Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM I

OBAT TETES MATA TETRAKAIN HIDROKLORIDA

I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan
sediaan obat tetes mata hidroklorida.
2. Mahasiswa dapat membuat sediaan tetes mata hidroklorida dalam
skala laboratorium sesuai dengan persyaratan sediaan steril yang telah
ditentukan.
II. Dasar Teori
Sediaan obat mata (optalmika) adalah tetes mata (Oculoguttae), salep
mata (oculenta), pencuci mata (Colyria), dan beberapa bentuk pemakaian
yang khusus (lamella dan penyemprot mata) serta insert sebagai bentuk
depo yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat
mata digunakan sebagai efek terapetik lokal (Lukas, 2012).
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga
sesuai digunakan pada mata. (Depkes RI, 2014). Bentuk sediaan tetes mata
harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Beberapa penggunaan sediaan
tetes mata harus mengandung zat yang sesuai atau campuran zat untuk
mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroorganisme. Sediaan
mata harus bebas dari partikel besar dan harus memenuhi persyaratan
untuk kebocoran dan partikel logam. Semua sediaan tetes mata harus steril
dan bila memungkinkan pengawet yang cocok harus ditambahkan untuk
memastikan sterilitas selama digunakan. Pembuatan larutan obat mata
membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai
isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika
perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat (Depkes RI,
1995).

1
Larutan tetes mata dapat dikemas dalam wadah dosis ganda ketika
ditujukan untuk penggunaan individu. Wadah untuk sediaan tetes mata
harus steril pada saat mengisi dan menutup. Wadah langsung untuk
sediaan mata disegel sehingga sterilitas dipastikan pada saat penggunaan
pertama. Kemasan yang digunakan pada sediaan tetes mata tidak harus
berinteraksi secara fisika atau kimia dengan formulasi dengan cara apapun
untuk mengubah kekuatan, kualitas, atau kemurnian produk obat.
Kemasan harus memenuhi persyaratan yang berlaku (Aldrich, et al., 2013).
Walaupun tidak dimasukkan ke dalam rongga rongga bagian tubuh,
sediaan untuk mata digunakan pada daerah yang berhubungan dengan
jaringan-jaringan yang sangat peka terhadap kontaminan dan
membutuhkan tingkat kemurniaan yang tinggi (Lachman dkk., 2008).
Yang dimaksud sebagai obat mata adalah tetes mata, salep mata,
pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus serta inserte
sebagai bentuk depo yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau
terluka. Obat mata digunnakan untuk menghasilkan efek diagnostic dan
terapetik local, dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis,
yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan
yang umumnya terdapat di sekitar mata. Larutan optalmik adalah larutan
steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas
sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Pada umumnya
bersifat isotonis dan isohidris. Beberapa syarat sediaan tetes mata antara
lain :
1. Harus steril.
2. Jernih dan bebas partikulat.
3. Daerah pH = 5,5 – 11,4
4. Harus isotonis atau mendekati isotonis.

2
Keuntungan sediaan tetes mata antara lain :
 Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas
dan kemudahan penanganan.
 Suspense mata memiliki kelebihan di mana adanya partikel zat aktif dapat
memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu
terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas
dan efek terapinya. Dengan kata lain suspensi mampu meningkatkan waktu
kontak zat aktif dengan kornea sehingga memberi kerja lepas lambat yang
lebih lama.
Adapun kekurangan sediaan tetes mata antara lain :
 Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas (± 7 µL)
maka larutan yang berlebih dapat masuk ke rongga hidung lalu masuk ke
jalur GI menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.
 Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler
pada retina dan iris relative non permeable sehingga umumnya sediaan
untuk mata adalah efeknya local / topical.
III. SIFAT FISIKA-KIMIA BAHAN OBAT
a. Tetrakain HCl ( FI. IV hal. 778, OOP hal. 411 )
 Nama resmi : Tetracaini Hydrochloridum
 Nama sinonim : Tetrakain Hidroklorida
 Berat molekul : 300,83
 Rumus molekul : C15H24N2O2.HCL
 Pemeriaan : Serbuk hablur, halus, putih, tidak berbau,
rasa sedikit pahit diikuti rasa kebas, bersifat higroskopis. Larutan
bersifat netral terhadap lakmus.
 Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam
etanol, tidak larut dalam benzena dan eter.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus
cahaya.
 Khasiat : Anestetik lokal.

3
 Tetrakain (ametokain) adalah derivat benzoat dengan gugus metil
pada atom H. Khasiatnya k.l. 10 kali lebih kuat daripada prokain,
tetapi juga beberapa kali lebih toksis. Mulai kerjanya cepat dan
berlangsung lama, sedangkan resorpsinya dari mukosa jauh lebih
baik daripada prokain. Pada penggunaan lokal efeknya bertahan
selama 45 menit ( OOP )
 Dosis : Dalam tetes mata 0,5 – 1 %
b. NaCl ( FI IV hal. 584, Excipient hal. 637 )
 Nama resmi : Natrium Chloridum
 Nama sinonim : Alberger, chlorure de natrium, sodium
klorida, garam dapur, garam hopper, garam karang alami, garam
batu, garam laut, garam meja.
 Rumus molekul : NaCl
 BM : 58,44
 Pemeriaan : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau
serbuk hablur putih, rasa asin ( FI IV ).
Natrium Klorida merupakan bubuk kristal putih atau kristal tak
berwarna, rasanya asin. Kisi kristalnya dalah struktur berpusat
muka kubik. Natrium Klorida padat tidak akan mengalami
kristalisasi meskipun di bawah 0 °C, mungkin akan mengkristal
apabila dalam bentuk dihidrat ( Excipient )
 Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah
larut dalam air mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut dalam
etanol.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk
dan kering.
 Kegunaan : Sebagai pengisotonis dalam sediaan larutan
tetes mata.
Sodium klorida digunakan sebagai suatu osmotic agent dan untuk
sediaan non parenteral digunakan untuk larutan isotonik, kadar ≤
0,9 %

4
c. PVP ( Polivinil pirolidon )
Pemerian serbuk halus berwarna putih sampai putih kekuning-
kuningan, tak berbau atau hampir berbau, higroskopis. Kelarutan : larut
dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton, methanol dan air. Tidak
larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral.
Kegunaan dalam bidang farmasi : pengikat tablet, diluent tablet atau zat
penyalut 0,5-5,0 %, zat pensupensi diatas 5,0 %.
d. Aqua Pro Injeksi (FI Edisi III hal. 97)
 Nama Resmi : AQUA PRO INJEKSI
 Sinonim : Air untuk injeksi
 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam
wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3
hari setelah pembuatan.
 Kegunaan : Untuk pelarut dalam sediaan injeksi.
IV. Formula
R/ Tetrakain HCl 0,5 %
NaCl 7,8 mg
PVP 2%
Aqua p.i q.s 1 ml
V. Alat-Alat Yang Digunakan
1. Tutup gabus
2. Botol 150 ml
3. Gelas beker 250 mL
4. Batang pengaduk
5. Neraca
6. Penangas air
7. Autoklaf
8. Kertas saring
9. Corong gelas

5
10. Tali Kasur
VI. Prosedur Pembuatan Sediaan

No Pengerjaan Tempat
1 Alat disterilisasi dengan autuklaf dan oven Ruang sterilisasi
2 Larutkan pvp dalam air sterilisasi dengan Ruang sterilisasi
autoklaf
3 Sterilisasi Nacl menggunakan oven Ruang sterilisasi
4 Sterilusasi tetrakain hcl menggunakan
radiasi uv
5 Zat aktif yang telah disterilisasi ditimbang Ruang penimbangan/
sesuai kebutuhan grey area
6 Zat eksipien ditimbang sesuai yang Ruang penimbangan/
dibutuhkan grey area
7 Nacl dilarutkan kedalam aqua pi 3,5 ml Ruang pencampuran
8 Pvp dilarutkan kedalam aqua pi 3,5 ml Ruang pencampuran
9 Campurkan larutan pvp dan nacl, larutkan Ruang pencampuran
tetrakain Hcl kedalam larutan
10 pH sediaan dicek dengan menggunakan Ruang pencampuran
indikator pH. Partikulat visible di cek
11 Volume sediaan digenapkan Ruang pencampuran
12 Dilakukan penyaringan dengan kertas Ruang pencampuran
saring
13 Dilakukan penyaringan dengan membrane Ruang pencampuran
filter 0,02 mikrometer
14 Larutan dimasukkan kedalam wadah Ruang pencampuran
dengan menggunakan biuret steril yang
telah dibilas dengan larutan sediaan
15 Wadah yang telah diisi ditutup Ruang penutupan
wadah
16 Dilakukan evaluasi sediaan Ruang evaluasi

6
Cara Sterilisasi Alat (Benny Logawa-Buku Penuntun Praktikum hal.44)
Nama Alat Cara Sterilisasi Waktu
Senduk porselin
Spatel logam
Pinset
Batang pengaduk
Krusentang Oven 170oC 1 Jam
Corong
Pipet tetes
Erlenmeyer
Gelas ukur
Pipet ukur
Kertas saring
Kertas perkamen
Kapas
Saringan G3
Selang karet buret
Jarum buret Autoclave 1210C 15 Menit

Zalfkaart
Pakaian kerja
Masker
Sarung tangan
Alas kaki
Cawan penguap
Kaca arlogi
Gelas kimia
Erlenmeyer Oven 170oC 1 Jam
Kolom
Corong serbuk
Ayakan B40

7
Buret Larutan fenol 5% 24 Jam
Mortir dan stamper Dibakar dengan spiritus
96%
Dop pipet Rendam dalam alkohol 24 Jam
70%

Cara sterilisasi Wadah


a. Tube dan tutupnya (jika terbuat dari besi) dicuci dengan air suling,
dimasukkan ke dalam kaleng yang tidak tertutup rapat. Sterilisasi
dilakukan dalam oven 170° C selama 30 menit (praktikum undergrade)
atau 2 jam (Apoteker). Tutup tube direndam dalam alkohol 70% (tutup
plastik) selama 30 menit (praktikum undergrade) atau 2 jam ( Apoteker ).
b. Sterilisasi Ruangan: pemberian sinar UV selama 24 jam

8
KEMASAN & BROSUR

9
Tetes Mata

BORLESCAIN
Tetrakain HCL 5%

Komposisi
Tiap ml Borlescain tetes mata mengandung:
Tetrakain 0,5 %
NaCl 7,8 mg
PVP 2%
Aqua p.i q.s 1ml

Indikasi
Untuk prosedur pada mata yang membutuhkan anestesi topikal kerja cepat dengan durasi
yang pendek.

Kontraindikasi
Borlescain adalah obat tetes mata steril, isotonis dan tiap ml mengandung bahan aktif
Tetrakain HCL 0,5%, Natrium Klirida 7,8 mg, PVP 2% dan Aqua PI.

Cara Pemakaian
Teteskan 1-2 tetes pada mata yang terkena iritasi

Peringatan
- Hindari kontak ujung botol dengan benda lain untuk menghindari kontaminasi.
- Tutup kembali penutup setiap kali habis menggunakan
- Jangan gunakan obat bila larutan berubah menjadi keruh
- Buka lensa kontak sebelum menggunakan sediaan
- Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Efek Samping
Efek samping yang dapat muncul pada penggunaan tetrakain antara lain mengantuk, kepala
pusing, pandangan buram, mual muntah dan muncul perasaan tegang.

Penyimpanan
ͦ , terlindung dari sinar matahari
Simpan pada suhu 15-25 C

Kemasan
Botol @ 7,5 ml
No. Reg . DKL 0125701776 A1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Diproduksi Oleh :
PT. Borneo Lestari
Banjarbaru – Indonesia

10
VII. Evaluasi Sediaan
a. Penetapan pH
Pengecekan pH larutan dilakukan dengan menggunakan pH meter atau
kertas indikator universal.
b. Pada praktikum ini penetapan pH tetes mata tidak dilakukan.
c. Penetapan volume injeksi dalam wadah
Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji
satu per satu, atau bila volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah
volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.
Volome yang tertera pada Kelebihan volume yang dianjurkan
penandaan Cairan encer Cairan kental

0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml


1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml
2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml
5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml
10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml
20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml
30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml
50,0 ml
Atau lebih 2% 3%
Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertera,
lakukan penentuan seperti diatas dengan sejumlah alat suntik terpisah sejumlah
dosis tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari dosis yang
tertera. Untuk injeksi mengandung minyak, bila perlu hangatkan wadah dan
segera kocok baik-baik sebelum memindahkan isi. Dinginkan hingga suhu 25
derajat celcius sebelum pengukuran volume. (Anonim, 1995)

11
d. Kejernihan Larutan
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang
yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang
baik, terhalang terhadap refleksi kedalam matanya, dan berlatar belakang
hitam dan putih, dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar
bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata (Lachman, 1994).
e. Bahan partikulat dalam injeksi
Bahan partikulat merupakan zat asing, tidak larut dan melayang, kecuali
gelembung gas, yang tanpa disengaja ada dalam larutan parenteral.
Pengujian bahan partikulat dibedakan sesuai volume sediaan injeksi seperti
yang tercantum pada FI Edisi IV tahun 1995.
VIII. Evaluasi Kimia
a. Penetapan Kadar
Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan kurang lebih 90 mg
natrium klorida, masukkan kedalm wadah dari porselen dan
tambahkan 140 ml air dan 1 ml diklorofluoresein LP. Campur dan
titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga perak klorida menggumpal
dan campuran berwarna merah muda lemah. 1 ml perak nitrat 0,1 N
setara dengan 5,844 mg NaCl.
b. Identifikasi
Menunjukkan reaksi natrium cara A dan B dan klorida cara A, B dan
C seperti yang tertera pada uji identifikasi umum.
- Uji Identifikasi umum
1. Reaksi Natrium
Cara A: Tambahkan kobalt uranil asetat LP sejumlah lima
kali volume kepada larutan yang mengandung tidak
kurang dari 5 mg natrium per ml sesudah diubah
menjadi klorida atau nitrat: terbentuk endapan
kuning keemasan setelah dikocok kuat-kuat
beberapa menit.

12
Cara B: Senyawa natrium menimbulkan warna kuning
intensif dalam nyala api yang tidak berwarna.
2. Reaksi Klorida
Cara A: Tambahkan perak nitrat LP kedalam larutan:
terbentuk endapan putih seperti dadih yang
tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut
dalam ammonium hidroksida 6N sedikit
berlebih.
Cara B: Pada pengujian alkaloida Uji hidroklorida,
tambahkan ammonium hidroksida 6N,saring,
asamkan filtrate dengan asam nitrat P,dan
lakukan seperti yang tertera pada uji A.
Cara C: Campur senyawa klorida kering dengan mangan
dioksida P bobot sama, basahi dengan asam
sulfat P dan panaskan perlahan-lahan: terbentuk
klor yang menghasilkan warna biru pada kertas
kanji iodide P basah.
IX. Evaluasi Biologi
a. Uji Sterilitas
Asas: larutan uji + media pembenihan, inkubasi pada 20–25 derajat
celcius. Metode Uji: Teknik penyaringan dengan filter membrane
(dibagi menjadi 2 bagian) lalu diinkubasi.
b. Uji Pirogen
Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada
tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan
injeksi. Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah
penyuntikan larutan uji secara intravena.
X. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Dari percobaan tersebut didapatkan hasil sediaan tets mata sebanyak
7,5 ml dengan percobaan melalui organoleptis sebagai berikut:

13
- Bentuk : Larutan
- Warna : Bening (jernih)
- Bau : Tak berbau
b. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami dan
mampu membuat sediaan tetes mata Tetrakain. Tetes mata adalah
sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan
cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata
dan bola mata (Widjajanti, 1989).
Obat tetes mata yang digunakan harus diserap masuk ke dalam
mata untuk dapat memberi efek. Larutan obat tetes mata segera
campur dengan cairan lakrimal dan meluas di permukaan kornea dan
konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui kornea menembus
mata. (Anief, 2000).
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai
kebersihannya, pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang
sama dengan tekanan osmose darah. Pada pembuatan obat cuci mata
tak perlu disterilkan, sedangkan pada pembuatan obat tetes mata harus
disterilkan. (Anief, 1999).
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek local pada
pengobatan bagian permukaan, mata, atau bagian dalamnya. Yang
sering dipakai adalah larutan dalam air, akan tetapi juga biasa dipakai
suspense cairan bukan air dan salep mata, karena kapasitas mata untuk
menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas. Pada umumnya
obat mata dibiarkan dalam volume yang kecil. Preparat cairan sering
diberikan dalam bentuk sediaan tetes mata dan salep mata dengan
mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk mata. Volume sediaan
cairan yang lebih besar dapat digunakan untuk menyegarkan dan
mencuci mata. (Ansel, 1989).

14
Dalam percobaan ini bahan obat yang digunakan sebagai zat aktif
adalah Tetrakain yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang
kuat melawan infeksi mata dan merupakan antibiotika spectrum luas
bersifat bakteriostatik.
Pada praktikum kali ini membuat obat tetes mata menggunakan zat
aktif Tetrakain, pembuatan sediaan obat tetes Tetrakain dibuat dengan
menggunakan pelarut air. Pembawa air yang digunakan adalah a.p.i
(aqua pro injeksi). Pada formulasinya ditambahakan zat tambahan
Natrium Cloridum (NaCl), karena jika tidak ditambahkan NaCl obat
tetes mata tidak memenuhi syarat yaitu hipotonis. Jika larutan obat
tetes mata dalam keadaan hipotonis disuntikan ke tubuh manusia akan
berbahaya karena menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Semua
alat-alat harus disterilisasikan agar mendapatkan larutan yang steril,
bebas partikel asing dan mikroorganisme. Agar obat tetes mata dan
cuci mata nyaman dan tidak pedih dimata saat digunakan maka harus
dibuat isotonis dengan penambahan NaCl.
Dalam pembuatan obat tetes ini juga tidak boleh mengandung
partikulat sehingga sebelum dimasukkan ke dalam botol obat tetes
mata, sediaan harus terlebih dahulu disaring, penyaringan dilakukan
untuk menghilangkan partikel atau endapan yang ada pada larutan.
Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam botol obat
tetes mata. Dalam memasukkan larutan kedalam botol tetes mata
menggunakan gelas ukur. Sedapat mungkin obat tetes mata yang
dibuat harus isotonis dengan cairan tubuh ataupun hipertonis dalam
keadaan tertentu. Untuk membuat obat tetes mata yang isotonis dapat
dibuat dengan menamabahkan NaCl dalam jumlah tertentu yang telah
dihitung dari perhitungan tonisitas sediaan, evaluasi sediaan yang
dapat dilakukan setelah sediaan obat tetes mata selesei dibuat adalah
evaluasi penampilan sediaan obat tetes mata yang dihasilkan diperoleh
larutan bening.

15
Dari evaluasi Uji Organoleptis bertujuan untuk melihat bau serta
warna dari sediaan yang dibuat. Hasil dari uji organoleptis sediaan
tetes mata tetrakain berwarna bening dan tidak berasa serta dapat
menetes. Dari literatur seharusnya tetes mata memiliki warna bening
dan tidak berbau serta dapat menetes dari drop tetes mata.
Berdasarkan hasil dari uji organoleptis sediaan yang dibuat
disimpulkan memenuhi persyaratan.
Pada percobaan ini dilakukan adalah pembuatan sediaan obat
steril yaitu tetes mata dengan bahan aktif tetrakain. Adapun
penimbangan bahan-bahannya (formula) dilebihkan hingga volume
sediaan volume/massanya menjadi:
- Tetrakain = 3,75 mg
- NaCl = 58,5 mg
- PVP = 15 mg
- Aqua ad = 7,5 ml
Pada langkah prosedur pembuatan tetes mata ini yang paling
diperhatikan adalah pencampuran bahan-bahan (melarutkan bahan
serbuk/padatan ke pelarutnya atau aquadest). Bahan serbuk/padatan
(Tetrakain, NaCL, PVP) harus larut sempurna dalam aquadest hingga
larutan tets mata benar-benar tidak mengandung padatan yang dapat
mengendap pada sediaan. Karena jika sediaan masih mengandung
padatan makan tentu akan mengganggu organ tubuh yang akan
dipakai untuk sediaan tetes mata tersebut.
XI. Kesimpulan
1. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di
sekitar kelopak mata dan bola mata.
2. Dari hasil evaluasi sediaan tetes mata Tetrakan yang dibuat dihasilkan
warna sediaan berwarna bening, tidak berbau dan uji tetesan dapat
menetes,

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Cetakan ke-
9. Yogyakarta: Gajah Mada University- Press, Halaman 32 – 80.

Anonim.1995.Farmakope Indonesia.Edisi keempat.Jakarta:Departemen Kesehaan


RI.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi


keempat. Jakarta : UI-Press.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . DepKes RI. Jakarta

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta

Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Anief, Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Sutedjo, R.Y. 2008. Mengenal Obat-Obatan secara Mudah dan Aplikasinya dalam
Keperawatan. Amara Books. Jakarta

Widjajanti, Nuraini. 1989. Obat-Obatan. Kanisius. Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai