Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI

SEDIAAN SOLIDA GRANUL EFFERVESCENT

Nama Anggota:
1. Rizki Aulia Firdaus (2061B0037)
2. Saifullah Al Fahmi (2061B0038)
3. Salsabila Santika D.Z. (2061B0039)
4. M. Rizky Alfianto (2061B0041)

Dosen Pengampu:

Apt. Arif Wijayanto,M.Farm


Apt. Juvita Herdianty,M.Kes

Fakultas Fakar
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia
Kediri 2022

Daftar Isi
A. Latar Belakang
Sediaan granul effervescent merupakan campuran senyawa asam dan basa bila
ditambahkan dengan air akan bereaksi membebaskan karbondioksida, sehingga
menghasilkan buih. Larutan karbonat yang dihasilkan dapat menutupi rasa garam atau
rasa lain yang tidak diinginkan dari zat obat. Selain itu, sediaan ini dalam hal tertentu
relatif memiliki keuntungan dibanding bentuk sediaan lain. Beberapa keuntungan
sediaan effervescent yaitu penyiapan larutan dalam waktu seketika, penggunaannya
lebih mudah, dapat diberikan kepada orang yang mengalami kesulitan menelan tablet
atau kapsul dan bentuk granul effervescent akan larut dengan lengkap dalam air
sehingga lebih mudah untuk diabsorbsi dan adanya karbonat dapat memberikan rasa
yang menyegarkan. (Siswanto Syamsul E, 2014)
Vitamin C atau L-Asam Askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam air
(aqueous antioxidant). Vitamin C merupakan bagian dari system pertahanan tubuh
terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Vitamin C berbentuk kristal
putih dengan berat molekul 176,13. Vitamin C mudah teroksidasi secara reversible
membentuk asam dehidro L-asam askorbat dan kehilangan 2 atom hydrogen . Vitamin
C termasuk salah satu vitamin essensial karena manusia tidak dapat menghasilkan
vitamin c sendiri didalam tubuh, vitamin c harus diperoleh dari luar tubuh.
Sumber vitamin c adalah sayuran seperti brokoli, bayam, cabai, dan buah
seperti jambu biji, nanas, jeruk, tomat, mangga. Rasa assam disebabkan oleh asam
lain yang terdapat pada buah Bersama vitamin c. (Murdianto, W. dkk 2012,).
Vitamin C berfungsi untuk melindungi sel darah putih dari enzim yang
dilepaskan saat mencerna bakteri yang telah ditelannya, sintesa hormon-hormon
steroid dari kolestrol, membantu dalam pembentukan kolagen, menyembuhkan
penyakit bsariawan, proses penyembukan luka serta daya tahan tubuh melawan
infeksi serta sebagai antioksidan (Murdianto, W. dkk 2012,)

B. TINJAUAN BAHAN
 Vitamin C
Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning, tidak
berbau, rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun
menjadi berwarna gelap.
Kelarutan : Larut dalam 3,5 bagian air, dalam 25 bagian alkohol,
dan dalam 10 bagian metil alkohol; tidak larut dalam
eter, kloroform dan benzen.
Keasaman : Larutan 5% memiliki pH antara 2,2 – 2,5
Suhu lebur : Lebih kurang 1900C
Vitamin C mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%

 Asam Sitrat
Pemerian : hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai
halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat
asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam eter
Inkompatibilitas : Asam sitrat ini inkom dengan kalium tartrat, alkali dengan
alkalitanah, karbonat dan bikarbonat, asetat dan sulfida.
Senyawa ini berpotensi meledak jika dikombinasikan dengan
logam nitrat

 Na Carbonat
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang,OH
diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Larutan yang sangat encer masih bereaksidengan asam kuat
terhadap kertas lakmus

 Laktosa
Pemerian : serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem, tidak
berbau dan rasa sedikit manis.
Kelarutan: laktosa mudah larut dalam air, dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan eter.
Konsentrasi: laktosa dalam pemakaian sediaan tablet sebesar 65-85%

 PVP
Pemerian : serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak
berbau, dan higroskopik.
Kelarutan : mudah larut dalam air dan etanol (95%), praktis tidak larut
dalam eter P.

 Sukrosa
Pemerian : hablur putih atau tidak brwarna, massa hablur atau berbentuk
kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa maniss,
stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendididh, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam klorofrm
dan dalam eter.
Titik lebur : 160 ⁰C - 186⁰C
C. Pengambilan Bahan

Bahan Pengambilan Bahan Konsentrasi


Vitamin C 300mg 30g
Na Bikarbonat 196mg 1,96g
Asam Sitrat 56mg 6,72g
PVP 21mg 2,1g
Sukrosa 3,5mg 0,35g
Laktosa 11,5mg 1,15g
Total 700mg 70g

D. Cara Kerja

Ayak bahan satu persatu Timbang bahan


Siapkan alat dan bahan
dengan mesh 40

Fase basa :

Sebagian PVP dicampur dengan sukrosa dan Na Bikarbonat ad homogen di mortir >
ayak menggunakan mesh 12 ad membentuk granul

Fase asam :

Sisa PVP dicampur dengan vitamin C, asam sitrat, dan laktosa dalam mortir ad
homogen > ayak menggunakan mesh 12 ad membentuk granul

Fase asam dan fase basaa dikeringkan


dengan oven 40⁰C ad kadar air 0 %

Uji evaluasi granul yang telah dibuat

Dikemas dalam wadah tertutup


E. Evaluasi Sediaan
1. Uji kadar air
Siapkan mesin Moisture Balance, kemudian hidupkan. Lapisi lempengan
timbangan dengan aluminium foil, lalu ditara di dalam alat Moisture Balance.
Timbang granul 0,500 mg ke dalam alat tersebut. Tunggu hingga 10 menit. Catat
hasil % DC yang tertera, pada layer monitor. Moisture Balance sebagai data hasil
uji susut pengeringan (Hadisoewignyo Fudholi 2013).
2. Uji sifat alir
Sejumlah 50gr granul dimasukkan ke dalam flow-tester, sampai memenuhi 2/3
bagian corong, permukaan granul diratakan, lalu penutup bawah corong dibuka
dan secara serentak stopwatch dihidupkan, biarkan granul mengalir sampai habis,
stopwatch dimatikan jika grbaul telah habis melewati corong dan dicatat waktu
alirnya. Persyaratan : uji dikatakan mmenuhi syarat apabila > 10gr/detik (Rori
dkk., 2016).
3. Uji sudut diam
Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong yang berdiameter
12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. granul dimasukkan ke dalam
corong, lalu dialirkan melalui corong dan ditentukan besar dengan sudut diamnya.
Persyaratan : uji dikatakan dapat memenuhi syarat apabila 25⁰ > Ꝋ > 40⁰C. (Rori
dkk., 2016).
4. Uji Ph
Tingkat keasaman diukur menggunakan pH meter pada larutan effervescent yang
telah dilarutkan.
5. Ketinggian Buih
Diukur berdasarkan tinggi buih yang dihasilkan oleh sampel
F. Hasil Evaluasi

1. Uji Kadar Air


Pengujian sediaan granul effervescent yang telah dibuat dan diuji mendapatkan hasil
0,79% (basa) dan 4,73% (asam) dengan alat Moisture Balance. Sedangkan Persyarata
kadar air sediaan granul effervescent 0%. Menurut hasil sediaan yang telah dibuat
sediaan granul kami tidak memenuhi syarat kadar air yang ada dikerenakan
kurangnya ketepatan waktu setelah dilakukan oven tidak langsung diuji.

2. Uji Sifat Alir


Sediaan granul efferveccent yang telah dibuat tidak memenuhi uji sifat alir
dikarenakan sediaan tidak mau turun dan memungkinkan sediaan sudah Kembali ke
keadaan semula (lembab)

3. Uji sudut diam


Sediaan granul effervescent kami juga tidak memenuhi persyaratan dikerenakan uji
sifat alir kami telah gagal atau tidak memenuhi persyaratan maka dari itu uji sudut
diam tidak mendapatkan hasil

4. Uji pH
Sediaan granul effervescent kami mendapatkan hasil 2,94

5. Uji auto reaksi / ketinggian buih


Pengujian auto reaksi dengan mencampurkan kedua fase yaitu fase asam dan basa
kemudian ditambahkan dengan aquadest menghasilkan buih tetapi hanya sedikit.

G. Kesimpulan dan Pembahasan


Sediaan granul effervescent yang telah dibuat tidak memenuhi semua
persyaratan yang ada dengan kadar air tinggi yaitu 4,73% membuat granul menjadi
lembab. Kemudian pada uji sifat alir juga tidak memenuhi persyaratan dikarenakan
granul tidak bisa turun sama sekali, sehingga kami juga tidak bisa menguji dan
menghitung sudut diamnya. Pada uji auto reaksi yang mencampurkan fase asam dan
basa lalu ditambahkan dengan aquadest larut pada detik ke 25 menghasilkan sediaan
yang jernih dan berbuih.
DAFTAR PUSTAKA

Siswanto Syamsul E, (2014). Formulation Of Effervescent Powder Of Water Extract Of Bawang Tiwai

(Eleuterine Palmifolia) As A Healthy Drink. Traditional Medicine Journal. 19(3):113

Murdianto, W. dan Syahrumsyah, H., 2012, Pengaruh Natrium Bikarbonat Terhadap Kadar Vitamin C

Total Padatan Terlarut dan Nilai Sensoris dari Sari Buah Nanas Berkarbonasi, Jurnal

Teknologi Pertanian.

Purwandari. Lucia Esti., 2007, Optimasi Campuran Asam Sitrat-Asam Tartrat Dan Natrium Bikarbonat

Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Granul

Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curuma xanthorrhiza Roxb.).Secara Granulasi Basah

Dengan Metode Desain Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai