A. Formula Asli
Diuraikan di FN: 32
ATROPINI INJECTION
Injeksi Atropina
Atropini sulfas 1 mg
Natrii Chloridum 9 mg
Natrii Pyrosulfas 1 mg
B. Rancangan Formula
R/ Atropini Injection @ 2 ml No Vl
Tiap 2 ml mengandung :
Atropini sulfas
Natrii Chloridum
ATROINJEKTION
SULFAS
CHLORIDUM Pengabsolut
INJECTION
BAB I
PANDAHULUAN
A. Latar Belakang
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau yang
Steril adalah sediaan farmasi yang memenuhi syarat bebas dari mikroorganisme,
disamping syarat fisika dan kimia. Sediaan farmasi steril yang dimasukkan ke
dalam tubuh dengan cara disuntikkan ke dalam atau melalui kulit, mukosa dan
jantung lemah, serta meringankan kejang otot saluran pencernaan, empedu dan
mengurangi sekresi tubuh seperti mengurangi keluarnya air liur saat operasi
(Andrew, 2002).
diantara sel-sel saraf. Ketika asetilkolin dihalangi, maka sekresi kelenjar ledah,
getah lambung, air mata, dan sekresi lender lainnya akan berkurang (Andrew,
2002).
B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui khasiat dan penggunaan obat atropine sulfat. Serta untuk
C. Manfaat Praktikum
D. Prinsip Praktikum
Dalam hal ini injeksi atropine sulfas dibuat dengan cara Na.Steril karena
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Injeksi adalah sediaan steril bebas pirogen yang dimasukkan untuk diberikan
sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis gamda.
Harus jernih, tidak ada partikel padat, kecuali yang berbentuk suspense
tubuh agar bisa diinjeksikan tidak terasa sakit dan penyerapan obat optimal.
Sedapat mungkin isotonis, tekanan osmose larutan harus sama dengan tekanan
Ampul adalah wadah untuk dosis tunggal, tertutup rapat dengan melebar
1. Penggolongan
a. Intracutan (i.c)
b. Subcutan (s.c)
c. Intramuscular (i.m)
d. Intravenus (i.v)
e. Intratekal (i.t)
f. Intraperitoneal (i.p)
g. Peridural (p.d)
h. Intrasisternal (i.s)
i. Intrakardial (i.kd)
Dalam hal ini injeksi Atropin sulfat disuntikkan dengan cara subcutan (s.c).
interstitial longgar lengan, lengan bawah, paha atau bokong. Volume yang
disuntikkan Subkutan jarang lebih besar dari 2 ml dengan jarum sepanjang 5/8
Menurut prinsip kerjanya, sediaan injeksi steril dapat dibuat dengan 2 cara,
yaitu:
pada bahan obat baru disterilkan pada akhir proses pembuatan dengan
2) Aseptis yaitu cara kerja yang dilakukan untuk mencegah sedapat mungkin
agar mikroba dapat masuk. Dalam hal ini mikroba tidak dimusnahkan. Cara
kerja ini digunakan untuk obat-obatan yang sama sekali tidak tahan
pemanasan. Semua alat yang digunakan dalam prinsip harus steril. Obat
yang dapat disterilkan harus disterilisasi terlebih dahulu. Ruang kerja yang
1) Bekerja cepat
3. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan kebocoran
2) Pemeriksaan Sterilisasi
3) Pemeriksaan pirogenitas
B. Uraian Bahan
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau, sangat
..pahit
Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam larut kurang
Khasiat : Parasimpatolitik
RM : NaCl
...aqua destillata.
Tipe 1
Borosilicate (gelas borosilicate dengan daya bahan tinggi) “Pada proses pembuatan
sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron dan atau aluminium zink.
Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik sehingga tidak mempunyai
preparat parenteral yang sangat peka. Lebih baik dari pada gelas natrium carbonat”.
BAB III
METODE KERJA
a. Labu Erlenmeyer
b. Gelas Arloji
c. Ampul
d. Beaker Gelas
e. Spoit
f. Batang Pengaduk
g. Kertas Saring
h. Kertas PH
i. Kain Putih
j. Pipet Tetes
k. Corong Gelas
a. Atropin Sulfas
b. Natrium Chloridum
1. Perhitungan Volume
2. Perhitungan Konsentrasi
100𝑚𝑙
C= × 1 mg = 100 mg~0,1 gram = 0,1% b/v
1𝑚𝑙
3. Perhitungan Tonisitas
a. PTB
0,52−(𝑏1.𝑐1)
B= 𝑏2
0,52−(0,07×0,1)
= 0,576
0,52−0,007
= 0,576
0,513
= 0,576
b. Ekivalen NaCl
𝑤
W = 0,9 – (% × E. NaCl)
𝑣
= 0.9 – 0,013
W = 0,887% b/v
c. Faktor disosiasi
𝑀.ℎ 𝐹𝐴
h= ×(0,28 − (𝑀𝐴 × 𝑎))
𝑡.ℎ
1,8
h = 32 ×(0,28 − (694,83 × 0,1))
= 32 × (0,28 − (0,0002))
= 32 × 0,2798
= 8,9536 g/v
= 0,8953% b/v
d. Metode catalane
%𝑤⁄𝑣 𝑀′
w = (𝐹 − ( × 𝑘)) × 𝐾′
𝑀
0,1 58,5
w = (0,031 − (694,83 × 1,8)) × 2
w = 0,0308 × 29,25
= 0,9009% b/v
4. Perhitungan Bahan
20 𝑚𝑙
a. Atropin Sulfat = × 1 𝑚𝑔 = 20 𝑚𝑔
1 𝑚𝑙
20 𝑚𝑙
b. NaCl = 100 𝑚𝑙 × 0,89 = 0,178 → 178 𝑚𝑔
ampul
A. Hasil pengamatan
8 2 6 Bening
B. Pembahasan
menggunakan Aqua Pro injeksi sebagai kosolven. Pada pembutan injeksi ini
suatu larutan hipotonis disuntikkan kedalam tubuh, akan berbahaya dan cairan
yang diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh yang akhirnya mengembang dan dapat
pecah.
Jumlah Atropin sulfat injeksi yang dibuat adalah sebanyak 8 ampul. Pertama
disiapkan semua alat dan bahan yang sebelumnya telah disterilkan selanjutnya
aqua pro injeksi, kemudian diukur PH larutannya dan didapatkan PH 3,0 dimana
PH tersebut masuk dalam range ketentuan PH injeksi Atropin sulfat yaitu 2,8-3,2,
disaring hingga bebas partikel, kemudian dimasukkan kedalam ampul 1,10 ml dan
ditutup dengan cara dipijar diatas api langsung, selanjutnya disterilkan dengan
Dari 8 ampul yang dibuat, yang berhasil hanya 2 ampul dikarenakan ada 6
ampul yang pada saat ditutup tidak dapat rapat dan tidak tertutup dengan baik dan
sempurna. Sehingga pada proses sterilisasi akhir, isi dari 6 ampul tersebut habis
karena menguap.
Khasiat dari injeksi Atropin ini yaitu sebagai antidotum yaitu obat yang
digunakan untuk melawan kerja racun yang bekerja secara kimia, mekanik, dan
Pyrosulfat akan terurai dari udara terutama pada pengemasan dan menjadi Kristal
Pemeriksaan
7) Pemeriksaan kebocoran
8) Pemeriksaan Sterilisasi
9) Pemeriksaan pirogenitas
desebelah bawah. Wadah yang bocor, isinya akan kosong/habis atau berkurang
bahan dan alat-alat tertentu misalnya penyaring bakteri dari asbes dan AI2D3.
injeksi yang telah dibuat jernih, dan terbebas dari butiran halus/kasar. Pemeriksaan
keseragaman bobot juga tidak dilakukan karna jumlah ampul yang erhasil dibuat
PENUTUP
A. Kesimpulan
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspense, atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan dan
disuntikkan dengan cara merobek jaringan kulit atau melalui kulit atau selaput
mukosa.
Pada praktikum ini dibuat injeksi Atropin yang digunakan pada pengobatan
keracunan antidotum.
Ansel, Howard C, Ph.D. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat. 2008.
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.