NAMA KELOMPOK 2:
FAKULTAS FARMASI
2020
I. PENDAHULUAN
FORMULA PUSTAKA
R/ Dextrose anhidrat 5,25 g
Karbon aktif 0,015 g
Aqua pro injeksi 500 ml
III. 1.3. PENGEMBANGAN FORMULA
Sterilisasi yang digunakan
Dalam pembuatan infus dextrosa 5% pada akhir sterilisasi digunakan metode
sterilisasi basah yaitu dengan menggunakan autoclave. dimana dalam pemilihan metode
ini berdasarkan pada ketahanan komposisi infus dextrose terhadap pemanasan sehingga
digunakan sterilisasi cara basah menggunakan autoclave pada suhu 121 derajat C selama
15 menit.
Rumus Kimia : C6H12O6H2O
BM : 198.17
Titik Lebur : 838 derajat C
Pemerian : hablur tidak berwarna, sebuk hablur atau butiran putih, tidak berbau, rasa
manis (FI-III, Hal.268)
Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak
sukar larut dalam etanol (95%) P mendidih, sukar larut dalam etanol P
Kegunaan : Dextrose banyak digunakan dalam solusi untuk menyesuaikan tonisitas
dan sebagaiagen pemanis. Dekstrosa juga digunakan sebagai pengencer
granulasi basahdan pengikat, dan sebagai pengencer dan pengikat tablet
kompresi langsung
Stabilitas : memiliki stabilitas yang baik
Penyimpanan : kondisi penyimpanan kering
Inkompsktibel : tidak kompatibel dengan sejumlah obat seperti
sianokobalamin, kanamisin sulfat, natrium novobiocin, dan walfarin
sodium.
Keaamanan : konsentrasi dekstrosa lebih besar
dari 5% b / v bersifat hiperosmotik dan dapat menyebabkan vena lokal
iritasi setelah pemberian intravena.
(Pustaka : Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Hal.222)
Perhitungan (dari masing-masing komponen):
Tonisitas
1 gram Dextrosa setara dengan 0,16 gram NaCl
1 gram Nacl setara dengan 5 gram Dextrosa
1 gram 0,16 gram NaCl
=
5 gram x
X = 5 gram x 0,16 gram
X = 0,8 gram
Penimbangan Bahan
Jumlah Dextrosa untuk 1 L sediaan adalah 52,5 gram, sedangkan sediaan yang
akan dibuat adalah 500 ml. Jadi jumlah dextrose yang dibutuhkan untuk 500 ml
adalah :
1. Dextrosa Anhidrat = 500 ml
1000 ml x 52,5 gram = 26,25 gram
Jumlah Karbon Aktif untuk 1 L sediaan adalah 0,15 gram, sedangkan
sediaan yang akan dibuat adalah 500 ml. Jadi jumlah Karbon Aktif yang
dibutuhkan untuk 500 ml adalah :
2. Karbon Aktif = 500 ml
1000 ml x 0,15 gram = 0,075 gram
1. Dekstrosa
Pemerian : Hablur, tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih,
tidak berbau, dan rasa manis. (FI IV HAL 300)
Kelarutan : Larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol. (FI IV HAL 300)
Inkompatibilitas : Solusi dekstrosa tidak sesuai dengan sejumlah obat seperti
cyanocobalamin, kanamyin sulfat, novobiocin sodium, dan natrium warfarin.
Dalam bentuk aldehyde, dextrose dapat bereaksi dengan duin, amides, asam
amino, peptida, dan protein. Warna cokelat dan dekomposisi terjadi dengan alkali
yang kuat. Dextrose dapat menyebabkan browning dengan lempeng-lempeng
yang mengandung amines (reaksi Maillard). (HPE hal 253)
Stabilitas : Dextrose memiliki stabilitas yang baik dalam kondisi
penyimpanan kering. Solusi Aqueous dapat disterilkan dengan autoclaving. Akan
tetapi, pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya pH dan
karamelisasi solusinya. (4-7) bahan dalam jumlah besar hendaknya disimpan
dalam wadah yang tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering. (FI IV HAL
300)
Fungsi dan konsentrasi yang dibutuhkan: Digunakan untuk zat aktif dalam infus
Identifikasi : tambahkan beberapa tetes larutan (1 dalam 20) pada 5 ml
tembaga(II) tartrat alkali LP panas: terbentuk endapan merah tembaga oksida.
(FI IV HAL 300)
2. Karbon Aktif
Pemerian : Serbuk halus, bebas dari butiran, berwarna hitam, tidak
berbau, tidak berasa
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol
Inkompatibilitas :-
Stabilitas : Stabil pada tempat tertutup dan kedap udara
Fungsi dan konsentrasi yang dibutuhkan : Digunakan untuk menyerap bahan-
bahan pengotor yang mungkin ada
Identifikasi :-
(Depkes RI, 1995)
3. Aqua Pro Injeksi
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Inkompatibilitas : -
Stabilitas : Stabil terhadap suhu panas
Fungsi : Sebagai pembawa dan pelarut
Identifikasi : -
- Dengan kekuata 5 %
- Volume total yang akan dibuat 500 mL
Botol infus ditera dengan water for injection sebanyak 100 ml dan ditandai
WFI dipanaskan dengan suhu 100 derajat celcius dan diturunkan hingga suhu
60 derajat celcius
Masukkan Dextrosa kedalam API pada suhu 60 derajat celcius dan aduk kurang
lebih 15 menit
Larutan tersebut disaring dengan kertas saring yang sudah diterilisasi untuk
menghasilkan larutan jernih dan diukur pH dengan pH meter
Larutan dimasukkan kedalam botol kaca 100 ml yang sudah di sterilisasi pada
suhu 121 derajat celcius selama 15 menit kemudian tutup dengan penutup
karet
Bagian atas botol dibungkus dengan alumunium foil dan ikat dengan tali kasur
(diikat dalam bentuk simpul)
Dilakukan sterilisasi akhir sediaan dengan autoklaf pada suhu 121 derajat
celcius selama 15 menit
e. Sterilisasi sediaan
Sterilisasi yang digunakan
Disterilkan dengan cara sterilisasi seperti dibawah ini segera setelah dibuat:
Pemanasan dalam Otoklaf
Sediaan yang akan disterilkan diisikan kedalam wadah yang cocok, kemudian
ditutup kedap. Jika volume tiap wadah tidak lebih dari 1000 ml, sterilisasi
dilakukan dengan uap air jenuh pada suhu 115o sampai 116o selama 30 menit .
(Depkes RI 1978, 323-324)
f. Evaluasi sediaan (beserta jumlah yang digunakan untuk masing-masing formula)
1. Penetapan volume ijeksi
PENETAPAN VOLUME INJEKSI DALAM WADAH
Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah ataulebih
bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau lebih
bila volume 3 ml atau kurang.
Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak
lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dileng kpai dengan jarum
suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan
pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, ke dalam
gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume
yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas ter
tera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menun juk volume yang
ditampung, bukan yang dituang).
Cara lain, isi alat suntik dapat dipindahkan ke dalam gelas piala kering yang
telah ditara, volume malam ml diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam g
dibagi bobot jenis cairan.
Isi dari dua atau tiga wadah 1 ml atau 2 ml dapat digabungkan untuk
pengukuran dengan menggunakan jarum suntik kering terpisah untuk
mengambil isi tiap wadah.
Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat ditentukan dengan membuka wadah
memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas piala yang
telah ditara.
Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu per
satu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang
Dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilakukan pengamatan secara visual ada
tidaknya bahan partikulat dengan latar belakang hitam
3. Penetapan pH
Dibalik sehingga tutup botol berada dibagian bawah serta diletakkan jertas saring
dibawahnya
Diamati terjadinya kebocoran yang ditandai dengan keluarnya sediaan dari botol
infus dan kertas saring menjadi basah
5. Uji kejernihan
Sediaan steril infus Dextrosa 5% dan ater for injection dimasukkan kedalam
masing-masing tabung reaksi
Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang berdifusi, tegak lurus kearah bawah
tabung reaksi latar belakang hitam
6. Identifikasi za Injeksi Dektrosa adalah larutan steril dektrosa dalam Air untuk
Injeksi. Mengandung dektrosa, C61-1 1205 .1-120, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dan jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi dektrosa tidak
mengandung bahan anti mikroba.
(FI V, Hal 297)
7. Penetapan kadar
DiUkur rotasi optik dalam tabung polarimeter yang sesuai pada suhu 25° seperti
tertera pada Penetapan Rotasi Optik dan Rotasi jenis .
DiHitung persentase (g per 100 ml) dekstrosa, C611 1205 .1-120, dalam injeksi dengan
Rumus: AR (100/52,9)(198,17/180,16)
( FI V, Hal 297)
8. Uji sterilitas FI
a. Untuk zat jumlah sedikit
Untuk zat dalam jumlah sedikit yang tertera pada Dadtrar II dan bukan antibiotika
digunakan medium perbenihan yang memenuhi syarat uji efektivitas medium
perbenihan.
Untuk zat uji berupa larutan atau cairan lebih besar dari 10 ml, larutan atau susensi
minyak antibiotika. Digunakan medium perbenihan yang memenuhi syarat uji fertilitas
medium perbenihan
9. Uji endotoksin FI IV
Tidak lebih dari 0,5 unit endotoksin fi per ml untuk injeksi yang mengandung
dektrosa kurang Dari 5% dan tidak lebih dari 10,0 unit endotoksin per ml
untuk injeksi Yang mengandung dextrosa antara 5%dan 70%. (catatan
sebelum pengujian, encerkan injeksi yang mengandung dextrosa lebih dari
10% hingga ladar dextrosa 10%).
10. Uji pirogen FI IV HAL 908
Dilakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan
kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang
menyebabkan kegelisahan.
Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian, minum diperbolehkan pada setiap
saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila pengujian menggunakan termistor,
dimasukkan kelinci ke dalam kotak penyekap sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan
dengan letak leher yang longgar sehingga dapat dududk dengan bebas.
Ditentukan suhu awal masing-masing kelinci tidak lebih dari 30 menit sebelum
penyuntikan larutan uji yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Beda
suhu tiap kelinci dalam satu kelompok tidak boleh lebih dari 1˚dan suhu awal setiap
kelinci tidak boleh lebih dari 39,8 ˚.
Larutan uji berupa sediaan yang bila perlu dikonstitusi seperti yang tertera pada etiket
maupun bahan uji yang diperlukan seperti yang tertera pada masing-masing monografi
dan disuntikan dengan dosis seperti yang tertera.
Alat atau perangkat injeksi untuk uji pirogen digunakan sebagai larutan uji hasil cucian
atau bilasan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan parenteral,
tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan harus bebas dari
kontaminasi. Dihangatkan larutan pada suhu 37˚±2˚ sebelum penyuntikan.
Direkam suhu berturut-turut anatara jam ke-1 dan jam ke-3 setelah penyuntikan dengan
selang waktu 30 menit.
Maka jumlah sediaan yang akan disiapkan
Jumlah Sediaan Jumlah Volume (ml) Jumlah
Botol
Julah botol infus yang ditugaskan untuk 10 X 500 5.000
dikumpulkan
Penetapan volume ijeksi 1 X 500 500
Pemeriksaan bahan partikulat
1 X 500 500
Penetapan pH
Uji kebocoran 0 - -
Uji kejernihan
Semua - -
Semua - -
Jadi, total sediaan yang akan dibuat adalah 10botol (yang ditugaskan) +22botol untuk
evaluasi= 32 botol.
Kelebihan volume tiap wadah untuk cairan encer untuk sediaan dengan volume lebih dari
50,0 mL, yaitu 2% (FI IV, hal 1044)= 2% x 500 mLx32 botol = 320 mL
Kelebihan volume total untuk antisipasi kehilangan selama proses = 10% x 16.320 mL
=1.632 mL
KarbonAktif 0,015 g
Perhitungan :
Untuk membuat sediaan infus Dextrosa anhidrat 5,25 gram sebanyak 32 botol, @ 500mL
diperlukan :
3. Penetapan pH
Penetapan pH (Suplemen FI IV,hlm. 1572-1573)
Alat : pH meter
Tujuan : Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan potensiometri (pH meter) yang
telah dibakukan sebagaimana mestinya yang mampu mengukur harga pH
sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang
peka,elektrode kaca, dan electrode pembanding yang sesuai.
Hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yangditargetkan.
4. Uji kebocoran
Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, 2009, 191-192)
Tujuan :Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume
sertakestabilansediaan.
Prinsip :Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takarantunggal yang masih
panas setelah selesai disterilkandimasukkan ke dalam larutan metilen biru
0,1%. Jika adawadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masukke
dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalamwadah tersebut
sehingga larutan dalam wadah akanberwarna biru.Untuk cairan yang
berwarna (b) lakukan dengan posisiterbalik, wadah takaran tunggal
ditempatkan diatas kertassaring atau kapas. Jika terjadi kebocoran maka
kertassaring atau kapas akan basah.
Hasil :Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidakmenjadi biru
(prosedur a) dan kertas saring atau kapastidak basah (prosedur b)
EVALUASI KIMIA
1. Identifikasi (FI IV Halaman 301)
Tambahkan beberapa tetes larutan (1 dalam 20) pada 5 ml tembaga(II) tartrat
alkali LP panas terbentuk endapan merah tembaga oksida.
2. Penetapan kadar (FI IV Halaman 301)
Sejumlah volume injeksi yang diukur seksama setara dengan 2 g sampai 5 g
dekstrosa, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml. tambahkan 0,2 ml amonium
hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai tanda. Ukur rotasi optik dalam tabung
polarimeter yang sesuai pada suhu 25⁰ seperti yang tertera pada Penetapan Rotasi
Optik dan Rotasi Jenis<1081>. Rotasi yang diamati dalam derajat, dikalikan dengan
1,0425 A. A adalah perbandingan antara bilangan 200 dibagi dengan panjang tabung
polarimeter yang digunakan,dalam mm, yang menunjukkan bobot dalam g,
C6H12O6H2O, dalam volume injeksi yang digunakan.
EVALUASI BIOLOGI
1. Uji sterilitas (Suplemen FI IV,1512-1519)
Tujuan : Menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan
dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan
mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau filtrasi
secara aseptik. Media yang digunakan adalah Tioglikonat cair dan Soybean Casein
Digest.
Hasil : Memenuhi syarat jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba setelah inkubasi
selama 14 hari. Jika dapat ddipertimbangkan tidak absah maka dapat dilakukan uji
ulang dengan jumlah bahan yang sama dengan aslinya.