PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FAKAR
IIK STRADA INDONESIA
2021
TINJAUAN BAHAN AKTIF
Bahan Aktif Karateristik Fisiko-Kimia
Oxybenzone Pemerian : Serbuk berwarna putih ke putih pudar atau
Sinonim : Benzofenon-3 kuning muda dan memiliki bau yang lemah
C14H12O3 Kelarutan :
BM : 228.24 g/mol - Mudah larut dalam sebagian besar pelarut organik;
(PubChem.com) larut bebas dalam alkohol dan toluena; praktis tidak
larut dalam air. (PubChem.com)
- Mudah larut dalam alkohol dan
toluene. Praktis tidak larut dalam
air. (Martindale, 36th edition, hal
1608)
Titik Lebur : 66,5˚C
Stabilitas : Umur simpan : minimal 2 tahun; stabilitas
dalam air suling : setidaknya 96 jam; Stabilitas di DMSO :
setidaknya 4 jam; Stabilitas minyak jagung: minimal 10
hari ; Stabilitas dalam aseton : setidaknya 3 minggu;
Stabilitas dalam lotion berminyak minimal 3 minggu.
Penyimpanan :
- Simpan di wadah yang tertutup
rapat ditempat yang kering dan
berventilasi baik
- Simpan dibawah 40˚C ( 104 ˚ F)
sebaiknya antara 15 – 30 ˚ C ( 59
dan 86˚ F ), kecuali ditentukan oleh
pabrik
Sinar ultraviolet (UV) memiliki dampak buruk, yaitu sinar UV-A mampu menyebabkan
pigmentasi pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan terlebih dahulu dan sinar UV-B dapat
menginduksi eritema , melanogenesis, kerusakan DNA, dan karsinoma sel skuomosa. Dengan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh sinar matahari tersebut, maka diperlukan adanya suatu
perlindungan tabir surya.
Tabir surya dibagi menjadi dua, yaitu pemblok fisik dan penyerap kimia. Tabir surya pemblok
fisik bekerja memantulkan sinar UV, sedangkan tabir surya penyerap kimia bekerja menyerap
sinar UV. Contoh tabir surya pemblok fisik, seperti titanium dioksida (TiO2 ), zink oksida
(ZnO), kaolin, talk, dan magnesium oksida (MgO). Tabir surya penyerap kimia terbagi menjadi
2, yaitu antiUV-A dan antiUV-B. Contoh senyawa tabir surya antiUV-A yaitu benzofenon-3
dan avobenzon, sedangkan untuk senyawa tabir surya antiUV-B yaitu oktil metoksisinamat dan
oktil salisilat. (Viddy et,al. 2018)
Titanium dioksida dapat mencegah gangguan kulit karena sinar UV matahari dengan mekanisme
mengurangi penetrasi sinar ultraviolet (UV) melalui epidermis dengan menyerap radiasi UV
dalam rentang panjang gelombang tertentu. Jumlah dan panjang gelombang radiasi UV yang
diserap dipengaruhi oleh struktur molekul agen tabir surya. (PubChem.com)
Benzofenon-3 digunakan sebagai agen tabir surya. Benzofenon-3 menyerap sinar UV-B dan UV-
A II, menghasilkan eksitasi fotokimia dan penyerapan energi. Setelah kembali ke keaddan dasar,
energi yang diserap menghasilkan emisi radiasi panjang gelombang yang lebih panjang dan
penurunan penetrasi radiasi pada kulit sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan DNA.
(PubChem.com). Konsentrasi maksimum benzofenon-3 yang diperbolehkan oleh FDA yaitu
6%.
Oktil Metoksisinamat merupakan bahan umum dalam tabir surya untuk meminimalisir kerusakan
foto DNA. Oktil Metoksisinamat digunakan sebagai filter UV-B organik yang menyerap snar
UV-B dari matahari. (PubChem.com)
Kombinasi jenis tabir surya pemblok fisik dengan penyerap kimia mampu meningkatkan nilai
SPF serta memperluas perlindungan terhadap sinar matahari, serta meminimalkan degradasi
dalam stabilitas sediaan tabir surya karena paparan sinar UV.
TINJAUAN BENTUK SEDIAAN
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae,
kolsterol dan cera.
Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti
trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu
juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc
dan emulygidum.
Kestabilan krim akan terganggu/rusak jika sistem campurannya terganggu,
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang
disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya
tidak tercampurkan satu sama lain.
3. Bahan-Bahan Penyusun Krim
Formula dasar krim, antara lain:
a. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh: asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
b. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh: Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/TEA, NaOH, KOH,
Na2C03, Gliserin, Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril
sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/Tween, Span dan sebagainya)
BASIS
Nama bahan Sifat dan Karakteristik Penggunaan
Asam Stearat - Serbuk putih, Sebagai basis krim dengan
(HPE 6th, p. 697) kekuningan/putih, bau kuat konsentrasi 1-20%
- TL : 60 - 70˚C
- Mudah larut dalam benzena,
CCl4, CHCl3, dan eter. Larut
dalam etanol 95%, heksana
dan propilen glikol. Praktis
tidak larut air
EMULGATOR
BAHAN SIFAT FISIKA KETERANGAN PENGGUNAAN
KIMIA
Setil Alkohol Berupa lilin, Inkompatibilitas : Sebagai emulgator
(HPE hal. 155) serpihan putih, atau tidak kompatibel pada konsentrasi 2-
butiran. Memiliki bau dengan oksidator 5%
khas yang samar dan kuat. Setil alkohol
tidak berasa. dapat menurunkan
titik leleh ibprofen,
Titik lebur : 45˚-50˚ sehingga
C menyebabkan lengket
selama proses
Kelarutan : mudah pelapisan film kristal
larut dalam etanol ibuprofen
(95%) dan eter,
kelarutan meningkat
dengan meningkatnya
suhu;praktis tidak
larut dalam air. Dapat
bercampur jika
dilebur dengan
lemak, parafin cair
dan padat, dan
isopropil miristat
Trietanolamin Cairan kental Trietanolamin akan Sebagai emulgator
(HPE hal 697) berwarna bening, bereaksi dengan asam
tidak berwarna mineral membentuk
sampai kuning pucat garam kristal dan
dengan sedikit bau ester. Dengan asam
amoniak lemak yang lebih
tinggi, trietanolamin
Titik lebur : 20˚-21˚C membentuk garam
yang larut dalam air
Kelarutan : larut dan meiliki
dalam acetone, karakteristik sabun.
carbon tetrachloride, Trietanolamin juga
benzene, methanol akan bereaksi dengan
dan air. Agak sukar tembaga membentuk
larut dalam ethyl eter garam kompleks.
Perubahan warna dan
pengendapan dapat
terjadi dengan adanya
logam berat .
Trietanolamin dapat
berekasi dengan
pereaksi seperti ionil
klorida untuk
menggantikan gugus
hidroksil dengan
halogen. Produk dari
reaksi ini sangat
beracun, menyerupai
mustard nitrogen
lainnya.
Tween 80 Berbau khas, hangat, Inkompatibilitas : Emulsifing agent
(Rowe, et al, 2009) agak berasa pahit. perubahan warna Digunakan banyak
Pada dan / atau pada emulsi o/w 1-
suhu 250C berbentuk pengendapan 15%
cairan berwarna dengan Kombinasi dengan
kuning. berbagai hidrofilik emulsifier
pH : 6,0 – 8,0 dalam bahan khususnya pada emulsi o/w 1-
5% fenol, tanin. 10%
w/v aquaeous Dengan
solution. pengawet
Kelarutan : larut paraben
dalam golongan
air dan etanol, tidak polisorbat
larut dalam minyak menurunkan
mineral dan minyak aktivitas
sayur ( tumbuhan ) antimikroba.
HLB : 15,0
Kelarutan : Mudah
larut dalam benzena,
tetraklorida,
kloroform dan eter;
larut dalam etanol
(95%), heksana dan
propilen glikol;
praktis tidak larit
dalam air
Sorbitol Tidak berbau, putih Sorbitol secara Sebagai humektan
(HPE hal 679) atau hampir tidak kimiawi relatif (melembabkan)
berwarna, kristal, lembab dan
bubuk higroskopis. kompatibel dengan
Empat polimorf kebanyakan eksipien
kristal dan satu
bentuk amorf sorbitol
telah diidentifikasi
yang memiliki sifat
fisik yang sedikit
berbeda. Misal titik
lebur
Kelarutan : sangat
mudah larut dalam
air, sukar larut dalam
etanol (95%), dalam
metanol dan asam
asetat
Simetikon Cairan kental Simetikon yang Sebagai anti foaming
(HPE hal 619) berwarna abu-abu tersedia umumnya agent
yang tembus cahaya. tidak kompatibel
Kelarutan : praktis dengan air dan akan
tidak larut dalam mengapung seperti
etanol (95%) dan air. minyak pada
Pada fase cair larut formulasi kecuali
dalam benzena, yang pertama
kloroform dan eter. diemulsi. Ini tidak
boleh digunakan
dalam formulasi atau
pemrosesan pada
kondisi yang sangat
asam (dibawah pH 3)
atau sangat basa
(diatas pH 10) karena
kondisi ini mungkin
memiliki
kecenderungan
memecahkan polimer
polidimetilsiloksan
RANCANGAN FORMULASI
Pembagian
Bahan Kadar
Kontrol + Kontrol - Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3
Benzofenon-3 2 2 2 2 2 %
Oktilmetoksi-
7 7 7 7 7 %
sinamat
Titanium dioksida 2 2 2 2 2 %
Asam glikolat 2 2 2 2 2 %
Setil alkohol 2 2 2 2 2 %
Asam stearat 14 0 12 10 8 %
Trietanolamin 1 1 1 1 1 %
Sorbitol 3 3 3 3 3 %
Tween 80 2 2 2 2 2 %
Simetikon 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 %
Aquadest ad 10 ad 10 ad 10 ad 10 ad 10 %
Perbedaan konsentrasi asam stearat sebagai basis dalam rancangan formulasi tersebut bertujuan
untuk mengetahui nilai optimum dari asam stearat untuk mendapatkan sediaan krim dengan sifat
fisik dan stabilitas yang baik dan sesuai.
FORMULASI KONTROL +
Benzofenon-3 0,2
Oktilmetoksi-sinamat 0,7
Titanium dioksida 0,2
Asam glikolat 0,2
Setil alkohol 0,2
Asam stearat 1,4
Trietanolamin 0,1
Sorbitol 0,3
Tween 80 0,2
Simetikon 0,01
Aquadest ad 10 – 3,51 = 6,49
Metode kerja :
1. Menyetarakan timbangan dan menyiapkan alat yang diperlukan
2. Membuat fase minyak dengan cara menimbang
- benzofenon-3 0,2 gram,
- oktil metoksisinamat 0,7 gram,
- asam stearat 1,4 gram,
- setil alkohol 0,2 gram
- simetikon 0,01 gram
kemudian masukkan semua bahan tersebut ke dalam cawan porselen dan dipanaskan di
waterbath ad melebur
3. Membuat fase air denga cara menimbang :
- trietanolamin 0,1 gram,
- tween 80 0,2 gram,
- sorbitol 0,3 gram
- mengukur aquadest 64,9ml
kemudian masukkan ke dalam cawan porselen dan dipanaskan di atas waterbath ad
homogen
4. Memanaskan mortir
5. Masukkan fase minyak dan fase air kedalam mortir kemudian aduk ad terbentuk masa
krim
6. Menimbang titanium dioksida 0,2 gram dan asam glikolat 0,2 gram, kemudian masukkan
kedalam mortir gerus ad homogen
7. Dimasukkan kedalam pot krim
1. Pengujian Organoleptis
Dilakukan dengan pengamatan visual yaitu warna, bentuk, tekstur, dan bau.
2. Pengujian tipe krim
Dilakukan dengan memberikan reagen metilen blue kemudian diamati di bawah
mikroskop
3. Pengujian pH
Dilakukan dengan mengukur pH masing-masing formula sediaan krim tabir surya dengan
menggunakan alat pH meter digital
4. Pengujian Homogenitas
Dilakukan dengan cara mengoleskan krim diatas gelas objek. Sejumlah tertentu dioleskan
pada gelas objek dan kemudian diamati secara visual.
5. Pengujian Viskositas
Dilakukan menggunakan alat viskotester VT 04
6. Pengujian Daya Sebar
Dilakukan menggunakan alat ekstensometer. Kemudian hasil penyebaran yang didapat
dicatat melalui 4 sisi. Diameter krim yang diharapkan yaitu 5-7cm
7. Pengujian SPF secara in vitro
Dilakukan dengan menggunakan sediaan krim tabir surya dengan konsentrasi 20 ppm.
Larutan dalam kuvet tebal 1 cm diamati dengan spektofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang 290-400 nm dengan rentang pengamatan sebesar 1 nm.
8. Pengujian % transmisi eritema
Dilakukan menggunakan sediaan krim tabir surya dengan konsentrasi 20 ppm dalam
pelarut isopropanol. Larutan dalam kuvet tebal 1 cm diamati dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 292,5-337,5 nm dengan rentang pengamatan sebesar 5
nm
9. Pengujian % transmisi pigmentasi
Dilakukan menggunakan sediaan krim tabir surya dengan konsentrasi 20 ppm dalam
pelarut isopropanol. Larutan dalam kuvet tebal 1 cm diamati dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 332,5-372,5 nm dengan rentang pengamatan sebesar 5
nm
Daftar Pustaka
Diah Safitra, D. I. S., 2014. Pengaruh Konsentrasi Asam Stearat Terhadap Karakteristik Sediaan
dan Pelepasan Krim Kurkumin. Jurnal Pharmascience, Volume 1, pp. 14-17.
Dina Rahmawanty, N. A. D. I. S., 2020. Pengaruh Konsentrasi Asam Stearat Terhadap Aktivitas
Antioksidan Lotion Tanaman Bangkal. Farmasains, Volume 7.
Viddy Agustin R, W. D. L. A., 2018. Optimasi Titanum dioksida dan Asam Glikolat Dalam krim
Tabir Surya Kombinasi Benzofenon-3 dan Oktil Metoksisinamat. Jurnal Farmasi Indonesia,
Volume 15, p. 01.
Anonim, Materi sediaan krim farmasi. Diakses pada 30 November 2021 pukul 20.00 WIB
https://biofar.id/krim/