SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG
I. FORMULA
Formula yang Diberikan
R/ Aneurin Hydrochloridum 25 mg /ml
Aqua Pro Injectio 1 ml
Natrii Cloridum 3,38 mg/ml
Acidum Hydrochloridum 1 N ad pH stabil
Acidum Hydrocloridum 1
Penambah suasana asam.
N
1
2
IV. MONOGRAFI
IV.1 Zat Aktif Aneurin Hydrochloridum (Vitamin B1)
B. Natrii Chloridum
(
Farmakop
e
Indonesia
Hydrochloridum
5
Thiamin HCl :
V.2Penimbangan
1. Aneurin Hcl = 25 mg/ml x 10 ml = 0,25 g/ml
2. NaCl = 3,38 mg/ml x 10 ml =0,0338 g/ml
3. Aqua Pro Injeksi = 10 ml – (0,25 + 0,0338) = 9,7162 ml
4. Hcl = 1,5 ml
VI. Prosedur
VI.1 Sterilisasi
VI.1.1 alat-alat
VI.1.2Sediaan obat
Sediaan yang akan di sterilkan dalam ampul di sterilisasi uap
(121ᵒC) menggunakan autoklaf selama 30 menit.
VI.2 Prosedur Pembuatan Sediaan
Pertama disiapkan alat beserta bahan yang akan digunakan. Setelah itu dilakukan
penimbangan semua bahan. Kemudian dilarutkan Thiamin HCl dalam Aqua Pro
Injeksi dan dilarutkan NaCl dalam Aqua Pro Injeksi juga. Kemudian dicampurkan
semua bahan kedalam erlenmeyer. Lalu diukur pH sediaan larutan dengan
ditambahkan beberapa tetes HCl 1 N hingga pH 2,5 sampai 4,5. Setelah itu, disaring
larutan menggunakan kertas saring dan dimasukkan ke dalam ampul sebanyak 1 ml
7
VI.3.2 Uji Ph
Cek pH larutan dengan menggunakan pH universal, dengan syarat pH sediaan
harus sama dengan pH stabil zat aktif (Lachman hal. 1356, 1994).
VI.3.3 Kebocoran ampul
Letakkan ampul di dalam zat warna (biru metilen 0,5 – 1%) dalam ruangan
vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna berpenetrasi
ke dalam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan
zat warnanya (Lachman hal. 1354, 1994).
VI.3.4 Keseragaman volume
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman
volume secara visual (FI IV hal. 1044, 1995).
volume
VIII. Pembahasan
Pada praktikum formulasi sediaan steril kali ini, di buat sediaan injeksi
Aneurin HCl atau disebut juga Vitamin B1, sediaan injeksi aneurin hcl dibuat dengan
metode pembuatan injeksi pelarut air. Aneurin HCl atau Thiamini HCl merupakan
vitamin yang larut dalam air, sehingga pembuatannya juga lebih stabil dengan pelarut
air. Pada penambahan pembawa air yang di gunakan adalah Aqua Pro injeksi. Pada
formula tersebut menggunakan zat tambahan yaitu natrium klorida ( NaCl) karena
jika tidak ditambahkan nacl larutan injeksi tidak memenuhi syarat yaitu hipotonis.
Jika larutan injeksi dalam keadaan hipotonis disuntikan ke tubuh manusia akan
berbahaya karena menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Syarat injeksi volume
kecil adalah isohidris atau isotonik. Arti isotonik adalah tekanan yang dihasilkan
injeksi tersebut sama dengan tekanan dalam cairan tubuh. Tekanan dalam cairan
tubuh setimbang dengan 0,9 % NaCl, sehingga perlu penambahan nacl. Selain itu
sediaan injeksi juga harus memenuhi persyaratan isoosmotik yaitu memiliki tekanan
osmose yang sama dengan tekanan osmose serum darah. Untuk mencapai keadaan
yang isotonis dan isoosmotik, suatu larutan harus ekivalen dengan larutan NaCl 0,9 %
yang notabene ekivalen dengan tonisitas sel darah dan tekanan osmosenya ekivalen
dengan osmose serum darah. Aqua Pro Injeksi berfungsi sebagai pelarut dalam
sediaan injeksi yang akan dibuat. Aqua pro injeksi dipilih sebagai pelarut karena
Aqua pro injeksi sudah steril. Aqua pro injeksi dibuat dengan memenuhi persyaratan
untuk menjadi pelarut dalam sediaan injeksi antara lain berbentuk cairan jernih, steril,
bebas pirogen, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa serta tidak mengandung
logam berat dan zat pereduksi, dengan ph di kisaran 5,0-7,0. Pada proses pengolahan
sediaan injeksi, aqua pro injeksi dididihkan terlebih dahulu selama 10 menit. Hal ini
dilakukan agar sediaan injeksi bebas dari pirogen serta menghilangkan CO² dari aqua
tersebut karena CO² dalam air dapat mengoksidasi sediaan injeksi. Selain persyaratan
sterilitas, isotonisitas, dan isoosmotik, suatu sediaan injeksi harus memenuhi
9
persyaratan isohidris. Isohidris berarti sediaan injeksi yang akan disuntikkan harus
memiliki ph yang sama dengan ph fisiologis tubuh manusia yaitu sekitar 7,4.
Sehingga untuk menjaga ph sediaan injeksi seringkali ditambahkan dapar agar ph
larutan tetap. Farmakope Indonesia menyebutkan bahwa ph untuk aneurin hcl sebesar
2,7-3,4 dan untuk sediaan injeksi Aneurin hcl adalah 2,5 – 4,5 yang merupakan rentag
ph stabilitas dari aneurin hcl. Hal ini karena aktivitas fisiologi maksimal Aneurini hcl
dapat tercapai pada rentang ph 3 – 4 . Sehingga untuk injeksi Aneurin hcl dilakukan
usaha euhidris, atau usaha pendekatan ph larutan suatu zat secara teknis kearah ph
fisiologis tubuh. Euhidris dapat dilakukan untuk zat – zat yang tidak stabil dalam ph
fisiologis tubuh, atau zat yang memiliki aktivitas fisiologi yang lebih baik pada ph
yang bukan ph fisiologis tubuh. Larutan injeksi yang kami buat memiliki ph ± 6 ,
untuk mencapai ph dengan rentang 2,5 – 4,5 dilakukan penambahan larutan hcl 0,1 N
yang bertujuan untuk mengasamkan atau menambah suasana asam sebanyak 1,5 ml.
Hasil akhir ph larutan injeksi Aneurin hcl yang dibuat adalah ± 2,9. Setelah itu
larutan ditambahkan aqua pro injeksi sampai 9,7ml. Setelah itu larutan tersebut di
saring menggunakan kertas saring. .Hal ini dilakukan untuk menyaring partikel-
partikel yang berukuran besar sehingga pada saat disaring dengan bakteri filter tidak
akan terjadi penyumbatan dan agar larutan lebih jernih dan tidak ada pengotor
didalamnya. Kemudian di saring kembali menggunakan filter syringe. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan partikel yang terdapat dalam larutan karena di dalam
syarat injeksi bentuk larutannya harus jernih. Larutan yang telah di saring kemudian
dimasukan kedalam ampul. Dalam memasukkan larutan ke dalam ampul memakai
jarum suntik yang telah di tempelkan bakteri filter. Memakai bakteri filter bertujuan
untuk menghilangkan bakteri yang berada dalam larutan secara mekanik. Untuk
pengisian ampul, jarum suntik panjang penting karena untuk mencegah larutan
menempel pada dinding ampul. Jarum dikeluarkan secara perlahan dan hati-hati dari
leher ampul, karena apabila ada yang menempel pada dinding ampul akan
menyebabkan noda hitam pada ampul seperti terbakar dan ledakan pada saat
pengelasan.
10
Pada percobaan ini dibuat 5 ampul dengan volume masing – masing ampulnya
1ml, namun pada pembuatannya larutan yang dibuat dilebihkan jumlahnya untuk
mengantisipasi terjadinya tumpahan saat pengisian. Perhitungan volume larutan yang
dibuat, dihitung dengan menggunakan persamaan untuk ampul = (n+2) c + 2ml ,
dimana n adalah jumlah sediaan yang diminta, dan c adalah volume sediaan yang
telah dilebihkan volumenya sesuai anjuran FI ed IV. Volume yang dimasukkan pada
setiap ampul tidaklah 1 ml namun 1,1 ml volume ini berdasarkan anjuran
penimbangan dan volume yang tercantum dalam FI ed IV hal 1044. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi larutan yang tertinggal pada ampul pada saat pengambilan
cairan. Jika ampul diisi tepat 1 ml di khawatirkan volume cairan yang diambil
tidaklah tepat 1 ml sehingga akan berpengaruh pada dosis yang diberikan.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kebocoran, uji kebocoran yang
dilakukan adalah metode konvensional. Metode ini dilakukan dengan memanaskan
ampul yang telah dibuat dalam posisi terbalik pada otoklaf dengan suhu 115°C
Selama 15 menit. Pada uji kebocoran ini ampul ditekan oleh suhu yang berada di
otoklaf. Setelah 15 menit ampul dikeluarkan dan diamati apakah ada ampul yang
mengalami kebocoran, ampul yang mengalami kebocoran jumlah volume pada ampul
akan berkurang dan bisa juga bertambah. Dari hasil percobaan , dari 5 ampul yang
dibuat ternyata 2 ampul mengalami kebocoran dan 3 ampul lainnya dalam kondisi
baik. Dari 2 ampul yang kami buat mengalami kebocoran pada ujung atasnya hal
tersebut di karenakan proses pembakaran tutup ampul yang kurang baik dan di
dukung dengan tingginya suu di dalam autoklaf sehingga dinding ampul tidak mampu
menahan tekanan dari dalam autoklaf.. Dan kemudian dilakukan sterilisasi bertujuan
untuk menjamin sterilitas produk maupun karakteristik kualitasnya, termasuk
stabilitas produk.
Kemudian seteleh di lakukan sterilisasi maka di lakukan evaluasi dari ke lima
ampul tersebut selain mengalami kebocoran dan juga warna menjadi kuning atau
tidak jernih dari ketiga sediaan yang telah di evaluasi hanya satu yang jernih. Hal ini
di karenakan sebelum pelarutan sediaan injeksi tersebut , aqua pro injeksi harus
dididihkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar sediaan injeksi bebas dari pirogen
11
serta menghilangkan CO² dari aqua tersebut karena CO² dalam air dapat
mengoksidasi sediaan injeksi. Dikarenakan untuk zat aktif tersebut OTT dengan
oksidator dan terkontaminasi zat pengoksidan. Selain itu hal ini harus di dasarkan
pada kestabilan bahan pada pemanasan, dimana berdasarkan literarut bahwa aneurin
hcl atau thiamin hcl tidak tahan pemanasan dan kemudian akan terurai.
IX. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa sediaan injeksi aneurin HCl
25mg/mL kurang baik secara visual karena terdapat dua ampul yang tidak
memenuhi kejernihan dan dua ampul mengalami kebocoran.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
British Medical Association. 2009. British National Formulary. London: RPS
Publishing.
Department of Pharmaceutical Science. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia,
twenty eight edition. London: The Pharmaceutical Press.
12
LAMPIRAN 1
A. Perhitungan Tonisitas
Thiamin HCl :