DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
2.1 Formulasi..................................................................................................................... 3
i
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sirop adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali
dinyatakan kadar sakaro, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. (Farmakope
Indonesia Ed.III, Hal 31).
Diphenhidramin HCl adalah golongan anti histamin dan merupakan amine yang
stabil dan cepat diserap dengan oral. Diphenhidramin cocok untuk mengobati iritasi pada
tenggorokan. Fungsinya sebagai anti histamin yaitu untuk menekan histamin yang
merupakan zat penyebab alergi. Selain sebagai anti histamin, diphenhidramin HCl juga
bisa dijadikan sebagai obat antiseptik lokal juga sebagai antikoligenik. Efek dari
diphenhidramin HCl biasanya membuat orang menjadi cepat ngantuk. Sehingga obat ini
cocok untuk penderita insomnia untuk mengatasi masalah kesulitan tidurnya.
Sediaan diphenhidramin dibuat dengan sediaan sirop bertujuan agar mempermudah
penggunaan bagi pasien yang kesulitan mengkonsumsi tablet atau kapsul terutama untuk
anak-anak, karena selain bentuk dari sediaan cair sangat mudah dikonsumsi, anak-anak
juga akan lebih menyukai sediaan sirop karena pemikatnya seperti warna, rasa dan
baunya.
Dalam larutan yang diberikan secara oral biasanya terdapat zat-zat telarut lain selain
dari bahan obat. Bahan-bahan tambahan ini antara lain pemberi warna, pemberi rasa,
pemanis dan penstabil larutan. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelarut dalam
sediaan oral, diantaranya alkohol C2H5OH, alkohol encer, gliserin CH2OH.CHOH.CH2OH,
Propilen glikol CH3CH(OH)CH2OH dan air suling, H2O.
1
Sebagian besar larutan tidak jenuh dengan zat terlarut. Jadi, jumlah zat terlarut yang
dilarutkan biasanya jauh dibawah kapasitas dari volume pelarut yang digunakan. Untuk
mempercepat proses melarutnya zat aktif obat, dapat menggunakan beberapa teknik, antara
lain meggunakan panas, mengurangi ukuran partikel dari zat terlarut, menggunakan suatu
bahan pembantu pelarut atau dilakukan pengadukan yang keras selama proses pelarutan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan farmasi bentuk cair yaitu kelarutan zat aktif,
kestabilan zat aktif, dosis takaran dan penyimpanan. (Yohana, 2009)
2
BAB II. ISI
2.1 Formulasi
3
PH Larutan : Ph 5% larutan Diphendiramin HCL dalam air adalah 4-
6
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Inkompatibilitas : Diphendiramin HCL inkompatibel dengan Anfoterisin
B, Na-sefmetazol, Na-sefalotin, Hidrokortison natrium suksinat, beberapa
larutan barbituratdan larutan basa atau larutan asam kuat.
Fungsi : Zat aktif
2. Citric acid
4
3. Sodium Benzoate
5
Inkompatibilitas : larutan air yang sedikit basa dapat bereaksi dengan
bahan yang bersifat asam. Garam alkaloida dapat diendapkan dari pelarut
hydro-alkoholnya. garam Ca+ dan stronsium akan menyebabkan pengendapan
sitrat yang sesuai. Inkompatibilitas lainnya termasuk basa, zat pereduksi dan
agen pengoksidasidasi.
Kegunaan :
o Buffering agent (Konsentrasi 0,3-2,0%)
o Injeksi (Konsentrasi 0,02-4,0%)
o Ophtalmic Solutions (Konsentrasi 0,1-2,0%)
o Sequestering agent (Konsentrasi 0,3-2,0%)
Keamanan : Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan diare,
berbahaya bagi pasien penderita gagal ginjal karena dapat meningkatkan
penyerapan alumunium usus dari ginjal pasien.
5. Propilenglikol
BM : 76,10
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa
agak manis; higroskopis
Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan
dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat bercampur
dengan eter minyak tanah P, dan dengan minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
pH larutan : antara 6,0 – 8,0
BJ : antara 1,035 dan 1,037
Kegunaan : pelarut
6
6. Menthol
7
2.3 Cara Pembuatan
Proses pembuatan sirup dimulai dengan pencucian botol dengan menggunakan
aquademineralisata. Botol kemudian dikeringkan dalam oven double door. Proses
pencucian botol seluruhnya ditangani oleh bagian pencucian botol.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan syrupus simplex yang kemudian dicampur
dengan bahan aktif dan bahan tambahan lain dalam mixing tank. Pengisian sirup ke dalam
botol dengan menggunakan Liquid Filling Machine and Cappering Machine sesuai dengan
volume yang dikehendaki. Setelah sirup diisikan, botol ditutup (capping) secara otomatis.
Pengawasan mutu pada pembuatan sirup, meliputi :
a). Proses mixing/filtrasi, yaitu pemeriksaan pH, viskositas suspensi, kadar zat aktif,
homogenitas, dan berat jenis.
b). Proses filling yaitu pemeriksaan keseragaman volume.
c). Proses capping yaitu pemeriksaan kebocoran.
Secara skematis alur proses pembuatan sirup dilihat pada gambar
8
2.4 In Process Control
1. PURIFIKASI PEMBAWA(AIR): Teknisi kendali mutu sering menguji air untuk
memastikan bersih dan murni sebelum sirup dibuat. Sirup juga benar-benar
disaring sebelum mengisi botol.
2. UJI TRANSMITTANCE CAHAYA: Meteran transmitansi cahaya adalah alat
baru yang digunakan untuk memeriksa warna sirup. Dalam meteran transmitansi
cahaya, sampel sirup diperiksa untuk warna dengan melewatkan cahaya melalui
sampel. Persentase transmisi cahaya dibandingkan dengan tingkat transmisi
cahaya yang ditetapkan untuk nilai yang berbeda.
3. INSPEKSI VISUAL: Bahan dan produk akhir secara hati-hati diperiksa untuk
kemurnian dan penampilan. Penampilan fisik produk untuk kepatuhan pasien dan
kepatuhan sangat penting sehingga harus Tampan, Elegan dalam penampilan.
4. pH PENGUKURAN: Pengukuran dan pemeliharaan pH juga merupakan langkah
yang sangat penting dalam pengujian kontrol kualitas. Umumnya ada 2 jenis
metode yang digunakan dalam pengukuran pH: Yang paling sederhana dan
termurah adalah mencelupkan sepotong kertas pH ke dalam sampel. Dengan
menggunakan pH meter (untuk akurasi yang lebih tinggi)
5. PENENTUAN KONSENTRASI SUCROSE: Jika konsentrasi sukrosa dalam
sirup sangat tinggi maka dapat mengristalkan sirup, kurang konsentrasi sukrosa
memberi manfaat bagi pertumbuhan mikroba. Untuk penentuan sukrosa dalam
sirup, HPLC dan UV -spectroscopy digunakan.
9
BAB III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Diphenhydramine memiliki kelarutan yang mudah larut dalam air tetapi
memiliki rasa yang pahit. Diphenhidramin dibuat dengan sediaan sirop bertujuan
agar mempermudah penggunaan bagi pasien yang kesulitan mengkonsumsi tablet
atau kapsul terutama untuk anak-anak, karena selain bentuk dari sediaan cair
sangat mudah dikonsumsi, anak-anak juga akan lebih menyukai sediaan sirop
karena pemikatnya seperti warna, rasa dan baunya.
Proses pembuatan sirup dimulai dengan pencucian botol dengan
menggunakan aquademineralisata. Botol kemudian dikeringkan dalam oven
double door. Proses pencucian botol seluruhnya ditangani oleh bagian pencucian
botol.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan syrupus simplex yang kemudian
dicampur dengan bahan aktif dan bahan tambahan lain dalam mixing tank.
Pengisian sirup ke dalam botol dengan menggunakan Liquid Filling Machine and
Cappering Machine sesuai dengan volume yang dikehendaki. Setelah sirup
diisikan, botol ditutup (capping) secara otomatis.
Pengawasan mutu pada pembuatan sirup, meliputi :
1. Proses mixing/filtrasi, yaitu pemeriksaan pH, viskositas suspensi, kada zat
aktif, homogenitas, dan berat jenis.
2. Proses filling yaitu pemeriksaan keseragaman volume.
3. Proses capping yaitu pemeriksaan kebocoran.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://raisyikrimah.wordpress.com/2015/03/19/sirup-diphenhidramin-hcl/ (diakses
2 juli 2018 pukul 15.00)
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/diphenhydramine#section=Top
(diakses 2 juli 2018 pukul 16.20)
farmakope edisi 5
https://pharmastate.blog/2017/09/07/in-process-control-of-liquid-orals/ (diakses 2
juli 2018 pukul 17.20)
11