Anda di halaman 1dari 11

MASTER FORMULA

A. Formula asli
Infus nacl (fn 1978 hal 203)
Nama Resmi : Natrii Chloridi Injectio
Nama Lain : Injeksi Natrium Klorida
Komposisi : Tiap 500 ml mengandung
Natrii chloridum 4,5 g
Aqua pro Injectione ad 500 ml
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal di tempat sejuk
Catatan :
1) Ph 4,5-7,0
2) Tidak boleh mengandung bakterisida
3) Mengandung ion klorida dan ion natrium masing2 154Meq per L
4) Isotonis
5) Disterilkan dengan cara A atau C Segera setelah Di buat
6) Bebas pirogen
7) Pada etiket harus juga tertera
8) Di injeksikan secara Infus

B. Rancangan Formula
R/ Infus nacl 2% @500 ml No.I
Uraian formula :
Infus Nacl
Komposisi : Tiap botol mengandung
1. Natrium chloridum 2%
2. Zat Tambahan (Norit) q.s
3. Aqua pro Injectione Ad 500 Ml

C. Master formula
Nama Produk : Natrium klorida Infusa 2%
Nama pabrik
Jumlah produk
No. registrasi
No. Batch

Pt medika farma
Tgl formulasi Tgl produksi Disetujui Oleh Di buat oleh
kelompok

Kode batch Nama Bahan Kegunaan Perdosis Perbatch


NC-001 Natrium klorida Zat Aktif
CA-002 Carbo Zat Tambahan
adsorbens
API-003 Aqua pro Zat Tambahan
Injectione

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Formulasi sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak
dipakai, terutama pada pasien dirawat di rumah sakit Injeksi memiliki beragam Jenis
sesuai dengan penggunaannya. Salah satunya, Yakni Injeksi infus sesuai dengan
percobaan yang akan dilakukan pada praktikum kali ini. Infus merupakan larutan dlm
jumlah yang besar terhitung mulai dari 10 ml yang di berikan melalui intravena tetes
demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok sediaan infus sangatlah penting ditinjau
dari segi penggunaannya. semua infus sangat sering digunakan pada pasien2 dirumah
sakit. Infus ini berguna u/ menggantikan cairan tubuh yang hilang krn disebabkan oleh
kekurangan cairan tubuh akibat muntah atau diare yang berkepanjangan, sebagai
penambah energy, serta pengganti makanan bila seorang penderita penyakit tidak dapat
lagi mengonsumsi makanan seperti biasanya.
Maka untuk mengganti makanan tersebut digunakan infus karna dalam sediaan infus
terdapat zat2 yang berfungsi sebagai kalorigenik yang dapat menghasilkan energy, juga
dapat menjaga kestabilan cairan dalam tubuh, krn infus ini merupakan salah satu sediaan
obat dalam bidang farmasi, Maka seorang Farmasis wajib mengetahui caara pembuatan
infus dan bagaimana pula cara pemakaiannya. Untuk itulah praktikan dengan percobaan
sediaan infus perlu.
Ada beberapa Hal yang harus diperhatikan dlm pembuatan sediaan infus, salah satunya
ialah wadah yang digunakan dlm pembuatan sediaan ingus harus disterilkan terlebih
dahulu sehingga tidak terjadi kontaminasi mikroba dari bahan asing lainnya yang bisa
membuat sediaan infus menjadi tidak steril

B. Maksud Percobaan
Mampu Membuat injeksi infus dengan cara sterilisasi akhir
C. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui bagaimana cara membuat formulasi sediaan steril terutama sediaan
injeksi infus
D. Prinsip Percobaan
Pembuatan injeksi infus yaitu injeksi nacl 2% dengan cara sterilisasi akhir dan dengan
penambahan bahan2 yang diperlukan
Bab II
Tinjauan Pustaka
A. Teori umum
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
dilarutkan, atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi
diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumah obat
kedalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat kedalam wadah
dosis tunggal atau wadah dosis ganda. (Depkes RI, 1979)
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air
dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam
jumlah yang relatif sama, rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein
17,0%; serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka
tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan
elektrolit larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal dlm wadah plastic atau
gelas, steril, bebas pirogen dan bebas partikel2lain oleh karna volumenya yang besar,
zat pengawet tidak pernah digunakan dalam ingus intravena untuk menghindari
toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri cainran infus intravena
biasanya mengandung zat2 seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
memiliki malisir trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun
hipertonis dapat digunakan untuk meminimalisir iritasi pembuluh darah. Larutan
hipertonis digunakan dalam kecepatan yang lambat. Persyaratan infus intravena
menurut FI ed III antara lain:
1. Sediaan steril berupa larutan
2. Bebas pirogen
3. Sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah
4. Infus emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dlm tdk lebih
dari 5mm
5. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar
6. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel
7. Emulsi untuk infus intravena setelah dikocok harus homogeny dan tdk
menujukkan pemisahan fase, diameter global fase terdispersi untuk infus
intravena harus dinyatakan
8. Volume netto/Volume terukur tdk kurang dari nominal
9. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
10. Memenuhi syarat injeksi
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang
cepat di bandingkan cara2 pemberian lainnnya dan tidak menyebabkan
masalah terhadap absorpsi obat sedangkan kerugiannya yaitu obat yang
diberikan sekali lewat intravena, maka obat tdk dapat dikeluarkan dari
sirkulasi, seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya
dengan cara dimuntahkan
Pembuatan infus ini mengacu pada pembuatannya sebagai cairan infus yang
dapat menstabilkan jumlah elektrolit2 yang sama kadarnya dalam cairan
fisiologis normal, sehingga pasien diharapkan dapat mempertahankan kondisi
elektrolitnya agar sesuai dengan batas2 atau jumlah elektrolit yang normal
pada plasma. Zat tambahan yang sering dipakai adalah dekstrosa yang
diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina
krn biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas
(sehingga perlu di infus )
Natrium Merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang
peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pembentukan
perbedaan potensial (listrik) yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan
impuls di syaraf. Defisiensi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang
terlampau berat dengan bnyak berkeringat dan bnyak minum air tanpa
tambahan garam ekstra gejalanya berupa mual, muntah dan lelah, nyeri
kepala, kejang otot betis, kemudian juga kejang otot lengan juga perut selain
pada difisiensi natrium, Natrium juga digunakan bilasan 0,9% ( larutan garam
fisiologis) dan dalam infus dengan elektrolit lain.
Farmakologi dari zat aktif(nacl) ialah nack berfungsi untuk mengatur
distribusi air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotic , cairan
tubuh zat tambahan yang digunakan adalah norit/karbon adsorben, karbon
adalah arang halus yang telah diaktifkan melalui suatu proses tertentu obat ini
memiliki daya serap pada permukaannya (adsorbs) yang kuat terutama pada
zat2 yang molekulnya besar, seperti alkaloida, toksin berbeda atau zat2
beracun yang berasal dari makanan

B. Uraian Bahan
A. Natrium Klorida (FI Ed III 483)
Nama Resmi : Natrii Chloridum
Nama lain : Nacl
Pemerian : Hablur heksahedral tdk berwarna atau serbuk hablur putih,
tdk berbau , rasa asin. Lebih kurang 10 bagian. Gliserol p, sukar larut
dlm etanol (95%)p
Kegunaan : sumber ion klorida dan natrium
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
B. Norit (FI Ed IV 133)
Nama Resmi : Carbo Adsorbens
Nama Lain : Arang jerap
Pemerian : serbuk sangat halus, bebas dari butiran, hitam, tdk berbau,
tdk berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)p
Kegunaan : antidotum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
C. Aqua pro injeksi
Nama resmi : Aqua pro Injectione
Nama Lain : Air untuk injeksi
Pemerian : keasaman-kebasaan : ammonium, besi, Tembaga, timbal,
kalsium klorida, nitrat, sulfat zat teroksidasi memenuhi syarat yang
tertera pada aqua destilata
Kegunaan : untuk pembuatan injeksi
D. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap . jika disimpan dlm
wadah bertutup kapas berlemak harus digunakan dlm waktu 3hari
setelah pembuatan

BAB III
Metode Kerja
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan :
a. Gelas arloji
b. Timbangan digital
c. Sendok porselin
d. Erlenmeyer
e. Batang pengaduk
f. Corong Gelas
g. Statif
h. Pipet tetes
i. Gelas ukur 50ml
j. Beker gelas 500 ml
k. Botol infus 500 ml
2. Bahan yang digunakan :
a. Nacl
b. Norit
c. Aq pro injeksi
d. Larutan hcl/naoh
e. Kertas saring
f. Indicator universal
g. Kain putih

B. Perhitungan Bahan
a. Perhitungan volume
Volume larutan obat = 500 ml x 1 = 500ml
Volume larutan penambah = 2% x 500 ml = 10 ml
Volume pembilas = 40 ml
Volume total = 550 ml
b. Perhitungan Bahan
- Nacl = 2g/100ml x 550 ml = 11g
- Norit = 0,15/100ml x 550 ml = 0,825g
- A.p.i = ad 550 ml
c. Perhitungan osmolaritas
mOsm = mg/L zat terlarut x 10
Bm zat terlarut
20000/58,44 x 2 = 684,46 ( hipertonis )

D . Cara kerja
1. Disiapkan alat dan Bahan
2. Ditimbang Nacl sebanyak 11g, dimasukkan ked lm Erlenmeyer 500 ml, lalu
ditambahkan A.p.i kira2 450 ml
3. Cek ph larutan tersebut ( disesuaikan dengan ph formulasi)
4. Di cukupkan volume dengan A.p.i ad 550 ml
5. Di timbang norit 0,825g, dimasukkan dlm larutan tersebut , kocok selama
15 menit kemudian saring
6. Di masukkan dlm botol infus 500 ml, ditutup dengan tutup
BAB IV
Hasil dan pembahasan
A. Hasil
Infus Nacl 2% Jumlah infus Jumlah infus Warna infus
yang dibuat yang rusak
1 - Jernih

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dibuat suatu sediaan steril, yaitu infus intravena
nacl. Sediaan ini dibuat dengan cara non aseptic sehingga harus
disterilkan akhir infus i.v nacl biasa digunakan untuk mengobati
dehidrasi. Namun infus ini dibuat dengan konsentrasi 2 %, yaitu
hipertonis hal ini dimaksudkan untuk mengencerkan urin maupun untuk
mengurangi edema / bengkak akibat cairan, krn konsentrasi larutan
infus lebih tinggi di bandingkan cairan tubuh sehingga cairan
menumpuk pada jaringan atau sel tubuh akan menjadi encer
Infus nacl 2% ini dibuat untuk penggunaan I kali dengan volume besar
adapun wadah yang digunakan adalah botol kaca transparan yang
disertai dengan tutup karet. Sebelum digunakan, wadah terlebih dahulu
dibebas asamkan dengan cara mengocok larutan hcl 0,1 N didalam
wadah, lalu disterilkan di oven. Untuk tutup karetnya, terlebih dahulu
dibebas sulfurkan dengan cara dimasak dlm larutan natrium karbonat
dan natrium lauri sulfat selama 15 menit, lalu dimasak kembali dengan
aq pro injeksi baru, laludisterilkan di autoklaf
Berdasarkan perhitungan osmolitas dari larutan infus tersebut Maka
diperoleh suatu tonisitas yang hipertonis (684,46) Hal ini disesuaikan
dengan tujuan penggunaannya. Untuk pengganti ion2 yang hilang untuk
mengencerkan urine dan untuk mengurangi edema pada jaringan atau
sel tubuh. Infus ini dibuat dengan cara melarutkan nacl kedalam 450 ml
aqua pro injeksi dan mengocoknya hingga larut. Setelah itu, ph larutan
dicek dan disesuaikan hingga diperoleh ph 4,5-7,0 lalu dicukupkan
volumenya dengan aqua pro injeksi. Hingga tepat 550 ml. setelah
volume larutan dicukupkan, maka ditimbang norit sebanyak 0,825g
yang sebelumnya telah diaktifkan dengan cara dimasukkan dlm cawan
petri dan dipanaskan dlm oven selama 1 jam pada suhu 100 C

BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah infus yang dibuat adalah 1 botol dengan volume 500 ml
2. Dalam pembuatan infus Nacl 2% ini, Ditambahkan norit ntuk
menyerap pirogen dan kotoran2 yang mungkin ada di dalam
larutan infus
3. Larutan infus tersebut merupakan suatu larutan hipertonis
(mOsm/L)

B. Saran
Sebaiknya praktikan memperhatikan kesterilan dari alat2 yang
digunakan ntuk larutan obat/infus yang dibuat harus jernih dan
bening ( bebas serat)
Daftar Pustaka

- Panitia formularium Indonesia 1928. Formularium Nasional edisi kedua


Jakarta : departemen kesehatan RI
- Dirjen Pom 1979. Farmakope Indonesia edisi ke III Jakarta ; Dinkes
- Dirjen pom 1995 . Farmakope Indonesia Edisi ke IV Jakarta ; DInkes
- Wade , ainley and Donl j welles. 1994 handbook of pharmaceutical

Anda mungkin juga menyukai