Anda di halaman 1dari 22

ASSALAMUALAIK

UM WR. WB.
Kelompok II
Nama anggota :
1. Mahdanya Puteri A.B (201902060004)
2. Nurmalia Kholifatu Balqis (201902060025)
3. Erisa Ayu Safitri (201902060045)
4. Lestari Dwi Anjani (201902060066)
BAB II
HAKIKAT SALAT
A. PENGERTIAN SALAT

Shalat secara etimologi berarti do’a dan secara terminolgi / istilah, para
ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki, secara lahiriah shalat diartikan
beberapa ucapan dan gerakan yang dimulai dengan takbir dan di akhiri
dengan salam. Secara hakiki shalat ialah “berhadapan jiwa kepada allah,
secara yang mendatangkan takut kepadanya serta menumbuhkan jiwa rasa
kebesaranya dan kesempurnaan kekuasaanya”.
B. HAKIKAT SALAT
Salat (bahasa arab: ‫الة‬
; ‫ ; ص‬transliterasi: shalat) merujuk kepada ritual ibadah
pemeluk agama islam. Menurut syariat islam, praktik sholat harus sesuai dengan segala
petunjuk tata cara nabi muhammad sebagai figur pengejawantah perintah allah.
Sesungguhnya shalat yang lima waktu itu adalah merupakan lima rangkaian perjalanan
kehadirat allah yang telah diwajibkan oleh allah kepada hambanya didalam waktu yang
berlainan setiap hari. Dimana seorang mukmin selama shalat itu melepaskan dirinya dari
persoalan duniawinya dan menumpahkan pengabdian untuk tuhanyan dengan
mengingat kebesaran allah , memohonkan pertolongan dan petunjuk dan didalam shalat
itu pula dia menyerahkan diri sepenuhnya kedalam lingkungan allah yang maha pengasih
dan maha penyayang. Dan sesunguhnya perjalanan yang demikian itu dapatlah
melepaskan duka luarnya dan dapat pula meringankan kesengsaraaan serta mewujudkan
keinginan-keinginan yang baik
Dalam alquran disebutkan adanya perintah allah untuk melaksanakan shalat bagi umat-umat
sebelum nabi muhammad. Sholat dalam islam pun telah dilakukan sejak awal diutusnya nabi
muhammad, dan baru diwajibkan shalat lima waktu setelah terjadinya peristiwa isra dan mikraj. Dalam
isra' mi'raj tersebut disebutkan bahwa nabi muhammad sholat terlebih dahulu di al-aqsha sebelum naik
ke langit dan berjumpa para nabi. Nabi muhammad juga bertemu nabi musa dan dia menceritakan
bahwa umat-nya (bani israil) tidak mampu melakukan shalat lima puluh waktu dalam sehari.

Di dalam Alquran juga disiratkan akan shalat yang dilakukan nabi-nabi sebelum Islam, misalnya
Ishaq dan Ya'kub: "dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshaq dan Ya'qub, sebagai suatu
anugerah (daripada Kami), dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang soleh. Kami telah
menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan
telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah." (Al-Anbiya' 21:72-73).
Juga disebutkan pula di dalam Alquran perintah salat kepada umat lainnya sebelum Nabi
Muhammad, pada Nabi Ismail, pada Nabi Isa, pada Bani Israil, dan seluruh Ahlul Kitab. Pada awal
mulanya salat umat muslim berkiblat ke Al-Aqsha di Yerusalem sebelum akhirnya diperintah Allah
untuk berpindah kiblat ke bangunan yang didirikan Nabi Ibrahim dan Ismail yaitu Masjid Al-Haram
Kakbah.

Shalat memiliki keutamaan yang sangat besar di dalam Alquran maupun As-Sunnah. Oleh
karena itu, shalat adalah sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seorang hamba dan sama
sekali bukan sebagai beban yang memberatkannya, bahkan shalat hakikatnya sebuah aktifitas yang
sangat menyenangkan hati seorang hamba.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperumpamakan sholat dengan perumpamaan yang


sangat indah, yang menunjukkan bahwa ia adalah sebuah kebutuhan dan kegembiraan hati orang-
orang yang beriman, karena dengannya Allah menghapuskan dosa hamba-Nya. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ه؟‬ َ َ ُ َّ ُ ُ ُ َ ‫أَرأَيتم لَو أَن نهرا بباب أ‬
ِ ِ ‫ن د َ َرن‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ى‬ ‫ق‬
ِ ْ ‫ب‬ُ ‫ي‬ ‫ك‬ ِ ‫ل‬ ‫ذ‬ ‫ل‬ ‫ُو‬ ‫ق‬َ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ ، ‫ا‬ ‫س‬
ً ‫م‬
ْ ‫خ‬
َ ‫م‬
ٍ ْ ‫و‬َ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ِ ‫ه‬ ‫ي‬ِ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫س‬
ِ َ ‫ت‬ْ ‫غ‬َ ‫ي‬ ، ‫م‬
ْ ‫ك‬ِ ‫د‬ ‫ح‬
َ ِ َ ِ ً َ َ َّ ْ ْ ُ ْ َ

‫خطَايَا‬
َ ْ ‫ه ب ِ َها ال‬
ُ َّ ‫حو الل‬
ُ ‫م‬
ْ َ‫ ي‬، ‫س‬
ِ ‫م‬ َ ْ ‫ات ال‬
ْ ‫خ‬ ِ َ‫صلَو‬ َ ِ ‫ فَذَل‬:‫ل‬
َّ ‫ك مثل ال‬ َ ‫ قَا‬. ‫شيْئًا‬
َ ِ‫ن د َ َرنِه‬
ْ ‫م‬ ِ ْ ‫ال َ يُب‬: ‫قَالُوا‬
ِ ‫قى‬

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia
mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, menurut Anda, apakah itu akan menyisakan kotorannya ?
Para sahabat menjawab, ‘Tidak menyisakan sedikit pun kotorannya.’ Beliau bersabda, ‘Maka begitulah
perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa-dosa (hamba-Nya)’” (HR. Bukhari
no. 528 dan Muslim no. 667).

Oleh karena itu, pantas jika shalat yang dilakukan dengan baik bisa mencegah pelakunya dari perbuatan
keji dan mungkar. Allah Ta’ala berfirman,

ُ ْ ‫شا ِء وَال‬
ِ‫منْكَر‬ َ ‫ح‬ َ ْ ‫ن ال‬
ْ ‫ف‬ ِ َ‫ى ع‬
‫ن ال َّاَل‬
ٰ ‫ص ةَ تَن ْ َه‬ َّ ِ ‫إ‬

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” (Al-‘Ankabuut:45).
Sholat memang membuahkan ketakwaan, karena mendorong pelakunya untuk senantiasa ingat
Allah dari waktu ke waktu, di tengah-tengah kesibukannya dengan dunia dan di tengah-tengah kelalaian
serta kegersangan hatinya, Allah Ta’ala berfirman,

‫صاَل ةَ لِذِكْرِي‬ َ
َّ ‫وَأقِم ِ ال‬
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Thaha:14).

Barangsiapa yang mampu memahami dan menghayati dengan baik lautan mutiara hakikat
ibadah sholat, maka sholat dipandangannya menjadi suatu aktifitas yang sangat menyenangkan dan ini
terjadi pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

‫صاَل ة‬
َّ ‫جعلت قُ َّرة عَيْني فِي ال‬
“Dijadikan sesuatu yang paling menyenangkan hatiku ada pada saat mengerjakan shalat”. (HR. An-
Nasaa`i dan Ahmad dan selain keduanya. Hadits Shahih).
Marilah kita menyelami lautan mutiara hakikat ibadah shalat dan perumpamaan yang
mengagumkan yang menggambarkan keindahannya. Sehingga kita terdorong untuk lebih mencintainya
dan melakukannya dengan sebaik-baiknya.
C. SYARAT, RUKUN DAN SUNNAH SALAT

1. Syarat - Syarat Sholat


Syarat yang mewajibkan sholat ada tiga hal, yaitu:
a) Islam,
b) Dewasa (baligh),
c) Berakal.

Syarat-syarat shalat sebelum melakuknnya ada lima, yaitu:


a) Mensucikan anggota tubuh dari hadas dan najis,
b) Menutup aurat dengan pakaian yang suci,
c) Bertempat di tempat yang suci,
d) Mengetahui masuknya waktu shalat,
e) Menghadap kiblat.
Dan di perbolehkan tidak menghadap arah kiblat (ketika sholat) di dalam dua keadaan, yaitu:

a) Dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan (dalam keadaan perang) dan,

b) Sholat sunat yang dilakukan di dalam kendaraan di waktu bepergian.

2. Rukun – Rukun Sholat

a) Rukun-rukun shalat itu ada delapan belas, yaitu:

b) Niat,

c) Berdiri jika mampu,

d) Membaca Takbiratul Ihram,

e) Membaca surat Al-Fatihah, dan Bismillaahirrahmaanirrahiim termasuk ayat dari surat Al-Fatihah,

f) Rukuk,

g) Tumakninah di dalam rukuk,

h) Berdiri tegak setelah rukuk,


i) Tumakninah di dalam berdiri setelah rukuk (i’tidal),

j) Sujud,

k) Tumakninah di dalam sujud,

l) Duduk diantara dua sujud,

m) Tumakninah di dalam duduk (antara dua sujud),

n) Duduk yang akhir,

o) Membaca Tahiyat di dalam duduk yang akhir,

p) Membaca Sholawat kepada Nabi SAW. Di dalam membaca tahiyat akhir,

q) Salam yang pertama,

r) Niat keluar dari sholat,

s) Tertib rukun menurut urutan yang telah disebutkan.


3. Sunnah – Sunnah Sholat

 Sunnah-sunah sholat sebelum melakukannya ada dua hal, yaitu:

a) Adzan

b) Iqamat.

 Adapun sunnah-sunnah dalam sholat ada dua, yaitu:

a) Membaca tahiyat awal,

b) Membaca doa qunut dalam rakaat kedua waktu sholat shubuh dan dalam sholat Witir pada tiap
malam di paroh kedua bulan Ramadan.

 Sunnah-sunnah pada waktu sholat yang apabila ditinggalkan tanpa perlu mengganti dengan sujud
sahwi (Haiat sholat) itu ada 15, yaitu:

a) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, ketika akan rukuk dan ketika akan berdiri
dalam rukuk,
b) Meletakkan tangan kanan diatas punggung kiri (bersedekap),

c) Membaca doa tawajjuh

d) Membaca isti’adzah (a’udzubillahiminasy-syaithaanirrajiim),

e) Membaca dengan keras (jahr) pada tempatnya (membaca surat Al-Fatihah dan surat yang
lain dengan keras pada rokaat pertama dan kedua dalam sholat maghrib, isya’, dan shubuh) dan
membaca dengan perlahan-lahan (israr) pada tempatnya (dalam sholat dhuhur dan ashar),

f) Membaca Amin (setelah membaca Al-Fatihah),

g) Membaca surat Al-Fatihah (di dalam dua rakaat yang awal bagi imam atau orang yang sholat
sendirian),

h) Membaca takbir ketika bangun dari sujud, ketika memulai melakukan rukuk dan akan sujud,

i) Membaca smi’allahuliman hamidah (ketika bangun dari rukuk), dan membaca doa rabbanaa lakal
hamdu

j) Membaca tasbih (subhaana rabbiyal ‘adziimi wa bihamdi) di dalam rukuk,


k) Membaca tasbih (subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdi) di waktu sujud,

l) Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha ketika duduk dengan membentangkan tangan kiri
dan mengepalkan tangan kanan kecuali jari telunjuk luruskanlah ia (jari telunjuk itu) di saat
membaca syahadat tauhid,

m) Duduk iftirasy pada setiap duduk

n) Duduk tawarruk pada waktu duduk tahiyat akhir

o) Membaca salam yang kedua


D. HAL – HAL YANG BERKAITAN DALAM SALAT

1. Sholat dalam kondisi khusus


dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan sholat diberi keringanan tertentu.
Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar).
Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan melakukan
salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka ia diperbolehkan salat
dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan gerakan tertentu ia dapat
melakukannya dengan isyarat.
Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan (
jama’) atau meringkas (qashar) salatnya. Menjamak salat berarti menggabungkan dua sholat pada
satu waktu yakni zuhur dengan asar atau maghrib dengan isya’. Mengqasar salat berarti meringkas
sholat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar, isya) menjadi 2 rakaat.
2. Sholat berjamaah

Hadits tentang keutamaan sholat berjamaah :

:‫ه‬
ُ ;‫ه ال‬ َ ;‫ام ابل ُ;خا َ ِر;ي َر ِ;ح‬
ُ ‫م‬ ُ ‫م‬َ ;‫َقا;;ل اإل‬
َ ، ٌ ‫ا;;ل َأ ْ;خ;ب َ َرنَا َم;ا ِ;ل‬:‫ف َ َق‬
‫ض ُل‬
ُ ;;;‫ت‬
‫ة َ ْف‬
ِ َ ‫ماع‬ َ;‫صالَة ُ ْال‬
َ ‫ج‬ َ ;;‫ل َ ل‬:;;‫ه َو; َس;ل َّ َم َ قا‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ُ ;‫ول ال;هِ َصل َّ;ى ال‬
َ ‫س‬
ُ ;‫ َّأ;ن َر‬،‫م َر‬
َ ‫ع‬
ُ ;;;‫ب‬
‫ه ْ ِن‬
ِ ;‫عب ْ ِد ال‬
َ ‫ ع َْن‬،;‫ن;; ٍف;ع‬
ِ ‫ك ع َْن َ ا‬ ، َ ;‫ي;; ُس‬
‫ب;;; ُ و‬
‫ه ْ ُن‬ َ ‫ َح;د َّ َث;نَا‬:
ِ ;‫عب ْ ُد ال‬
‫ة‬
ً ‫ج‬َ ;‫شرِ َي;ندَر‬ َ ِ ‫الَة َ ْال َف; ِّذ‬
ْ ‫سب ْ ٍع; َو; ِع‬
;;;‫ب‬ ; ‫ َص‬.

‘Imam al-Bukhari ra berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Yusuf yang berkata: Telah
mengabarkan kepada kami Malik, dari Nafi’, dari Abdullah ibn Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”.
Sholat berjamaah itu sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkad). Wajib atas makmum berniat
untuk menjadi makmum, sedangkan imam tidak harus berniat menjadi imam. Orang yang merdeka
boleh bermakmum kepada budak, dan orang yang sudah baligh (sampai umur) boleh bermakmum
kepada yang hamper baligh (murahiq). Dan pria tidak sah bermakmum kepada wanita, demikian pula
(tidak sah) orang yang baik bacaan fatihahnya bermakmum kepada orang yang tidak sempurna bacaan
fatihahahnya. Di tempat mana saja di dalam masjid seorang makmum melakukan sholat mengikuti
sholat imam, sedang ia dapat mengetahui sholat imam tersebut, maka shlah ia bermakmum selam tidak
berada di depan imamnya. Apabila imam melakukan shalat di dalam masjid dan makmum di luar masjid
yang dekat dengan imam itu dan tidak ada tabir pemisah, maka dia diperbolehkan bermakmum.

Shalat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama (berjamaah). Dalam pelaksanaannya
setiap Muslim diharuskan mengikuti apa yang telah Nabi Muhammad ajarkan, yaitu dengan meluruskan
dan merapatkan barisan, antara bahu, lutut dan tumit saling bertemu.
Pada shalat berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk
sebagai imam shalat, dan yang lain akan berlaku sebagai makmum.
Shalat yang dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri antara lain Sholat
fardu, Shalat tarawih. Dan Shalat yang mesti dilakukan berjamaah antara lain
Shalat Jumat, Shalat Hari Raya (Ied), Shalat Istisqa' Yaitu shalat yang tidak wajib
berjamaah tetapi sebaiknya berjamaah.
Perbedaan antara pria dan wanita di dalam sholat
Antara wanita dan pria (di dalam shalat) berbeda dalam lima hal;
Pria:
Merenggangkan kedua sikunya dari kedua lambungnya (ketika rukuk dan sujud),
Merenggangkan perutnya dari kedua pahanya di waktu rukuk dan sujud,
Mengeraskan bacaan (fatihah dan surat lain) di tempat jahr,
Jika terjadi sesuatu kesalahan (imam) di dalam shalat, maka ia membaca tasbih ,
Aurat pria adalah bagian tubuh antara pusar dan lutut.
Wanita:
Merapatkan sebagian tubuhnya pada sebagian yang lain (merapatkan kedua sikunya pada kedua
lambungnya dan perutnya pada kedua pahanya di waktu rukuk dan sujud),
Merendahkan suarnya di dekat pria yang bukan mahramnya,
Jika terjadi suatu kesalahan (imam) pada waktu sholat, maka ia bertepuk tangan (dengan menepukkan
telapak tangan dengan punggung tangan, atau punggung tangan dengan punggung tangan),
Aurat wanita yang merdeka adalah seluruh tubuhnya, kecuali muka dan kedua telapak tangannya (di dalam
shalat), sedang budak perempuan, auratnya seperti aurat pria di dalam shalat
E. HIKMAH SHOLAT
Sesungguhnya, kalau kita pikir, shalat itu penuh dengan makna atau hikmah yang
sangat penting, yaitu pertama, kalau sholat lima waktu kita jalankan dengan benar-
benar, maka akan tercipta tegaknya disiplin dalam kehidupan kita masing-masing
karena sholat itu merupakan kewajiban yang telah ditentukan waktu-waktunya. Jadi,
orang yang menjalankan sholat, mau tidak mau akan menimbulkan dampak positif,
yaitu tegaknya disiplin waktu sehingga kesadaran terhadap disilin waktu akan
merambah kepada kehidupan.
Kedua, sesungguhnya didalam sholat juga mendididk para pelakunya utuk memiliki
kejujuran yang luar biasa. Sholat merupakan hubungan vertical yang diwarnai dan
dijiwai dengan kejujuran. sehingga, didalam sholat kejujuran penting sekali, baik ada
orang maupun tidak. Contoh kita kalau melaksankan sholat isya’ yang jumlahnya 4
rakaat, meskipun kita sholat sendiri kita tidak bisa mengurangi atau menambahi rakaat
dalam sholat isya’ tersebut.
Ketiga, sholat juga melakukan purifikasi ruhani di samping secara fisik kita bersih
Karena berwudhu lima kali sehari. Purifikasi ruhani, insya allah, kan menjaga diri kita
supaya tidak terjebur kepada dosa-dosa besar. Kalau kita lima kali sehari bermunajat
kepada allah, ilahi rabbi, maka setiap saat akan ingat kepada allah.

Anda mungkin juga menyukai