BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................2
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
1.3. Tujuan....................................................................................................................................3
1.4. Manfaat..................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................4
2.1 Glikosida.................................................................................................................................4
2.1.1 Klasifikasi Glikosida.......................................................................................................4
A. Glikosida alkohol (Alcoholic glycosides)...............................................................................5
B. Glikosida antraquinon (Anthraquinone glycosides)............................................................6
C. Glikosida Kumarin (Coumarin glycosides)...........................................................................6
D. Glikosida Kromon (Chromone glycosides)............................................................................6
E. Glikosida Sianogenik (Cyanogenic glycosides)......................................................................6
F. Glikosida flavonoid (Flavonoid glycosides)............................................................................7
G. Glikosida fenolik (Phenolic glycosides)..................................................................................7
2.1.2 Metode Ekstraksi Glikosida............................................................................................7
1. Kedde reaction..........................................................................................................................8
2. Baljet reagent............................................................................................................................8
3. Legal reagent............................................................................................................................8
2.1.3 Skrining Fitokimia Glikosida.......................................................................................12
2.1.4 Isolasi Glikosida............................................................................................................15
2.2 Saponin..................................................................................................................................15
2.2.1 Metode ekstraksi saponin..............................................................................................16
2.2.2 Scrining Fitokimia.........................................................................................................16
2.2.3 Isolasi Senyawa Saponin...............................................................................................17
BAB III PENUTUP........................................................................................................................19
A. Kesimpulan.........................................................................................................................19
1
BAB I
PENDAHULUAN
Glikosida adalah senyawa alami yang terdiri dari bagian karbohidrat dan bukan
karbohidrat. Bagian bahan karbohidrat yang paling banyak ditemukan adalah triterpen,
steroid, flavonoid, sedangkan molekul karbohidrat yang paling banyak ditemukan adalah
glukosa, galakosa, xilosa, dan arabinose. Monosakarida tersebut dapat terikat pada satu atau
lebih atom C pada bagian bukan karbohidrat. Kata glikosida bermakna karbohidrat atau
gula yang pada umumnya bersifat oksidator yang disebut dengan glikon, sedangkan bukan
gula disebut aglikon ikatan kimia bentukan glikosida mempunyai eter sehingga secara
kimiawi dalam proses pembentukannya selalu melepas air atau HO (Rijai. 2016). Saponin
merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen. Saponin steroid
tersusun atas inti steroid (27) dengan aglikon yang dikenal sebagai sataponin.
Isolasi adalah proses pengambilan dan pemisahan snyawa bahan ala dengan
menggunkan pelarut yang sesuai. Sejak abad ke-17 orang telah memisahkan berbagai jenis
senyawa dari sumber-sumber organic. Senyawa senyawa tersebut dapat berupa senyawa
metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder.Perkembangan zaman membuat ilmu
pengetahuan semakin berkembang, begitu pula dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan
begitu banyak senyawa-senyawa aktif alamiah yang dapat dimanfaatkan keberadaannya
untuk sarana pengobatan berbagai macam penyakit. Salah satu diantaranya adalah
glikosida.Glikosida banyak terdapat dalam alam. Glikosida merupakan salah satu
kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam
tanaman, glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang
mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar. Glikosida terdiri atas gabungan dua
bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk
ikatan berupa jembatan oksigen (O glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida,
adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida,
2
barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai
aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut
sebagai glikosida.
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Glikosida
Glikosida adalah suatu senyawa metabolit sekunder yang berikatan dengan senyawa
gula melalui ikatan glikosida. Glikosida memainkan peranan penting dalam sistem hidup
suatu organisme. Beberapa tumbuhan menyimpan senyawa-senyawa kimia dalam bentuk
glikosida yang tidak aktif.Senyawa-senyawa kimia ini akan dapat kembali aktif dengan
bantuan enzim hydrolase yang menyebabkan bagian gula putus, menghasilkan senyawa
kimiayang siap untuk digunakan. Beberapa glikosida dalam tumbuhan digunakanalam
pengobatan. Bagian gula suatu glikosida terikat pada atom C anomerik membentukikatan
glikosida. Glikosida dapat terikat oleh atom O- (O-gloikosida), N-(glikosida amin), S-
(thioglikosida), C-(C-glikosida). Bagian gula suatu glikosida disebut sebagai glikon, dan
bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Glikon dapat terdiri dari gula tunggal
(monosakarida) atau beberapa unit gula (oligosakarida). Amygdalin merupakan glikosida
yang pertama kali diidentifikasi oleh kimiawan berkebangsaan Perancis, Pierre Robiquet
dan Antoine Boutron-Charlard pada tahun 1830.Tumbuhan memiliki banyak jenis enzim
yang dapat membentuk dan memutus ikatan glikosida. Enzim paling dalam reaksi
pemutusan adalah glikosida hidroksilasi, dan enzim paling penting dalam sintesis glikosida
adalah glikosiltransferase
Glikosida diklasifikasikan berdasarkan jenis glikon, jenis aglikon dan jenis ikatan
glikosidanya
4
a. Klasifikasi berdasarkan glikon
Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah glukosa maka molekulnya dinamakan
sebagai glukosida,
Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah fruktosa maka molekulnyadinamakan
sebagai fruktosida,
Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah asam glukuronat maka molekulnya
dinamakan sebagai glukuronida dan sebagainya.
Dalam tubuh, senyawa racun seringkali terikat oleh asam glukuronat untuk
meningkatkan kelarutannya dalam air menghasilkan glukuronida yang dapat
tereksresikan dari dalam tubuh.
b. Klasifikasi berdasarkan ikatan glikosida.
Berdasarkan letak ikatan glikosida, di bawah atau di atas dari struktur datar molekul
gula, maka glikosida dapat diklasifikasikan sebagai alfa-glikosida(bawah) atau beta-
glikosida (atas). Beberapa enzim seperti alfa-amilase hanya dapat menghidrolisis ikatan-
alfa.
c. Klasifikasi berdasarkan aglikon
Contoh gloksida alkohol adalah salicin yang dapat ditemukan dalam genus Salix.
Salicin dalam tubuh diubah menjadi asam salisilat yang berkaitanerat dengan senyawa
aspirin yang memiliki efek analgesic, antipiretik, dan antiinflamasi.
5
B. Glikosida antraquinon (Anthraquinone glycosides)
Glikosida jenis ini mengandung gugus aglikon yang merupakan turunan antraquinon.
Glikosida jenis ini memiliki aktivitas laksatif (pencahar). Senyawa ini banyak ditemukan
dalam semua tumbuhan dikotil. Glikosida ini juga ditemukan dalam tumbuhan monokotil
yaitu pada family Liliaceae. Aloin merupakan contoh glikosida turunan antrakuinon.
Contoh dari glikosia kumarin adalah apterin yang dilaporkan memiliki aktivitas
melebarkan arteri koroner serta memblokir saluran kalsium. Glikosida coumarin lainnya
diperoleh dari daun kering tumbuhan Psoralea corylifolia.
6
lotaustralin), talas, gadung, kacang koro (Mucuna pruriens). Amygdalin dan senyawa
sintetis turunan laetrile diketahui memiliki potensi sebagai obat untuk penyakit kanker.
Aglikon jenis glikosida ini adalah flavonoid. Contoh glikosida flavonoid diantaranya
adalah: Hesperidin (aglikon: Hesperetin, glikon: Rutinose)
a. Glikosida jantung
Contoh :
Senyawa glikosida jantung tidak larut dalam pelarut non polar.
Pada tumbuhan, lipid dan pigmen dihilangkan dengan ekstraksi memakai ethano atau
dengan pengendapan menggunakan ethano hidroksida. Kemudian senyawa glikosida
jantung paling cocok diekstraksi memakai etanol 70-95% dan ethanol panas
(Robinson,1995).
7
Cara yang digunakan tergantung pada kerumitan struktur glikosida yang terdapat pada
tumbuhan. Misalnya:
• Glikosida jantung jenis Strophanthus dapat dipisahkan dengan KLT satu arah pada
silika gel dengan pengembang etil asetat-piridina-air (5:1:4).
• Pemisahan kardenolida dalam Digitalis purpurea dilakukan dengan KLT dua arah
menggunakan etil asetat-metanol-air (16:1:1) dan kloroform:piridina (6:1)
1. Kedde reaction
3. Legal reagent
8
larutan II pada saat bersamaan. Glikosida jantung diidentifikasi dengan adanya warna
merah, sedangkan warna pink/merah jambu untuk α-β unsaturared lakton dan beberapa β-
Υ lakton.
• pH harus selalu dikontrol karena mereka mungkin berisomerisasi pada larutan basa
b. Glikosida Sianogenik
• Glikosida sianogenik adalah glikosida yang ketika dihidrolisis kan terurai menjadi
bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN).
• Meskipun mengandung nitrogen, tetapi strukturnya sebagai glikosida adalah O-
glikosida dan bukan N-glikosida.
• Bagian gulanya seperti gentiobiosa atau visianosa.
9
dengan NaHCO3 dan disaring, setelah dikeringkan kertas dapat disimpan
lama.
c. Glukosinolat
Contoh : a. sinalbin dari biji mustard putih (Sinapis alba) dan sinigrin dari biji
mustard hitam (Brassica nigra). Sinigrin dan mirosin setelah maserasi
ditemukan minyak atsiri 1,3% di dalamnya ada alil isotiosianat,
minyak lemak.
b. Glikosinolat juga terdapat dalam Alii sativi bulbus
10
d. glikosida Triterpen (SAPONIN)
• Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin (dapat berupa
tipe steroid dan tipe triterpenoid).
• Saponin memiliki bobot molekul yang tinggi.
• Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloid
dengan air yang apabila digojog akan menimbulkan buih yang stabil.
• Saponin mampu menyebabkan hemolisis darah, bersifat racun bagi hewan, dan
banyak digunakan sebagai racun ikan.
• Pada tumbuhan yang banyak mengandung saponin, sukar untuk memekatkan ekstrak
alkohol-air dengan baik, walaupun digunakan penguap putar (rotary evaporator).
• Uji saponin sederhana adalah dengan mengocok ekstrak alkohol-air dari tumbuhan
dalam tabung reaksi dan diperhatikan pembentukan buih yang tahan lama pada
permukaan cairan.
• Saponin juga dapat diperiksa dalam ekstrak kasar berdasarkan kemampuan
menghemolisis darah.
• Saponin jauh lebih polar dibanding sapogenin, sehingga pemisahan dan deteksi
mudah dilakukan dengan metode KLT dan pengukuran spektrum.
• Uji sapogenin : jaringan kering tumbuhan dihidrolisis dengan HCl 1 M selama 2-6
jam, lalu dinetralkan, dikeringkan, diekstraksi dengan eter minyak bumi. Ekstrak
diuapkan sampai kering dan residunya dilarutkan dalam kloroform lalu ditentukan
spektrum inframerahnya.
• Larutan itu dipekatkan, lalu di KLT pada silika gel dengan salah satu pengembang,
seperti aseton-heksana (4:1), kloroform-karbon tetraklorida-aseton (2:2:1), CHCl3-
Me2CO (4:1), CHCl3-EtOAc (1:1), atau heksana-Me2CO (4:1).
• Selanjutnya sapogenin dideteksi dengan pereaksi semprot antimon klorida dalam HCl
pekat dan dipanaskan pada suhu 110 °C selama 10 menit, hasil positif berupa bercak
berwarna merah jambu sampai ungu.
11
e. glikosida antrakunion
Prosedur: Ditimbang 3 gram serbuk simplisia atau bahan tumbuhan segar, kemudian
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer, ditambahkan 30 ml campuran etanol 96% - air (7:3),
ditambahkan asam sulfat pekat hingga diperoleh pH larutan 2, kemudian direfluks dengan
12
memakai pendingin bola selama 10 menit, kemudian didinginkan, lalu disaring. Diambil 20
ml filtrat kemudian ditambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, kemudian
dikocok lalu didiamkan selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat diekstraksi 3 kali,
masing-masing dengan 20 ml campuran pelarut kloroform – isipropanol (3:2) kemudian
akan diperoleh dua lapisan, kumpulkan masing-masing sari (sari air dan sari pelarut
organik). Pada kumpulan sari pelarut organik ditambahkan natrium sulfat anhidrat,
kemudian disaring, lalu filtrat diuapkan pada sushu tidak lebih dari 50 0C. Sisa penguapan
dilarutkan dengan 2 ml metanol.
Dimasukkan sari air kedalam tabung reaksi, kemudian diuapkan diatas penangas air. Pada
sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes LP Molisch. Ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat
pekat, maka akan terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan, reaksi ini
menunjukkan adanya ikatan gula.
Diuapkan sari lari pelarut organik diatas penangas air, kemudian dilarutkan sisa penguapan
dengan 5 tetes asam asetat anhidrida, kemudian ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat,
maka terjadi warna biru, hijau, merah ungu, dan ungu (pereaksi Lieberman-Burchard)
(MMI jilid VI, 1995).
Prosedur: Timbang 10 gram bahan dihaluskan dalam lumpang dan dilembabkan dengan
sedikit air (air jangan berlebihan), dimasukkan kedalam erlenmeyer. Kertas saring yang
telah dibasahi dengan larutan asam pikrat diselipkan dengan bantuan gabus pada mulut
erlenmeyer. Kemudian dibiarkan terkena sinar matahari (diletakkan dekat jendela).
Timbulnya warna merah pada kertas saring menunjukkan adanya glikosida sianogenik.
13
Catatan: uji ini didasarkan pada pelepasan gas HCN dari glikosida sianogenik jika terjadi
hidrolisis.
a. Ditimbang 5 gram bagian dalam/lendir dai tanaman lidah buaya, dihaluskan dan
ditambahkan 100 ml air dengan pemanasan. Kemudian disring, dinginkan. Diambil 5 ml
sari kemudian kedalamnya ditambahkan 1 ml HCl pekat. Dipanaskan dengan mencelupkan
dipenangas air selama 15 menit. Kemudian didinginkan. Dikocok dengan 5 ml CCl4
dikocok dengan 3 ml larutan amonia encer. Lapisan amonia berwarnamerah jambu
menunjukkan adanya antrakuinon.
b. Sebanyak 200 mg bahan ditambahkan 2ml larutan FeCl3 dan 8 ml air serta 5 ml HCl
pekat,dididihkan 5 menit, dinginkan. Ditambahkan 5 ml benzen, dikocok, dibiarkan lapisan
benzen memisah, dicuci 2 kali dengan masing-masing 2 ml air sampai lapisan benzen
berwarna kuning. Ditambahkan 2 ml NaOH 2N dan dikocok. Lapisan benzen
tidakberwarna dan lapisan air berwarna merah menunjukkan adanya antrakuinon.
14
sampai 2 ml NaOH 2N, didiamkan, lapisan air berwarna merah intensif dan lapisan benzen
tidak berwarna.
2.2 Saponin
Saponin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam
tanaman. Menurut (Dumanau dkk, 2015) jenis senyawa ini tergolong kelompok komponen
organik yang memiliki kapasitas steroid yang baik. Semua organ tumbuhan seperti buah,
bunga, daun, batang dan akar dapat ditemukan senyawa metabolic sekunder saponin.
Struktur molekul saponin yang terdiri dari rangkaian atom C dan H membuat senyawa ini
15
memiliki aktivitas biologis sebagai anti bakteri yang pada umumnya diaplikasikan dalam
pembuatan sabun (Adawiyah, 2012). Saponin dapat dikembangkan dalam berbagai bidang
seperti bidang pertanian, industri kosmetik, sampo, makanan maupun obatobatan. Senyawa
saponin diaplikasikan dalam dunia obat-obatan karena diketahui memiliki aktifitas sebagai
obat antifungal, antibakteri serta anti tumor (Bintoro dkk, 2017). . Beberapa hasil penelitian
telah menunjukkan tentang peran saponin triperpenoid sebagai senyawa pertahanan alami
pada tanaman (Di Fabio et al., 2014), dan beberapa anggota saponin triterpenoid juga telah
diketahui memiliki sifat farmakologis yang menguntungkan (Shah et al., 2016). Lebih dari
11 macam saponin telah teridentifikasi seperti dammaranes, tirucallanes, lupanes, hopanes,
oleananes, taraxasteranes, ursanes, cycloartanes, lanostanes, cucurbitanes dan steroid.
Sedangkan saponin yang umum ditemukan dalam hijauan tanaman pakan ternak adalah
soyasapogenin, soyasapogenol, diosgenin, dioscin/protodioscin dan yamogenin. Saponin
memiliki berbagai macam sifat biologis seperti kemampuan hemolitik , aktivitas
antibakterial,antimolluska,aktivitas antivirus,aktivitas sitotoksik atau anti kanker, efek
hipokolesterolemiadan antiprotozoa . (Low, 2015).
16
2.2.3 Isolasi Senyawa Saponin
17
sejumlah besar fitokimia kompleks, yang membuat pemisahan yang baik menjadi sulit.
Oleh karena itu, meningkatkan polaritas menggunakan beberapa fase seluler berguna untuk
pemisahan bernilai tinggi. Kromatografi lapis tipis selalu digunakan untuk menganalisis
fraksi senyawa dengan kromatografi kolom. Kromatografi kolom gel silika dan
kromatografi lapis tipis (KLT) telah digunakan untuk pemisahan molekul bioaktif dengan
beberapa alat analisis.
18
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil uji kualitatif melalui skrining fitokimia terhadap sampel Carica pubescens
Lenne & K. Koch menunjukkan bahwa sampel tersebut positif memiliki kandungan
alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol dan tannin, serta triterpenoid dan sappoin.
2. Hasil identifikasi senyawa karpain menunjukkan bahwa jenis alkaloid pada Carica
pubescens Lenne & K. Koch merupakan senyawa karpain yang memiliki berat
molekul sebesar 479 Da.
19