Anda di halaman 1dari 72

edited by :

Yulian Wahyu Permadi, S,Farm., M.Si., Apt.


Tujuan Pembelajaran
 Mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang uji
toksikologi
 Mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang berbagai
jenis uji toksikologi
Uji Toksikologi
Produksi + Pemasaran Ketahui batas aman
Obat/Makanan

Uji
Toksikologi

􀁺 Merupakan uji keamanan pra-klinis


􀁺 Untuk penapisan spektrum efek toksik
􀁺 Hewan roden dan non-roden
Proses Pengembangan Obat
Penemuan Obat Uji Pre Klinik Uji Klinik

Pengembangan
Formula

Registrasi &
Evaluasi

Uji Klinik Pacsa Pemasaran Izin Edar


(Fase IV)
&
Post Marketing Surveylance Pemasaran
Uji Pre Klinik
 Tujuan : farmakologi & toksikologi
 Tipe studi :
 Farmakodinamik
 Farmakokinetik
 Toksikologi umum
 Toksikologi genetik (mutagenik)
 Toksikologi reproduksi (teratogenik)
 Karsinogenik
ASAS UMUM UJI TOKSIKOLOGI
 KONSEP PENELITIAN

 PENGERTIAN : TAKRIF & MAKNA

 SISTEM UJI TOKSIKOLOGI

 PENENTU KESHAHIHAN (VALIDITAS) UJI TOX

 JENIS UJI TOX


1. KONSEP PENELITIAN
 Tahapan-tahapan penelitian :

Obyek Uji

Subyek Uji Manfaat

Proses Uji Data Hasil


 Pemilihan Obyek & Subyek uji  tahap persiapan uji /
penelitian tox
 apa yang akan kita teliti ???  tentukan OBYEK UJI
(sasaran uji & tujuan dari penelitian kita)

 Ex : penelitian utk mengetahui seberapa parah efek


hepatotoksik parasetamol pada dosis tertentu 
obyek : efek hepatotoksik parasetamol
 SUBYEK UJI  makhluk hidup yang akan diberi
perlakuan
 Uji tox (pra klinik)  subyek uji adl hewan, tdk boleh
menggunakan subyek manusia
 PROSES UJI  suatu rangkaian atau proses dari
penelitian /tatacara pelaksanaan pengujian pada
subjek uji (ex : uji ketoksikan akut, uji teratogenitas,
dsb.
 Diperoleh DATA (keluaran sebuah proses uji)
Apa bedanya
DATA, HASIL, MANFAAT ???
 DATA : keluaran mentah/murni dr suatu eksperimen,
belum punya informasi  angka, skor, data kualitatif atau
kuantitatif.
ex : data kenaikan BB mencit
 HASIL : data yg sdh diolah, dianalisis, dievaluasi; punya
nilai informatif
ex : data diuji dg ANAVA  hasil : ada perbedaan
signifikan BB mencit yang diberi perlakuan dgn yang
tanpa perlakuan  arti : perlakuan benar2 memberikan
akibat yg pasti pd perubahan BB mencit
 MANFAAT : keluaran yg bisa diterapkan dr hasil uji
(teoritis maupun praktis)
2. TAKRIF & MAKNA
 Takrif / definisi Uji Toksikologi :
suatu tatacara untuk mendeteksi dan mengevaluasi
kondisi, mekanisme, wujud, dan sifat zat kimia pada
hewan uji tertentu untuk menentukan batas
keamanannya.
 Makna :
Objek uji tox : kondisi, mekanisme, wujud, & sifat efek
toksik suatu zat kimia (asas umum tox)
Subjek uji tox : hewan uji
Tujuan : menentukan batas aman
3. SISTEM UJI TOX
 Objek Uji : asas umum tox
 Subyek Uji : hewan uji
 Proses uji  data tolok ukur kuantitatif/kualitatif 
hasil : informasi ketoksikan bahan uji  evaluasi batas
keamanan
 Subjek uji akan dipejani dgn bahan uji ttt, melalui
serangkaian proses uji, akhirnya akan diperoleh data
 analisis  hasil  manfaat
4. PENENTU KESHAHIHAN UJI TOX
Keshahihan  VALIDITAS UJI, dipengaruhi faktor :
 Bahan Uji : spesifikasi & sifat fisika kimia
- kemurnian - kelarutan
- stabilitas - kondisi bhn uji

 Subjek Uji  pemilihan hewan uji


- fungsi fisiologis organ,
- pengadaan & penanganan mudah
- kondisi patofisiologi (sehat)
- jumlah
 Teknik / Tata cara
- penyiapan sediaan uji (sifat fiskim – jalur
pemejanan)
- penentuan dosis (min 3 peringkat dosis : 0% -
100% toksik)
- jalur pemejanan, volume , frekuensi
- pengambilan cuplikan hayati (jumlah, cara,
teknik pengambilan)
 Pengamatan  kualitatif atau kuantitatif
 Analisis & Evaluasi  analisis yg sudah baku
(Anova, uji t, dll.)
5. JENIS UJI TOX

1. UJI KETOKSIKAN TAK KHAS

2. UJI KETOKSIKAN KHAS


 UJI KETOKSIKAN TAK KHAS (umum)

 uji tox yang dirancang untuk mengevaluasi


keseluruhan atau spektrum efek toksik suatu senyawa
pada aneka ragam jenis hewan uji
Macam :
 Uji Ketoksikan Akut
Uji Ketoksikan Subakut
Uji Ketoksikan Subkronis
Uji Ketoksikan Kronis
 UJI KETOKSIKAN KHAS (khusus)
 uji tox yg dirancang untuk mengevaluasi secara
rinci efek yang khas suatu senyawa pada aneka ragam
jenis hewan uji
 Uji Potensiasi
Uji Kekarsinogenikan
Uji Kemutagenikan
Uji Keteratogenikan
Uji Reproduksi
Uji Kulit & Mata
Uji Perilaku
Perbedaan :
 Sifat pemberian
 Lama pemberian / pemejanan
 Sasaran uji
 Subyek uji
 Luaran uji
Uji Tox Kuantitatif vs Kualitatif
Contoh (kualitatif) :
Kuantitatif
Istilah – istilah ketoksikan :

 LD 50

 LC 50

 NOEL

 NOAEL
Penutup
Jenis zat beracun

Obat, zat toksik alamiah, zat tambahan


makanan, pestisida, zat kimia industri, zat
pencemar lingkungan, limbah rumah
tangga

Toksikologi

Kondisi, mekanisme aksi, wujud dan sifat


efek toksik

Uji toksikologi
Keterangan
 Dari segala uji khas dan tidak khas  kita akan
mendapatkan tolak ukur kualitatif dan
kuantitatif ketoksikan suatu senyawa
 Tolak ukur tersebut digunakan para peneliti 
sebagai evaluasi batas aman suatu senyawa
 Dari segala hasil uji toksikologi tersebut 
diekstrapolasi ke manusia  shg bisa diketahui
batas aman untuk manusia
Yulian Wahyu Permadi, S.Farm., M.Si., Apt.
UJI KETOKSIKAN AKUT
 Dirancang utk menentukan efek toksik suatu senyawa (ex
: zat tambahan makanan) yang akan terjadi dalam waktu
singkat setelah pemejanan/pemberiannya dengan takaran
ttt.
 Tujuan :
- Mempelajari potensi ketoksikan
- Mempelajari gejala klinik/toksik yg timbul
- Mempelajari mekanisme kematian subyek uji
 Sasaran :
- wujud efek toksik
- potensi ketoksikan akut
- mekanisme kematian hewan uji
- angka kematian  LD50
Tatacara Pelaksanaan
 Pemilihan Hewan Uji
 min 2 jenis hewan (roden:tikus, mencit, kelinci; &nirroden:anjing,
kera), baik jantan atau betina
 Satu galur, dewasa, sehat, berat seragam (variasi yg dipbolehkn 10%)
 Pengelompokan Hewan uji
 dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai peringkat dosis yg
digunakan (biasanya 4 klmpok) + 1 kontrol negatif. Satu kelompok
terdiri 4-5 ekor
 Pemejanan Dosis sediaan uji
 Dosis yg diberikan min 4 peringkat dosis, berkisar dosis tertinggi yg
mnyebabkan 0% kematian; sampai dengan dosis terendah yang yang
mematikan seluruh/hampir seluruh hewan uji.
 Pengamatan
Lama pengamatan 24 jam, kecuali pada kasus ttt (tidak ada kematian)
dpt dilanjutkan sampai 7-14 hari. Pengamatan meliputi gejala klinis yang
timbul, perubahan BB, jumlah hewan yang mati tiap kelomp, data
histopatologi beberapa organ penting
Analisis & Evaluasi Hasil
 Ada 3 metode utk analisis perhitungan LD50 :
# Metode Grafik Lithfield
# Metode kertas grafik probit logaritma Miller&Tainter
# Metode rata-rata bergerak Thomson Weill
 Didasarkan pada kekerabatan peringkat dosis dan %
hewan yang menunjukkan respon
 Evaluasi Hasil :
- Data gejala klinis (kualitatif)  evaluasi penyebab
kematian
- Data pemeriksaan histopat  spektrum efek toksik
- Data jml hewan yg mati (kuantitatif)  mhitung LD50 
menetukan potensi ketoksikan akut senyawa uji
Manfaat Uji Ketoksikan Akut
 Harga LD50 dpt digunakan utk menentukan
peringkat/kategori potensi ketoksikan akut suatu senyawa
 sgt toksik bila dosis kecil sj bisa menimbulkan kematian.
(LD50 bukan ukuran batas aman!!)
 Potensi ketoksikan (LD50) bersama potensi keefektifan
(ED50)  evaluasi batas aman suatu senyawa/indeks terapi
= LD50/ED50  batas keamanan uji tox : KETT (kadar efek
toksik terkecil) atau NOEL (No Observe Adverse Effect
Level)
 Pengetahuan ttg potensi ketoksikan  dimanfaatkan utk
merancang uji ketoksikan subkronis/kronis atau dosis
awal/dosis terapi penelitian yg lain (5-10% LD50)
UJI KETOKSIKAN SUBKRONIS / SUBAKUT
 Uji ketoksikan suatu senyawa yg diberikan dg dosis
berulang pada hewan uji ttt, selama < 3bln
 Tujuan :
- Mengetahui spektrum efek toksik suatu senyawa uji
- Mengetahui apakah spektrum efek suatu senyw berhub
dg takaran/dosis
- Mengetahui harga NOEL (dosis tertinggi yg tdk
menimbulkan efek toksik)
- Mengetahui reversibilitas spektrum efek toksik yg terjadi
 Sasaran :
- hispatologi organ (organ yg terkena efek toksik)
- gejala-gejala toksik
- wujud efek toksik (kekacauan biokimia, fungsinal,
struktural)
- sifat efek toksik
- Batas keamanan toksikologi terutama KETT
Tatacara Pelaksanaan
 Pemilihan Hewan Uji
 dpt digunakan roden (tikus) dan nirroden (anjing)
 pilih hewan yg pola metabolisme mirip manusia, dewasa, sehat, jantan atau
betina. Jumlah min 10 ekor utk masing-masing jenis kelamin dlm setiap
kelompok takaran dosis.
 Pengelompokan Hewan uji
 min 4 kelompok (3 kelompok dosis & 1 kontrol negatif )  regresi min 3 data
(analisis hub dosis-efek )
 Pemejanan Dosis sediaan uji
 Dari dosis yg sm skali tdk menimbulkan efek – dosis yg betul2 menimbulkan
efek toksik nyata. Min 3 peringkat dosis, syarat : dosis tertinggi sebisa mungkin
tdk mematikan hwn tapi mberi efek toksik yg jelas; dosis terendah setingkat dg
ED50.
 Pengamatan
# Wujud efek toksik/spektrumnya, semua jenis perubahan diamati :
- Perub Fungsional : pengamatan hematology (Leukosit, Eritro, Hb, dll)
- Perub Biokimia : pengamatan kimia darah & urin
- Perub struktural : pemeriksaan hispatologi seluruh organ
# Kondisi hewan uji (max 3 bln)  jml makanan&minuman, perubahan BB
# Sifat efek toksik  pengamatan sekitar 2 bln kedepan setelah pemberian
senyawa uji dihentikan
Analisis, Evaluasi Hasil & Manfaat
 Data BB, asupan makanan&minuman, gejala2 klinis 
evaluasi status kesehatan & perkembangan patologi
hewan uji akibat pemberian sediaan uji
 Hematologi darah&urin  evaluasi perubahan
fungsional sistem organ
 Manfaat : menentukan NOEL  menggambarkan
batas keamanan secara sub kronis
Manfaat Uji Ketoksikan Akut
 Harga LD50 dpt digunakan utk menentukan
peringkat/kategori potensi ketoksikan akut suatu senyawa
 sgt toksik bila dosis kecil sj bisa menimbulkan kematian.
(LD50 bukan ukuran batas aman!!)
 Potensi ketoksikan (LD50) bersama potensi keefektifan
(ED50)  evaluasi batas aman suatu senyawa/indeks terapi
= LD50/ED50  batas keamanan uji tox : KETT (kadar efek
toksik terkecil) atau NOEL (No Observe Adverse Effect
Level)
 Pengetahuan ttg potensi ketoksikan  dimanfaatkan utk
merancang uji ketoksikan subkronis/kronis atau dosis
awal/dosis terapi penelitian yg lain (5-10% LD50)
UJI KETOKSIKAN KRONIS

 Serupa dg uji ketoksikan sub kronis.


 Perbedaan : lamanya pemberian / pemejanan takaran
dosis senyawa uji.
 Pengamatan selama masa hidup hewan uji  pilih
hewan yg masa hidupnya pendek
 Manfaat : mengevaluasi kemungkinan potensi
terjadinya tumor/kanker pd hewan uji  dilanjutkan
ke uji karsinogenik
UJI POTENSIASI
 Tujuan :
Utk meneliti kemungkinan terjadinya peningkatan
efek toksik suatu senyawa dg hadirnya senyawa yang
lain, dimana terdapat kemungkinan akan menaikkan
ketoksikan salah satu senyw.
 Sasaran :
Menentukan potensi ketoksikan akut (LD50)
gabungan senyawa.
Tatacara Pelaksanaan
 Pemilihan Hewan Uji
~ Uji Ketoksikan Akut
 Pengelompokan Hewan uji
~ Uji ketoksikan akut. Bedanya : pengelompokan
lebih dari 1 senyawa  masing2 senyawa diuji
sendiri2 dlu, baru diuji gabungan kedua senyawa
 Pemejanan Dosis sediaan uji
~ Uji Ketoksikan Akut
 Pengamatan
~ Uji Ketoksikan Akut
Analisis & Evaluasi Hasil
 Diperoleh data potensi ketoksikan akut masing2
senyawa dan gabungan senyawa
 LD50 senyawa gabungan dibandingkan dg LD50
senyw tunggal  bila LD50 kombinasi << drpd senyw
tunggal  berarti terjadi potensiasi (peningkatan
potensi ketoksikan)
 Ex : LD50 senyw A = 500 mg  LD50 senyw A+B = 200
mg
Manfaat Uji Potensiasi
 Utk evaluasi senywa kombinasi  byk obat di pasaran
yg terdiri > 1 macam senyawa; resep dokter biasanya
obat kombinasi  perlu evaluasi apakah tdpt
kemungkinan peningkatan efek toksik suatu senywa
akibat senyw lain
 Bila terjadi potensiasi  senyawa tsb jgn digunakan
Yulian Wahyu Permadi, S.Farm., M.Si., Apt.
Tujuan

 Untuk mengetahui kemungkinan munculnya cacat


bawaan pada janin yang dikandung oleh induk yang
sedang bunting akibat pemberian suatu senyawa
tertentu
Sasaran

 Wujud efek toksik yang berupa :


 Cacat makroskopis, misalnya munculnya sumbing,
cacat celah langit, kelengkapan tangan dan kaki
 Cacat mikroskopis
 Cacat rangka/skeletal/tulang
Tata Cara Pelaksanaan
Hewan uji berupa roden/nirroden. Ciri hewan uji
yang bisa dipergunakan :
 Hewan betina yang mempunyai daur etrus teratur.
Kenapa? Karena hewan yang mempunyai daur
etrus teratur maka kemungkinan terjadinya
kehamilan bila dibuahi > 90%
 Hewan yang anaknya banyak, karena kaitannya
nanti dengan analisis statistik yang digunakan,
salah satunya dengan Chi Square dengan minimal
jumlah yang diperbandingkan minimal 30
 Harus yang masih perawan, karena untuk
menghindari timbulnya cacat spontan yang mudah
timbul pada hewan yang pernah melahirkan
 Dan yang terpenting hewan uji tersebut harus sehat
Pengelompokan
 Minimal 3 kelompok (3 peringkat dosis) dan 1 kontrol
negatif. Kenapa 3 kelompok? Karena nanti akan
dianalisis hubungan dosis respon dengan regresi, jadi
perlu min 3 titik untuk bisa membuat persamaan
garisnya
Perlakuan
 Senyawa uji diberikan pada masa organogenesis,
karena pada saat itu organ2 janin sedang berkembang,
jadi kalau ada cacat mudah sekali terlihat.
 Masa pengawinan hewan terutama roden yaitu pada
sore hari (antara jam5-6) karena pada saat itu hewan
dalam masa His (mudah terangsang)
Penetapan Masa Bunting
 Dengan cara melihat adanya sperma pada vagina
hewan betina, yaitu dengan apus vagina.
 Proses penglihatan hal tersebut di atas harus cepat,
jangan terlalu lama dari masa kawin (paling lambat
keesokan paginya) karena jika terlalu lambat, sperma
terlanjur hilang.
Dosis / Takaran
 Minimal 3 peringkat dosis + 1 kelompok kontrol
negatif
 Yaitu tidak menimbulkan efek teratogenik sampai
dosis yang menimbulkan efek teratogen 100%
 Dosis tertinggi yang dipergunakan tidak boleh
menimbulkan pengaruh negatif pada induknya,
misal sedasi atau perubahan kelakuan
 Dosis yang dapat menimbulkan teratogen bisa
diperkirakan dari harga LD50 induk, yaitu sekitar
¼ - 1/3 LD50 induk
Pengamatan
 Dimulai dari berakhirnya masa bunting hewan uji
yaitu 12 – 24 jam sebelum kelahiran normal
 Kenapa harus dilakukan bedah cesar? Karena biasanya
hewan akan memakan anaknya yang lahir cacat
Yang diamati adalah :
 Biometrika janin, meliputi resorpsi awal, resorpsi
akhir, angka cacat, BB janin, dan panjang janin
 Cacat makroskopis, yaitu pengamatan terhadap
adanya cacat badan
 Cacat mikroskopis, pengamatan histopatologi
jaringan untuk melihat adanya cacat seluler
 Untuk mengamati adanya cacat rangka/skelet,
yaitu dengan pewarnaan alizarin.
 Biasanya janin direndam dulu dengan basa/asam
kuat untuk menghilangkan ototnya, kemudian
tulang2nya diberi warna agar jelas terlihat
Analisis & Evaluasi
 Dari data makroskopis dan mikroskopis dapat
disimpulkan adanya cacat badaniyah, aborsi, cacat
seluler, hingga kelainan rangka pada janin
Manfaat
 Adalah untuk memberi label produk obat yang
beredar di pasaran bahwa obat tersebut boleh/tidak
dikonsumsi oleh wanita hamil terutama pada
trisemester pertama
Yulian Wahyu Permadi, S.Farm., M.Si., Apt.
Tujuan
 Untuk melihat pengaruh suatu senyawa tertentu
terhadap kode genetik, sehingga bila berpengaruh
akan menimbulkan mutasi yang sifatnya menurun
Sasaran
 Ada 2 jenis mutasi dan merupakan sasaran dari uji
kemutagenikan, yaitu :
 Mutasi tempat, berkaitan dengan perubahan
susunan basa, asam amino, atau terjadi dalam
pasangan nukleotida tunggal dalam molekul DNA
 Mutasi struktur, berkaitan dengan perubahan
dalam sistem kromosom (pecahnya kromosom,
berubah secara kualitas dan juga kuantitas)
Tata Cara Pelaksanaan
Secara in vitro :
 bakteri (sel tunggal  identifikasi komponen
genetiknya mudah)
 Jumlah : 5 x 10 bakteri
 Cara : bakteri diletakkan dlm cawan petri  pejani dg
senyw uji  periksa perubahan genetiknya
Secara In vivo  ada 3 metode :
 Metode Penetapan Letal Dominan
Utk mengetahui adanya mutasi tempat
Subyek uji : hewan jantan
Subyek dipejani senyw uji (dosis subtoksik) 
kawinkan dg betina perawan  hari ke 14 di-cesar
 periksa & hitung korpus luteum, resorpsi
awal&akhir, jmlh tempat implantasi  hitung
indeks mutasi
Indeks mutasi = resorpsi awal/implantasi total x
100
 Metode Penetapan Inang Penengah
Perlu bakteri sbg indikator kerusakan/perubahan
genetik pd mamamlia
Subyek dipejani i.p dg bakteri (Salmonella)  ambil
cuplikan hayati dr rongga perut  ukur frekuensi
munculnya mutasi bakteri
Utk evaluasi mutasi kromosom, struktural
 Uji Sitogenetika
Senyawa uji dipejankan pd organ ttt hewan uji 
periksa jaringan/ sel daro organ tsb
Sumsum tulang, limfosit, fibroblas, gametosit
Utk melihat mutasi struktural/kromosom
Manfaat
 Utk mengevaluasi apakah senyawa yg dipakai oleh
manuasia berefek menurun pd keturunannya atau
tidak
Referensi
 Donatus, I.A., 2005, Toksikologi Dasar, ed. 2, Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi Bagian Farmakologi dan Farmasi
Klinik, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
 Frank, C.Lu., 2010, Toksikologi Dasar, ed. 2, Universitas
Indonesia, Jakarta.
 Klaasen, C.D., Amdur, M.O., Doull, J. (Kes.), 1986, Casarett and
Doull’s Toxicology : The Basic Science of Poisons, 3rd ed., Mc
Millan Publishing Company, New York.
 Loomis, T.A., 1978, Essentials of Toxicology, 3rd Ed. Lea &
Febiger: Philadelphia.
 Niesink, R.J.M., de Vries, J., Hollinge, M.A., 1996, Toxicology,
Principles and Applications, CRC Press Inc., New York.
 Olson, K.R. et al. (editors), 2004, Poisoning & Drug Overdose,
Appleton & Lange.
 Priyanto, 2007, Toksisitas obat, zat kimia dan terapi antidotum,
Leskonfi.
Membuat Poster (ukuran kecil):
UJI TOKSIKOLOGI
UJI KETOKSIKAN TAK KHAS
 Uji Ketoksikan Akut  Kel I
 Uji Ketoksikan Subakut  Kel II
 Uji Ketoksikan Subkronis  Kel III
 Uji Ketoksikan Kronis  Kel IV
UJI KETOKSIKAN KHAS
 Uji Keteratogenikan  Kel V
 Uji Kemutagenikan  Kel VI
 Uji Kekarsinogenikan  Kel VII
 Uji Kulit dan Mata  Kel VIII
ISI POSTER meliputi :
 Pendahuluan - Definisi
 Tujuan & Sasaran Uji
 Tata Cara Pelaksanaan :
- Pemilihan Hewan Uji
- Pengelompokan Hewan Uji
- Dosis & Pemejanan
- Pengamatan
 Analisis dan Evaluasi Hasil
 Manfaat Uji
 Daftar Pustaka
 Buat poster yang menarik, tp mudah dibaca & dipahami
 Dikumpulkan max hari Sabtu, 22 Juni 2019 pukul 24.00
(softcopy via email yulian_wahyu_permadi@yahoo.com)
& hardcopy ukuran A2)

Selamat Berkarya …

Anda mungkin juga menyukai