Nim : PO713251181067
Kelas : B/II
Materi 1
Oleh : Drs. Bambang Priyambodo, Apt
“Tantangan Dunia Pendidikan Dalam Menghasilkan Riset Yang Dibutuhkan Oleh Industri
Herbal”
Jamu adalah obat tradisionaI lndonesia. Tingginya kecenderungan masyarakat untuk
mengkonsumsi produk suplemen kesehatan atau herbal tidak terlepas dari gencarnya promosi
para produsen serta adanya pola gaya hidup untuk kembali ke alam (Back to Nature).
Anggapan bahwa Obat Herbal lebih aman dan memiliki efek samping yang lebih kecil
dibanding dengan obat – obat kimia modern (sintesis).
Adapun Alasan Mengapa Tidak Minum Jamu karan sebagian besar orang beranggapan
bahwa minum jamu itu kuna, rasanya yang pahit dan ragu akan kualitasnya.
1. Trend OBAT HERBAL (Obat Tradisional)
Tingginya kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi produk suplemen
kesehatan atau herbal tidak terlepas dari gencarnya promosi para produsen serta adanya
pola gaya hidup untuk kembali ke alam (Back to Nature).
Anggapan bahwa Obat Herbal lebih aman dan memiliki efek samping yang lebih kecil
dibanding dengan obat – obat kimia modern (sintesis).
Kesimpulan
Sumber daya alam Indonesia berpotensi sebagai sumber bahan baku obat
Pentingnya standarisasi bahan baku obat herbal untuk mendapatkan jaminan mutu yang
berkelanjutan
Pengembangan bahan alam sebagai sumber bahan obat.
Materi 3
Oleh : Dr. Sesilia R. Pakadang, S. Si., M.Si., Apt
“Peran Tenaga Kefarmasian Dalam Pemilihan Herbal Yang Tepat”
Obat tradisional menurut Undang Undang kesehatan no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
adalah bahan atau ramuan bahan alam yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 tahun 2012. Obat Tradisional berarti bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
1. Obtra bukan hanya milik farmasis
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan promotif dan preventif
promotif adalah kegiatan yang mengutamakan promosi kesehatan
preventif adalah kegiatan pencegahan terhadap masalah kesehatan/penyakit.
2. Nakes selain Farmasi juga Menggunakan Obtra Herbal
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
praktek preventif dan promotif telah dilakukan penduduk Indonesia
Contohnya menggunakan tumbuhan obat sebagai pendukung dalam praktek
pengobatan berbasis budaya.
Tumbuhan obat salah satunya itu diracik dan dibuat dalam bentuk ramuan.
3. Obat Bahan Alam (OBA)
Bahan atau ramuan bahan alam yang telah digunakan secara empiris dan atau
khasiatnya telah terbukti secara ilmiah. Terdiri dari Jamu, Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka.
4. Keuntungan obat bahan alam
IMUNOMODULATOR
memperkuat fungsi organ tubuh
Detoksifikasi racun/ sumber penyakit,
membangun sistem kekebalan tubuh
pembentukan antibodi dan kompleks imun
mengatur keseimbangan inflamasi dan anti-inflamasi
mengatur respon patogen
Mencegah penyakit
dll
KOMPLEMENTER
Mempercepat penyembuhan penyakit
Mencegah Efek samping pengobatan
(hepatoprotektor, cegah toksisitas, detoksifikasi dll)
Menyembuhkan penyakit tertentu (fitofarmaka/OHT)
5. Penggolongan obat HERBAL
a. JAMU
Khasiat terbukti secara turun-temurun (empiris) namun tidak boleh mengklaim
memberikan kesembuhan penyakit. Diproduksi dengan peralatan sederhana bahan
bakunya belum terstandar.Contohnya jamu beras kencur, dan jamu gendong
lainnya.
b. FITOFARMAKA
khasiatnya terbukti secara ilmiah melalui uji pre-klinik dan uji klinik (diuji coba
ke manusia/sukarelawan). meggunakan bahan baku yang sudah terstandar.
Diproduksi dengan standar Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).
Telah melalui ketatnya persyaratan Fitofarmaka setara dengan obat sintetis modern
lainnya bisa diresepkan oleh dokter.
c. OBAT HERBAL TERSTANDAR
Khasiat terbukti secara ilmiah yaitu melalui uji pre-klinik (menggunakan hewan
coba) bahan bakunya telah distandardisasi diproduksi di fasilitas yang modern
sesuai standar (CPOTB).