hasil uji toksisitas sub akut.
 Hewan coba ideal tiga jenis, yaitu 2 rodent dan 1 non rodent, untuk sementara cukup memadai
menggunakan satu jenis yaitu tikus, minimal 3 dosis, salah satu dosis adalah dosis ekivalen
yang akan digunakan pada manusia, 10 hewan per dosis, dua jenis kelamin.
 Route pemberian sama dengan route yang digunakan pada manusia.
 Jangka waktu uji pemberian calon fitofarmaka pada toksisitas sub akut 3 (tiga) bulan.
Pemeriksaan organ-organ vital seperti hepar, ginjal, paru, otak, system hematologik , di
kerjakan dengan metode standar (baku), termasuk pemeriksaan histopatologik. Teknis
pelaksanaan pengujian harus dikerjakan dengan cara-cara standar (baku) yang memenuhi
persyaratan ilmiah. Bilamana pada pengamatan Uji toksisitas akut terlihat adanya gejala toksik
pada organ hati dan atau ginjal maka parameter perlu dilengkapi dengan parameter biokimia
mengenai hati dan ginjal.

Toksisitas Kronik
 Diprioritaskan pada calon fitofarmaka yang penggunaannya berulang/ berlanjut dalam jangka
waktu sangat lama (lebih dari 6 bulan). Uji toksisitas kronik memberikan gambaran tentang
toksisitas atau keamanan calon fitofarmaka pada penggunaan dosis lazim secara berulang
selama hayat hewan.
 Rancangan uji toksisitas kronik dibuat berdasarkan hasil uji toksisitas sub akut.
 Jumlah hewan coba yang digunakan harus cukup banyak, minimal 20 ekor per dosis, agar hasil
uji toksisitas kronik masih dapat ditafsirkan dengan cermat, walaupun terjadi kematian hewan
yang tidak berkaitan dengan hal-hal teknis percobaan selama waktu pengujian.
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

 Lama pemberian fitofarmaka pada hewan coba untuk uji toksisitas dianjurkan agar disesuaikan
dengan lamanya pemakaian obat pada manusia. Tabel berikut memperlihatkan skema lama
pemberian yang diperlukan pada uji toksisitas dihubungkan dengan pemberian pada manusia.
Tabel ini merupakan modifikasi dari pedoman FDA untuk evaluasi obat yang akan digunakan
pada manusia ( 1975).

Toksisitas Spesifik
Meliputi uji teratogenisitas, uji karsinogenisitas , uji mutegenisitas, uji toksisitas terhadap janin,
uji terhadap fungsi-fungsi reproduksi dan lain-lain. Perlu tidaknya uji-uji ini dilakukan
tergantung pada kemungkinan terjadinya efek-efek toksik tersebut, sehubungan dengan
pemakaiannya pada manusia. Misalnya :
Uji teratogenisitas atau uji toksisitas terhadap janin harus dikerjakan bila pemakaian klinik
fitofarmaka nantinya diberikan pada masa-masa organogenesis dan kehamilan.
Uji mutagenisitas dan karsinogenisitas harus dikerjakan bila fitofarmaka dipakai secara kronik,
peraksanaan penguiian, harus memenuhi cara-cara standar (baku) yang lazim.
Untuk sediaan-sediaan yang digunakan secara topikal dipersyaratkan untuk dilakukan pengujian
toksisitas secara topikal misalnya iritasi kulit dengan model hewan percobaan yang sesuai.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 761/MENKES/SK/IX/1992
TENTANG PEDOMAN FITOFARMAKA

- apakah uji toksisitas khusus dilakukan pada semua obat yg akan diuji? Atau pada
obat-obatan tertentu?
Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik secara in vivo dalam Peraturan ini meliputi:
a. uji toksisitas akut oral; f. uji iritasi mata;
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

b. uji toksisitas subkronik oral; g. uji iritasi akut dermal;


c. uji toksisitas kronik oral; h. uji iritasi mukosa vagina;
d. uji teratogenisitas; i. uji toksisitas akut dermal; dan
e. uji sensitisasi kulit j. uji toksisitas subkronik dermal.

9. Apa saja hewan yang dapat dijadikan sebagai hewan coba dan syarat hewan coba!
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

Syarat Hewan Coba


 Sedapat mungkin hewan percobaan yang akan digunakan bebas dari
mikroorganisme patogen, karena adanya mikroorganisme patogen pada tubuh
hewan sangat mengganggu jalannya reaksi pada pemeriksaan penelitian,
sehingga dari segi ilmiah hasilnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh
karenanya, berdasarkan tingkatan kontaminasi mikroorganisme patogen, hewan
percobaan digolongkan menjadi hewan percobaan konvensional, specified
pathogen free (SPF) dan gnotobiotic.
 Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang baik. Hal ini
ada hubungannya dengan persyaratan pertama.
 Kepekaan terhadap sesuatu penyakit. Hal ini menunjukkan tingkat suseptibilitas
hewan terhadap penyakit.
 Performa atau prestasi hewan percobaan yang dikaitkan dengan sifat
genetiknya.
Demi tercapainya kesejahteraan hewan, maka kriteria hewan coba selayaknya
dilakukan 3R yaitu:
a. Replacement: suatu usaha meminimalkan penggunaan hewan coba yang dapat
diganti dengan media lain seperti media kultur atau sejenisnya maupun dengan
metode statistik,
b. Reduction: usaha meminimalkan jumlah atau pengurangan pemakaian hewan coba,
dan
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional

c. Refinement: perlakuan yang pantas terhadap semua organisme agar bebas dari 5R
yaitu rasa lapar dan haus (hunger & thirst), rasa sakit (discomfort pain), rasa takut
dan tekanan (injury fear & distress), rasa bebas untuk
mengekspresikan/menunjukkan perilaku alamiahnya (to express natural behavior)
serta pengkayaan lingkungan.
Hal ini sebagai wujud kemanusiawian terhadap hak-hak hidup hewan coba sebagai
makhuk hidup di masa-masa penempatan, pengandangan, perawatan dan
perlakuan. Hal-hal tersebut diatas telah dilakukan di BBPMSOH dengan adanya
penggunaan sel sebagai pengganti hewan percobaan pada beberapa pengujian
vaksin, dan juga pemeliharaan yang baik agar syarat 5R dapat terpenuhi

Sumber : buku praktikum Obat Tradisional FK UNISSULA


10. Apa saja prinsip etika dalam menggunakan hewan coba!
Replacement: suatu usaha meminimalkan penggunaan hewan coba yang dapat diganti
dengan media lain seperti media kultur atau sejenisnya maupun dengan metode
statistik,
Reduction: usaha meminimalkan jumlah atau pengurangan pemakaian hewan coba, dan
Refinement: perlakuan yang pantas terhadap semua organisme agar bebas dari 5R yaitu
rasa lapar dan haus (hunger & thirst), rasa sakit (discomfort pain), rasa takut dan
tekanan (injury fear & distress), rasa bebas untuk mengekspresikan/menunjukkan
perilaku alamiahnya (to express natural behavior) serta pengkayaan lingkungan.
(PerKBPOM, 2014).

11. Mengapa dari hasil keseluruhan hasil preklinik sangat penting untuk memperkirakan
tolearabilitas dan keamanan pada uji yang akan dilakukan pada manusia?
agar tidak membahayakan manusia, dan dapat diperkirakan bagaimana pengaruh obat
tersebut terhadap tubuh manusia, dan apa respon yang akan ditimbulkan tubuh
terhadap obat tersebut

Anda mungkin juga menyukai