Anda di halaman 1dari 53

Penggolongan Sistem Dispersi Menurut Ukuran Partikel

Rentang
Golongan Ukuran Karakteristik Sistem Contoh
Partikel
Dispersi < 1,0 nm Partikelpartikel tidak tampak dalam Molekul oksigen,
molekular (mµ) mikroskop elektron; lolos melewati ion-ion biasa,
ultrafilter dan membran semipermeabel; glukosa.
difusi berlangsung cepat.

Dispersi Partikel tidak teramati dalam mikroskop


Koloidal 0,5 µm - 1,0 biasa namun teramati dalam mikroskop Sol perak koloidal,
nm elektron; lolos melewati kertas saring tapi polimer alam dan
tidak lolos membran semipermiabel; sintetik
berdifusi sangat lambat.

Dispersi Partikel tampak dibawah mikroskop; tidak Butiran pasir,


Kasar > 0,5 µm lolos melewati kertas saring normal atau kebanyakan emulsi
terdialisis melalui membran dan suspensi
semipermeabel; partikel tidak dapat farmasetis, sel
berdifusi darah merah.

1
Larutan adalah campuran homogen dimana tidak terjadi pengendapan zat
terlaut dan zat terlarut ada dalam bentuk ion-ion atau molekul-molekul kecil.
Contoh, NaCl dan gula membentuk larutan sejati dalam air.

Suspensi terbentuk bila padatan halus seperti pasir ditambahkan ke dalam air
dan akan terjadi pengendapan. Partikel-partikel pasir masih kelihatan dan akan
mengendap secara perlahan-lahan.
Koloid merupakan keadaan intermediet antara larutan dan suspensi.

Kolid adalah dispersi partikel-partikel satu substansi (fasa terdispersi) dalam


substansi lainnya (medium perdispersi atau fasa kontinu).

Kabut (fog) adalah contoh koloid yang terdiri dari titik-titik air yang amat kecil;
(fasa terdispersi) dalam udara (fasa kontinu, pendispersi).

Koloid berbeda dari larutan sejati dimana ukuran partikel-partikelnya lebih


besar dari ukuran molekul-molekul zat terlarut dalam suatu sistem larutan.
Ukuran partikelnya antara 2x103 pm sampai 2x105 pm.

Campuran Koloid Larutan


partikel besar partikel menengah partikel kecil
> 0.2 µm 0.2 - 0.002 µm < 0.002 µm
Contoh Sistem dispersi
Fase
Medium
terdis-
dispersi
Contoh
persi
Koloidal Kasar

Cair Gas Kabut Semprotan


Padat Gas Asap Debu
Gas Cair Busa Busa
Cair Cair Tetes minyak <1 x 10-3 mm Emulsi
dalam air.
Padat Cair Emas koloidal dalam air Suspensi kaolin dalam air
Gas Padat Busa padat Busa padat
Cair Padat Minyak mineral dalam lilin Emulsi padat
Padat Padat Emas koloidal dalam gelas Suspensi padat

3
DISPERSI KOLOIDAL
Ukuran dan Bentuk Partikel Koloidal

Partikel: mempunyai luas permukaan yang sangat besar sekali.


sol emas, warna merah: jika ukuran partikel > warna biru
Warna antimon & Arsen trisulfida merah : dlm ukuran koloid :
kuning
Partikel koloid dapat dipisahkan dari partikel molekular.
Teknik pemisahan: dialisis, ultrafiltrasi, elektrodialisis

4
JENIS SISTEM KOLOIDAL

Koloid Liofilik:

Afinitas thd solven mudah, hidrokoloid

Koloid Liofobik:
Partikel anorganik dalam air: emas, perak, arsen sulfida, belerang, perak
iodida.
Cara membuat:
• Dispersi : alat colloid mills
• Kondensasi : dari subkoloidal agregat koloidal
• Reaksi kimia : reduksi: (lar. Garam logam mulia + formaldehid),
oksidasi: (H2S),

hidrolisis: (FeCl3),

penguraian ganda: (H2S + Asam arsen).


Koloid Asosiasi (Amfifil): Surfaktan

Perubahan sifat surfaktan pada (a) Misel bola dalam air; (b) misel dalam
cmc (critical micelle media nonair; (c) misel laminar, terbentuk
concentration) pada konsentrasi tinggi, dalam air
6
1 x1 x2
cmc campuran surfaktan:  
cmc cmc1 cmc2

Hitunglah CMC dari campuran n-dodesil oktaoksietilenglikol


monoeter (C12E8) dan n-dodesil  D-maltosida (DM). CMC

C12E8 adalah CMC1= 8,1 10-5M (mol/liter) dan fraksi molnya,

x1 = 0,75; CMC DM=CMC2= 15 10-5M (mol/liter)

x2 = 1-0,75 = 0,25

1 0,75 0,25
 5
 CMC = 9,3 10-5M
CMC 8,1  10 15  10 5

7
SIFAT OPTIS KOLOID

Efek Faraday-Tyndall
Seberkas sinar kuat akan memperlihatkan suatu kerucut,.
Alat : melihat titik-titik cahaya yang membentuk kerucut Tyndall adalah
ultramikroskop.
Ukuran
• Mikroskop Elektron Bentuk Partikel koloidal
Bangun (Struktur)

• Penghamburan Sinar (Light Scattering)


Bobot molekul koloid; dan informasi bentuk dan ukuran partikel.
Kekeruhan (turbiditas), T, yaitu penurunan fraksional intensitas yang
disebabkan oleh penghamburan bila sinar melalui larutan sepanjang 1 cm.

Hc/ = 1/M + 2Bc


 turbiditas, c konsentrasi solut dalam g/cm3 larutan, M berat rata-rata bobot
molekul, dan B suatu tetapan interaksi, H adalah tetapan sistem tertentu dan
setara dengan:
321 n (dn / dc)
3 2 2

H =
34 N
8
SIFAT KINETIK KOLOID

 Gerakan Brown

 Difusi
Hukum pertama Fick : jumlah zat dq yang berdifusi dalam waktu dt
melewati bidang seluas S adalah berbanding lurus dengan perubahan
konsentrasi dc terhadap jarak yang dilalui dx.
dc
dq   DS dt
dx
D : koefisien difusi yaitu jumlah zat yang berdifusi per satuan waktu melewati
satu satuan luas jika dx/dt ( disebut konsentrasi gradien) sama dengan satu. D
mempunyai dimensi luas per satuan waktu.
Partikel koloidal berbentuk sferis, maka persamaan Sutherland-Einstein atau
Stokes-Einstein:

kT RT RT 3 4πN
D  D
6πηr 6πηrN 6πηN 3Mv
k: tetapan Boltzmann M bobot molekul dan v volume spesifik
partial (kira-kira setara dengan volume
dalam cm3 dari 1 g solut yang diperoleh
dari pengukuran kerapatan). 9
 Tekanan Osmotik

van't Hoff:  = cRT

cg  RT
 1
  RT 
cg M  RT (  Bc g )
M cg M

Kurva I : ideal
Kurva II dan III: real

10
 Sedimentasi 2r 2 (    0 ) g
v
9 0
Hukum Stokes:
Dalam sentrifuge percepatan gravitrasi digantikan oleh 2x, dalam
hal ini  adalah kecepatan sudut, x adalah jarak partikel dari pusat
pemutaran (rotasi).

dx 2r 2 (    0 ) 2 x Laju sentrifuge : rpm


v   = rpm x 2
dt 9 0
Kecepatan sesaat, v = dx/dt partikel dalam satuan bidang
sentrifugal disebut koefisien sedimentasi Svendberg, s.:

dx / dt ln( x 2 / x1 )
s 2 s 2
 x  (t 2  t1 )
Bobot molekul polimer dapat RTs
M 
ditentukan oleh persamaan: D(1  v 0 )
11
 Viskositas
Persamaan Einstein:    0 (1  2,5 )
 sp  sp
    0 k
nrel   1  2,5 nsp  1  2,5  2,5
0 0 0  c

 sp
 k 1  k 2 c  k 3c 2

persamaan Mark-Houwink:


[ ]  KM

12
SIFAT LISTRIK KOLOID

Lar.
Lar. KI
AgN03

13
Elektroforesis:
Berkaitan dengan pergerakan partikel bermuatan
melewati cairan dibawah pengaruh perbedaan
potensial.
v 4
   ( 9  10 4 )
E 
 : potensial zeta dalam volt; v adalah kecepatan bergerak
(migrasi) sol dalam cm/sek di dalam tabung elektroforesis
yang panjangnya tertentu dalam cm; visakositas medium ()
dalam poise (dyne sek/cm2 ); tetapan dielektrik medium ;
gradien potensial E dalam volt/cm. Suku v/E disebut sebagai
mobilitas.
v
Pada 200 C :   141
E
Pada 250 C, koefisien 141 menjadi 128
14
15
Kesetimbangan Membran Donnan

 
luar (o) dalam (i) Setelah kesetimbangan tercapai,:[ Na ] o  [ Cl ]o
R-
di sebelah luar membran :  Na   Cl 

o

o
Na+ Na+
Cl- Cl- dan di sebelah dalam: [ Na 
]  [ R 
]  [ Cl 
]i
i i

[Cl  ]o  ([Cl  ]i  [ R  ]i )[Cl  ]i


2
[Cl  ]o [ R  ]i

 1

 2 [ R  ]i  [Cl ]i [Cl  ]i
= [Cl ]  1 
i 
 [Cl  ]i 

16
SOLUBILISASI
Kemampuan dari misel untuk meningkatkan kelarutan zat yang secara
normal tidak larut, atau hanya sedikit larut, dalam medium dispersi
yang digunakan.

Misel bola nonionik surfaktan,


polioksietilen monostearat
dalam air.
Benzena dan toluena,
molekul nonpolar, ada di
dalam misel.
Asam salisilat, lebih polar.
Asam p-hiroksibenzoat,
molekul polar, terletak
diantara rantai hidrofil
surfaktan.

17
Faktor Yang Mempengaruhi Solubilisasi
 Kimiawi Surfaktan:
Rantai alkil lipofilik lebih panjang akan lebih mensolubilisasi obat
hidrofobik.
Surfaktan ionik: peningkatan jari-jari inti hidrokarbon,
meningkatkan solubilisasi.
 pH:
Merubah kesetimbangan antara solubilisat terion dan takterion.

Titik Krafft:
Suhu yang menunjukkan terjadinya kelarutan surfaktan = kmk (cmc)
Titik keruh (cloud point):
Suhu yang menunjukkan terjadinya kekeruhan (pengkabutan) yang
tiba-tiba. Jika suhu dinaikkan terjadi surfaktan memisah sebagai
presipitat atau kalau konsentrasi tinggi sebagai suatu gel.

18
• Partikel padat tidak terlarut dalam medium cair.
SUSPENSI
• Diameter partikel > 0,1 m
• Konsentrasi padat: 0,5 – 30%
• Stabilitas fisik: Kondisi partikel tidak teragregasi dan
tetap terdistribusi rata dalam sistemnya.
Partikel yang mengendap harus mudah terdispersi
kembali dengan sedikit pengocokan.

Akseptabilitas: • Tidak memisah cepat


• Redispersi mudah
• Mudah dituang
• Mudah menyebar pada kulit
19
SIFAT ANTARMUKA PARTIKEL TERSUSPENSI

Penghalusan Luas permukaan besar termodinamis


tak stabil

membentuk kelompok (flokulat)

Pada kondisi tertentu partikel-partikel membentuk sesuatu


endapan yang disebut agregat  cake.

Kenaikan usaha (kerja, work, W) atau energi bebas


permukaan G:
SL adalah tegangan antarmuka. Kesetimbangan
G   SL . A tercapai jika G = 0.  A : kenaikan luas
permukaan.

20
Hitunglah perubahan energi bebas permukaan dari zat
padat dalam suspensi jika luas permukaan total naik dari
103 cm2 menjadi 107 cm2. Tegangan antarmuka antara zat
padat dengan medium cair SL =100 dyne/cm

G   SL . A

Energi bebas awal = G1


= 100  103 = 105 erg/cm2

Saat luas permukaan meningkat : G2


= 100  107 = 109 erg/cm2

Perubahan energi bebas,


G21=109 – 105  109 erg/cm2.

21
Partikel terflokulasi:
· Ikatan lemah
· Memisah dengan cepat
· Tak terbentuk cake
· Mudah diresuspensi

Partikel terdeflokulasi:
· Ikatan lebih kuat
· Memisah perlahan-lahan
· Terjadi agregasi –> cake
· Sukar diresuspensi

Kurva potensial energi untuk


antaraksi partikel dalam suspensi

22
PEMISAHAN DALAM SUSPENSI

Teori Sedimentasi
Hukum Sokes: d 2 ( s   o ) g
v
18 o
Suspensi encer: < 2% ; (0,5%)

n
Modifikasi Hk. Stokes:
v '  v
v’ adalah laju turun dari antarmuka dalam cm/sek
dan v adalah laju sedimentasi menurut hukum
Stokes. Suku  : porositas awal sistem, bervariasi
dari nol sampai 1. Pangkat n : ukuran gangguan
sistem. 23
Diameter rata-rata partikel CaCO3 dalam suspensi adalah
54 m. Kerapatan CaCO3 = 2,7, kerapatan air = 0,997
g/cm3. Viskositas air=0,009 poise. Hitunglah laju turun v’
sampel CaCO3 pada dua porositas berbeda, 1 = 0,95 2 =
0,5. Harga n =19,73 d 2 ( s   o ) g
v
Bentuk log pers: ln v’ = ln v + n ln  18 o

v
54 10 
4 2
 2,7  0,997  981  0,30 cm/sek
18  0,009
Untuk 1 = 0,95 –>ln v’ = –1,204 +[19,73(– 0,051)] = –
2,210 ––> v’ = 0,11 cm/sek
Untuk 2 = 0,5, maka diperoleh v’ = 3,510-7 cm/sek ––>
dengan porositas rendah (konsentrasi tinggi) maka sedimentasi
dihalangi.
24
SEDIMENTASI PARTIKEL

Suspensi terdeflokulasi

Suspensi terflokulasi 25
26
PARAMETER SEDIMENTASI

Volume (Tinggi) Sedimentasi


F = Vu / Vo

27
Derajat flokulasi, .

F = V  / Vo
F  adalah volume sedimentasi suspensi terdeflokulasi
(terpeptisasi).

Derajat flokulasi adalah rasio F terhadap F 

 = F /F 

Vu / V0 Vu
 
V / V0 V

volume sedimen akhir suspensi terflokulasi



volume sedimen akhir suspensi terdeflokulasi
28
Berapa volume sedimentasi dari 5% b/v suspensi MgCO3
dalam air. Volume awal = 100 ml, volume akhir sedimen =
30 ml.

Jika derajat flokulasi = 1,3. Berapa volume sedimentasi


terdeflokulasi.

Vu 30
F = Vu / Vo F   0,3
V0 100

F 0,3
 = F /F F    0,23
 1,3

29
Pada gambar samping:
hitunglah 

F

F

Suspensi terdeflokulasi: F = 0,15;


Suspensi terflokulasi : F = 0,75  = 0,75/0,15 = 5

30

30
FORMULASI SUSPENSI

Pendekatan membuat suspensi yang stabil :


• menggunakan pembawa terstruktur –>menjaga partikel terdeflokulasi di
dalam suspensi,
• menggunakan prinsip flokulasi. yang mudah diresuspensi dengan sedikit
pengocokan.

Pembasahan Partikel

• Pendispersian awal serbuk yang tak larut.: dengan cara ditaburkan pada
permukaan cairan.
Serbuk hidrofob : belerang, arang, dan magnesium stearat.
Serbuk hidrofilik : seng oksida, talk, dan magnesium karbonat..

• Surfaktan berguna meningkatkan terjadinya pembasahan dan deflokulasi..

• Gliserin dan zat higoskopik yang serupa: untuk menggerus basah (levigasi)
bahan tak larut.
Gliserin mengalir ke dalam ruang hampa di antara partikel untuk mengusir
udara dan selama pencampuran akan melapisi dan memisahkan partikel
sedemikian rupa sehingga air dapat meresap dan membasahi masing-masing
partikel.
31
Flokulasi Terkontrol

Zat-zat yang digunakan : elektrolit, surfaktan,


dan polimer.
Elektrolit bekerja sebagai zat pemflokulasi :
• menurunkan penghalang (barrier) listrik di antara
partikel,
• pembentukan jembatan antar partikel sehingga
terjadi keterikatan satu sama lain membentuk
struktur yang longgar.
32
Diagram caking, memperlihatkan flokulasi suspensi bismut
subnitrat oleh KH2PO4
33
Flokulasi dalam Pembawa Terstuktur

Jika F (volume sedimentasi) tidak mendekati satu –––> Ditambahkan


zat pensuspensi untuk menghalangi pengendapan flok:
Karboksimetilselulosa (CMC), Karbopol 934, Veegum, tragakan, atau
bentonit baik tunggal atau dalam kombinasinya.

Rangkaian langkah yang berkaitan dengan pembentukan suspensi


yang stabil 34
Pertimbangan Reologik
Viskositas; Perubahan sifat aliran; kualitas penyebaran.

Reogram yang
menunjukkan tiksotropi.

Reogram berbagai zat pensuspensi


35
Pembuatan Suspensi

• Skala kecil
• Skala besar

Stabilitas Fisik Suspensi

• Kenaikan suhu sering menimbulkan flokulasi suspensi yang distabilkan oleh


surfaktan anionik. Energi tolak (repulsi) menjadi turun karena adanya
dehidrasi gugus polioksietilen dari surfaktan. Energi tarik (atraktif) menjadi
naik ––> partikel menflokulat.

• Pertumbuhan partikel : proses destabilisasi. Simonelli dkk meneliti


penghambatan pertumbuhan kristal sulfatiazol oleh polivinilpirolidon (PVP).

• Terjadi interaksi dengan zat tambahan yang dilarutkan dalam medium


dispersi.
36
EMULSI

Emulsi adalah sistem :


• fase terdispersi (fase dalam, fase diskontinu)
• fase luar (kontinu),
• zat pengemulsi (emulgator, emulsifying agent).

Garis tengah (diameter) partikel fase terdispersi: 0,1 sampai 10 m

Jenis (tipe) Emulsi


 emulsi minyak dalam air (m-a). : oral, eksternal
 emulsi air dalam minyak (a-m) : eksternal

Beberapa metode untuk menentukan tipe suatu emulsi. :


• Pewarnaan
• Pengenceran dengan air
• Pengukuran arus listrik

Penerapan Farmasetis
 fase terdispersi mempunyai rasa yang tidak enak.
 akan diserap lebih baik (sempurna) dalam bentuk emulsi.
 untuk pemakaian eksternal dalam produk farmasetis dan kosmetika.
37
38
TEORI EMULSIFIKASI
Dua cairan yang tak bercampur dan dikocok : cairan yang satu terdispersi dalam
cairan lainnya membentuk tetes halus dalam waktu yang cepat kedua cairan
tersebut akan memisah kembali membentuk dua lapisan.

Pemisahan yang terjadi : gaya kohesif lebih besar daripada gaya adhesif.
Gaya kohesif dari masing-masing fase ditunjukkan sebagai energi antarmuka
atau tegangan pada batas antara cairan-cairan tersebut.

Jika 1 cm3 minyak mineral didispersikan menjadi globul yang mempunyai garis
tengah volume-surface dvs 0,01 m (10-6 cm) dalam 1 cm3 air sehingga
membentuk emulsi yang halus, maka luas permukaan tetes minyak menjadi
600 meter persegi. Energi bebas permukaan yang berkaitan dengan luas
tersebut adalah 34107 erg, atau 8 kalori. Volume total sistem tetap 2 cm3 .

6 6
Sv  Sv   6  10 6
cm 2
 600 m 2

d vs 10 6
Usaha atau kenaikan energi bebas permukaan :
W  γ ow  ΔA
sedangkan tegangan antarmuka antara minyak mineral dengan air adalah 57 dyne/cm (erg/cm 2 )
W  57 erg/cm 2  (6  10 6 cm 2 )  34  10 7 erg  34 joule  8 kalori karena 1 kalori = 4,184 joule
39
Kenaikan energi akibat luas permukaan yang membesar menjadikan sistem
secara termodinamis tidak stabil, ––> kecenderungan tetes-tetes untuk
bersatu kembali (koalesensi).
Untuk mencegah koalesensi (memperkecil lajunya): emulgator.

Zat pengemulsi dapat dibagi atas 3 kelompok:


• Zat aktif permukaan (surfaktan),
• Koloid hidrofil,
• Partikel padat halus,

Nama Golongan Tipe emulsi


Trietanolamin oleat Surfaktan (anionik) m-a (HLB=12)
N-asetil N-etil morfolinum etosulfat (Atlas G-236) Surfaktan (kationik) m-a (HLB=25)
Sorbitan mono-oleat (Atlas Span 80) Surfaktan (nonionik a-m (HLB=4,3)
Polioksietilen sorbitan mono-oleat (Atlas Tween Surfaktan (nonionik) m-a (HLB=15)
80)
Akasia (garam dari asam d-glukoronat) Koloid hidrofilik m-a
Gelatin (polipeptida dan asam amino) Koloid hidrofilik m-a
Bentonit (alumunium silikat hidrat) Partikel padat m-a & a-m
Veegum ( magnesium alumunium silikat) Partikel padat m-a
Arang Partikel padat a-m
40
Penjerapan Monomolekular

Natrium setil sulfat dan kholesterol : emulsi yang sangat baik.


Natrium setil sulfat dengan oleil alkohol : emulsi yang tidak baik.
kombinasi setil alkohol dan natrium oleat menghasilkan film yang rapat namun
kompleksitasnya terabaikan sehingga hasilnya emulsi yang tidak baik.
41
Penjerapan Multimolekular dan Pembentukan Film

Koloid liofilik hidrat dianggap sebagai zat aktif permukaan karena terlihat pada
antarmuka minyak-air.
Dibedakan dengan surfaktan :
(1) tidak menurunkan tegangan antarmuka, dan
(2) membentuk film multimolekular pada antarmuka
Daya kerja berdasarkan efek ke (2) karena film yang terbentuk sifatnya kuat dan
menahan terjadinya koalesensi.
Efek tambahan adalah kenaikan viskositas medium dispersi.

Penjerapan Partikel Padat


Partikel padat halus yang dibasahkan oleh minyak dan air dapat bekerja
sebagai emulgator.
Partikel tersebut terkonsentrasi pada antarmuka dan membentuk film
partikulat yang mengeliling tetesan sehingga mencegah koalesensi.
Serbuk yang mudah dibasahkan air akan membentuk emulsi m-a, sedangkan
yang mudah dibasahkan oleh minyak membentuk emulsi a-m.
42
STABILITAS FISIK EMULSI

Stabilitas emulsi :
• bebas koalesensi fase dalam,
• bebas kriming,
• tetap baik dari segi penampilan, bau, warna, dan sifat fisis lain-nya.

Ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan atas:


• flokulasi dan kriming
• koalesensi dan pecah
• perubahan fisis dan kimia
• inversi fase
2r 2 (    0 ) g
Kriming dan Hukum Stokes v
9 0
• Jika fase terdispersi kurang berat dari fase kontinu, umumnya pada kasus
emulsi m-a, maka laju sedimentasi menjadi negatif, yaitu terjadi kriming naik.
• Lebih besar perbedaan berat dari kedua fase, lebih besar tetes minyak dan
fase luar kurang kental maka laju kriming bertambah.
• Viskositas fase luar dapat dinaikkan: + zat pengental (thickening agent) seperti
metilselulose, tragakan, atau natrium alginat.
43
Koalesensi dan Pecah

 Pecah (breaking) : bersifat irreversibel


 Kriming: bolak-balik (reversibel).
King : dispersi partikel berukuran seragam yang sedikit kasar akan mempunyai
kestabilan yang paling baik.

 Pengaruh lain rasio volume-fase:


Ostwald : jika lebih dari 74% minyak ditambahkan dalam emulsi m-a, maka
globul minyak sering berkoalesensi dan emulsi menjadi pecah.
Nilai tersebut: titik kritis.
Secara umum rasio volume-fase 50:50 : emulsi yang paling stabil.
Emulsi dapat distabilkan oleh gaya tolak elektrostatik antara tetesan,
yaitu dengan menaikan potensial zeta. Penambahan zat (spesies)
bermuatan positif seperti ion natrium dan kalsium atau asam amino
kationik mengurangi potensial zeta dan dapat menyebabkan flokulasi.

 Faktor yang paling penting dalam stabilitas emulsi : sifat fisik film
emulgator pada antarmuka.
44
Evaluasi Stabilitas
• Analisis frekuensi-ukuran emulsi dari waktu kewaktu sesuai umur produk.
• Untuk emulsi yang pecah dengan cepat: pengamatan makroskopik

Metode Garti-Magdasi: perubahan konduktivitas listrik selama siklus


pemanasan–pendinginan–pemanasan.
Kurva konduktivitas diplotkan selama siklus suhu.
Indeks stabilitas didefinisikan sebagai /h, : h perubahan yang terjadi dalam
konduktivitas antara suhu 350 dan 450 C, sedangkan  adalah interval
konduktivitas di dalam dua kurva pemanasan pada 350 C.
Lebih kecil konduktivitas maka lebih besar kestabilan emulsi.
45
Pembalikan (Inversi) Fase

• Emulsi m-a dengan natrium stearat menjadi tipe a-m : + kalsium klorida.
• Mengubah perbandingan volume-fase –––––> emulgator m-a dicampur
minyak lalu ditambah air sedikit sampai korpus emulsi. Ketika ditambahkan air
sedikit demi sedikit maka berangsur tercapai titik inversi; selanjutnya air dan
emulgator akan membungkus minyak sebagai globul halus sehingga akhirnya
terbentuk emulsi m-a.

Pengawetan Emulsi

Pemisahan fase, perubahan warna, pembentukan gas dan bau, serta


perubahan sifat reologik suatu emulsi dapat terjadi karena pertumbuhan
mikroba.
Bakteria mendegradasikan emulgator nonionik dan anionik, gliserin, dan gom
alam sehingga emulsi dapat menjadi rusak.
46
SIFAT REOLOGIK EMULSI

Kebanyakan emulsi : aliran non-Newton.


Konsentrasi volume fase terdispersinya rendah
(kurang dari 0,05): Newton.
Konsentrasi volumenya dinaikkan: aliran
pseudoplastik.
Pada konsentrasi yang tinggi : aliran plastik.
Bila konsentrasi volume mencapai 0,74 akan terjadi
inversi dengan tanda adanya perubahan viskositas.
Pengecilan ukuran partikel rata-rata meningkatkan
viskositas.
Makin besar konsentrasi emulgator maka viskositas
produk akan semakin tinggi.

47
MIKROEMULSI

• Mikroemulsi: larutan jernih transparan, tetapi berbeda dengan sistem


solubilisasi yang secara termodinamis stabil maka mikroemulsi tidak stabil.
• Mikroemulsi terdiri dari tetes minyak dalam fase air (m-a) atau tetes air dalam
fase minyak (a-m) dengan garis tengah kurang lebih 10 sampai 200 nm, dan
fraksi volume fase terdispersi antara 0,2 - 0,8.
• Dalam mikroemulsi: ditambahkan pembantu emulsi atau kosurfaktan.
• Surfaktan anionik seperti natrium lauril sulfat atau kalium oleat didispersikan
dalam cairan organik misalnya benzena, lalu sejumlah kecil air ditambahkan,
maka mikroemulsi akan terbentuk dengan penambahan sedikit demi sedikit
pentanol (kosurfaktan lipofilik) membentuk larutan jernih pada 30 0 C.

Mikroemulsi:
Zona F (fluid) dan G (gel)

48
SEMISOLIDA

GEL

Suatu gel adalah sistem padat atau semisolida mengandung


paling sedikit dua konstituen, terdiri dari massa pekat yang
dirembesi cairan.

Jelly : Jika matriks yang saling berlengketan tersebut


banyak mengandung cairan.

xerogel Bila cairannya dihilangkan sehingga tinggal


kerangka. Contohnya antara lain lembaran gelatin, butiran
akasia.

49
Gel sistem dua fase : Massa gel dapat terdiri dari flokul
partikel halus bukan molekul besar, seperti pada gel
alumunium hidroksida, magma bentonit, dan magma
magnesia. Struktur gel pada sistem dua fase tersebut
(Gambar 22a,b) tidak selalu stabil, dan gel tersebut dapat
bersifat tiksotropik.

Gel sistem fasa tunggal : terdiri dari makromolekul


yang berada dalam bentuk seperti helaian serat (Gambar
22c). Unit-unit saling terikat oleh gaya kuat jenis van der
Waals sehingga membentuk daerah kristal dan amorf di dalam
keseluruhan sistem (Gambar 22d). Contoh tragakan dan
karboksimetilselulose
50
51
sinerisis : Bila gel didiamkan untuk beberapa lama, secara
alami gel tersebut mengkerut dan kandungan cairannya
tertekan keluar. Hal ini terjadi sebagai akibat pengisatan
berlanjut dari matriks atau struktur serat gel tersebut.
Sinerisis teramati pada jeli atau penganan gelatin.

“bleeding” : terjadinya pembebasan minyak atau air dari


dasar salep yang biasanya timbul dari suatu kekurangan
struktur gel bukan terjadi karena penciutan (kontraksi) seperti
pada sinerisis.

52
pengembangan (swelling). Berlawanan dengan
sinerisis adalah pengambilan cairan oleh gel dengan
bertambahnya volume.

imbibisi menarik sejumlah tertentu cairan tanpa


menambah volume.

53

Anda mungkin juga menyukai