1. FORMULA
1.1 Formula Laboratorium
Natrii Thiosulfat 10%
Obat Suntuik dalam Ampul 5 mL
1.2 Formula Usulan
R/ Natrii Thiosulfat 100 mg
Dinatrii hidrogen fosfat 0,9%
Natrii dihidrogen fosfat 0,04 %
Aqua Pro Injection ad 1 ml
Zat Kegunaan
Natrii Thiosulfat Zat Aktif
Dinatrii hidrogen fosfat Pendapar
Natrii dihidrogen fosfat Pendapar
Aqua Pro Injection Pembawa
4. MONOGRAFI
4.1 Natrii Thiosulfat
Struktur :
Perhitungan Konsentrasi
0,52− ΔTb .C
W= 0,576
0,52−(10𝑥0,18)+(0,9𝑥0,24)+(0,04𝑥0,011)
W= 0,576
0,52−2,0164
W= 0,576
W = - 2,597 (Hipertonis)
Perhitungan Formula Usulan (Dapar Phosphat pH 8)
1. Dinatrii Hydrogenphosphat 0,947% → 95 mL
95 𝑚𝑙 𝑚𝑔
=100 𝑚𝑙 𝑥 0,947 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,899 𝑔𝑟𝑎𝑚 → 899 100𝑚𝐿
= 8,9 mg / mL ~ 9 mg / mL
2. Natrii Dihydrogenphosphat 0,8% → 5 mL
5 𝑚𝑙 𝑚𝑔
=100 𝑚𝑙 𝑥 0,8 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,04 𝑔𝑟𝑎𝑚 → 40 100𝑚𝐿
= 0,4 mg / mL
5.2 Perhitungan Volume Sediaan yang Telah dilebihkan
Ampul = (n + 2) c + 2 mL
= (2 + 2) 5,3 + 2 mL
= (4) 5,3 + 2 mL
= 21,2 + 2 mL
= 23,2 ml ~ 25 mL
5.3 Perhitungan Bahan
5.3.1 Perhitungan Bahan untuk 1 Ampul
Natrii Thiosulfat = 100 mg x 5 ml = 500 mg
Dinatrii Hydrogenphosphat = 9 mg x 5 ml = 45 mg
Natrii Dihydrogenphosphat = 0,4 mg x 5 ml = 2 mg
Aqua Pro Injeksi Ad 5 mL
5.3.2 Perhitungan Bahan untuk 1 Batch (2 Ampul)
25 𝑚𝑙
Natrii Thiosulfat = 𝑥 500 𝑚𝑔 = 2500 𝑚𝑔
5 𝑚𝑙
25 𝑚𝑙
Dinatrii Hydrogenphosphat = 𝑥 45 𝑚𝑔 = 225 𝑚𝑔
5 𝑚𝑙
25 𝑚𝑙
Natrii Dihydrogenphosphat = 5 𝑚𝑙 𝑥 3 𝑚𝑔 = 10 𝑚𝑔
6
7. DATA PENGAMATAN
Tabel 7.1 Hasil Evaluasi
Jenis Evaluasi Penilaian
Kejernihan -
Penampilan Fisik Wadah Kurang Baik
Kebocoran Ampul 2
Jumlah Sediaan 2
Keseragaman Volume -
8. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan larutan injeksi dari Natrii Thiosulfat.
Natrium thiosulfat merupakan garam yang dapat di berikan secara empiris pada
orang yang keracunan sianida, zat ini pun stabil dalam larutan pembawa air.
Natrium thiosulfat biasa digunakan sebagai zat aktif yang memiliki khasiat
sebagai antidotum atau penawar racun. Injeksi natrium thiosulfat dikemas dalam
wadah dosis tunggal, yakni suatu wadah kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis
tunggal dan bila dibuka tidak ditutup rapat kembali dijaminan tetap steril.
Dalam pembuatan sediaan injeksi natrium thiosulfat, diperlukan aqua pro
injection untuk melarutkan natrium thiosulfat. Formula lain yang diperlukan
dalam percobaan ini yakni larutan penyangga yang berfungsi untuk menjaga pH
larutan agar tetap konstan. Kedua larutan ini perlu dicampur sampai benar-benar
jernih, karena bila larutan tidak jernih maka dikhawatirkan ketika obat dinjeksikan
kedalam tubuh akan terbentuk emboli dan terjadi rasa nyeri. Sediaan injeksi ini
8
mempunyai stabilitas pH antara 8 – 9,5 menurut USP dan biasanya tidak pernah
menggunakan bahan pengawet dan antioksidan, penggunaan stabilatornya kita
bisa menggunakan dapar phospat.
Proses pembuatan sediaan steril seharusnya dilakukan di Laminar Air Flow
(LAF) yang bertujuan agar proses pengerjaan benar-benar steril dan sediaan yang
dibuat dapat terhindar dari adanya pirogen karena LAF merupakan alat yang
memiliki pola pengaturan dan penyaring aliran udara secara kontinyu melewati
tempat kerja, sehingga tempat kerja tersebut bebas dari debu dan spora-spora yang
mungkin jatuh kedalam sediaan. Selain aliran tersebut LAF memiliki sinar UV
yang berfungsi untuk mensterilkan udara dengan membunuh bakteri melalui
mutasi gen.
Pada pembuatan injeksi natrium thiosulfat ini digunakan NaH₂PO₄ dan
Na₂HPO₄ sebagai larutan penyangga atau buffer. Larutan penyangga sangat
penting dalam pembuatan sediaan injeksi karena kultur jaringan dan bakteri
mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Selain itu, darah
dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45 dan apabila pH
sediaan injeksi diatas kisaran pH normal tubuh manusia akan menyebabkan organ
tubuh manusia menjadi rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan
larutan penyangga. Dapar phospat mempunyai selisih pH yang tidak boleh
melebihi lebih dari 3, dikarenakan dapar harus mempunyai rentang tipis yang
berupa penyangga agar tidak terjadi lingkungan nya terlalu asam, sebab dapar
mempunyai sifat yang agak sedikit basa yang fungsinya untuk menstabilkan pH
thiosulfat yakni 8 – 9,5.
Perhitungan tonisitas dilakukan untuk mengetahui apakah larutan bersifat
isotonis, hipertonis atau hipotonis. Isotonis adalah suatu keadaan dimana tekanan
osmosis larutan obat yang sama dengan tekanan osmosis tubuh kita (darah, air
mata). Sedang hipotonis adalah keadaan dimana tekanan osmostis larutan obat
kurang dari tekanan osmotis cairan tubuh. Hipertonis adalah tekanan osmotis
larutan obat lebih dari tekanan osmotis cairan tubuh. Tekanan osmotik diartikan
sebagai gaya yang dapat menyebabkan air atau bahan pelarut lainnya melintas
masuk melewati membran semipermeable ke dalam larutan pekat. Dari hasil
perhitungan didapatkan tonisitas larutan adalah - 2,597, artinya larutan tersebut
9
hipertonis, dimana larutan memilki osmolalitas yang lebih tinggi dari plasma
sehingga dapat terjadi plasmolisis atau hilangnya kadar air dari sel darah,
sehingga sel darah akan mengkerut.Jadi sebaiknya larutan injeksi harus isotonis,
kalau terpaksa dapat sedikit hipertonis, tetapi jangan sampai hipotonis. Cairan
tubuh manusia masih dapat menahan tekanan osmotis larutan injeksi yang sama
nilainya dengan larutan NaCl 0,6-2,0 % b/v.
Sterilisasi pada percobaan ini dilakukan dengan sterilisasi uap dengan
autoklaf dan menggunakan uap air dengan tekanan tinggi. Mekanisme
penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan
koagulasi beberapa protein esensial organisme tersebut. Adanya uap air yang
panas dalam sel mikroba, menimbulkan kerusakan pada temperatur yang relatif
rendah. Pada sediaan dilakukan evalusi secara fisika diantaranya penampilan fisik
wadah, jumlah sediaan & keseragaman volume, kejernihan sediaan, dan
kebocoran. Penampilan fisik wadah dilihat secara langsung. Hasil pengamatan
menunjukkan penampilan fisik wadah kurang baik. Jumlah sediaan, uji ini
dilakukan untuk memastikan produk akhir memiliki volume yang sama dengan
yang telah dikonversikan dalam pembuatannya karena pada tahap awal volume
yang dibuat telah ditentukan tiap ampulnya dengan volume yang sama. Jika
volume tidak seragam dikhawatirkan kadar zat aktif dalam sediaan tidak sama.
Hasil pengamatan menunjukan volume dari 2 ampul adalah tidak sama karena
sediaan kosong karena mengalami kebocoran.
Uji kejernihan. Uji kejernihan ini artinya bebas dari semua zat-zat yang
bergerak, senyawa yang tidak larut, termasuk pengotor-pengotor seperti debu.
Sediaan memenuhi persyaratan jika tidak ditemukan pengotor/kotoran dalam
larutan. Uji kebocoran ini dilakukan untuk memastikan bahwa ampul yang
digunakan benar-benar baik kondisinya. Jika terdapat kebocoran akan ada
kemungkinan obat untuk keluar, sehingga dosis yang didapatkan tidak sesuai
dengan dosis yang diinginkan. Selain itu adanya kebocoran dapat menyebabkan
partikel asing masuk, partikel ini dapat berupa mikroorganisme atau pirogen, yang
menandakan bahwa larutan tersebut tidak lagi steril. Pada pengujian kebocoran ini
terjadi kebocoran pada kedua ampul tersebut sehingga tidak dapat dilakukan uji
10
keseragaman volume dan uji kejernihan. Hal ini dapat terjadi karena ampul belum
tertutup dengan baik pada saat proses pengelasan sehingga mengalami kebocoran.
9. KESIMPULAN
Sediaan Injeksi Natrii Thiosulfat yang dibuat dikatakan tidak baik karena
semua sediaan mengalami kebocoran sehingga tidak ada hasil sediaan yang
didapat untuk dilakukan evaluasi lainnya.
Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press.
11
11. LAMPIRAN
11.1 Kemasan Primer
11.3 Brosur