Disusun Oleh :
Kelas: (B)
Kelompok : 7
Puji syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya lah
dan karunia-Nya penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang berjudul “Produk Sediaan Obat Tetes
Mata Yang Baik”.
Makalah ini disusun secara khusus dan sistemika untuk memenuhi tugas dari Mata
Kuliah “Teknologi Sediaan Farmasi”. Substansi yang terdapat dalam makalah ini berasal
dari beberapa referensi buku dan literatur-literatur lain. Sistematika penyusunan makalah ini
terbentuk melalui kerangka yang berdasarkan acuan atau sumber dari buku maupun literatur-
literatur lainnya.
Makalah yang berjudul “Produk Sediaan Obat Tetes Mata Yang Baik” ini dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa, dosen atau masyarakat umum dan
juga sebagai bahan pembanding dengan makalah lain yang secara substansial mempunyai
kesamaan. Tentunya dari konstruksi yang ada dalam makalah ini yang merupakan tugas mata
kuliah “Teknologi Sediaan Farmasi” banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
berharap diberikan kritikan yang membangun kepada para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................................2
3.1. Formulasi..................................................................................................................32
BAB IV PENUTUP................................................................................................................43
4.1. Kesimpulan.................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN
2. Apa saja komponen dan bagaimana rancangan formulasi sediaan obat tetes mata ?
1.3. Tujuan
1. Untuk memahami cara memproduksi sediaan obat tetes mata yang baik
2. Untuk memahami komponen dan rancangan formulasi sediaan obat tetes mata
5. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan
hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan
viskositas.
Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu
kontak dalam mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang
signifikan meningkat lama kontak dalam mata.
6. Additive/tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun
demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya
Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai
0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin.
Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan.
Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi
epinefrin.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama.
surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan
dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi dan berhubungan dengan
kejernihan larutan.Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi
signifikan sebaiknya dengan karakteristik bahan-bahah. surfaktan nonionik,
khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet
antimikroba dan inaktif sistem pengawet.
Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi
hampir invariabel sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida
dalam range 0,01-0,02% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi.
Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar
dalam larutan dan suspensi mata komersial.
2.1.3. Metode Pembuatan Sediaan Steril
Gambaran umum pembuatan sediaan steril ada 2 macam, yaitu :
1. Aseptic Processing
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, proses aseptik adalah cara
pengurusan bahan steril menggunakan teknik yang dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya cemaran kuman hingga seminimum mungkin.
Teknik aseptik dimaksudkan untuk digunakan dalam pembuatan sediaan
steril yang tidak dapat dilakukan proses sterilisasi akhir karena
ketidakmantapan zatnya. Sterilitas hasil akhir hanya dapat disimpulkan jika
hasi itu memenuhi syarat Uji Sterilitas yang tertera pada Uji Keamanan
Hayati. Teknik aseptik penting sekali diperhatikan pada waktu melakukan
sterilisasi menggunakan cara sterilisasi C dan D tepatnya sewaktu
memindahkan atau memasukkan bahan steril kedalam wadah akhir steril.
Tujuan dari proses aseptis adalah untuk mempertahankan sterilitas
produk yang dibuat dari komponen-komponen yang masing-masing telah
disterilisasi sebelumnya dengan menggunakan salah satu cara dari metode
yang ada. Kondisi operasional hendaklah dapat mencegah kontaminasi
mikroba. Untuk menjaga sterilitas komponen dan produk selama proses
aseptis, perhatian perlu diberikan pada :
- Lingkungan
- Personil
- Permukaan yang kritis
- Sterilisasi wadah/ tutup dan prosedur pemindahannya
- Waktu tunggu maksimum bagi bagi produk sebelum pengisian kedalam
wadah akhir
- Filter untuk sterilisasi
Untuk produk yang berisiko besar terhadap kontaminasi partikel selama
proses, misalnya infuse bervolume >100ml, dan produk dalam wadah
bermulut lebar maka pembilasan akhir dan penanganan komponen setelah
dicuci hendaklah dilakukan dibawah LAF yang dipasang dilingkungan
minimal kelas D.
2. Terminal Sterilization
Cara sterilisasi umum dan paling banyak digunakan. Zat aktif harus
stabil terhadap molekul air dan pada suhu sterilisasi. Sediaan disterilkan
pada tahap akhir pembuatan sediaan. Semua alat setelah lubang-lubangnya
ditutup dengan kertas perkamen, disterilkan dengan cara sterilisasi yang
sesuai.
Over killed method adalah suatu metode sterilisasi menggunakan uap
panas pada 121 0C selama 15 menit. Metode ini dapat digunakan untuk
bahan-bahan yang tahan panas dan metode ini merupakan metode yang
lebih efisien, cepat dan aman.
Bio burden sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan
monitoring yang ketat dan terkontrol yaitu tingkat sterilitas yang
dipersyaratkan SAL 10-6.
Sebagian besar zat aktif untuk sediaan optalmik adalah basa lemah. Bentuk
garam yang biasa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat, dan nitrat.
Sedangkan untuk zat aktif yang berupa sam lemah, biasanya digunakan garam
natrium.
2.4.2. Formula II
a. Zat Aktif
1. Neomicin Sulfat
Pemerian : Serbuk atau padatan kering mirip es, putih sampai agak
kuning, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa amat pahit.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol,
tidak larut dalam aseton, kloroform dan dalam eter.
pH : antara 5,0 – 7,5
b. Eksipien
1. Benzalkonium Klorida
Pemerian : gel kental atau potongan seperti gelatin, putih atau
putih kekuningan, biasanya berbau aromatik lemah, larutan dalam
air berasa pahit, jika dikocok sangat berbusa dan biasanya sedikit
alkali.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, bentuk
anhidrat mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam
eter.
pH : 5-8 untuk 10%w/v larutan
Kegunaan : pengawet, antimikroba
2. Na EDTA
Pemerian : serbuk kristal putih tidak berbau dengan sedikit rasa
asam.
Kelarutan : larut dalam air (1:11), Praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter, larut dalam etanol (95%).
pH : 4,3-4,7 dalam larutan 1% air bebas CO2
Kegunaan : untuk mencegah kontaminasi dengan logam
3. Natrium Metabisulfit
Pemerian : hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan,
berbentuk kristal prisma atau serbuk kristal berwarna putih hingga
putih kecoklatan yang berbau sulfur dioksida dan asam.
Kelarutan : agak mudah larut dalam etanol, mudah larut dalam
gliserin, dan sangat mudah larut dalam air
d. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
f. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
g. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat
yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan
komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan
keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai
kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta
termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan.
3.1. Formulasi
3.1.1. Formula I
Kompone Karakteristik Komponen
Bahan Jumlah
n Sediaan Terakhir
Sangat mudah Tiap 10 ml mengandung
Bahan Pilokarpin larut dalam R/¿ Pilokarpin hidroklorida 2%
2%
Aktif hidroklorida air. Larut 1 Benzalkonium klorida 0,01%
dalam 0,3 air Dinatrium EDTA 0,02%
Benzalkoniu Sangat larut PVP 2%
0,01%
m Klorida dalam air WFI ad 10 ml
Dinatrium Larut 1 dalam
0,02%
Bahan EDTA 11 air
Tambahan Larut dalam
PVP 2%
air
HCL / NaOH Adjust pH
qs
0,1 N
Aqua pro Ad Cairan Jernih
Pelarut
injeksi 10 ml
PERMASALAHAN PENYELESAIAN
1. Bahan aktif pilokarpin HCl mudah 1. Maka dibuat sediaan OTM dalam bentuk larutan.
larut dalam air.
2. Pilokarpin tidak digunakan sediaan 2. Digunakan bentuk garamnya yaitu pilokarpin HCl.
tetes mata. 3. Maka volume terpindahkan pada masing-masing
3. Sediaan memiliki volume 10 ml dan wadah adalah 10,7 ml.
merupakan cairan. 4. Ditambahkan pengawer benzalkonium klorida.
4. Sediaan OTM dibuat multiple dose.
5. Agar efektifitas bahan pengawet 5. Ditambahkan Natrium EDTA
dapat stabil dan bahan pengawet
mudah teroksidasi.
6. Bahan aktif tahan terhadap 6. Sediaan disterilisasi akhir dengan autoklaf 121oC,
permanasan. 15 menit, 15 psi.
7. Untuk memperpanjang waktu 7. Ditambahkan PVP sebagai peningkat viskositas.
kontak antara sediaan dengan kornea.
8. Untuk mempertahankan nilai pH 8. Digunakan NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N sebagai
sesuai yang diinginkan. adjust pH
9. Rentang Ph cukup luas (3,5 – 5.5) 9. Tidak perlu penambahan dapar.
10. Bahan aktif tidak tahan cahaya. 10. Digunakan wadah OTM tidak tembus cahaya.
PERHITUNGAN TONISITAS
Sediaan dibuat @10ml/ vial
Sediaan tiap vial dilebihkan 0,7 ml : 10,7 ml
Total sediaan dilebihkan 10% : 3 x 10,7 ml : 32,1 ml
: ( 10% x 32,1 ml) + 32,1 ml
: 35,31 ml ~50 ml
Kadar pilokarpin HCL for optalmik : 90,0 % - 110%
BM pilokarpin HCL
Plokarpin HCL : x 1,5 %
BM pilokarpin
244,72 1,763
x 1,5 % :1,763 % ~ x 50 ml :0,8815 g
208,26 100
Zat aktif dilebihkan 10% : (10% x 0,8815 g) + 0,8815 g
: 0,9696 g
Tonisitas
Pilokarpin HCL :ExC
: 0,23 x 2%
: 0,46%
Benzalkonium klorida: E x C
: 0.16 x 0,01%
: 0,0016%
Na EDTA :ExC
: 0,24 x 0,02%
: 0,0048%
PVP :ExC
: 0,01 x 2%
: 0,02%
Tonisitas total : 0,4724% ( hipotonis)
Nacl yang dibutuhkan : 0,9% - 0,4724%
: 0,4275%
Kesetaraan terhaap dekstrose : 1% dekstrose = 0,16% NaCl
1%
Dekstrose : x 0,4275 % :2,672 %
0,16 %
PENIMBANGAN
Penimbangan dibuat sebanyak 50 ml berdasarkan pertimbangan penambahan 0,7 ml dan
sediaan total dilebihkan 10% untuk Memenuhi syarat penetapan volume wadah sediaan
OTM, viskositas tinggi dan mencegah kehilangan bobot selama proses produksi.
No Nama bahan Jumlah yang ditimbang
1 Pilokarpin HCLPROSEDUR PEMBUATAN
0,9696 g :
A. Grey Area
2 (Ruang Sterilisasi)
Benzalkonium 0,01% x 50 ml = 0,005 g
1. Kalibrasi beaker glas utama 50 ml
kloride
3 Na EDTA 0,02% x 50 ml = 0,01 g
4 PVP 2% x 50 ml = 1 g
5 WFI 50 ml – ( 0,969 + 0,005 + 0,01 + 1) =
48,16 ml
2. Alat alat yang bermulut seperti corong, beaker glass, glaas ukur, Erlenmeyer ditutup
dengan kertas pekamen
3. Sterilisasi dengan autoklaf, 121°c 15 PSI, 15 menit seperti corong, buret, beaker glass,
kaca arlogi, batang pengaduk, spatel, Erlenmeyer, membrane filter, pipet, WFI.
4. Sterilisasi dengan oven, 170° c, 1 jam seperti gelas ukur
5. Desinfeksi menggunakan alkhol 70% selama 1 hari seperti wadah otm, tutup wadah
otm, karet pipet.
6. Lakukan sterilisasi, setelah steril simpan di tranfer box ke white area
3.1.2. Formula II
Kompone Karakteristik Komponen
Bahan Jumlah
n Sediaan Akhir
Bahan Neomicin Mudah larut Tiap 10 ml mengandung
0,5%
Aktif sulfat dalam air
R/Neomisin sulfat 0,5%
Benzalkoniu Sangat mudah
0,01%
m Klorida larut dalam air Benzalkonium klorida 0,01%
Larut dalam Natrium EDTA 0,1%
Na EDTA 0,1%
air (1:11)
Natrium Sangat mudah Natrium Metabisulfit 0,1 %
Bahan 0,1%
metabisulfit larut dalam air NaCl 0,7384%
Tambahan
Mudah larut
dalam API ad 10ml
Natrii
0,7384% air.Larut
Chloridum
dalam 2,8
bagian air
Aqua pro Cairan Jernih
Pelarut Ad 10 ml
injection
PENYELESAIAN
PERMASALAHAN
1. Ditambahkan bahan pengawet yang biasa
1. Sediaan tetes mata harus bebas dari
digunakan dalam sediaan tetes mata steril
bakteri.
neomicin sulfat.
2. Sediaan tetes mata tidak boleh
2. Ditambahkan Na EDTA untuk mencegah
mengandung kontaminasi logam yang
kontaminasi.
berasal dari alat-alat.
3. Ditambahkan natrium metabisulfit sebagai
3. Neomicin Sulfat merupakan bahan
bahan antioksidan.
yang mudah teroksidasi.
4. Perlu dibuat isotonis agar nyaman digunakan
4. Sediaan digunakan secara topikal
dengan penambagan NaCl dan perhitungan
untuk mata.
tonisitas
PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
V = (n x c) + 6
= (2 x 10,5) + 6
= 27 ≈ 30 ml
TONISITAS
E neomycin sulfate = 0,14
E Benzalkonium Klorida = 0,16
E Natrium Edetat = 0,23
E Na metabisulfit = 0,67
V = W x E x 111,1
= [(0,05 x 0,14) + ( 0,001 x 0,16) + (0,01 x 0,23) + (0,01 x 0,67) x 111,1
= 0,01616 X 111,1
= 1,7954 ml
% tonisitas = 1,7954/10 ml x 0,9 % = 0,1616 % ( hipotonis )
% NaCl = 0,9 % - 0,1616 % = 0,7384 %
NaCl = 0,07384 g
PENIMBANGAN BAHAN
- Neomycin sulfat = 0,05 g x 30 ml = 1,5 gram
- Benzalkonium Klorida = 0,001 g x 30 ml = 0,03 gram
- Natrium Edetat = 0,01 g x 30 ml = 0,3 gram
- Na metabisulfit = 0,01 g x 30 ml = 0,3 gram
- NaCl ad isotonis = 0,07384 g x 30 ml = 2,2152 gram
- Aqua pro injeksi ad 30 ml
PROSEDUR PEMBUATAN
1. Menyiapkan alat dan bahan yang hendak digunakan
2. Menyiapkan Aqua Pro Injeksi bebas O2 (Catatan : Dilakukan pada White Area)
3. Melakukan Sterilisasi aseptis dimana alat-alat yang akan digunakan disterilkan
didalam autoklaf dan oven selama 30 menit.
Catatan: Sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf atau oven, terlebih dahulu alat-
alat tersebut dibungkus dengan kertas perkamen.
4. Menimbang masing-masing bahan dengan neraca timbangan dengan tepat sesuai
jumlah yang diperlukan, kemudian menampungnya dengan kaca arloji yang
sebelumnya telah disterilkan secara aseptis.
5. Melarutkan bahan aktif dan zat tambahan, yaitu neomycin sulfate, Natrium
Edetat, dan Na metabisulfit dengan Aqua pro injeksi scukupnya sampai larut.
6. Setelah larut homogen, tambahkan NaCl dan pengawet Benzalkonium Klorida
kemudian mengecek pH-nya.
7. Menyaring larutan tersebut dengan kertas saring yang telah dijenuhkan dengan
Aqua pro injeksi sebelumnya dan kemudian menampungnya dalam gelas ukur.
8. Menambahkan Aqua pro injeksi sampai volume tercapai 30 ml
9. Memipet 10 ml larutan kemudian memasukannya ke dalam botol berpipet yang khusus
digunakan untuk sediaan tetes mata.
10. Memberi etiket
METODE PEMBUATAN
Metode aseptik
Sterilisasi uap (menggunakan autoklaf)
Sterilisasi panas kering (menggunakan oven)
HASIL EVALUASI SEDIAAN (Cara Evaluasi lihat di Bab 2.1.5)
Berwarna bening, jernih
Dilihat dengan kasat mata tidak ada partikel yang melayang
pH yang dihasilkan 7
Tidak ada kebocoran
TONISITAS
1. Kloramfenikol
Liso x berat x 1000
∆ Tf =
BM x V
50
1,86 x x 1000
1000
¿
323,13 x 10
¿ 0,02878 0,03
PENIMBANGAN
Volume yang dibuat = (n x v) + 6
= (2 x 10,5 ml) + 6
= 27 ml ~ 35 ml
Volume yang dibuat untuk total sediaan tetes mata adalah 20 ml, untuk volumenya dilebihkan
menjadi 35 ml.
Jadi bahan yang ditimbang :
1. Kloramfenikol = 0,5% x 35 ml = 0,175 gram
2. Acidum Boricum = 0,15% x 35 ml = 0,0525 gram
3. Natrii tetraboras = 0,3% x 35 ml = 0,105 gram
4. API ad 30 ml
PROSEDUR PEMBUATAN
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Disiapkan API bebas O2
3. Ditimbang masing-masing bahan yang akan digunakan pada neraca timbangan dengan
kaca arloji yang sebelumnya telah disterilkan secara aseptis
4. Dikalibrasi beaker glass dan botol tetes mata yang akan digunakan 10 ml
5. Dilarutkan masing-masing bahan dalam API
6. Larutkan asam borat dan natrii borat pada masing-masing beaker. Kemudian dicampur
untuk digunakan dalam melarutkan kloramfenikol sedikit demi sedikit dimasukkan ke
larutan tersebut. Kemudian dimasukka sisa API. Lakukan pengecekan pH (pH yang
diinginkan yaitu 7)
7. Melapisi corong dengan kertas saring dan dibasahi dengan API kemudian dipindahkan
corong ke beaker glass yang sudah dikalibrasi. Kemudia disaring larutan ke dalam
erlenmeyer
8. Sisa 2/5 bagian API digunakan untuk membilas kemudian disaring lagi ke dalam
beaker glass yang berisi filtrat
9. Ditambahkan API sampai batas kalibrasi
10. Diambil sebanyak 10 ml untuk tiap wadah dan mengisikan larutan ke dalam wadah,
ditutup dengan penutupnya
11. Lakukan sterilisasi akhir
12. Diberi etiket dan dilakukan evaluasi
METODE PEMBUATAN
Metode aseptik
HASIL EVALUASI SEDIAAN (Cara Evaluasi lihat di Bab 2.1.5)
Uji kejernihan : jernih
Uji keseragaman volume : seragam
Uji pH : pH 7
Uji sterilitas : dispensasi
2. Sekunder
Kotak dari dus.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.1.1. Formula I
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril infus adalah sebagai berikut.
4.1.2. Formula II
Sediaan tetes mata Neomisin sulfat yang dibuat memiliki indikasi sebagai
terapi topikal untuk mengobati infeksi bakteri pada konjungtivitis dan otitis
media.
Formulasi yang dibuat mengandung bahan aktif Neomisin sulfat 0,5%;
Benzalkonium klorida 0,01%; Natrium EDTA 0,1%; Natrium
Metabisulfit 0,1 %; NaCl 0,7384%; dan Aqua pro injection ditambahkan
sampai volume sediaan 10 mL.
Uji evaluasi yang dilakukan untuk sediaan ini ada empat yaitu uji
kejernihan, uji kebocoran, uji pH dan uji sterilitas.
Cara sterilisasi alat dilakukan dengan dua metode yaitu metode pemanasan
cara basah dengan menggunakan autoklaf dan metode pemanasan cara
kering dengan menggunakan oven.
DAFTAR PUSTAKA