Kelompok 3
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-
Nya lah dan karunia-Nya penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang berjudul “Sediaan
Salep Mata Tetrasiklin Hidroklorida”.
Makalah ini disusun secara khusus dan sistemika untuk memenuhi tugas dari
Mata Kuliah “Teknologi Sediaan Steril”. Substansi yang terdapat dalam makalah ini
berasal dari beberapa referensi buku dan literatur-literatur lain. Sistematika
penyusunan makalah ini terbentuk melalui kerangka yang berdasarkan acuan atau
sumber dari buku maupun literatur-literatur lainnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan................................................................................................................ 2
3.1 Formula............................................................................................................. 17
3.2 Metode Pembuatan............................................................................................ 20
iii
3.3 Evaluasi............................................................................................................. 20
BAB IV PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 22
Daftar Pustaka....................................................................................................... 24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, ini
khususnya berbahaya untuk penggunaan produk-produk nonsteril pada
mata saat kornea terkena. Bahan partikulat dapat mengiritasi mata
menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Salep mata memberikan arti
lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan
di sekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata.
Salep mata memberikan keuntungan dimana waktu kontaknya lebih
lama dan bioavaibilitasnya dan letal obat lebih besar meski dengan onset
yang lebih lambat dan waktu untuk mencapai absorbsi lebih lama. Ssatu
kekurangan dari penggunaan salep mata adalah salep akan mengganggu
pandangan kecuali digunakan selama waktu tidur.
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami formula sediaan steril salep mata.
2. Untuk memahami metode pembuatan sediaan salep mata.
3. Untuk memahami evaluasi sediaan salep mata.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu
tubuh (Ansel,1989).
4
c. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang
ekuivalen dengan cairan air mata yaitu 7,4. dan prkteknya
jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmology
adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini
umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak
larut. Suspensi biasanya paling stabil pada pH asam pH
optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator.
pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar diseleksi
agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH
dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas
buffer adalah kunci utama situasi ini.
d. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-
garam dalam larutan berair. Larutan mata adalah isotonik
dengan larutan lain ketikamagnitude sifat koligatif larutan
adfalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan 0,9 % larutan NaCl Sebenarnya
mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu
yang diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan
sama untuk range 0,5 % – 1,8 % NaCl intraokuler. Namun
demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas produk
dipertimbangkan
e. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk
memperpanjang waktu kontak dalam mata dan untuk absorpsi
obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil selulose,
polivinil alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan
secara berkala untuk meningkatkan viskositas. Investigator
telah mempelajari efek peningkatan viskositas pada waktu
5
kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat dari 25 –
50 cps range signifikan meningkatkan lama kontak dalam
mata.
f. Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata dibolehkan,
namun pemilihannya dalam jumlah tertentu. Antioksidan,
khususnya natrium bisulfit atau metasulfit, digunakan dalam
konsentrasi sampai 0,3 %, khususnya dalam larutan yang
mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam
askobat atau asetilsistein dapat digunakan. Antioksidan ini
berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi
epinefrin. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi
hal yang sama. Surfaktan nonionik, keluar toksis kecil seperti
bahan campuran digunakan dalam konsentrasi
rendahkhususnya suspensi steroid dan berhubungan dengan
kejernihan larutan. Surfaktan jarang digunakan sebagai
kosolven untuk meningkatkan kelarutan. Penggunaan
surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan,
sebaiknya dengan karakteristik bahan-bahan. Surfaktan
nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan
komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet.
Benzalkonium klorida dalam range 0,01 – 0,02 % dengan
toksisitas faktor pembatas konsentrasi, sebagai pengawet
digunakan dalam jumlah besar larutan dengan suspensi
sediaan mata.
6
Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana yang
disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi
paling banyak dilakukan.
Alat : Disebut otoklaf, yaitu suatu panci logam yang kuat
dengan tutup yang berat, mempunyai lubang tempat
mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer, pengatur
tekanan udara, klep pengaman.
Cara kerja :
Otoklaf dipanaskan, ventilasi dibuka untuk membiarkan udara
keluar. Pengusiran udara pada otoklaf berdinding dua, uap air
masuk dari bagian atas dan udara keluar dari bagian bawah
yang dapat ditunjukkan pada gelembung yang keluar dari
ujung pipa karet dalam air. Setelah udara bersih, bahan yang
akan disterilkan dimasukkan sebelum air mendidih, tutup
otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan
akan naik sesuai dengan yang dikehendaki. Atur klep
pengaman supaya tekanan stabil. Setelah sterilisasi selesai,
otoklaf dibiarkan dingin hingga tekanannya sama dengan
tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding
dengan pemanasan basah yang lain, karena suhunya lebih
tinggi.
Bahan / alat yang dapat disterilkan : Alat pembalut, kertas
saring, alat gelas ( buret, labu ukur ) dan banyak obat-obat
tertentu.
7
kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi
pada suhu tidak kurang dari 250⁰C.
Alat : Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda,
dilengkapi dengan termometer dan lubang tempat keluar
masuknya udara, dipanaskan dari bawah dengan gas atau
listrik.
Bahan / alat yang dapat disterilkan dengan cara kering Alat-
alat dari gelas (gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlemeyer,
botol-botol, corong), bahan obat yang tahan pemanasan tinggi
(minyak lemak, vaselin).
Ciri-ciri pemanasan kering :
- Yang dipanaskan adalah udara kering.
- Proses pembunuhan mikroba berdasarkan oksidasi O2 udara.
- Suhu yang digunakan lebih tinggi, kira-kira 150⁰. Satu gram
udara pada suhu 100⁰, jika didinginkan menjadi 99⁰ hanya
membebaskan 0,237 kalori.
- Waktu yang diperlukan lebih lama, antara 1 jam sampai 2
jam, kecuali pemijaran.
- Digunakan untuk sterilisasi bahan obat / alat yang tahan
pemanasan tinggi.
3. Sterilisasi gas
Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang
dinetralkan dengan gas inert, tetapi keburukan gas etilen
oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat mutagenik,
kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan
yang disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida.
Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai
alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang akan
disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi
8
uap atau panas kering. Proses sterilisasinya berlangsung di
dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada otoklaf
dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama
dari proses sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah
terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai
ke daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan.
9
terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau
dirangkaikan pada wadah yang tidak permeable. Efektivitas
penyaring media atau penyaring subtrat tergantung pada
ukuran pori matriks, daya adsorpsi bakteri dari matriks dan
mekanisme pengayakan. Penyaring yang melepas serat,
terutama yang mengandung asbes harus dihindari
penggunaannya kecuali tidak ada penyaringan alternatif lain
yang mungkin bisa digunakan. Ukuran porositas minimal
membran matriks tersebut berkisar 0,2 mm – 0,45 mm
tergantung pada bakteri apa yang hendak disaring. Penyaring
yang tersedia saat ini adalah selulosa asetat, selulosa nitrat,
flourokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester,
polivinil klorida, vinil nilon, potef dan juga membran logam.
Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke
dalam wadah steril, kemudian ditutup kedap menurut teknik
aseptik.
Keuntungan cara ini :
- Digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan
tetapi larut dalam air.
- Dapat dilakukan dengan cepat, terutama untuk pembuatan
kecil-kecilan.
- Semua mikroba hidup atau mati dapat disaring dari larutan,
virus jumlahnya dikurangi.
- Penyaring dapat bersifat adsorpsi, sebagian besar virus dapat
diadsorpsi
Kerugian cara ini :
- Masih diperlukan zat bakterisida.
- Hanya dapat digunakan untuk pembawa berair, tidak dapat
digunakan untuk pembawa minyak.
10
- Beberapa jenis penyaring dapat mengadsorpsi bahan obat,
terutama kalau kadarnya kecil.
- Beberapa penyaring sukar dicuci : porselin, Keiselguhr.
- Beberapa penyaring bersifat alkalis (Seitz filter) dan
penyaring dari asbes melepaskan asbes ke dalam larutan.
- Filtrat yang diperoleh belum bebas dari virus.
Cara-cara menyaring. Ada 2 cara untuk menyaring, yaitu :
- Dengan tekanan positip : larutan dalam penyaring ditekan
dengan tekanan yang lebih besar dari udara luar.
- Dengan tekanan negatip : larutan dalam penyaring diisap
(penampung di vakumkan). Udara yang dipakai untuk itu
harus udara bersih, biasanya digunakan gas nitrogen (N2)
yang dialirkan melalui kapas berlemak dalam tabung gelas
atau platina yang dipanaskan.
Pembersihan penyaring bakteri :
- Dengan menyedot air bersih berlawanan dengan cara
penyaringan atau larutan HCl panas lalu dibilas.
- Memasak dalam larutan Na-karbonat 2 % lalu dibilas (protein
akan hancur, karena pH 8,5).
- Penyaring bakteri disterilkan dengan cara pemanasan kering,
pemijaran, otoklaf atau secara kimiawi.
6. Sterilisasi dengan cara aseptic
Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke
dalam komponen steril atau komponen yang melewati proses
antara yang mengakibatkan produk setengah jadi atau produk
ruahan atau komponennya bebas dari mikroba hidup. Cara
sterilisasi dengan menggunakan teknik yang dapat
memperkecil kemungkinan terjadi cemaran/ kontaminasi
dengan mikroba hingga seminimal mungkin. Digunakan
11
untuk bahan obat yang tidak dapat disterilkan dengan cara
pemanasan atau dengan cara penyaringan.
Caranya :
- Bahan obat: memenuhi syarat p.i, tidak disterilkan.
- Zat pembawa: disterilkan tersendiri dahulu.
- pembantu: disterilkan tersendiri.
- Alat-alat: disterilkan dengan cara yang cocok.
- Ruang kerja: bersih, bebas debu, dan angin, disterilkan
dengan sinar u.v atau cara lain yang sesuai.
Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu disimpan
secara aseptic dalam ruang aseptic hingga terbentuk obat /
larutan injeksi dan dimasukkan ke dalam wadah secara
aseptic. Pemilihan cara sterilisasi harus mempertimbangkan
beberapa hal seperti berikut:
- Stabilitas : sifat kimia, sifat fisika, khasiat, serat, struktur
bahan obat tidak boleh mengalami perubahan setelah proses
sterilisasi.
- Efektivitas : cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan
hasil maksimal dengan proses yang sederhana, cepat dan
biaya murah.
- Waktu : lamanya penyeterilan ditentukan oleh bentuk zat,
jenis zat, sifat zat dan kecepatan tercapainya suhu
penyeterilan yang merata.
2.4. Kemasan
Salep mata disimpan dalam tube steril. Kemasan sediaan salep
mata tidak boleh lebih dari 5gram (TPC, p.167) Untuk sediaan
semisolid yang digunakan pada mata, tube plastik terbukti tidak
sesuai karena tube plastik tidak dapat dilipat sehingga
menyebabkan udara dapat masuk ke dalam tube setelah
12
penggunaan sediaan. Karena hal tersebut, tube timah masih sering
digunakan untuk mengemas salep mata, walaupun telah mulai
digantikan oleh collapsible tube (tube yang dapat dilipat) yang
terbuat dari plastik, foil logam dan kertas yang
dilaminasi. Collapsible tubes harus terbuat dari logam atau plastik
yang sesuai. Tube, dengan kapasitas tidak boleh melebihi 5 g,
harus dicocokkan dengan pipa yang ukurannya sesuai untuk
memfasilitasi pemakaian salep tanpa terjadinya kontaminasi. Tube
salep mata harus sedapat mungkin terbebas dari kontaminan, dan
kecuali produk akan disterilisasi dengan radiasi ionisasi, tube juga
harus disterilisasi sebelum digunakan. Spesifikasi tube logam
tercantum dalam The British Standard 1967 : 4230. Standar ini
menspesifikasikan bahwa tube harus terbuat dari aluminium,
timah, atau campuran timah.
2.5. Praformulasi
2.5.1. Zat Aktif
1. Tetrasiklin Hidroklorida
Rumus molekul : C22H24N2O8.HCl
BM : 444.43
Sinonim : Tetracyclini Hydrochloridum
PH : 3-7
Pemerian : serbuk hablur, kuning; tidak
berbau; agak higroskopis. Stabil di udara
tetapi pada pemaparan terhadap cahaya
matahari yang kuat dalam udara lembab
menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH
lebih kecil dari 2 potensi berkurang dan
cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida.
13
Kelarutan : larut dalam air, dalam larutan
alkali hidroksida dan dalam larutan
karbonat; sukar larut dalam etanol; praktis
tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
2. Eksipien/Bahan Tambahan
1. Paraffin cair
Sinonim : Mineral oil, paraffinum liquidum
Pemerian : cairan kental, transparan, tidak
berflouroresensi, tidak berwarna, hampir
tidak mempunyai rasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air
dalam etanol (95%) P;larut dalam kloroform
P dan dalam eter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya
Fungsi : sebagai zat tambahan/oculentum
simplex
2. Adeps lanae
Sinonim : lanolin, cera lanae
Pemerian : massa seperti lemak, lengket,
wana kuning; bau khas.
Kelarutan : tidak larut dalam air; dapat
bercampur dengan air lebih kurang 2 kali
beratnya; agak sukar larut dalam etanol
dingin; lebih larut dalam etanol panas;
mudah larut dalam eter, dan dalam
kloroform.
14
Titik lebur : antara 38°- 44°
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik,
sebaiknya pada suhu kamar terkendali
Fungsi : sebagai zat tambahan/oculentum
simplex, untuk memfasilitasi pencampuran
air
3. Vaselin flavum
Sinonim : petrolatum
Pemerian : massa seperti lemak, kekuningan
hingga hampir lemah; berfluoresensi sangat
lemah walaupun setelah melebur. Dalam
lapisan tipis transparan. Tidak atau hampir
tidak berbau dan berasa
Kelarutan : tidak larut dalam air; sukar larut
dalam benzena, dalam karbon disulfida, dan
dalam minyak terpentin; larut dalam eter,
dalam heksana, dan umumnya dalam
minyak lemak dan minyak atsiri; praktis
tidak larut dalam etanol dingin dan etanol
panas dan dalam etanol mutlak dingin
Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik
Fungsi: emollient, sebagai zat
tambahan/oculentum simplex.
4. Setil Alkohol
15
Kelarutan : tidak larut dalam air; larut dalam
etanol dan dalam eter, kelarutan bertambah
dengan naiknya suhu
Titik lebur : antara 45° dan 50°C
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Fungsi : sebagai zat tambahan/oculentum
simplex, untuk memfasilitasi pencampuran
air unuk menghasilkan emulsi minyak
dalam air
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Formula
Obat salep mata Tetrasiklin Hidroklorida tiap gram mengandung :
R/¿ Chlortetracyclini Hydrochloridum 10 mg
17
cair 10 gram = 4 gram berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (95 %) P, larut dalam kloroform P dan dalam
eter P.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat,
Kegunaan: Sebagai basis
Adeps Adeps lanae = 6% x Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, odourless,
lanae 10 gram = 0,6 gram tidak berasa
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol, mudah larut dalam kloroform P
dan eter P
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.
Kegunaan: Sebagai basis
Kestabilan : Dapat mengalami autooksidasi selama
penyimpanan untuk menghambat proses ini dapat
ditambah BFIT sebagai antioksidan
Incomp : Lanolin dapat mengandung prooksidan
yang dapat mengandung bahan aktif.
Sterilisasi : Oven pada suhu 150oC selama 1 jam,
salep mata steril yang mengandung lanolin dapat
disterilkan dengan cara filtrasi atau disinari dengan
radiasi
Vaselin 5,15 gram Pemerian : Massa lunak, lengket, kuning, bening,
flavum sifat ini tetap setelah zat dilebur dan dibiarkan
hingga dingin tanpa diaduk, berfluoresensi lemah.
Jika dicairkan tidak berbau, hampir tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam
etanol (95 %) P, larut dalam kloroform P, dalam
18
eter P dan dalam eter minyak tanah, larutan kadang-
kadanag teropalesensi lemah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai basis
Kestabilan : Kebanyakan masalah stabilitas terjadi
karena sejumlah kecil larutan dengan pemaparan
cahaya, kotoran ini teroksidasi yang dapat merupah
petrolatum dan menciptakan bau yang tidak sedap.
Incomp : Bahan inert yang memiliki beberapa sifat
incomp
Jarak lebur : 38,56 – 38,60oC
Sterilisasi : Oven pada suhu 150oC selama 1 jam
Setil Setil alcohol = 2,5% x
Alkohol 10 gram = 0,25 gram
19
Diseterilkan dengan cara sterilisasi D
20
suhu yang diatur pada 60 + 30 C selama 8 jam. Tidak boleh terjadi kebocoran
yang berarti selama atau setelah pengujian selesai (abaikan bekas salep yang
diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau
bagian luar dari ulir tutup tube). Jika terdapat kebocoran pada satu tube tapi tidak
lebih dari satu; ulangi pekerjaan dengan tambahan 20 tube salep. Persyaratan ini
memenuhi jika tidak ada satupun dari 10 tube uji pertama dan kebocoran yang
diamati tidak lebih dari satu dari 30 tube yang diuji.
2. Uji Partikulat
Keluarkan isi dari 10 tube salep. Pertama-tama lebur dalam cawan Petri datar dan
kemudian biarkan memadat lalu diamati di bawah mikroskop tenaga rendah yang
dilengkapi dengan micrometer lensa mata untuk partikel yang berukuran 50 μm
atau lebih besar dalam beberapa dimensi. Syarat-syaratnya diterima jika jumlah
total dari partikel logam dalam seluruh 10 tube tidak lebih dari 50 dan jika tidka
lebih dari satu tube ditemukan mengandung delapan partikel yang sama.
3. Uji Sterilisasi
Uji untuk sterilisasi produk seperti salep mata telah dipermudah dengan
penggunaan steril membran bacteria-retaining (yang mempunyai porositas 0,45
atau 0,22 μm yang umumnya digunakan). Untuk salep yang larut dalam
isopropyl miristat (pelarut yang digunakan tes official untuk sterilisasi), sampel
dilarutkan dalam pelarut tes steril. Untuk salep yang tidak larut dalam isopropyl
miristat disuspensikan dalam pembawa cairan yang cocok yang mengandung
bahan pendispersi dan uji dengan Prosedur Umum Konvensional.
BAB IV
PENUTUP
21
4.1.Kesimpulan
Untuk membuat sediaan salep mata Tetrasiklin Hidroklorida dengan
bobot 5gram dapat menggunakan formula sebagai berikut :
- Sterilisasi Bahan dengan penimbangan dilebihkan 100%
- Oculentum Simplex 1 g, terdiri dari:
1. Setil alcohol = 2,5% x 10 gram = 0,25 gram
2. Adeps lanae = 6% x 10 gram = 0,6 gram
3. Paraffin cair = 40% x 10 gram = 4 gram
4. Vaselin kuning ad 100% = 10 gram – (0,25 + 0,6 + 4) gram = 5,15
gram
5. Penimbangan setelah diseterilkan, basis dilebihkan
6. Akan dibuat salep sebanyak 5gram dengan volume berlebih = 5 g +
5% x 5 gram = 5,25 gram
7. Tetracyclini HCl = 0,01 g x 5,25 g = 0,052 gram
8. Sediaan basis yang harus di timbang = 5,25 – 0,052 = 5,198 g
22
kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar
melalui lensa kontak.
23
DAFTAR PUSTAKA
- A.R Gennaro.1990. Renntiton’s Pharmacetical Science the edition 18th.
Pennsylvania: Mack Publishing Company.
- Abate, M. and Abel, S. K., 2006, Remington: The Science and Practice of
Pharmacy 21st Edition, Lippincott Williams and Wilkins, 772, University of
The Sciences, Philadelphia.
24