GOLONGAN
KELOMPOK :
TANGGAL DISKUSI :
DOSEN PEMBIMBING :
NAMA ANGGOTA :
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FAKKAR SURABAYA
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
1
DAFTAR PUSTAKA
Judul........................................................................................................................................1
Daftar Isi..................................................................................................................................3
Tinjauan Bahan Aktif..............................................................................................................4
Tinjauan Farmakologi Bahan Aktif.........................................................................................7
Tinjauan Bentuk Sediaan.........................................................................................................9
Spesifikasi Produk...................................................................................................................11
Bahan Tambahan......................................................................................................................13
a. Basis
b. Emulgator
Bagan Alir...............................................................................................................................22
Formula Rujukan.....................................................................................................................23
Rancangan Formula..................................................................................................................24
a. Formula I
b. Formula II
c. Formula III
d. Formula IV
Formula Terpilih......................................................................................................................29
Rancangan kemasan produk....................................................................................................30
Rancangan Evaluasi.................................................................................................................31
Pembahasan.............................................................................................................................46
Kesimpulan..............................................................................................................................48
Daftar Pustaka.........................................................................................................................49
2
TINJAUAN BAHAN AKTIF
3
Hidrokortison asetat Pemerian: Serbuk hablur, putih hingga praktis putih, tidak
C23H32O6 berbau Kelarutan: tidak larut dalam air, sukar larut etanol dan
BM: 404.5 kloroform
(Depkes RI, 2014) TL: 220°C disertai
penguraian Log P: 2.21 pH
Stabilitas: 4.5
Penyimpanan: wadah tertutup terlindung cahaya
Stabilitas: Tidak stabil dalam basis ointment yang mengandung
PEG. Degradasi hidrokortison asetat mengikuti orde-1 dan
bergantung pada pH
Kadar: 1% w/w dalam bentuk krim hidrokortison asetat
Hidrokortison butirat Pemerian: putih atau hampir putih, tidak berbau, pertama tidak
berasa selanjutnya menimbulkan rasa pahit yang permanen
C25H36O6
Kelarutan: praktis tidak larut air, sukar larut methanol dan
BM: 432.56
4
Hidrokortison sodium Pemerian: putih atau kuning pucat, tidak berbau atau hampir
phospat C21H29N8 O8P tidak berbau, serbuk higroskopis
(sering untuk injeksi) Kelarutan: 1:4 dalam air, sukar larut dalam alcohol, praktis
tidak larut dalam alcohol terhidrogenesis, kloroform, dan
dioxam. pH: larutan 0.5% hidrokortison sodium phospat
memiliki pH
7.5-9
pKa: 5.1
Penyimpanan: simpan pada wadah kedap udara dan terlindung
dari cahaya
Stabilitas: terhidrolisis bergantung pada pHnya menghasilkan
hidrokortison dan asam phospat, tidak stabil pada basis ointment
yang mengandung PEG
Hidrokortison sodium suksinat Pemerian: putih atau hampir putih, kristal higroskopis atau
C25H37N8O padatan amorf
BM: 484.5 Kelarutan: 1:3 dalam air, 1:34 dalam etanol, tidak larut dalam
(sering untuk injeksi) kloroform dan eter TL: 161-171°C pKa: 5.1
Penyimpanan: simpan pada wadah kedap udara dan terlindung
dari cahaya
5
1. Memiliki log P 2.21 sehingga lebih mudah berpenetrasi ke dalam kulit (log P 2-3)
2. Memiliki pH stabilitas 4.5 dimana masuk dalam rentang pH kulit (4.5-6.8)
3. Banyak diproduksi di industri farmasi untuk sediaan topical
6
TINJAUAN FARMAKOLOGI
8
1. Definisi Salep
• Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan atau digunakan sebagai
obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang cocok.
• Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV ha 18 & Farmakope Indonesia Edisi V hal
51
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir
• Pharmaceutical Codex Edisi 12 hal 135
• Salep digunakan sebagai sediaan yang ditujukan untuk efek farmakolohi / sesuai
pada lokasi pemakaian serta diaplikasikan sebagai emolien dan pelindung kulit.
2. Klasifikasi Salep
• Berdasarkan Basis (Farmakope Indonesia V)
a. Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin album
dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan ke
dalamnya. Salep ini dimaksudkan untukmemperpanjang kontak bahan obat
dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon
digunakan teerutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering dan
tidak tampak berubah dalam waktu lama.
b. Dasar salep serap
Dasar salep ini dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas
dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi dalam minyak
(paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan kelompok kedua terdiri atas
emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur denan sejumlah dengan
sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat
sebagai emolien.
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan
lebih tepat disevut “krim”. Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai “dapat
dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga
lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi
lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon.
9
Keuntungan lain
10
dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap
cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik.
d. Dasar salep larut dalam air
Kelompok ini disebut juga “ dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan
tak larut dalam air seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini
lebih tepat disebut “gel”.
11
4. Pemilihan Dasar Salep (Farmakope Indonesia Edisi V hal 19)
Khasiat yang diinginkan
Sifat bahan obat yang dicampurkan
Ketersediaan hayati
Stabilitas
Ketahanan sediaan jadi Bentuk Sediaan
Terpilih : Salep hidrokarbon dan salep basis serap Alasan:
Salep dengan basis hidrokarbon lebih berssifat oklusif, selain itu karena sediaan ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi sehingga diharapkan kontak antara bahan obat dan
kulit yang lebih lama.
SPESIFIKASI SEDIAAN
KATEGORI SPESIFIKASI ALASAN
12
Bentuk Sediaan Ointment (salep) 1. Bahan aktif sangat sukar larut air
berbau Tekstur:
lembut
pH 5 ± 0,5 Disesuaikan sengan pH stabilitas
bahan aktif ( pKa = 4,5)
13
Berat tiap kemasan 15 gram Jumlah sediaan kortikosteroid yang
disarankan pada bagian tubuh tertentu
(wajah, leher, tangan ) sebesar 15-30
(BNF 70)
14
BAHAN TAMBAHAN
BASIS
15
Parafin liquidum - Transparan, tidak berwarna, cairan Cream =
(HPE 6th p. 445) berminyak, viskus, tidak berfluorosensi, 1-20%
praktis tidak berasa, dan berbau sangat
dingin dan memiliki bau khas petrolatum
saat panas.
- TD = > 360oC
- Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin
dan air, larut aseton, benzena, CHCl3,
karbon disulfida, eter dan petrolatum eter,
larut dalam minyak atsiri kecuali minyak
jarak.
- Inkompatibilitas : dengan oksidator kuat
- Viskositas : 110-230 mPas pada 20oC
- Fungsi : Ointment base, emolien, solven,
oleaginous vehicle
- HLB = 10
Cera Alba - Lilin putih atau butiran halus dengan
(HPE 6th, p. 779) beberapa penembusan cahaya
- Larut dalam kloroform, eter, minyak
volatile, praktis tidak larut air
- TL : 61-65
- pH : 5 - 9
- Inkompatible dengan oksidator
16
- Inkompatibilitas : lanolin mangandung
prooksidan yang mungkin berpengaruh
ada stabilitas beberapa obat
- Stabilitas : berangsur – angsur
mengalami auto oksidasi selama
penyimpanan, untuk menghambat proses
itu, digunakan BHT sebagai antioksidan
17
- Melting point PEG 6000 55-63 , PEG
8000 : 60-63 , PEG 20000 60-63
- Kelarutan : larut dalam air dan dalam
campuran PEG, PEG cair larut dalam
acetone, alkohol, benzena, glycerin,
glycols. PEG padat larut dalam aceton,
etanol 95%, metanol, sedikit larut dalam
liphatic hidrokarbon dan tak larut dalam
lemak, fixed oil dan mineral oil
18
Stearic acid - Serbuk putih, kekuningan/putih, bau Krim = 1-
(HPE 6th, p. 697) kuat TL : 60 - 70oC 20%
- Mudah larut dalam benzena, CCl4,
- CHCl3, dan eter. Larut dalam etanol 95%,
heksana dan propilen glikol.
Praktis tidak larut air
EMULGATOR
BAHAN SIFAT FISIKA KIMIA KETERANGAN PENGGUNAAN
Tween 80 Berbau khas, hangat, Inkompatibilitas : Emulsifing agent
(Rowe, et agak berasa pahit. Pada perubahan warna Digunakan banyak
al, 2009) suhu 250C berbentuk dan / atau pada emulsi o/w 1-
cairan berwarna kuning. pengendapan 15%
pH : 6,0 – 8,0 dalam dengan Kombinasi dengan
hidrofilik emulsifier
5% w/v aquaeous berbagai
pada emulsi o/w 1-
solution. Kelarutan : bahan khususnya 10%
larut dalam air dan fenol, tanin.
etanol, tidak Dengan
larut dalam minyak pengawet
mineral dan minyak paraben
sayur ( tumbuhan ) golongan
HLB : 15,0 polisorbat
menurunkan
aktivitas
antimikroba.
19
Span 80 Cairan kuning viskus - Emulsifying agent
(Rowe,et dengan bau dan rasa o/w 1-15%
al,2009)
yang khas.
pH : ≤ 8
HLB : 4,3
Kelarutan : larut dalam
minyak, pelarut
organik, terdispersi
dalam air.
20
Na Lauryl Sulfat Kristal berwarna putih Inkompatibilitas : Emulgator
/ krem sampai kuning bereaksi dengan anionik
21
dengan benzocaine,
tretinoin, dan obat –
obat yang teroksidasi.
Potensi antibiotika
beberapa pengawet
phenolis seperti paraben
menurun
Emulgator Terpilih:
Alasan:
22
BAGAN ALIR
BAHAN AKTIF TERPILIH : Alasan pemilihan : hidrokortison asetat memiliki log P = 2,2 , sehingga lebih mudah penetrasi ke dalam kulit ( log P = 2-3 )
HIDROKORTISON ASETAT )
BENTUK SEDIAAN
Alasan pemilihan : sifat oklusif sehingga kontak bahan obat
TERPILIH : SALEP (
dan kulit lebih lama
Karakteristik : Soft paraffin + hard paraffin + paraffin liquidum. Combinasi : white beeswax, cetostearylBASIS
alkohol.
ABSORBSI
-Basis tidak larut air plastibase ( polyethilen – hydrokarbon polimer
-Oklusif
-Basis hisrokarbon merupakan lemak jenuh ( tidak memiliki ikatan rangkap ) sehingga mudak teroksidasi .
22
Karakteristik :
-basis yang dapat menyerap air
-sesuai untuk terapi / indikasi obat :
a.Lanolin yang dikombinasi dengan lanosterol, acetylated sterols, ester of polyhydric alkohol ( s
b.Hydrokarbon + bahan yang dicampur dengan hydrocarbon dan mengandung gugus polar sebag
FORMULA RUJUKAN
1. Hydrocortison ointment
(Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulation : Semisolid product p:168)
Scale ( mg/ 100g) Item Material name Qty/kg (g)
1.00 1 Hydocortison micronized b% 10.60
excees
24
RANCANGAN FORMULA
25
Cera alba Basis 10 1,5
dala
m
mortir hangat
Aduk ad homogen
26
Vaselin album Basis 0-100% 74 11,1
Parafin solidum Basis 10 1,5
IPC suhu
Salep Hidrokortison asetat
Menurunkan dari 1%
penangas Hidrokortison asetat
0,15 g + Parafin liquidum 1,5
g
FORMULA DAN CARA PEMBUATAN FORMULA 3
BAHAN FUNGSI RENTANG KADAR JUMLAH
Hidrokarbon asetat Bahan aktif - 1% 0,15 g
Vaselin album Basis 0-100% 87% 13,05 g
Paraffin liquidum Basis 1-32 % 7% 1,05 g
Span 80 Emulgator 1-15% 5% 0,75 g
27
1.Vaselin album 13,05g 2.Hidrokortison asetat 0,15 g +
+ span 80 0,75 g Paraffin liquidum 1,05 g
Dilebur pada suhu 70oC diatas penangas air , didalam cawan porselen dan
Dipanaskan
dicampurpada
ad lebur
suhu 60 oC dan campur hom
dan homogen
Ipc : suhu
Ipc : suhu
Menurunkan dari penangas dan didinginkan sampai suhu 60 oC
Ipc : suhu
28
Cetostearil alkohol Vaselin Album
0,45 g 13,35 g
Dipanaskan
Dilebur pada suhu 70 0C di atas penangas air, dipada
dalamsuhu 60 0C di atas penangas air, di dalam cawan por
cawan
porselen & aduk ad homogen & aduk ad homogen
IPC : Suhu
IPC : Suhu
Turunkan dari penangas lalu dinginkan
hingga suhu 60 0C secara perlahan-lahan sambil terus di aduk
(Campuran 1)
IPC : Suhu
Mencampurkan Campuran 1 ke
Campuran 2 secara geometric dilution ad
suhu ruang dan homogen
Masukkan ke dalam
wadah
FORMULA TERPILIH
Berat sediaan = 15 gram
BAHAN FUNGSI RENTANG JUMLAH JUMLAH
(%) (%) (GRAM)
29
Hidrokortison asetat Bahan aktif 1 0,15
30
Vaselin album Basis 0-100 69 10,35
31
RANCANGAN KEMASAN PRODUK
Kemasan Sekunder
Etiket
32
Brosur
33
RANCANGAN EVALUASI SEDIAAN
1. Organoleptis
a. Tekstur
b. Warna Sediaan
c. Bau Sediaan
2. Pengukuran pH Sediaan
• Alat :
• Prosedur :
a. Kalibrasi pH
1) Membersihkan elektroda yang akan dipakai dengan aquadest
2) Menyiapkan larutan pH standar yang akan digunakan untuk
kalibrasi (larutan buffer dengan pH yang sesuai atau mendekati
pH sediaan yang dibuat)
3) Memasukkan elektroda ke dalam larutan standar buffer pH 5,5
4) Menekan tombol ON
5) Mencata pH dan suhu pada alat saat angka pada pH meter telah
stabil
6) Menghitung selisih pH standar dengan pH yang tertera pada alat
untuk digunakan sebagai factor koreksi perhitungan pH
selanjutnya
b. Menimbang 1 gram sediaan ditambah aqua bebas CO2 ad 10 ml, aduk
ad homogen
c. Mengukur pH dengan cara 1-5 pada a (kalibrasi pH), mencatat hasilnya
d. Menghitung dan koreksi pH dengan factor koreksi
e. Melakukan replikasi sebanyak 3 kali
3. Uji Homogenitas
34
Prosedur :
1) Mengoleskan sediaan pada objek glass
2) Mengamati apakah terdapat partikel yang tidak homogeny
4. Pengukuran Viskositas
Alat : Viskosimeter Brookfield
Prosedur :
1) Tentukan spindle mana yang akan digunakan
2) Atur pemutar
3) Masukkan sediaanke dalam wadah sampai hampir penuh
4) Turunkan pemutar sampai tercelup
5) Nyalakan alat
6) Baca skala
6. Uji Aseptabilitas
Alat : kuisioner
Prosedur :
7. Penetapan Kadar
• Preparasi Standar :
1) Menimbang akurat 40 mg Hidrokortison standard an memasukkan ke
labu ukur 100 ml.
2) Melarutkan dengan methanol, lalu tambahkan ad tanda, kocok ad
homogen.
3) Mengambil 10,0 ml larutan ke dalam labu ukur 50 ml, lalu melarutkan
dengan fase gerak air : metsnol : asam asetat glasial (55 : 45 : 0,1) ad
tanda lalu kocok.
4) Menyaring dengan kertas milipore 0,5 µm, lalu mengambil filtrat
sebagai standar.
• Preparasi Larutan Uji :
1) Menimbang krim hidrokortison (setara dengan 40 mg hidrokortison),
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
2) Menambahkan 80 ml methanol, disonikasi selama 10 menit, lalu
didiamkan pada suhu kamar.
3) Menambahkan methanol ad tanda, lalu dikocok.
4) Mengambil 10,0 ml ke dalam labu ukur 50 ml, lalu dilarutkan dengan
fase gerak ad tanda, lalu dikocok.
5) Menyaring dengan kertas milipore 0,5 µm, lalu mengambil filtrat
sebagai larutan uji.
• Prosedur :
1) Meng-inject secara terpisah (10 µl) larutan standard an larutan uji ke
dalam kromatografi.
2) Melihat kromatogram.
36
3) Menghitung (dalam mg) kuantitas C11H12Cl2N2O5 dalam krim
dengan rumus :
Keterangan :
ru = respons puncak yang dihasilkan oleh Larutan Uji rs
= respons puncak yang dihasilkan oleh Larutan Baku
Informed Consent
Surabaya,
Responden
8. Uji Iritasi
Kulit
• Prosedur :
37
1) Mengoleskan sebanyak 100 mg sediaan uji pada bagian dalam
lengan manusia, kemudian ditutupi dengan kertas film ukuran 1 x 1
cm yang telah dilubangi, lalu ditutup lagi dengan kain kasa.
2) Membiarkan selama 24 jam dan mengamati gejala yang timbul. 3)
Uji ini dilakukan untuk formula pada 3 orang sukarelawan
10) Buat kurva jumlah kumulatif obat yang terlepas per satuan luas vs √𝑡
11) Tarik garis linier pada saat sudah tercapai steady state
38
12) Slope yang didapat adalah harga fluks (μg/cm2.menit)
39
No. Organoleptis
1. 3 3 3
2. 3 3 3
3. 2 3 3
4. 2 3 3
5. 2 3 3
6. 2 3 3
7. 2 3 3
8. 3 3 3
9. 3 3 3
10. 3 3 3
11. 3 3 3
12. 3 3 3
13. 3 3 3
14. 3 3 2
15. 3 3 2
16. 2 3 2
17. 2 3 3
18. 2 3 3
19. 2 3 3
20. 2 3 3
Total 50 60 57
40
Konsistensi/ Tekstur
Keterangan Skor (x) Jumlah Responden (n) n.x
Lembek 1 - -
Keras 2 10 20
Cukup 3 10 30
∑ 20 50
Nilai maksimal: 3 x 20 = 60
% : (cukup)
Konsistensi/ Tekstur
Lembek
Keras
50% 50%
Cukup
Bau
Kemudahan Skor (x) Jumlah Responden (n) n.x
Tidak enak 1 - -
Lemah 2 - -
Tidak berbau 3 20 60
∑ 20 60
Nilai maksimal: 3 x 20 = 60
% : (Tidak berbau)
41
Bau
0%
Tidak enak Lemah
Tidak berbau
100%
Warna
Keterangan Skor (x) Jumlah Responden (n) n.x
Kuning 1 - -
Sedikit kuning 2 3 6
Putih 3 17 51
∑ 20 57
Nilai maksimal : 3 x 20 = 60
% :
Warna
15%
Kuning Sedikit Kuning Putih
85%
2. Uji Akseptabilitas
42
No. Akseptabilitas
1. 3 3 - 3
2. 3 3 - 3
3. 3 3 - 3
4. 3 3 - 3
5. 3 3 - 3
6. 2 3 - 3
7. 3 3 - 3
8. 3 3 - 3
9. 3 3 - 3
10. 2 3 - 3
11. 2 3 - 3
12. 2 3 - 3
13. 2 3 - 3
14. 3 3 - 3
15. 3 3 - 3
16. 3 3 - 3
17. 3 3 - 3
18. 3 3 - 3
19. 3 3 - 3
20. 2 3 - 3
Total 54 60 - 60
43
Responden = 20 orang Nilaimaksimal yang dicapai = 20 x 3 = 60
Kemudahan Pengolesan
Keterangan Skor (x) Jumlah Responden (n) n.x
Sulit 1 - -
Sedikit Mudah 2 6 12
Mudah 3 14 42
∑ 20 54
Nilai maksimal : 3 x 20 = 60
% :
Kemudahan Pengolesan
30% Sulit
Sedikit Mudah Mudah
70%
Kelembutan Sediaan
Keterangan Skor (x) Jumlah Responden (n) n.x
Kasar 1 - -
Sedikit Kasar 2 - -
Lembut 3 20 60
∑ 20 60
Nilai maksimal : 3 x 20 = 60
% :
44
Kelembutan
Kemudahan Tercuci
Keterangan Skor (x) Jumlah Responden (n) n.x
Mudah 1 - -
Sedikit Sulit 2 - -
Sulit 3 20 60
∑ 20 60
Spesifikasi : Sangat lembut Nilai
maksimal: 3 x 20 = 60
% :
Kemudahan Tercuci
45
3. PengukuranViskositas
Replikasi Viskositas (dPas)
1 950
2 900
3 950
4. UjiDayaSebar
Alat :Lempengkacaberskaladanberbagaimacambeban
Beban Diameter Replikasi (cm) Rata – rata
(gram) 1 (1,045 g) 2 (1,009 g) 3 (1,063 g) Diameter (cm)
(x) (y)
y = 0,0949 x +3,5864
46
Grafik Daya Sebar
4.1
4
3.9
3.8
3.7
3.6
3.5
0 1 3 5 7 9
Berat beban (g)
PEMBAHASAN
Sediaan hidrokortison sebagai obat luar memiliki aktivitas sebagai glukokortikoid
dan mineralkortikoid. Glukokortikoid dapat sebagai antiinflamasi dan imunsupresan yang
poten dengan menghambat pelepasan sitokin. Hidrokortison dibuat sediaan topikal dengan
tujuan obat bekerja secara lokal dan tidak menimbulkan efek samping seperti jika
diberikan secara sistemik.
Sedian hidrokortison topikal yang banyak digunakan yaitu hidrokortison base dan
esternya (asetat, butirat, valerat). Bahan aktif yang kami pilih adalah hidrokortison asetat
1% dengan pertimbangan log P sebesar 2,21 sehingga mudah berpenetrasi ke dalam kulit,
pH stabilitas sebesar 4,5 sehingga tidak mengiritasi kulit, dan kadar 1% menunjukkan
bahwa potensi hidrokortison asetat yang ringan.
47
Sebagai antiinflamasi tentunya diharapkan dapat memberikan efek yang lama,
salah satu sediaan obat yang memberikan efek yang lama adalah salep. Basis salep
terdiri dari beberapa macam basis, dan kami memilih basis hidrokarbon dan basis
serap untuk di formulasi. Kedua basis salep ini memiliki perbedaan pada sifat basisnya.
Basis hidrokarbon memiliki sifat tidak tercucikan oleh air, oklusif, dan merupakan lemak
jenuh (tidak memiliki ikatan rangkap) sehingga tidak mudah teroksidasi. Sedangkan
basis serap memiliki sifat dapat menyerap air sehingga dapat bercampur dengan
eksudat yang dihasilkan akibat inflamasi maupun cairan tubuh di daerah inflamasi
sehingga sesuai untuk terapi ruam popok. Berdasarkan basis salep tersebut kami
membuat empat formula yang terdiri dari formula 1 dan formula 2 berbasis hidrokarbon
serta basis serap untuk formula 3 dan formula
4. Formula 1 dan formula 2 dibedakan dari jenis basis yang digunakan, dimana formula 1
menggunakan kombinasi basis vaselin album, paraffin liquidum, parafin solidum, dan cera
alba, sedangkan pada formula 2 digunakan kombinasi basis vaselin album, paraffin
liquidum, pdan paraffin solidum tanpa adanya cera alba. Perbedaan pada formula 3 dan
formula 4 yaitu pada jenis emulgatornya, dimana pada formula 3 digunakan emulgator
span
80 sedangkan formula 4 digunakan emulgator cetosteraryl alkohol. Emulgator yang
digunakan pada basis serap digunakan emulgator w/o karena diharapkan dapat menyerap
air dengan jumlah sedikit.Setelah dilakukan optimasi didapatkan hasil bahwa formula 3
dan 4 memiliki konsistensi yang lebih rendah dan kurang aseptabel saat digunakan jika
dibandingkan dengan formula 1 dan 2. Sedangkan formula 1 dan 2 memiliki konsistensi
yang lebih baik dan lebih aseptabel saat digunakan. Diantara formula 1 dan formula 2 yang
memiliki konsistensi paling baik dan paling aseptabel saat digunakan yaitu formula 1.
Formula duamenghasilkankonsistensi yang lebihtinggidibandingkan formula
satusudahdapatdilihatdari formula yang ada, bahwakonsentrasi basis padat formula
dualebihbanyak.Kemudiankonsistensi formula 3 yang lebihen cerdi karenakan penggunaan
Span 80 yang merupakan cairan.Berdasarkan hal tersebut, maka terpilih formula 1 untuk
dilakukan scale up.
Hasil scale up dari formula satudievaluasimeliputievaluasiorganoleptis, aseptabilitas,
viskositas, dandayasebar.Dari hasil evaluasi organoleptis yang dilakukan pada 20
responden, menghasilkan tekstur yang cukup dan tepat digunakan sebaga isediaan
semisolida, tidakberbau karena tidak diinginkan berbau dan tidak ditambahka ncorrigen
odoris. Apabilamenghasilkan bau tengik, akan mengindikasikan bahwa sediaan telah
48
mengalami oksidasi. Warna yang dihasilkan dari sediaana dalah putih.
49
Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi aseptabilitas yang terdiri dari kemudahan
pengolesan dan menghasilkan sediaan yang mudah dioleskan .Sediaan yang mudah
dioleskan sehingga mudah juga diratakan. Kelembutan dari sediaan salep ini juga termasuk
sediaan yang lembut.Sediaan yang memiliki sifat yang lembut akan memberikan
kenyamanan dalam pengolesan. Sifats sediaan salep hidrokarbon sukar tercucikan, sifatini
memang merupakan sifat dari basis hidrokarbon.Sifat ini juga memberikan keuntungan
yaitu sediaan akan lebih lama bertahan pada kulit. Evaluasi tesebut telah memenuhi
spesifikasi yang dibuat yaitu aseptabel saat digunakan.
Evaluasi sediaan selanjutnya adalah evaluasi viskositas dengan viskosimeter
VT04.Viskositas yang diinginkan dalam spesifikasi adalah 3000-10000 cPas dan hasil
evaluasi menunjukkan hasil 9333.3 ± 288.7 cPas sehingga memenuhi spesifikasi yang
diinginkan. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi dayasebar dari salep hidrokortison.
Dilakukan pengujian dengan beberapa beban sehingga menghasilkan diameter
tertentu.Kemudiandibuatlahpersamaan regresibebanvs diameter sehingga didapatkan harga
slope sebagai koefisien daya sebar sebesar0,0949 cm/g..
KESIMPULAN
1. Sediaan semisolida yang dibuat dengan bahan aktif hidrokortison asetat adalah salep
basis hidrokarbon
2. Formula yang terpilih dan dilakukan scale up adalah formula 1
3. Hasil Evaluasi :
• Organoleptis
Warna : Putih
Bau : tidak berbau
Tekstur : lembut
Memenuhi spesifikasi sediaan
• Viskositas = 9333,3 ± 288,7 cPas (Memenuhi spesifikasi sediaan )
• Kapasitas daya sebar = 0,0949 cm/g
• Aseptabilitas
Kelembutan = 100% (lembut)
50
Kemudahan pencucian = 100% (sulit)
Kemudahan pengolesan = 76,7% (cukup)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Farmakope Indonesia IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Voight,R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 5 diterjemahkan oleh Dr.
Soedani Noerono.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
51