Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................2
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
1.3. Tujuan....................................................................................................................................3
1.4. Manfaat..................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................4
2.1 Glikosida.................................................................................................................................4
2.1.1 Klasifikasi Glikosida.......................................................................................................4
A. Glikosida alkohol (Alcoholic glycosides)...............................................................................5
B. Glikosida antraquinon (Anthraquinone glycosides)............................................................6
C. Glikosida Kumarin (Coumarin glycosides)...........................................................................6
D. Glikosida Kromon (Chromone glycosides)............................................................................6
E. Glikosida Sianogenik (Cyanogenic glycosides)......................................................................6
F. Glikosida flavonoid (Flavonoid glycosides)............................................................................7
G. Glikosida fenolik (Phenolic glycosides)..................................................................................7
2.1.2 Metode Ekstraksi Glikosida............................................................................................7
1. Kedde reaction..........................................................................................................................8
2. Baljet reagent............................................................................................................................8
3. Legal reagent............................................................................................................................8
2.1.3 Skrining Fitokimia Glikosida.......................................................................................12
2.1.4 Isolasi Glikosida............................................................................................................15
2.2 Saponin..................................................................................................................................15
2.2.1 Metode ekstraksi saponin..............................................................................................16
2.2.2 Scrining Fitokimia.........................................................................................................16
2.2.3 Isolasi Senyawa Saponin...............................................................................................17
BAB III PENUTUP........................................................................................................................19
A. Kesimpulan.........................................................................................................................19

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Glikosida adalah senyawa alami yang terdiri dari bagian karbohidrat dan bukan
karbohidrat. Bagian bahan karbohidrat yang paling banyak ditemukan adalah triterpen,
steroid, flavonoid, sedangkan molekul karbohidrat yang paling banyak ditemukan adalah
glukosa, galakosa, xilosa, dan arabinose. Monosakarida tersebut dapat terikat pada satu atau
lebih atom C pada bagian bukan karbohidrat. Kata glikosida bermakna karbohidrat atau
gula yang pada umumnya bersifat oksidator yang disebut dengan glikon, sedangkan bukan
gula disebut aglikon ikatan kimia bentukan glikosida mempunyai eter sehingga secara
kimiawi dalam proses pembentukannya selalu melepas air atau HO (Rijai. 2016). Saponin
merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen. Saponin steroid
tersusun atas inti steroid (27) dengan aglikon yang dikenal sebagai sataponin.
Isolasi adalah proses pengambilan dan pemisahan snyawa bahan ala dengan
menggunkan pelarut yang sesuai. Sejak abad ke-17 orang telah memisahkan berbagai jenis
senyawa dari sumber-sumber organic. Senyawa senyawa tersebut dapat berupa senyawa
metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder.Perkembangan zaman membuat ilmu
pengetahuan semakin berkembang, begitu pula dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan
begitu banyak senyawa-senyawa aktif alamiah yang dapat dimanfaatkan keberadaannya
untuk sarana pengobatan berbagai macam penyakit. Salah satu diantaranya adalah
glikosida.Glikosida banyak terdapat dalam alam. Glikosida merupakan salah satu
kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam
tanaman, glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang
mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar. Glikosida terdiri atas gabungan dua
bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk
ikatan berupa jembatan oksigen (O glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida,
adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida,

2
barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai
aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut
sebagai glikosida.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara metode eksraksi glikosida dan saponin

2. Bagimana tata cara skrinng fitokimia golongan glikosida dan saponin

3. Bagaimana isolasi senyawa glikosida dan saponin

1.3. Tujuan

1. Mampu mengatahui penerapan metode esktraksi glikosida dan saponin

2. Mampu memahami bagaimana skrinng fitokimia golongan glikosida dan saponin

3. Memahami isolasi senyawa glikosida dan saponin

1.4. Manfaat

1. Untuk dapat mengetahui bagaimana metode esktraksi glikosida dan saponin

2. Untuk memahami skrning fitokimia golongan glikosida dan saponin

3. Untuk mengetahui tata cara isolasi senyawa glikosida dan saponin

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Glikosida

Glikosida adalah suatu senyawa metabolit sekunder yang berikatan dengan senyawa
gula melalui ikatan glikosida. Glikosida memainkan peranan penting dalam sistem hidup
suatu organisme. Beberapa tumbuhan menyimpan senyawa-senyawa kimia dalam bentuk
glikosida yang tidak aktif.Senyawa-senyawa kimia ini akan dapat kembali aktif dengan
bantuan enzim hydrolase yang menyebabkan bagian gula putus, menghasilkan senyawa
kimiayang siap untuk digunakan. Beberapa glikosida dalam tumbuhan digunakanalam
pengobatan. Bagian gula suatu glikosida terikat pada atom C anomerik membentukikatan
glikosida. Glikosida dapat terikat oleh atom O- (O-gloikosida), N-(glikosida amin), S-
(thioglikosida), C-(C-glikosida). Bagian gula suatu glikosida disebut sebagai glikon, dan
bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Glikon dapat terdiri dari gula tunggal
(monosakarida) atau beberapa unit gula (oligosakarida). Amygdalin merupakan glikosida
yang pertama kali diidentifikasi oleh kimiawan berkebangsaan Perancis, Pierre Robiquet
dan Antoine Boutron-Charlard pada tahun 1830.Tumbuhan memiliki banyak jenis enzim
yang dapat membentuk dan memutus ikatan glikosida. Enzim paling dalam reaksi
pemutusan adalah glikosida hidroksilasi, dan enzim paling penting dalam sintesis glikosida
adalah glikosiltransferase

2.1.1 Klasifikasi Glikosida

Glikosida diklasifikasikan berdasarkan jenis glikon, jenis aglikon dan jenis ikatan
glikosidanya

4
a. Klasifikasi berdasarkan glikon

 Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah glukosa maka molekulnya dinamakan
sebagai glukosida,
 Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah fruktosa maka molekulnyadinamakan
sebagai fruktosida,
 Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah asam glukuronat maka molekulnya
dinamakan sebagai glukuronida dan sebagainya.
 Dalam tubuh, senyawa racun seringkali terikat oleh asam glukuronat untuk
meningkatkan kelarutannya dalam air menghasilkan glukuronida yang dapat
tereksresikan dari dalam tubuh.
b. Klasifikasi berdasarkan ikatan glikosida.

Berdasarkan letak ikatan glikosida, di bawah atau di atas dari struktur datar molekul
gula, maka glikosida dapat diklasifikasikan sebagai alfa-glikosida(bawah) atau beta-
glikosida (atas). Beberapa enzim seperti alfa-amilase hanya dapat menghidrolisis ikatan-
alfa.
c. Klasifikasi berdasarkan aglikon

Glikosida juga diklasifikasikan berdasarkan senyawa agikon alamiahnya.Klasifikasi ini


banyak digunakan untuk tujuan keimuan biokimia dan farmakologi.

A. Glikosida alkohol (Alcoholic glycosides)

Contoh gloksida alkohol adalah salicin yang dapat ditemukan dalam genus Salix.
Salicin dalam tubuh diubah menjadi asam salisilat yang berkaitanerat dengan senyawa
aspirin yang memiliki efek analgesic, antipiretik, dan antiinflamasi.

5
B. Glikosida antraquinon (Anthraquinone glycosides)

Glikosida jenis ini mengandung gugus aglikon yang merupakan turunan antraquinon.
Glikosida jenis ini memiliki aktivitas laksatif (pencahar). Senyawa ini banyak ditemukan
dalam semua tumbuhan dikotil. Glikosida ini juga ditemukan dalam tumbuhan monokotil
yaitu pada family Liliaceae. Aloin merupakan contoh glikosida turunan antrakuinon.

C. Glikosida Kumarin (Coumarin glycosides)

Contoh dari glikosia kumarin adalah apterin yang dilaporkan memiliki aktivitas
melebarkan arteri koroner serta memblokir saluran kalsium. Glikosida coumarin lainnya
diperoleh dari daun kering tumbuhan Psoralea corylifolia.

D. Glikosida Kromon (Chromone glycosides)

Contohnya adalah smitilbin

E. Glikosida Sianogenik (Cyanogenic glycosides)

Dalam klasifikasi ini aglikon mengandung gugus ethanolns.Tumbuhan menyimpan


glikosida sianogenik dalam vokuola, namun padasaat tumbuhan mendapat serangan dari
luar lingkungan, maka tumbuhan akan melepaskan glikosida sianogenik dan mengaktifkan
dengan bantuan enzim dalam sitoplasma. Enzim akan memutus gula pada molekul
glikosida diikuti dengan terbentuknya struktur ethanolns dan melepaskan racun hydrogen
sianida. Peristiwa ini disebut sebagai sianogenesis. Sianogenesis adalah salah satu
mekanisme yang dapat berfungsi pada tumbuhan sebagaialat pelindung terhadap pemangsa
seperti ethanol. Kadar glikosida sianogenik yang dihasilkan tergantung pada usia dan
variasi tumbuhan, serta factor lingkungan.Contoh senyawa glikosida siangenik adalah
amygdalin dan prunasin yang meyebabkan rasa pahit pada pohon almond. Spesies lainnya
yang menghasilkan glikosida sianogenik adalah sorgum (dhurrin), singkong (linamarin dan

6
lotaustralin), talas, gadung, kacang koro (Mucuna pruriens). Amygdalin dan senyawa
sintetis turunan laetrile diketahui memiliki potensi sebagai obat untuk penyakit kanker.

F. Glikosida flavonoid (Flavonoid glycosides)

Aglikon jenis glikosida ini adalah flavonoid. Contoh glikosida flavonoid diantaranya
adalah: Hesperidin (aglikon: Hesperetin, glikon: Rutinose)

G. Glikosida fenolik (Phenolic glycosides)

Dalam hal ini aglikonnya merupakan suatu struktur fenolik sederhana.Contohnya


adalah arbutin yang ditemukan dalam Bearberry (Arctostaphylosuvaursi). Senyawa ini
memiliki efek antiseptic pada kandung kemih.

2.1.2 Metode Ekstraksi Glikosida

Metode ekstraksi untuk senyawa glikosida mengikuti metode ekstraksi


yang berlaku untuk masing-masing jenis aglikonnya:

a. Glikosida jantung

Contoh :
 Senyawa glikosida jantung tidak larut dalam pelarut non polar.
 Pada tumbuhan, lipid dan pigmen dihilangkan dengan ekstraksi memakai ethano atau
dengan pengendapan menggunakan ethano hidroksida. Kemudian senyawa glikosida
jantung paling cocok diekstraksi memakai etanol 70-95% dan ethanol panas
(Robinson,1995).

PEMISAHAN GLIKOSIDA JANTUNG

7
Cara yang digunakan tergantung pada kerumitan struktur glikosida yang terdapat pada
tumbuhan. Misalnya:
• Glikosida jantung jenis Strophanthus dapat dipisahkan dengan KLT satu arah pada
silika gel dengan pengembang etil asetat-piridina-air (5:1:4).
• Pemisahan kardenolida dalam Digitalis purpurea dilakukan dengan KLT dua arah
menggunakan etil asetat-metanol-air (16:1:1) dan kloroform:piridina (6:1)

UJI DETEKSI GLIKOSIDA JANTUNG

Beberapa senyawa yang mengandung α-β unsaturared lakton juga memberikan


hasil yang positif dengan uji di bawah ini :

1. Kedde reaction

larutan I : asam 3,5-dinitrobenzoat 2% dalam MeOH,


larutan II : KOH 5,7% dalam air.
Tambahkan tiap larutan 0,2-0,4 mL ke dalam larutan sampel, dan warna kebiru-biruan
sampai ungu akan muncul dalam 5 menit (spesifik menunjukkan adanya kardenolida).
2. Baljet reagent

larutan I : 1 gram picric acid dalam 100 mL EtOH,


larutan II : 10 gram NaOH dalam 100 mL air.
Campurkan larutan I dan II , sebelum digunakan tambahkan 2-3 tetes mg sampel, reaksi
positif diindikasikan dengan warna orange atau merah

3. Legal reagent

Larutan I : 0,5% sodium nitroprussiate dalam air dibuat baru.


Larutan II : 0,2 N NaOH.
Larutkan 2 mg sampel dalam piridin (2-3 tetes), tambahkan 1 tetes larutan I dan 4 tetes

8
larutan II pada saat bersamaan. Glikosida jantung diidentifikasi dengan adanya warna
merah, sedangkan warna pink/merah jambu untuk α-β unsaturared lakton dan beberapa β-
Υ lakton.
• pH harus selalu dikontrol karena mereka mungkin berisomerisasi pada larutan basa

b. Glikosida Sianogenik

• Glikosida sianogenik adalah glikosida yang ketika dihidrolisis kan terurai menjadi
bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN).
• Meskipun mengandung nitrogen, tetapi strukturnya sebagai glikosida adalah O-
glikosida dan bukan N-glikosida.
• Bagian gulanya seperti gentiobiosa atau visianosa.

Contoh : senyawa amigdalin pada singkong (Manihot esculenta), Laurocerasin


(pada Laurocerasi folium), Prunasin (dalam Prunus sp) dan juga terdapat dalam
kobis (Brassica olearacea), sawi (Brassica nigra), dan buah-buahan seperti persik,
ceri, plum, dan aprikot.
a. Pada umumnya deteksi glikosida sianogenik didasarkan pada keberadaan
gas HCN yang dibebaskan oleh hasil hidrolidis glikosida sianogenin, baik
secara kimiawi maupun oleh enzim endogen dalam sistem tertutup.
b. Glikosida sianogenik dapat diisolasi dan dimurnikan dengan cara umum
yang digunakan untuk glikosida tumbuhan lain, namun selama proses
isolasi, penting untuk me-non-aktifkan enzim glikosidase yang ada bersama
jaringan tumbuhan.

Identifikasi glikosida sianogen:

1.Identifikasi dengan kertas pikrat


a) Kertas pikrat dibuat dengan mencelupkan potongan kertas saring ke dalam
larutan pikrat jenuh (0,05 M) dalam air, yang sebelumnya dinetralkan

9
dengan NaHCO3 dan disaring, setelah dikeringkan kertas dapat disimpan
lama.

2. Identifikasi dengan kromatografi kertas

• Bahan yang diperiksa : kobis (Brassica oleracea), sawi (Brassica nigra)


yang hampir busuk.
• Fase diam : kertas Whatman no 1.
• Fase gerak : n-butanol-etanol-air (40:11:14)
• Deteksi : UV 254
• Larutan percobaan : bahan segar yang disari dengan alkohol 80% sampai
tersari secara pekat (dengan sedikit dilumatkan tapi tanpa pemanasan, saring
atau didekanter bagian yang jernih diambil untuk ditotolkan)

c. Glukosinolat

• Glukosinolat adalah suatu glikosida yang mengandung sulfur dan nitrogen.


Aglikonnya adalah isotiosianat yang merupakan turunan alifatik atau aromatik.
• Senyawa ini selalu ada dalam bentuk glukosinolate (S-glucoside).
• Apabila sel tanaman dirusak atau jaringan tumbuhan di distilasi uap, maka senyawa
tersebut akan dipecah atau diuraikan oleh enzim myrosine (β-thioglucosidase).

Contoh : a. sinalbin dari biji mustard putih (Sinapis alba) dan sinigrin dari biji
mustard hitam (Brassica nigra). Sinigrin dan mirosin setelah maserasi
ditemukan minyak atsiri 1,3% di dalamnya ada alil isotiosianat,
minyak lemak.
b. Glikosinolat juga terdapat dalam Alii sativi bulbus

10
d. glikosida Triterpen (SAPONIN)

• Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin (dapat berupa
tipe steroid dan tipe triterpenoid).
• Saponin memiliki bobot molekul yang tinggi.
• Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloid
dengan air yang apabila digojog akan menimbulkan buih yang stabil.
• Saponin mampu menyebabkan hemolisis darah, bersifat racun bagi hewan, dan
banyak digunakan sebagai racun ikan.
• Pada tumbuhan yang banyak mengandung saponin, sukar untuk memekatkan ekstrak
alkohol-air dengan baik, walaupun digunakan penguap putar (rotary evaporator).
• Uji saponin sederhana adalah dengan mengocok ekstrak alkohol-air dari tumbuhan
dalam tabung reaksi dan diperhatikan pembentukan buih yang tahan lama pada
permukaan cairan.
• Saponin juga dapat diperiksa dalam ekstrak kasar berdasarkan kemampuan
menghemolisis darah.
• Saponin jauh lebih polar dibanding sapogenin, sehingga pemisahan dan deteksi
mudah dilakukan dengan metode KLT dan pengukuran spektrum.
• Uji sapogenin : jaringan kering tumbuhan dihidrolisis dengan HCl 1 M selama 2-6
jam, lalu dinetralkan, dikeringkan, diekstraksi dengan eter minyak bumi. Ekstrak
diuapkan sampai kering dan residunya dilarutkan dalam kloroform lalu ditentukan
spektrum inframerahnya.
• Larutan itu dipekatkan, lalu di KLT pada silika gel dengan salah satu pengembang,
seperti aseton-heksana (4:1), kloroform-karbon tetraklorida-aseton (2:2:1), CHCl3-
Me2CO (4:1), CHCl3-EtOAc (1:1), atau heksana-Me2CO (4:1).
• Selanjutnya sapogenin dideteksi dengan pereaksi semprot antimon klorida dalam HCl
pekat dan dipanaskan pada suhu 110 °C selama 10 menit, hasil positif berupa bercak
berwarna merah jambu sampai ungu.

Contoh : asam glisirizat dari Licorice/akar manis (Glycyrrizha glabra)

11
e. glikosida antrakunion

• Glikosida antrakuinon mudah terhidrolisis menjadi aglikonnya, yaitu dihidroksi


antrakuinon, trihidroksi antrakuinon, atau tetrahidroksi antrakuinon.
• Bentuk glikosidanya jika dipanaskan dalam asam asetat atau larutan HCl encer dalam
alkohol (misal 5%) mudah dihidrolisis dalam 1 jam pada suhu 70 °C.

2.1.3 Skrining Fitokimia Glikosida

Skrining fitokimia atau disebut juga penapisan fitokimia merupakan uji


pendahuluan dalam menentukan golongan senyawa metabolit sekunder yang mempunyai
aktivitas biologi dari suatu tumbuhan. Skrining fitokimia tumbuhan dijadikan informasi
awal dalam mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat didalam suatu tumbuhan.
Dalam percobaan ini, skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan pereaksi-pereaksi
tertentu sehingga dapat diketahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan
tersebut. Uji skrining fitokimia bersifat kimiawi, tetapi untuk mengetahui adanya minyak
atsiri dalam suatu tumbuhan dapat juga diperiksa secara mikroskopik yaitu dengan melihat
apakah terdapat kelenjar-kelenjar minyak atsiri atau rambut-rambut kelenjar yang
mengandung minyak atsiri, misalnya terdapat pada famili Labiate atau Asteraceae.
Sebenarnya, dengan mengetahui sistematika suatu tumbuhan sudah dapat dibuat dugaan
mengenai senyawa apa yang terkandung didalam suatu tumbuhan karena banyak famili
tumbuhan yang memiliki kandungan senyawa yang khas, misalnya Solanaceae
mengandung alkkaloida tropan, famili Rubiaceae mengandung alkaloida golongan purin
dan sebagainya.

Skrining Fitokimia Golongan Glikosida

Bahan: daun / rhizome Pacing (Coctus specious Smith.)

Prosedur: Ditimbang 3 gram serbuk simplisia atau bahan tumbuhan segar, kemudian
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer, ditambahkan 30 ml campuran etanol 96% - air (7:3),
ditambahkan asam sulfat pekat hingga diperoleh pH larutan 2, kemudian direfluks dengan

12
memakai pendingin bola selama 10 menit, kemudian didinginkan, lalu disaring. Diambil 20
ml filtrat kemudian ditambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, kemudian
dikocok lalu didiamkan selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat diekstraksi 3 kali,
masing-masing dengan 20 ml campuran pelarut kloroform – isipropanol (3:2) kemudian
akan diperoleh dua lapisan, kumpulkan masing-masing sari (sari air dan sari pelarut
organik). Pada kumpulan sari pelarut organik ditambahkan natrium sulfat anhidrat,
kemudian disaring, lalu filtrat diuapkan pada sushu tidak lebih dari 50 0C. Sisa penguapan
dilarutkan dengan 2 ml metanol.

Uji terhadap senyawa gula

Dimasukkan sari air kedalam tabung reaksi, kemudian diuapkan diatas penangas air. Pada
sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes LP Molisch. Ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat
pekat, maka akan terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan, reaksi ini
menunjukkan adanya ikatan gula.

Uji terhadap senyawa non gula

Diuapkan sari lari pelarut organik diatas penangas air, kemudian dilarutkan sisa penguapan
dengan 5 tetes asam asetat anhidrida, kemudian ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat,
maka terjadi warna biru, hijau, merah ungu, dan ungu (pereaksi Lieberman-Burchard)
(MMI jilid VI, 1995).

1.Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Glikosida Sianogenik

Bahan: daun Ubi Racun (Manihot esculenta Cranz.)

Prosedur: Timbang 10 gram bahan dihaluskan dalam lumpang dan dilembabkan dengan
sedikit air (air jangan berlebihan), dimasukkan kedalam erlenmeyer. Kertas saring yang
telah dibasahi dengan larutan asam pikrat diselipkan dengan bantuan gabus pada mulut
erlenmeyer. Kemudian dibiarkan terkena sinar matahari (diletakkan dekat jendela).
Timbulnya warna merah pada kertas saring menunjukkan adanya glikosida sianogenik.

13
Catatan: uji ini didasarkan pada pelepasan gas HCN dari glikosida sianogenik jika terjadi
hidrolisis.

2.Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Glikosida Antrakuinon

Antrakuinon tersebar luas pada fungi yang menyebabkan warna merah,


oranye/jingga dan kuning, dan pada beberapa famili tumbuhan tinggi, seperti Liliceae,
Polygonaceae. Mereka terdapat sebagai O-glikosida tetapi ada pula kadang-kadang sebagai
C-glikosida.

Bahan: tanaman Lidah Buaya (Aloe Vera (L.) Webb.) Prosedur:

a. Ditimbang 5 gram bagian dalam/lendir dai tanaman lidah buaya, dihaluskan dan
ditambahkan 100 ml air dengan pemanasan. Kemudian disring, dinginkan. Diambil 5 ml
sari kemudian kedalamnya ditambahkan 1 ml HCl pekat. Dipanaskan dengan mencelupkan
dipenangas air selama 15 menit. Kemudian didinginkan. Dikocok dengan 5 ml CCl4
dikocok dengan 3 ml larutan amonia encer. Lapisan amonia berwarnamerah jambu
menunjukkan adanya antrakuinon.

b. Sebanyak 200 mg bahan ditambahkan 2ml larutan FeCl3 dan 8 ml air serta 5 ml HCl
pekat,dididihkan 5 menit, dinginkan. Ditambahkan 5 ml benzen, dikocok, dibiarkan lapisan
benzen memisah, dicuci 2 kali dengan masing-masing 2 ml air sampai lapisan benzen
berwarna kuning. Ditambahkan 2 ml NaOH 2N dan dikocok. Lapisan benzen
tidakberwarna dan lapisan air berwarna merah menunjukkan adanya antrakuinon.

c. Ditimbang 200 mg bahan, kemudian ditambahkan 5 ml asam sulfat 2N, dipanaskan


sebentar lalu didinginkan. Kemudian ditambahkan 10 ml benzen, dikocok, didiamkan.
Kemudian dipisahkan lapisan benzen, disaring, filtrat akan berwarna kuning menunjukkan
adanya antrakuinon. Uji konfirmasi selanjutnya dikocok lapisan benzen dengan 1 ml

14
sampai 2 ml NaOH 2N, didiamkan, lapisan air berwarna merah intensif dan lapisan benzen
tidak berwarna.

2.1.4 Isolasi Glikosida

Ekstraksi merupakan tahap awal dalam mengisolasi senyawa bahan alam


yang didasarkan pada perpindahan massa komponen kimia dalam sampel bahan alam ke
dalam pelarut. Prinsip dari proses ekstraksi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut ke
dalam pelarutnya. Hasil dari ekstraksi dinamakan ekstrak. Ekstraksi terdiri dari
beberapa metode, yaitu maserasi, perkolasi, sokletasi, dan lain-lain.Metode ekstraksi
dipilih sesuai dengan sifat senyawa tersebut.Fraksinasi merupakan tahap lanjutan
setelah proses ekstraksi. Fraksinasi adalah proses pemisahan komponen dalam
ekstrak berdasarkan polaritas dan afinitasnya. Fraksinasi memiliki prinsip like dissolve
like yang artinya pelarut dapat melarutkan suatu senyawa yang memiliki tingkat
kepolaran yang sama dengan pelarut tersebut.Fraksinasi terdiri dari berbagai metode,
yaitu kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, HPLC (High Performance
Liquid Chromatography), dan GC (Gas Chromatography).Pemurnian dan identifikasi
merupakan tahap akhir dalam proses isolasi senyawa bahan alam. Tujuan dari
pemurnian adalah untuk memisahkan senyawa dari pengotor nya sehingga isolat
yang dihasilkan memiliki nilai kemurnian yang tinggi. Teknik yang paling umum
dilakukan untuk pemurnian senyawa metabolit sekunder adalah kristalisasi atau
rekristalisasi.4Dengan demikian, diharapkan reviewartikel ini dapat memberikan
informasi ilmiah mengenai teknik analisis senyawa glikosida pada tanaman

2.2 Saponin

Saponin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam
tanaman. Menurut (Dumanau dkk, 2015) jenis senyawa ini tergolong kelompok komponen
organik yang memiliki kapasitas steroid yang baik. Semua organ tumbuhan seperti buah,
bunga, daun, batang dan akar dapat ditemukan senyawa metabolic sekunder saponin.
Struktur molekul saponin yang terdiri dari rangkaian atom C dan H membuat senyawa ini

15
memiliki aktivitas biologis sebagai anti bakteri yang pada umumnya diaplikasikan dalam
pembuatan sabun (Adawiyah, 2012). Saponin dapat dikembangkan dalam berbagai bidang
seperti bidang pertanian, industri kosmetik, sampo, makanan maupun obatobatan. Senyawa
saponin diaplikasikan dalam dunia obat-obatan karena diketahui memiliki aktifitas sebagai
obat antifungal, antibakteri serta anti tumor (Bintoro dkk, 2017). . Beberapa hasil penelitian
telah menunjukkan tentang peran saponin triperpenoid sebagai senyawa pertahanan alami
pada tanaman (Di Fabio et al., 2014), dan beberapa anggota saponin triterpenoid juga telah
diketahui memiliki sifat farmakologis yang menguntungkan (Shah et al., 2016). Lebih dari
11 macam saponin telah teridentifikasi seperti dammaranes, tirucallanes, lupanes, hopanes,
oleananes, taraxasteranes, ursanes, cycloartanes, lanostanes, cucurbitanes dan steroid.
Sedangkan saponin yang umum ditemukan dalam hijauan tanaman pakan ternak adalah
soyasapogenin, soyasapogenol, diosgenin, dioscin/protodioscin dan yamogenin. Saponin
memiliki berbagai macam sifat biologis seperti kemampuan hemolitik , aktivitas
antibakterial,antimolluska,aktivitas antivirus,aktivitas sitotoksik atau anti kanker, efek
hipokolesterolemiadan antiprotozoa . (Low, 2015).

2.2.1 Metode ekstraksi saponin

Saponin biasanya diekstrak menggunakan metode konvensional seperti maserasi.


Metode konvensional dinilai memiliki kekurangan dari segi efisiensi dan efektivitas. Salah
satu metode ekstraksi non-konvensional adalah ekstraksi berbantu ohmic heating
(pemanasan ohmik).

2.2.2 Scrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk


mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan alam. Skrining
fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan gambaran mengenai
kadnungan senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan diteliti.

16
2.2.3 Isolasi Senyawa Saponin

Metode pemisahan dan pemurnian senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan


adalah teknik yang telah mengalami perkembangan dalam beberapa tahun terakhir. Teknik
modern ini menawarkan kemampuan untuk menyejajarkan pengembangan dan ketersediaan
banyak metode bioassay canggih di satu sisi, dan menyediakan teknik isolasi, pemisahan,
dan pemurnian yang tepat di sisi lain. Tujuannya ketika mencari senyawa bioaktif adalah
menemukan metode yang tepat yang dapat menyaring bahan sumber untuk bioaktivitas
seperti antioksidan, antibakteri, atau sitotoksisitas, dikombinasikan dengan kesederhanaan,
spesifisitas, dan kecepatan. Metode in vitro biasanya lebih diinginkan daripada in vivo
karena eksperimen hewan mahal, membutuhkan lebih banyak waktu, dan rentan terhadap
kontroversi etis. Ada beberapa faktor yang membuat tidak mungkin untuk menemukan
prosedur atau protokol akhir untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi molekul bioaktif
tertentu. Ini bisa disebabkan oleh berbagai bagian (jaringan) di sebuah pabrik, banyak yang
akan menghasilkan senyawa yang sangat berbeda, di samping struktur kimia yang beragam
dan sifat fisikokimia dari phytochemicals bioaktif. Baik pemilihan dan pengumpulan bahan
tumbuhan dianggap sebagai langkah utama untuk mengisolasi dan mencirikan
phytochemical bioaktif. Langkah selanjutnya melibatkan pengambilan informasi ethno-
botani untuk membedakan molekul bioaktif yang mungkin. Ekstrak kemudian dapat dibuat
dengan berbagai pelarut untuk mengisolasi dan memurnikan senyawa aktif yang
bertanggungjawab untuk bioaktivitas. Teknik kromatografi kolom dapat digunakan untuk
isolasi dan pemurnian senyawa bioaktif. Instrumen yang dikembangkan seperti High
Pressure Liquid Chromatography (HPLC) mempercepat proses pemurnian molekul
bioaktif. Berbagai jenis teknik spektroskopi seperti UV-visible, Infrared (IR), Nuclear
Magnetic Resonance (NMR), dan spektroskopi massa dapat mengidentifikasi senyawa yang
telah dimurnikan. Banyak molekul bioaktif telah diisolasi dan dimurnikan dengan
menggunakan metode Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kolom. Metoe ini
masih banyak digunakan karena kenyamanan, ekonomi, dan ketersediaannya dalam
berbagai fase stasioner. silika, alumina, selulosa, dan poliamida paling banyak digunakan
untuk memisahkan senyawa kimia tumbuhan. Bahan-bahan tumbuhan mengandung

17
sejumlah besar fitokimia kompleks, yang membuat pemisahan yang baik menjadi sulit.
Oleh karena itu, meningkatkan polaritas menggunakan beberapa fase seluler berguna untuk
pemisahan bernilai tinggi. Kromatografi lapis tipis selalu digunakan untuk menganalisis
fraksi senyawa dengan kromatografi kolom. Kromatografi kolom gel silika dan
kromatografi lapis tipis (KLT) telah digunakan untuk pemisahan molekul bioaktif dengan
beberapa alat analisis.

18
BAB

III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil uji kualitatif melalui skrining fitokimia terhadap sampel Carica pubescens
Lenne & K. Koch menunjukkan bahwa sampel tersebut positif memiliki kandungan
alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol dan tannin, serta triterpenoid dan sappoin.
2. Hasil identifikasi senyawa karpain menunjukkan bahwa jenis alkaloid pada Carica
pubescens Lenne & K. Koch merupakan senyawa karpain yang memiliki berat
molekul sebesar 479 Da.

19

Anda mungkin juga menyukai