Anda di halaman 1dari 15

SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA KRIM TABIR SURYA

GOLONGAN KELOMPOK : Krim Tabir Surya


TANGGAL DISKUSI : 23 November – 30 November
DOSEN PEMBIMBING : apt. Arif Wijiyanto, M. Farm
NAMA ANGGOTA : Atary Anggita Putri (2061B0042)

PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FAKAR
IIK STRADA INDONESIA
2021
TINJAUAN BAHAN AKTIF
Bahan Aktif Karateristik Fisiko-Kimia
Oxybenzone Pemerian : Serbuk berwarna putih ke putih pudar atau
Sinonim : Benzofenon-3 kuning muda dan memiliki bau yang lemah
C14H12O3 Kelarutan :
BM : 228.24 g/mol - Mudah larut dalam sebagian besar pelarut organik;
(PubChem.com) larut bebas dalam alkohol dan toluena; praktis tidak
larut dalam air. (PubChem.com)
- Mudah larut dalam alkohol dan
toluene. Praktis tidak larut dalam
air. (Martindale, 36th edition, hal
1608)
Titik Lebur : 66,5˚C
Stabilitas : Umur simpan : minimal 2 tahun; stabilitas
dalam air suling : setidaknya 96 jam; Stabilitas di DMSO :
setidaknya 4 jam; Stabilitas minyak jagung: minimal 10
hari ; Stabilitas dalam aseton : setidaknya 3 minggu;
Stabilitas dalam lotion berminyak minimal 3 minggu.
Penyimpanan :
- Simpan di wadah yang tertutup
rapat ditempat yang kering dan
berventilasi baik
- Simpan dibawah 40˚C ( 104 ˚ F)
sebaiknya antara 15 – 30 ˚ C ( 59
dan 86˚ F ), kecuali ditentukan oleh
pabrik

Oktil Metoksisinamat Pemerian : Cairan berwarna kuning pucat, hingga cairan


C18H26O3 kental berwarna kuning muda dan praktis, tidak berbau
BM:290.4 g/mol Kelarutan :
(PubChem.com) - Dapat larut dalam alkohol,
propylene glycol monomyristate,
dan berbagai minyak
(PubChem.com)
- Tidak dapat larut dalam air, sedikit
larut dalam lemak cair, dan dapat
larut dalam alkohol (Martindale,
36th edition, hal 1608)
Titik Lebur : -25˚C
Stabilitas : Stabil pada pH 7,1
Penyimpanan : Simpan didalam wadah kedap udara pada
suhu 8˚ - 15 ˚C

Titanium Dioksida Pemerian : Serbuk non higroskopis berwarna putih, amorf,


TiO2 tidak berbau dan tidak berasa (HPE 6th hal 741)
BM : 79.87 g/mol Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam sulfat encer,
(PubChem.com) asam klorida, asam nitrat, pelarut organik dan air. Larut
dalam asam fluorida dan asam sulfat pekat panas.
Kelarutan tergantung pada peleburan panas
sebelumnya;pemanasan yang lama menghasilkan bahan
yang kurang larut (HPE 6th hal 741)
Titik Lebur : 1.843 ˚ C (Wikipedia)
Stabilitas : Titanium dioksida sangat stabil pada suhu
tinggi. Hal ini disebabkan oleh ikatan yang kuat antara ion
titanium tetravalen dan ion oksigen bivalen. Namun,
titanium dioksida dapat kehilangan oksigen dalam jumlah
kecil yang tidak dapat dibandingkan dengan interaksi
dengan energi radiasi. Oksigen ini dapat dengan mudah
bergabung kembali sebagai bagian dari reaksi fotokimia
yang dapat dibalik, terutama jika tidak tersedia bahan yang
dapat teroksidasi. Kehilangan oksigen kecil ini penting
karena dapat menyebabkan perubahan signifikan pada sifat
optik dan listrik pigmen. ((HPE 6th hal 741)
Penyimpanan : Harus disimpan di dalam wadah tertutup
baik, terlindung dari cahaya , di tempat sejuk dan kering.
(HPE 6th hal 741)

Bahan aktif terpilih :


- Benzofenol-3
- Oktil metosisinamat
- Titanium dioksida
Alasan :
1. Merupakan kombinasi yang tepat untuk krim tabir surya, yaitu golongan pemblok fisik
dengan golongan penyerap kimia sehingga diharapkan diperoleh sediaan krim dengan
nilai SPF yang tinggi dan melindungi kulit dari sinar UV dengan optimal.
TINJAUAN FARMAKOLOGI

Sinar ultraviolet (UV) memiliki dampak buruk, yaitu sinar UV-A mampu menyebabkan
pigmentasi pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan terlebih dahulu dan sinar UV-B dapat
menginduksi eritema , melanogenesis, kerusakan DNA, dan karsinoma sel skuomosa. Dengan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh sinar matahari tersebut, maka diperlukan adanya suatu
perlindungan tabir surya.
Tabir surya dibagi menjadi dua, yaitu pemblok fisik dan penyerap kimia. Tabir surya pemblok
fisik bekerja memantulkan sinar UV, sedangkan tabir surya penyerap kimia bekerja menyerap
sinar UV. Contoh tabir surya pemblok fisik, seperti titanium dioksida (TiO2 ), zink oksida
(ZnO), kaolin, talk, dan magnesium oksida (MgO). Tabir surya penyerap kimia terbagi menjadi
2, yaitu antiUV-A dan antiUV-B. Contoh senyawa tabir surya antiUV-A yaitu benzofenon-3
dan avobenzon, sedangkan untuk senyawa tabir surya antiUV-B yaitu oktil metoksisinamat dan
oktil salisilat. (Viddy et,al. 2018)
Titanium dioksida dapat mencegah gangguan kulit karena sinar UV matahari dengan mekanisme
mengurangi penetrasi sinar ultraviolet (UV) melalui epidermis dengan menyerap radiasi UV
dalam rentang panjang gelombang tertentu. Jumlah dan panjang gelombang radiasi UV yang
diserap dipengaruhi oleh struktur molekul agen tabir surya. (PubChem.com)
Benzofenon-3 digunakan sebagai agen tabir surya. Benzofenon-3 menyerap sinar UV-B dan UV-
A II, menghasilkan eksitasi fotokimia dan penyerapan energi. Setelah kembali ke keaddan dasar,
energi yang diserap menghasilkan emisi radiasi panjang gelombang yang lebih panjang dan
penurunan penetrasi radiasi pada kulit sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan DNA.
(PubChem.com). Konsentrasi maksimum benzofenon-3 yang diperbolehkan oleh FDA yaitu
6%.
Oktil Metoksisinamat merupakan bahan umum dalam tabir surya untuk meminimalisir kerusakan
foto DNA. Oktil Metoksisinamat digunakan sebagai filter UV-B organik yang menyerap snar
UV-B dari matahari. (PubChem.com)
Kombinasi jenis tabir surya pemblok fisik dengan penyerap kimia mampu meningkatkan nilai
SPF serta memperluas perlindungan terhadap sinar matahari, serta meminimalkan degradasi
dalam stabilitas sediaan tabir surya karena paparan sinar UV.
TINJAUAN BENTUK SEDIAAN

Bentuk sediaan : Krim


1. Definisi Krim
 Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat, berupa emulsimengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untukpemakaian luar.
 Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat mengandung satu ataulebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai.
 Menurut Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa
emulsi kentalmengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untukpemakaian luar.Secara tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan
setengah padatyang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi
airdalam minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a).
2. Penggolongan Krim
Ada dua tipe krim, yaitu:
 Tipe a/m , yaitu air terdispersi dalam minyak.
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
memberikanrasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih,
berwarna putih danbebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam
jumlah besar.
 Tipe m/a , yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksudmembersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream
sebagaipelembab ( moisturizing ) meninggalkan lapisan berminyak/film pada
kulit.

Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae,
kolsterol dan cera.
Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti
trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu
juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc
dan emulygidum.
Kestabilan krim akan terganggu/rusak jika sistem campurannya terganggu,
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang
disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya
tidak tercampurkan satu sama lain.
3. Bahan-Bahan Penyusun Krim
 Formula dasar krim, antara lain:

a. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh: asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
b. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh: Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/TEA, NaOH, KOH,
Na2C03, Gliserin, Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril
sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/Tween, Span dan sebagainya)

 Bahan bahan penyusun krim, antara lain :


a. Zat berkhasiat
b. Minyak
c. Air
d. Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis
dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat
digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol,
trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG.
 Bahan tambahan
a. Zat pengawet
Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan
untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya
kontaminasi mikroorganisme. Karena pada sediaan krim mengandung fase air
dan lemak maka pada sediaan ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh
karena itu perlu penambahan zat yang dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Zat pengawet yang digunakan umumnya metil
paraben 0.12% sampai 0,18% atau propil paraben 0,02%-0,05%
b. Pendapar
Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga
stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif
c. Pelembab
Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan
untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan
menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan
lebih efektif. Contoh zat tambahan ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol.
d. Pengompleks (sequestering)
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat
membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan,
timbul pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang
kurang baik. Contoh : Sitrat, EDTA, dsb.
e. Anti Oksidan
Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat
oksidasi oleh cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi.
f. Peningkat Penetrasi
Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang
terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat
dermal (kulit
4. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Krim
a. Kelebihan sediaan krim, yaitu :
- Mudah menyebar rata
- Praktis
- Mudah dibersihkan dan dicuci
- Cara kerja secara lokal
- Tidak lengket terutama tipe m/a
- Memberikan rasa dingin (cold cream)
b. Kekurangan sediaan krim, yaitu :
- Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan
panas
- Gampang pecah disebabkan formula yang tidak pas
- Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan karena perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase
secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya
tidak tersatukan.

5. Metode Pembuatan Krim


a. Metode Peleburan
Metode peleburan dilakukan dengan cara semua atau beberapa komponen dari
sediaan krim yang dicairkan dicampurkan menjadi satu untuk kemudian
dilebur bersama. Kemudian campuran didinginkan dengan melakukan
pengadukan secara konstan hingga campuran mengental. Untuk komponen
sediaan krim yang tidak dicairkan ditambahkan pada saat pengadukan, yang
ditambahkan sedikit demi sedikit dengan melihat konsistensi krim, jika krim
dikira konsistensinya sudah cukup maka dapat dihentikan
penambahanya.Komponen sediaan krim yang mudah menguap ditambahkan
terakhir bilasuhu dari campuran sudah rendah sehingga tidak menyebabkan
penguapan dari komponen tersebut. Komponen krim yang berbentuk serbuk
digerus terlebih dahulu dengan sebagian basis, kemudian dicampurkan dengan
komponen krim yang lainnya.
b. Metode Emulsifikasi
Metode emulsifikasi digunakan untuk pembuatan sediaan krim dengan tipe
minyak dalam air (O/W). Metode pembuatannya membutuhkan suatu
surfaktan untuk mengurangi tegangan permukaan dari campuran sediaan krim.
Penambahan surfaktan dimaksudkan agar campuransediaan krim homogen
dengan mudah terpisah kebali menjadi dua fae minyak dan air setelah
beberapa saat.
BAHAN TAMBAHAN

BASIS
Nama bahan Sifat dan Karakteristik Penggunaan
Asam Stearat - Serbuk putih, Sebagai basis krim dengan
(HPE 6th, p. 697) kekuningan/putih, bau kuat konsentrasi 1-20%
- TL : 60 - 70˚C
- Mudah larut dalam benzena,
CCl4, CHCl3, dan eter. Larut
dalam etanol 95%, heksana
dan propilen glikol. Praktis
tidak larut air

EMULGATOR
BAHAN SIFAT FISIKA KETERANGAN PENGGUNAAN
KIMIA
Setil Alkohol Berupa lilin, Inkompatibilitas : Sebagai emulgator
(HPE hal. 155) serpihan putih, atau tidak kompatibel pada konsentrasi 2-
butiran. Memiliki bau dengan oksidator 5%
khas yang samar dan kuat. Setil alkohol
tidak berasa. dapat menurunkan
titik leleh ibprofen,
Titik lebur : 45˚-50˚ sehingga
C menyebabkan lengket
selama proses
Kelarutan : mudah pelapisan film kristal
larut dalam etanol ibuprofen
(95%) dan eter,
kelarutan meningkat
dengan meningkatnya
suhu;praktis tidak
larut dalam air. Dapat
bercampur jika
dilebur dengan
lemak, parafin cair
dan padat, dan
isopropil miristat
Trietanolamin Cairan kental Trietanolamin akan Sebagai emulgator
(HPE hal 697) berwarna bening, bereaksi dengan asam
tidak berwarna mineral membentuk
sampai kuning pucat garam kristal dan
dengan sedikit bau ester. Dengan asam
amoniak lemak yang lebih
tinggi, trietanolamin
Titik lebur : 20˚-21˚C membentuk garam
yang larut dalam air
Kelarutan : larut dan meiliki
dalam acetone, karakteristik sabun.
carbon tetrachloride, Trietanolamin juga
benzene, methanol akan bereaksi dengan
dan air. Agak sukar tembaga membentuk
larut dalam ethyl eter garam kompleks.
Perubahan warna dan
pengendapan dapat
terjadi dengan adanya
logam berat .
Trietanolamin dapat
berekasi dengan
pereaksi seperti ionil
klorida untuk
menggantikan gugus
hidroksil dengan
halogen. Produk dari
reaksi ini sangat
beracun, menyerupai
mustard nitrogen
lainnya.
Tween 80 Berbau khas, hangat, Inkompatibilitas : Emulsifing agent
(Rowe, et al, 2009) agak berasa pahit. perubahan warna Digunakan banyak
Pada dan / atau pada emulsi o/w 1-
suhu 250C berbentuk pengendapan 15%
cairan berwarna dengan Kombinasi dengan
kuning. berbagai hidrofilik emulsifier
pH : 6,0 – 8,0 dalam bahan khususnya pada emulsi o/w 1-
5% fenol, tanin. 10%
w/v aquaeous Dengan
solution. pengawet
Kelarutan : larut paraben
dalam golongan
air dan etanol, tidak polisorbat
larut dalam minyak menurunkan
mineral dan minyak aktivitas
sayur ( tumbuhan ) antimikroba.
HLB : 15,0

BAHAN TAMBAHAN LAIN


BAHAN SIFAT FISIKA KIMIA KETERANGAN PENGGUNAAN
Asam Glikolat Berwarna putih atau ` Sebagai antioksidan
(HPE hal 697) agak kuning glossy, dan dapat menunjang
berupa kristal padat kerja tabir surya UV-
atau bubuk putih atau B pada konsentrasi
putih kekuningan 2%
putih kekuningan.
Memiliki sedikit bau
(dengan ambang bau
20 ppm) dan rasa
seperti lemak

Titik lebur : 75˚C

Kelarutan : Mudah
larut dalam benzena,
tetraklorida,
kloroform dan eter;
larut dalam etanol
(95%), heksana dan
propilen glikol;
praktis tidak larit
dalam air
Sorbitol Tidak berbau, putih Sorbitol secara Sebagai humektan
(HPE hal 679) atau hampir tidak kimiawi relatif (melembabkan)
berwarna, kristal, lembab dan
bubuk higroskopis. kompatibel dengan
Empat polimorf kebanyakan eksipien
kristal dan satu
bentuk amorf sorbitol
telah diidentifikasi
yang memiliki sifat
fisik yang sedikit
berbeda. Misal titik
lebur

Titik lebur : 95˚C

Kelarutan : sangat
mudah larut dalam
air, sukar larut dalam
etanol (95%), dalam
metanol dan asam
asetat
Simetikon Cairan kental Simetikon yang Sebagai anti foaming
(HPE hal 619) berwarna abu-abu tersedia umumnya agent
yang tembus cahaya. tidak kompatibel
Kelarutan : praktis dengan air dan akan
tidak larut dalam mengapung seperti
etanol (95%) dan air. minyak pada
Pada fase cair larut formulasi kecuali
dalam benzena, yang pertama
kloroform dan eter. diemulsi. Ini tidak
boleh digunakan
dalam formulasi atau
pemrosesan pada
kondisi yang sangat
asam (dibawah pH 3)
atau sangat basa
(diatas pH 10) karena
kondisi ini mungkin
memiliki
kecenderungan
memecahkan polimer
polidimetilsiloksan

RANCANGAN FORMULASI

Pembagian
Bahan Kadar
Kontrol + Kontrol - Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3
Benzofenon-3 2 2 2 2 2 %
Oktilmetoksi-
7 7 7 7 7 %
sinamat
Titanium dioksida 2 2 2 2 2 %
Asam glikolat 2 2 2 2 2 %
Setil alkohol 2 2 2 2 2 %
Asam stearat 14 0 12 10 8 %
Trietanolamin 1 1 1 1 1 %
Sorbitol 3 3 3 3 3 %
Tween 80 2 2 2 2 2 %
Simetikon 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 %
Aquadest ad 10 ad 10 ad 10 ad 10 ad 10 %

Perbedaan konsentrasi asam stearat sebagai basis dalam rancangan formulasi tersebut bertujuan
untuk mengetahui nilai optimum dari asam stearat untuk mendapatkan sediaan krim dengan sifat
fisik dan stabilitas yang baik dan sesuai.
FORMULASI KONTROL +

Benzofenon-3 0,2
Oktilmetoksi-sinamat 0,7
Titanium dioksida 0,2
Asam glikolat 0,2
Setil alkohol 0,2
Asam stearat 1,4
Trietanolamin 0,1
Sorbitol 0,3
Tween 80 0,2
Simetikon 0,01
Aquadest ad 10 – 3,51 = 6,49

Metode kerja :
1. Menyetarakan timbangan dan menyiapkan alat yang diperlukan
2. Membuat fase minyak dengan cara menimbang
- benzofenon-3 0,2 gram,
- oktil metoksisinamat 0,7 gram,
- asam stearat 1,4 gram,
- setil alkohol 0,2 gram
- simetikon 0,01 gram
kemudian masukkan semua bahan tersebut ke dalam cawan porselen dan dipanaskan di
waterbath ad melebur
3. Membuat fase air denga cara menimbang :
- trietanolamin 0,1 gram,
- tween 80 0,2 gram,
- sorbitol 0,3 gram
- mengukur aquadest 64,9ml
kemudian masukkan ke dalam cawan porselen dan dipanaskan di atas waterbath ad
homogen
4. Memanaskan mortir
5. Masukkan fase minyak dan fase air kedalam mortir kemudian aduk ad terbentuk masa
krim
6. Menimbang titanium dioksida 0,2 gram dan asam glikolat 0,2 gram, kemudian masukkan
kedalam mortir gerus ad homogen
7. Dimasukkan kedalam pot krim

EVALUASI SEDIAAN KRIM

1. Pengujian Organoleptis
Dilakukan dengan pengamatan visual yaitu warna, bentuk, tekstur, dan bau.
2. Pengujian tipe krim
Dilakukan dengan memberikan reagen metilen blue kemudian diamati di bawah
mikroskop
3. Pengujian pH
Dilakukan dengan mengukur pH masing-masing formula sediaan krim tabir surya dengan
menggunakan alat pH meter digital
4. Pengujian Homogenitas
Dilakukan dengan cara mengoleskan krim diatas gelas objek. Sejumlah tertentu dioleskan
pada gelas objek dan kemudian diamati secara visual.
5. Pengujian Viskositas
Dilakukan menggunakan alat viskotester VT 04
6. Pengujian Daya Sebar
Dilakukan menggunakan alat ekstensometer. Kemudian hasil penyebaran yang didapat
dicatat melalui 4 sisi. Diameter krim yang diharapkan yaitu 5-7cm
7. Pengujian SPF secara in vitro
Dilakukan dengan menggunakan sediaan krim tabir surya dengan konsentrasi 20 ppm.
Larutan dalam kuvet tebal 1 cm diamati dengan spektofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang 290-400 nm dengan rentang pengamatan sebesar 1 nm.
8. Pengujian % transmisi eritema
Dilakukan menggunakan sediaan krim tabir surya dengan konsentrasi 20 ppm dalam
pelarut isopropanol. Larutan dalam kuvet tebal 1 cm diamati dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 292,5-337,5 nm dengan rentang pengamatan sebesar 5
nm
9. Pengujian % transmisi pigmentasi
Dilakukan menggunakan sediaan krim tabir surya dengan konsentrasi 20 ppm dalam
pelarut isopropanol. Larutan dalam kuvet tebal 1 cm diamati dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 332,5-372,5 nm dengan rentang pengamatan sebesar 5
nm

Daftar Pustaka
Diah Safitra, D. I. S., 2014. Pengaruh Konsentrasi Asam Stearat Terhadap Karakteristik Sediaan
dan Pelepasan Krim Kurkumin. Jurnal Pharmascience, Volume 1, pp. 14-17.
Dina Rahmawanty, N. A. D. I. S., 2020. Pengaruh Konsentrasi Asam Stearat Terhadap Aktivitas
Antioksidan Lotion Tanaman Bangkal. Farmasains, Volume 7.
Viddy Agustin R, W. D. L. A., 2018. Optimasi Titanum dioksida dan Asam Glikolat Dalam krim
Tabir Surya Kombinasi Benzofenon-3 dan Oktil Metoksisinamat. Jurnal Farmasi Indonesia,
Volume 15, p. 01.
Anonim, Materi sediaan krim farmasi. Diakses pada 30 November 2021 pukul 20.00 WIB
https://biofar.id/krim/

Anda mungkin juga menyukai