Anda di halaman 1dari 4

1.

Sumber radiasi (Source), pengatur panjang gelombang (λ selector), beam spliter, thin
layer plate (end view), detector phototube (transmitance position) Sumber radiasi ada 3
macam tergantung rentang panjang gelombang dan prinsip penentuan. Pada umumnya
densitometri memberikan rentang gelombang penentuan 200-630 nm. Lampu Deuterium
(D2) dipakai untuk pengukuran pada daerah cahaya tampak. Untuk penetapan pendar fluor
dan pemadaman pendar fluor dipakai lampu busur Hg bertekanan tinggi. Sama seperti pada
spektorfotometri, pada densitometri juga dilakukan penentuan transmisi atau adsorpsi dan
refleksi pada panjang gelombang maksimal. Pada penetapan pendar fluor dan pemadaman
pedar fluor juga harus dilakukan pada panjang gelombang dimana terjadi emisi atau intensitas
realitif pendar fluor yang optimal.

2. Monokromator dengan fungsi yang sama seperti pada spektrofotometri UV-Vis yang
diperlukan pada densitometer. Biasanya dipakai monokromator kisi difraksi 1200 garis/mm.

3. Detektor PMT Photo Multiplier Tube = Tabung Penggandaan Foto) merupakan


detektor umum yang dipakai pada densitometer.

INSTRUMENT

a. Detektor

Detektor pada alat TLC Scanner 3 CAMAG menggunakan photomultipliers.Komponen


didalam phot omultipier (PMT) sendiri adalah photomultiplier tube (tabung vakum
photomultiplier), photocathode (katoda metalik yang terbuat dari bahan logam multi alkali),
struktur dynode (berbentuk lempengan cekung) dan anoda (memilki spectral sensitivity 185-
850 nm).

Prinsip kerja dari PMT adalah permukaan logam katoda disinari dengan seberkas cahaya dan
sejumlah elektron terpancar dari permukaannya, yang biasa disebut dengan efek fotoelektrik
dengan kondisi hampa udara.

Elektron yang terpancar dan terlepas karena adanya sekumpulan energi yang timbul dan
dikuatkan oleh susunan komponen dynode (linier -focused type) secara berurutan dan keluar
mengenai anoda.Elektron tersebut terikat dalam logam dengan energi W (eV), yang dikenal
sebagai fungsi kerja (work function), logam yang berbeda memilki fungsi kerja yang berbeda
pula. Dan logam katoda yang digunakan sebagai permukaan fotosensitif, dibawah panjang
gelombang pancung (cutoff wavelength) λc, sembarang sumber cahaya, selemah apapun,
akan menyebabkan terjadinya pemancaran fotoelektron. Cahaya yang masuk difokuskan
dengan melewati focusing electrode dan elektron mengenai dynode pertama kemudian
dipantulkan dan dipancarkan ke dynode kedua sampai ke dynode yang terakhir (proses
pengalian) sehingga terjadi muatan elektron yang lebih besar dan timbul tegangan.

b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi
dengan satu panjang gelombang.Monokromator untuk radiasi ultra violet, sinar tampak dan
infra merah adalah serupa, yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan prisma atau
grating. Terdapat 2 macam monokromator yaitu monokromator prisma Bunsen dan
monokromator grating Czerney-Turney

Fungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar polikromatis dari sumber cahaya menjadi sinar
monokromatis. Bila seberkas cahaya dilewatkan melalui sebuah prisma, maka cahaya
tersebut akandiuraikan menjadi beberapa warna (terdapat berbagai warna merah, jingga,
hijau, biru, dan lain-lain).

Beda lintasan (modus refleksi) :

AB+CD = a(sin (θm) + sin (θi)) (2.1)

Sehingga kondisi untuk puncak maksimum menjadi:

a(sin (θm ) + sin (θi)) = m λ (2.2)

c. Absorbansi

Penyerapan hanya terjadi jika energi foton yang datang cocok dengan energy yang diperlukan
untuk memindahkan satu elektron terluarnya dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi (atau
dari pita valensi ke pita konduksi di dalam zat padat). Dengan spektroskopi dari cahaya
transmisi bisa diketahui tingkat/pita energi dari suatu atom/molekul/zat padat.

Berkas radiasi elektromagnet bila dilewatkan pada sampel kimia maka sebagian akan
terabsorpsi. Energi elektromagnet yang ditransfer ke molekul sampel akan menaikan tingkat
energi (tingkat tereksitasi). Molekul akan dieksitasi sesuai dengan panjang gelombang yang
diserapnya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya energi yang diserap:

E = h x ν = h x C /λ = h x C / v (1.3)

dimana, E = energi yang diserap

h = tetapan Planck = 6,626 x 10-34

v = frekuensi

C = kecepatan cahaya = 2,998 x 108 m/det

λ = panjang gelombang

ν = bilangan gelombang
Absorbansi dengan simbol A dari suatu larutan merupakan logaritma dari 1/T atau logaritma
Io/It.

A = log (1/T) = log (Io/It) = - log (T) (1.4)

dimana, A = Absorbansi / serapan

Io = Intensitas sinar yang datang

It = Intensitas sinar yang diteruskan

T = Transmitance / transmitansi

d. Transmitansi

Apabila suatu berkas sinar radiasi dengan intensitas Io dilewatkan melalui suatu larutan
dalam wadah transparan maka sebagian radiasi akan diserap sehingga intensitas radiasi yang
diteruskan It menjadi lebih kecil dari Io. Transmitansi dengan simbol T dari larutan
merupakan fraksi dari radiasi yang diteruskan atau ditansmisikan oleh larutan, yaitu :

T = It/Io (2.5)

Transmitansi biasanya dinyatakan dalam persen (%).

TLC Scanner 3 CAMAG

Alat TLC Scanner 3 CAMAG, terdiri atas bagian -bagian elektronik, yaitu :

1. A compartment for plate positioning (with motor driver).

2. Optical system.

3. Three light source ( Deuterium lamp, Tungsten – halogen lamp, Mercury vapor lamp).

· Scanner setup.

Terdapat 2 macam cara sistem kerja / sistem pengukuran TLC Scanner 3 CAMAG, a ntara
lain :

1. Absorbance Mode.

2. Fluorescence Mode.

Gambar 2.8 TLC Scanner 3 (CAMAG) (Service Manual Book TLC Scanner 3 CAMAG)

Absorbance Mode

Setelah sampel pada plat TLC mengalami pemisahan, selanjutnya plat TLC dimasukkan
kedalam alat TLC Scanner untuk dilakukan pengukuran. Dan ditentukan range panjang
gelombang, lalu di start/ dimulai. Prinsip kerja dengan cara absorbance, yaitu energy cahaya
dari sumber lampu yang telah dipilih masuk ke monokromator (M) kemudian cahaya yang
keluar dari monokromator akan mengenai mirror dan dipantulkan menurun mengenai dan
melalui Beam Splitter dan langsung mengenai permukaan putih pada plat TLC yang
kemudian akan dipantulkan ke detektor pengukuran. Sebagian cahaya yang mengenai Beam
Splitter dipantulkan ke reference detektor. Reference detektor berfungsi untuk mengatur
sensitivity / kepekaan cahaya secara otomatis pada detektor pengukuran sehingga
mendapatkan pancaran cahaya lampu yang tepat pada panjang gelombang tertentu. Kedua
detektor memakai photomultiplers yang mana lebih sensitive dengan range panjang
gelombang yang besar.

Energi cahaya yang dipantulkan dideteksi oleh photomulplier, yang mana photon
memukul/mengenai katoda photomultiplier dan dikuatkan oleh dynodes. Kemudian
kromatogram (sampel pada plat) discan dan timbul perbedaan tegangan yang dihasilkan pada
detektor yang mana diplot sebagai fungsi posisi pengukuran untuk hasil dari sebuah
absorption scan. Jika backgr ound plat discan, intensitas cahaya yang penuh dipantulkan
kembali dan menghasilkan sinyal 100% karena disana tidak ada zat yang menyerap cahaya.
Bila daerah kromatogram discan kemudian akan menyerap bagian penyinaran cahaya dan
memancarkan intensitas cahaya rendah daripada background plat kemudian akan
menghasilkan sinyal pada detektor.

Sistem scanning bekerja berdasarkan pergerakan plat TLC pada compartment secara otomatis
dan mempunyai posisi yang dapat diatur terhadap sumbu x dan y. Plat TLC / objek
pengukuran yang berada pada compartment digerakkan oleh motor stepper yang terletak
dibawah sorotan lampu.

Absorbance adalah perbedaan diantara cahaya yang terjadi dan cahaya yang terserap diukur
sebagai fungsi karakteristik zat. Dengan kata lain, absorbance adalah perbedaan diantara
pantulan cahaya yang diukur dari tempat yang kosong pada plat TLC dan pantulan cahaya
dari zat pada plat TLC yang sama.

Flourescence Mode

Prinsip kerja dengan cara fluorescence sama dengan cara absorbance, yaitu pada saat
melakukan scan pada suatu zat pada plat TLC, background plat tidak ada sinyal karena
adanya panjang gelombang yang tidak diperlukan akan dihalangi oleh filter.

Jika daerah fluorescent (sampel pada plat) mengalami scanning maka akan memancarkan
cahaya yang akan masuk dan melewati filter kemudian menghasilkan sinyal pada detektor.
Pengukuran fluorescent ini hanya untuk menganalisa zat yang tidak tampak.

Hasil sinyal output dari detektor dihubungkan dengan perangkat elektronik seperti amplifier
dan A/D Converter. Setelah sinyal output dari detektor masuk ke A/D Converter, lalu sinyal
output (analog) ini akan diubah menjadi sinyal digital, yang mana akan dihubungkan
langsung ke PC melalui connection serial interface RS232. Dengan didukungnya software
WinCATS maka dapat mengetahui nilai konsentrasi zat dan dapat menampilkan gambar Peak
(puncak kromatogram), yang mana gambar peak ini berbentuk mirip dengan kurva Gaussian,
yang menunjukkan karakteristik tersendiri dari zat yang diukur.

Anda mungkin juga menyukai