KELOMPOK V
MUHAMMAD FARID
NAHALAN
MUHAMMAD ZAYARMAN
RATI ARMITA
UNTUNG SUDRAJAD
ANUGRAH SURYA MUH
DI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2018
ANALISA BAHAN KIMIA OBAT
Pendahuluan
Bahan kimia obat (BKO) merupakan
zat-zat kimia yang digunakan sebagai
bahan utama obat kimiawi yang biasanya
ditambahkan dalam sediaan obat
tradisional/jamu untuk memperkuat
indikasi dari obat tradisional tersebut. Obat
tradisional yang biasa mengandung BKO
adalah yang memiliki indikasi untuk
rematik, penghilang rasa sakit, dan
afrodisiak (BPOM, 2013).
Analisis kualitatif
Analisa kualitatif ialah pekerjaan yang mempunyai
tujuan untuk menyelidiki & mengetahui kandungan
senyawa-senyawa apa saja yang terdapat dalam sampel
uji. Adapun cara yang digunakan dalam melakukan uji
analisa kualitatif ini dapat berupa cara-cara klasik
maupun dengan menggunakan instrumen canggih.
Metode pengujian klasik yang paling penting yakni
analisa warna atau reaksi warna.
Dan sedangkan Analisa kuantitatif ialah pekerjaan yang
dilakukan untuk mengetahui kadar suatu senyawa
dalam sampel, bisa berupa satuan mol, ataupun
persentase dalam gram.
Metode klasik yang paling sering digunakan yakni
titrasi/metode volumetri dan metode gravimetri.
Cara analisa kuantitatif volumetri (titri metri), yaitu
teknik analisa memakai titrasi. Titrasi sendiri ialah
sistem menambahkan volume spesifik satu larutan pada
larutan yang lain. Larutan yang telah di kenali
konsentrasinya yakni larutan standard, sedangkan analit
yakni larutan yang akan segera ditetapkan
konsentrasinya.
Analisis dengan metode Reaksi Warna
Reaksi warna adalah prosedur kimia dalam pengujian
senyawa dengan menggunakan pereaksi dengan mengamati
warna yang terbentuk atau perubahan warna yang terjadi.
Banyak senyawa kimia dapat memberikan warna tertentu jika
berkontak dengan pereaksi tertentu. Warna yang dihasilkan
oleh pereaksi tersebut mungkin spesifik untuk senyawa
tersebut, atau juga tidak (Amin, 2009).
Reagen-reagen yang digunakan yaitu reagen
Dragendorff untuk mengetahui kandungan alkaloid dan
reagen Liebermann-Buchard untuk mengetahui kandungan
terpenoid pada uji kolorimetri. Reagen lain yang digunakan
adalah reagen Jefferey untuk pengujian alkaloid, dan reagen
neutral red untuk pengujian terpenoid untuk uji histokimia.
Metode analisis
Strip indikator berbasis Polistiren (PS) dan Polimetilmetaakrilat (PMMA)
untuk deteksi Na Diklofenak
Pembuatan strip indikator untuk mendeteksi natrium diklofenak
berbasis PS dan PMMA dilakukan menggunakan metode reagen blending.
Pada metode ini, strip indikator dibuat dengan membuat polimer terlebih
dahulu, polimer yang digunakan adalah PS, PMMA dan campuran dari
keduanya. Masing-masing polimer dibuat dalam 3 konsentrasi yakni 5, 7,5,
dan 10%. Sebelumnya dibuat terlebih dahulu reagen spesifik untuk Na
diklofenak, diantaranya CuSO4, FeCl3 dan vanilin sulfat. Polimer yang
dibuat menjadi 5% dibuat dengan menimbang 0,5 gram polimer dan
dilarutkan dalam 10 ml reagen yang telah dicampur dengan pelarut.
Pelarut yang digunakan adalah etil asetat. Perbandingan reagen dengan
pelarut CuSO4, FeCl3 dan Vanilin sulfat berturut-turut ialah (6:4, 8:2, 7:3).
Kemudian polimer dan campuran reagen diaduk menggunakan magnetik
stirrer hingga homogen. Kemudian larutan polimer tersebut dilapisi pada
pelat kaca dan dibiaran hingga kering. Setelah kering, polimer tersebut
telah siap digunakan. Untuk polimer dengan konsentrasi 7,5 dan 10%
dilakukan dengan proses yang sama.Pada polimer gabungan PS dan
PMMA, perbandingan massa antara PS : PMMA ialah 1:5 dan 1:6,
selanjutnya dilakukan perlakuan yang sama (Dalli, 2017).
Pengujian strip tes dilakukan dengan menguji strip test oleh larutan
standar natrium diklofenak 50.000 ppm. Saat direaksikan dengan
PMMA-CuSO4, terjadi perubahan warna dari putih menjadi biru,
hal ini dikarenakan terjadi reaksi antara tembaga sulfat dengan ion
klorida sehingga membentuk kompleks tetraklorokupat (II) yang
berwarna hijau. Saat direaksikan dengan indikator PMMA-FeCl3
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange-coklat, hal ini
terjadi karena adanya reaksi antara ferri klorida yang dengan ion
asetat membentuk suatu endapan basa besi (II) asetat, hingga
terbentuklah perubahan warna. Dan pada indikator PMMA-Vanilin
sulfat, perubahan warna dari kuning ke ungu terjadi karena adanya
reaksi antara gugus fungsi amin sekunder (Daili, 2017).
Setelah dilakukan pengujian strip indikator terhadap sampel
jamu yang diduga mengandung BKO, strip ini spesifik terhadap
jamu yang mengandung Na-diklofenak saja. Dengan demikian, strip
indikator ini dapat digunakan sebagai pengujian spesifik bagi jamu
yang mengandung BKO Na-diklofenak. Dengan kestabilan dari strip
indikator ini selama 29 minggu (Dalli, 2017).
Definisi Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan
atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran
tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase
gerak (cair atau gas).
Macam-macam kromatografi
1. Kromatografi Kertas
2. Kromatografi kolom
3. Kromatografi lapis tipis
4. Kromatografi gas
5. Kromatografi penukar ion
6. Kromatografi ekslusi
7. Kromatografi elektroforesis
8. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
9. Kromatografi ion
10. Kromatografi fluida superkritik
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara
pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan
mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah
satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi
dengan memisahkan komponen-
komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran Kromatografi Lapis Tipis.
Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari
bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis
sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan
yang digunakan dinamakan eluen Semakin dekat kepolaran
antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin
terbawa oleh fase gerak tersebut.
Spektrofotometri
22
22
Metode Kerja
Uji Spesifisitas/Selektivitas
Dibuat larutan standar Teofilin dan Efedrin hidroklorida dalam etanol 70%
dengan konsentrasi masing-masing 5000ppm dan 500ppm. Larutan sampel
dibuat dengan eara menimbang 116 mg sampel tablet
Neo Napaein yang sudah digerus kemudian dilarutkan
dengan etanol 70% dalam labu ukur 10 mL sehingga
larutan mengandung Teofilin dan Efedrin hidroklorida
dengan konsentrasi masing-masing 5000 ppm dan
480,8 ppm. Setelah itu larutan standar dan sampel
ditotolkan pada lempeng KLT Silika Gel F254 masingmasing
2 lJL dengan mikropipet dimana masing -
masing larutan di replikasi kemudian dieluasi dan noda
Teofilin yang terbentuk discanning pada panjang
gelombang 279 nm. Kromatogram Teofilin yang
terbentuk diamati dan dieek korelasi spektrapurity dan
identity puneak standar dan sampel.
Setelah noda Teofilin discanning, lempeng KLT dipanaskan
pada oven suhu 105°Cselama 15menit, kemudian dilakukan
pewarnaan pada lempeng dengan eara lempeng KLT
dieluasi kembali dengan larutan ninhidrin 0,5% dalam
aquabides. Setelah itu, lempeng dipanaskan pada oven
suhu 105°Cselama 15 menit, kemudian noda Efedrin
hidroklorida yang terbentuk discanning pada panjang
gelombang 505 nm. Kromatogram Efedrin hidroklorida
yang terbentuk diamati dan dicek korelasi spektrapurity
dan identity puneak standar dan sampelPada
kromatogram sampel, dihitung Resolusi puneak
Teofilindan Efedrin hidroklorida terhadap puneak yang
lain (unknown).
Penetapan Kadar Teofilin dan Efedrin Hel dalam
Sampel Tablet Dibuat larutan standar Teofilin dan Efedrin
hidroklorida dalam etanol 70% sebanyak 6 konsentrasi
terpilih berdasarkan hasil uji linieritas. Pada penelitian
ini sampel tablet yang digunakan adalah Neo Napacin
(mengandung 130 mg Teofilin dan 12,5 mg Efedrin
HCI) dan Asthma Soho (mengandung 125 mg Teofilin
dan 12,5 mg Efedrin HCI). Dibuat larutan sampel dalam
etanol 70% hingga didapatkan larutan sampel dengan
konsentrasi ± 5000 dan 500 ppm. Setelah itu, larutan
standar dan sampel ditotolkan pada lempeng KLT Silika
Gel F254 masing-masing 2 IJL, lempeng dieluasi noda
Teofilin discanning pada A. 279,
kemudian dilakukan pewarnaan pada lempeng, noda Efedrin
hidroklorida yang terbentuk discanning pada panjang
gelombang 505 nm.Dihitung kadar % bib (% recovery kadar
hasil percobaan terhadap kadar teoritis)
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH