STEP 1
1. Uji preklinik :
- Suatu uji yg dilakukan pada hewan coba/bahan biologi lainnya (kultur jaringan dan
kultur biakan kuman) Bertujuan untuk membuktikan khasiat dan keamanan
secara ilmiah pada suatu zat/bahan yang diduga berkhasiat obat
2. Tolerabilitas
- Kemampuan obat yang dapat diterima individu sampai tingkat yg paling tinggi,
sejauh mana efek samping obat yg dapat di toleransi
3. Uji toksisitas
- Uji digunakan untuk menguji tingkat ketoksikan suatu zat/bahan yg akan digunakan
sbg obat
-
STEP 2
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji preklinik!
2. Bagaimana tahapan dan urutan (macam-macam) dari uji preklinik!
3. Bagaimana cara melakukan uji preklinik?
4. Apa tujuan dalam uji preklinik?
5. Apa saja hewan yang dapat dijadikan sebagai hewan coba dan syarat hewan coba!
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
STEP 3
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji preklinik dan tujuannya!
Jawab :
- Uji preklinik / pengembangan/ non klinik/ efek farmakologi : tahapan penelitiansblm
uji klinik, dilakukan pada hewan coba . memiliki tujuan untuk evaluasi keamanan
produk baru Obat-obatan, perlatan medis, kosmetik, solusi terapi gen.
- Merupakan persyaratan, didapatkan informasi : efek farmakologis, profil
farmakokinetik dan toksisitas pada obat yg akan diuji
- Merupakan uji dilakukan pada hewan coba,bahan biologi (kultur jaringan dan kultur
biakan kuman) untuk membuktikan khasiat dan keamanan obat yg akan diuji.
- Tujuan : meneliti suatu bahan ( yg diduga berkhasiat obat) atau obat yg sudah
beredar tapi belum dapat dibuktikan khasiat dan keamanan suatu obat. Missal dari
jamu OHT FF
- Pemilihan
memilih obat yg diharapkan memiliki khasiat untuk penyakit yg memiliki urutan
terttinggi dlm pola penyakit . untuk jenis obat tradisional untuk penyakit2 tertentu,
merupakan alternatif obat untuk penyakit tertentu
- Tahap pengujian farmakologi
dilakukan secara in vitro / in vivo pada hewan coba yg sesuai, sedapat mungkin
dapat disesuaikan dgn model penyakit yg ada di manusia. Contoh mencit
9. Apa saja hewan yang dapat dijadikan sebagai hewan coba dan syarat hewan coba!
Jawab :
- Mencit : bila diperlukan banyak hewan coba, misal toksisitas akut, karsinogenik
- Tikus : galur wistar , Sprague dawley uji toksikologi lebih besar
- Kera
- Kelinci
SYARAT
1. Bebas mikroorganisme pathogen dapat mempengaruhi uji yg dilakukan
2. Mempunyai kemampuan memberikan reaksi imunitas yg baik
3. Memiliki kepekaan terhadap suatu penyakit tingkat epitabilitasnya
STEP 4
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
STEP 7
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji preklinik dan tujuannya!
Uji pre klinik adalah suatu uji yg bertujuan untuk mengetahui keamanan dan
kebenaran khasiat suatu bahan secara ilmiah melalui uji toksisitas dan uji aktivitas
(farmakokinetik dan farmakodinamik) menggunakan hewan coba secara in vivo dan in
vitro.
Uji pre klinik merupakan uji yang dilakukan setelah tahap seleksi obat tradisional
yang akan dikembangkan menjandi fitofarmaka. Uji pre klinik dapat dilakukan secara in
vitro maupun in vivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas (keamanannya) dan efek
farmakologis, farmakodinamik dan farmakokinetiknya untuk melihat efek pada manusia.
Bentuk sediaan yg akajn diberikan disesuaikan dengan rencana pemberian ada manusia.
Dewoto, Hedi R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka.
Departemen Farmakologi, FK UI, Jakarta
Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini diperoleh
informasi tentang efek farmakologis, profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat.
Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik adalah pengujian ikatan obat pada
reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ terisolasi, selanjutnya bila dianggap
perlu maka dilakukan uji pada hewan.
Uji praklinik selain memakai hewan, telah dikembangkan pula berbagai uji in
vitro untuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker
menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji
antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada hewan (Thoratet
al.,2010) tetapi belum semua uji dapat dilakukan secara in vitro. Uji toksisitas sampai
saat ini masih tetap dilakukan pada hewan percobaan, belum ada metode lain yang
menjamin hasil yang menggambarkan toksisitas pada manusia, untuk masa yang akan
datang perlu dikembangkan uji toksisitas secara in vitro. Setelah calon obat dinyatakan
mempunyai kemanfaatan dan aman pada hewan percobaan maka selanjutnya diuji
pada manusia (uji klinik).
I Made Jawi, peran Prosedur uji Praklinik Dan Uji Klinik Dalam Pemanfaatan Obat Herbal
Uji praklinik, atau disebut juga studi pengembangan atau uji non-klinik,atau uji
efek farmakologik, adalah tahap penelitian yang terjadi sebelum uji klinik atau pengujian
pada manusia. Sehingga peneliti dapat mempercepat penemuan obat dan meringkas
proses pengembangan obat. Pengujian pada manusia hanya disetujui jika produk obat
tidak memiliki efek berbahaya pada hewan coba pada uji praklinik. Uji praklinik
dilakukan pada hewan sedangkan uji klinik dilakukan pada manusia.
MahanV L. 2014. Clinical Trial Phases. International Journal of Clinical Medicine,5, 1374-
1383
2. Bagaimana tahapan dan urutan (macam-macam) dari uji preklinik!
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
1) Uji farmakokineti : mengetahui efek obat pada tubuh (absorbsi, metabolisme, dan
ekskresi).
o Uji invitro dapat dipakai untuk uji metabolisme CYP450 dari suspensi
hepatosit hewan dan manusia. CYP450 dan non CYP450 (ginjal,
gastrointestinal)
o Clearance terkait ekskresi melalui urin
o Metabolisme sampai distribusi menggunakan assay
o Terdapat 3 parameter:
Parameter pokok kecepatan absorbsi, clearance (volume darah yg
dibersihkan dlm satuan waktu), volume distribusi.
Parameter sekunder waktu paruh (waktu yg diperlukan menjadi ½
dari jml awal yg diberikan) dan tetapan kecepatan eliminasi (ekskresi
obat)
Parameter turunan
waktu untuk mencapai kadar puncak
kadar puncak: kadar tertinggi di dalam plasma.
Luas daerah dibawah kurva kadar obat di sistemik berbanding
dengan waktu : berapa banyak obat diabsorbsi
2) Uji toksisitas melihat keamanan obat, kadar obat (uji kuantitatif)
Dibagi menjdi :
a) Toksisitas akut
b) Uji yg dilakukan <= 24 jam dosis tunggal dan tidak berulang
c) Toksisitas sub kronis
d) Toksisitas kronis
3) Uji farmakodinamik pengaruh obat terhadap tubuh, memprediksi efek sebelum
diujikan pd manusia
4) Toksisitas khusus: uji teratogenitas, uji mutagenitas, uji karsinogenitas Analisa
jangka panjang.
BPOM. 2014. Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik IndonesiaNomor 7 Tahun 2014.
Pengawas Obat dan Makanan Indonesia Republik Indonesia
faktor biaya menjadi kendala industri farmasi di Indonesia melakukan riset sampai ditemukan
obat baru hingga dipasarkansumber : Hairunnisa. 2019. Sulitnya Menemukan Obat Baru di
Indonesia.
Majalah Farmasetika, 4 (1) 2019, 16-21
2. Efek farmakodinamik
Untuk melihat efikasi (dosis maximum) dan
potensiasi obat (ED50)
Uji toksisitas akut merupakan prasyarat formal keamanan calon fitofarmaka (obat) untuk
pemakaian pada manusia.
Secara ideal uji toksisitas akut dilakukan pada beberapa jenis hewan, sekurang-kurangnya jenis
hewan pengerat dan satu jenis hewan bukan pengerat. Namun karena berbagai pertimbangan
uji toksisitas akut pada saat ini sudah cukup memadai , bila dilakukan pada tikus dari kedua
jenis kelamin, menggunakan minimal hewan dari tiap kelamin perdosis.
Yang perlu dicari pada uji ini adalah :
a. Spektrum toksisitas akut Sistem biologik yang paling peka terhadap calon Fitofarmaka.
b. Cara kematian (mode of death).
c. Nilai dosis lethal median ( LD50) yang dihitung dengan metode statistic baku.
Pada kasus dimana sulit untuk memperoleh harga LD50 secara pasti seyogyanya dalam
percobaan dosis yang diberikan sudah dicakup dosis terbesar yang secara teknis dapat diterima
oleh hewan coba.
Untuk tanaman yang belum dikenal, uji menggunakan dua jenis hewan coba yaitu tikus dan
mencit dari dua jenis kelamin. Bila diperlukan dapat ditambah anjing.
Spectrum toksikologik yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kemungkinan adanya efek
toksik pada system organ-organ vital seperti kardiovaskuler, susunan saraf gastroiniestinaple,
pernafasan dan lain-lain. Jika calon fitofarmaka mempunyai pengaruh toksik pada system ini,
umumnya akan terdeteksi pada tahap uji toksisitas
akut.
Letal dose
1. Luar biasa toksik : 1 mg/kgbb
2. Sangat toksik : 1-50 mg/kgbb
3. Cukup toksik : 50-500 mg/kgbb
4. Sedikit toksik : 500-5000 mg/kgbb
5. Tidak toksik : 5000-15000 mg/kgbb
6. Tidak berbahaya : >15000 mg/kgbb
Pengujian toksisitas lanjut meliputi :
a. Toksisitas sub akut.
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
b. Toksisitas kronik.
c. Toksisitas spesifik.
Toksisitas Kronik
Diprioritaskan pada calon fitofarmaka yang penggunaannya berulang/ berlanjut dalam jangka
waktu sangat lama (lebih dari 6 bulan). Uji toksisitas kronik memberikan gambaran tentang
toksisitas atau keamanan calon fitofarmaka pada penggunaan dosis lazim secara berulang
selama hayat hewan.
Rancangan uji toksisitas kronik dibuat berdasarkan hasil uji toksisitas sub akut.
Jumlah hewan coba yang digunakan harus cukup banyak, minimal 20 ekor per dosis, agar hasil
uji toksisitas kronik masih dapat ditafsirkan dengan cermat, walaupun terjadi kematian hewan
yang tidak berkaitan dengan hal-hal teknis percobaan selama waktu pengujian.
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Lama pemberian fitofarmaka pada hewan coba untuk uji toksisitas dianjurkan agar disesuaikan
dengan lamanya pemakaian obat pada manusia. Tabel berikut memperlihatkan skema lama
pemberian yang diperlukan pada uji toksisitas dihubungkan dengan pemberian pada manusia.
Tabel ini merupakan modifikasi dari pedoman FDA untuk evaluasi obat yang akan digunakan
pada manusia ( 1975).
Toksisitas Spesifik
Meliputi uji teratogenisitas, uji karsinogenisitas , uji mutegenisitas, uji toksisitas terhadap janin,
uji terhadap fungsi-fungsi reproduksi dan lain-lain. Perlu tidaknya uji-uji ini dilakukan
tergantung pada kemungkinan terjadinya efek-efek toksik tersebut, sehubungan dengan
pemakaiannya pada manusia. Misalnya :
Uji teratogenisitas atau uji toksisitas terhadap janin harus dikerjakan bila pemakaian klinik
fitofarmaka nantinya diberikan pada masa-masa organogenesis dan kehamilan.
Uji mutagenisitas dan karsinogenisitas harus dikerjakan bila fitofarmaka dipakai secara kronik,
peraksanaan penguiian, harus memenuhi cara-cara standar (baku) yang lazim.
Untuk sediaan-sediaan yang digunakan secara topikal dipersyaratkan untuk dilakukan pengujian
toksisitas secara topikal misalnya iritasi kulit dengan model hewan percobaan yang sesuai.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 761/MENKES/SK/IX/1992
TENTANG PEDOMAN FITOFARMAKA
- apakah uji toksisitas khusus dilakukan pada semua obat yg akan diuji? Atau pada
obat-obatan tertentu?
Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik secara in vivo dalam Peraturan ini meliputi:
a. uji toksisitas akut oral; f. uji iritasi mata;
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
9. Apa saja hewan yang dapat dijadikan sebagai hewan coba dan syarat hewan coba!
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
Affiq Miftah Salsabil – 30101700005 – SGD 6 Obat Tradisional
c. Refinement: perlakuan yang pantas terhadap semua organisme agar bebas dari 5R
yaitu rasa lapar dan haus (hunger & thirst), rasa sakit (discomfort pain), rasa takut
dan tekanan (injury fear & distress), rasa bebas untuk
mengekspresikan/menunjukkan perilaku alamiahnya (to express natural behavior)
serta pengkayaan lingkungan.
Hal ini sebagai wujud kemanusiawian terhadap hak-hak hidup hewan coba sebagai
makhuk hidup di masa-masa penempatan, pengandangan, perawatan dan
perlakuan. Hal-hal tersebut diatas telah dilakukan di BBPMSOH dengan adanya
penggunaan sel sebagai pengganti hewan percobaan pada beberapa pengujian
vaksin, dan juga pemeliharaan yang baik agar syarat 5R dapat terpenuhi
11. Mengapa dari hasil keseluruhan hasil preklinik sangat penting untuk memperkirakan
tolearabilitas dan keamanan pada uji yang akan dilakukan pada manusia?
agar tidak membahayakan manusia, dan dapat diperkirakan bagaimana pengaruh obat
tersebut terhadap tubuh manusia, dan apa respon yang akan ditimbulkan tubuh
terhadap obat tersebut