Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid

Disusun Oleh:
Sri Mentari
NIM : P2.06.30.1.14.034

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN

I. Formula : Larutan Sejati Diphenhydramin HCl 12.5mg/5cc


II. Latar Belakang
a. Farmakologi
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut
yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena
molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan
diencerkan atau dicampur. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat
untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa
bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven air. Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula
lain kadar tinggi, dinyatakan sebagai sirup. (FI IV, 1995 hal. 15).
Difenhidramin HCl dibuat dalam bentuk larutan umumnya
ditujukan pada anak-anak. Larutan sejati dijadikan sebagai pilihan bentuk
sediaan, karena selain untuk mempermudah pemberian, difenhidrmain
HCl juga mudah larut dalam air. Difenhidramin dapat digunakan secara
parenteral untuk keadaan darurat mengobati anaphylatic shock atau saat
pemberian oral tidak memungkinkan. Difenhidramin HCl digunakan
untuk mengobati alergi seperti urticaria dan angiodema, rhinitis, dan
conjunctivitis, serta kulit yang gatal. Difenhidramin HCl juga memiliki
sifat sebagai anti emetic pada mual dan muntah-muntah, terutama
digunakan sebagai obat mabuk perjalanan (diberikan 30 menit sebelum
melakukan perjalanan), dan pada pengobatan vertigo dengan berbagai
penyebab. (Martindale. 36th ed. Hal. 577-578). Diphenhydramin HCl
merupakan antihistamin turunan etanolamin. Diphenhydramin HCl
sebagai zat antihistamin (H1 Bloker). Senyawa ini bersifat hipnotik dan
sedativ dan dengan demikian meredakan ransangan batuk.

Mekanisme kerja : Diphenhydramin HCl berkompetisi dengan


histamin bebas untuk mengikat reseptor. Diphenhydramin HCl bersifat
antagonis kompetitif terhadap efek histamin pada saluran gastrointestinal,
uterus, pembuluh darah, otot bronkial. Penghambatan reseptor H1 juga
menekan pembetukan edema, panas dan gatal yang disebabkan oleh
histamin.
b. Dosis
Dosis Maksimum
Dosis Lazim

1X
1H
1X
1H

: 100mg
: 250mg
: 25mg
: 100mg

BAB II
ISI
III.Monografi
Diphenhydramin Hydrochloridum
a. Struktur

(2-(Difenilmetoksi)-N,N-dimetiletilamina)hidroklorida

b. Pemerian
Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau dan rasa pahit. Jika
terkena cahaya, perlahan-lahan warnanya menjadi gelap. Larutannya
praktis netral terhadap kertas lakmus P. (FI IV, 1995, hal 330)
c. Kelarutan
Mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform, agak sukar
larut dalam aseton, sangat sukar larut dalam benzena dan dalam eter.
(FI IV, 1995, hal 330) Kelarutan dalam air adalah 858mg/mL, dalam
alkohol 95% 408mg/mL (Florey, Analytical Profiles of Drug
Substances, vol.3 hal 191)
d. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, terlindung cahaya
e. Titik leleh 167o 172oC. (FI IV, 1995, hal 330)
f. pH larutan
pH 5% larutan difenhidramin HCl dalam air adalah 4-6. (Martindale
ed 36, 2009, hal 577)
g. Stabilitas
Penguraian difenhidramin HCl berhubungan dengan efek dari
hidrogen peroksida dan sinar UV yang memapar sediaan. Hasil
penguraian oleh hidrogen peroksida adalah toluen, benzofenon,
benzil alkohol, asam benzoat, dan senyawa fenol termasuk
dimetilaminoetanol. (Florey, Analytical Profiles of Drug Substances,
vol.3 hal 199)
h. Inkompatibilitas
Difenhidramin HCl inkompatibel dengan amfoterisin B, natrium
sefmetazol, natrium sefalotin, hidrokortison natrium suksinat,
beberapa larutan barbiturat dan larutan basa atau asam kuat
(Martindale ed 36, 2009, hal 577)

Sakarosa
a. Struktur

b. Pemerian
Hablur putih, tidak berwarna, massa hablur /berbentuk hablur /
berbentuk kubus /serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil
di udara, larutannya netral pada lakmus

c. Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih,
sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam klorofor dan dalam eter
d. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
e. Titik leleh Tidak lebih dari 0,05% , lakukan penetapan
menggunakan 5,0 g
f. pH stabilitas
g. Inkompatibilitas
Bubuk sukrosa mungkin terkontaminasi dengan jejak
berat logam, yang dapat menyebabkan ketidakcocokan
dengan bahan aktif, misalnya asam askorbat. Sukrosa
juga dapat terkontaminasi dengan sulfit dari proses
pemurnian. Dengan kandungan sulfit yang tinggi,
perubahan warna dapat terjadi pada tablet salut gula,
untuk

warna

tertentu

yang

digunakan

dalam

sugarcoating. Batas maksimum untuk sulfit, dihitung


sebagai sulfur adalah 1 ppm. Pada keadaan encer atau
asam terkonsentrasi, sukrosa dihidrolisis atau terbalik
untuk dekstrosa dan fruktosa (gula invert). Sukrosa
dapat menyebabkan penutupan aluminium
h. Oksidasi
i. Aktivitas mikrobiologi

Propil Paraben (Nipasol)


a. Struktur
COO3H7

OH
b. Pemerian
Serbuk hablur, putih, tidak berbau, tidak berasa
c. Kelarutan
Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3.5 bagian etanol(95%)P,
dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol, dan dalam 40
bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida

d. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
e. Titik leleh 950-980C
f. pH stabilitas
g. Inkompatibilitas
Aktivitas antimikroba dari propel paraben berkurang
jauh dengan adanya surfaktan nonionik sebagai akibat
dari micellization. Penyerapan paraben dengan pastik
telah dilaporkan, dengan jumlah diserap erganung
jenisplastik dan kendaraan. Magnesium aluminium
silikat, magnesium trisilikat, oksida besi kuning dan
biru laut telah dilaporkan menyerap propel paraben
sehingga mengurangi efektivitas pengawet. Propel
paraben berubah warna dengan adanya besi dan
erhidroisis oeh akali lemah dan asam kuat.
h. Oksidasi
i. Aktivitas Mikrobiologi

Propylenglicol
a. Struktur
CH3 CHOH CH2OH
b. Pemerian
Cairan kental jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopis
c. Kelarutan
Dapat cmapur dengan air, dengan etanol (95%)P, dan dengan
kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat campur dengan eter
d.
e.
f.
g.
h.
i.

minyak tanah
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Titik leleh pada suhu 185o 189oC tersuling tidak kurang dari 95%
pH stabilitas
Inkompatibilitas
Oksidasi
Aktivitas mikrobiologi

Sorbitol
a. Struktur

b. Pemerian
Serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih; rasa manis
c. Kelarutan
sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, dalam
metanol, dan asam asetat
d. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat
e. Titik Leleh anhidrat : 110-112C; kristal polimorf: 97,78C; kristal
metastabil: 93C ( HOPE ed 6 hal 680)
f. Stabilitas
g. Stabil di udara, tidak terdekomposisi pada kenaikan suhu. Bulk
bersifat higroskopis
h. Inkompatibilitas
Inert dan cocok dengan berbagai eksipien. Dapat membentuk khelat
dengan ion logam divalen atau trivalen pada kondisi asam atau basa
kuat. Larutan sorbitol bereaksi dengan besi oksida menjadi tidak
berwarna. Dapat menurunkan laju degradasi penisilin pada larutan
netral

Mentholum
a. Struktur

b. Pemerian
Hablur berbentuk jarum/prisma, tidak berwarna, bau tajam seperti
minyak permen, rasa panas, dan aromatik diikuti rasa dingin
c. Kelarutan
Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol (95%)P, dalam
kloroform dan dalam eter mudah larut dalam parafin cair dan dalam
minyak atsiri
d. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk

e.
f.
g.
h.
i.

Titik leleh
pH stabilitas
Inkompatibilitas
Oksidasi
Aktivitas mikrobiologi

Aqua Destilata (Air Suling)


a. Struktur
b. Pemerian
Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
c. Kelarutan
Bercampur dengan hampir semua pelarut polar
d. Penyimpanan
Pada wadah tertutup rapat
e. Titik leleh dan titik didih 0o 100oC
f. Stabilitas
Stabil dalam semua keadaan fisik (padat, cair, gas)
g. Inkompatibilitas
Dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan obat dan
bahan lain yang dapat mengalami hidrolisis. Air dapat bereaksi kuat
dengan logam alkali dan dengan cepat dengan logam alkali tanah dan
oksidanya seperti kalsium oksida atau magnesium oksida. Air juga
bereaksi dengan garam anhidrat membentuk garam hidrat, dengan
beberapa bahan organik dan kalsium karbida

IV. Permasalahan dan Penyelesaian Masalah Farmasetika


Permasalahan
1. Diphenhydramin HCl memiliki kelarutan yang rendah dalam air
2. Diphenhydramin HCl memiliki rasa yang pahit
3. Sediaan multiple dose rentan terhadap kontaminasi mikroba
4. Larutan Diphenhydramin HCl bersifat cair sehingga mudah tumpah
Penyelesaian
1. Sorbitol sebagai wetting agent dan anti cap - locking
2. Rasa pahit diatasi dengan penambahan pemanis
dan
untuk
meningkatkan viskositas (Sakarosa)
3. Untuk menghindari mikroba ditambahkan pengawet (Nipasol)
4. Menthol sebagai flovoring agent
V. Formula Lengkap
Nama
Diphenhydramin HCl
Sakarosa

Jumlah
60 ml
67%

Kegunaan
Antihistamin
Pemanis dan peningkat viskositas

Propil Paraben
Propylenglicol
Sorbitol
Menthol
Ethanol
Aqua.dest

0,02%
0,5 gram
15%
0,015%
0,5 ml
Ad 60 ml

Pengawet
Pelarut Propil Paraben
Anti cap locking
Flovoring agent
Pelarut menthol
Pelarut

VI. Perhitungan Dosis Maksimum


1. FI Edisi III IX
= 100 mg
IH
= 250 mg
2. Resep
IX
= 12,5 mg
IH
= 12,5 mg x 3 = 37,5 mg
n
x DM Dewasa
3. Umur
IX
= 20
10
x 100 mg=50 mg
20
IH

n
x DM Dewasa
20
10
x 250 mg=125 mg
20

4. % Dosis

IX

Resep
x 100
Umur
12,5 mg
x 100 =25
50 mg

IH

Resep
x 100
Umur
37,5 mg
x 100 =30
125 mg

VII.

Perhitungan Bahan
Untuk sediaan 60 ml
a. Diphenhydramin HCl :

60 ml
x 12,5 mg=150 mg
5 ml

b. Sakarosa

67 gram
x 60 ml=40,2 gram
100ml

c. Propil Paraben

0,02 gram
x 60 ml=0,012 gram
100 ml

d. Propylenglicol

: 0,5 gram

e. Sorbitol

15 ml
x 60 ml=9 ml
100 ml

f. Menthol

0,015 gram
x 60ml=0,009 gram
100 ml

g. Ethanol
h. Aqua destilata
Untuk sediaan 300 ml

: 0,5 ml
: ad 60 ml

a. Diphenhydramin HCl :

300 ml
x 12,5 mg=750 mg
5 ml

b. Sakarosa

67 gram
x 300 ml=201 gram
100ml

c. Propil Paraben

0,02 gram
x 300 ml=0,06 gram
100 ml

d. Propylenglicol

300 ml
x 0,5 gram=2,5 gram
60 ml

e. Sorbitol

15 ml
x 300 ml=45 ml
60 ml

f. Menthol

0,015 gram
x 300 ml=0,045 gram
100 ml

g. Ethanol

300 ml
x 0,5ml=2,5 ml
60 ml

h. Aqua destilata

: ad 300 ml

VIII. Perhitungan Kelarutan


Kelarutan untuk 60 ml

a. Diphenhydramin HCl :

0,15 gram x 10 ml
=1,5 ml air dingin
1 gram

b. Sakarosa

40,2 gram x 0,5 ml


=20,1ml air panas
1 gram

Kelarutan untuk 300 ml


a. Diphenhydramin HCl :
b. Sakarosa

0,75 gram x 10 ml
=7,5 ml air dingin
1 gram

201 gram x 0,5 ml


=100,5 ml air panas
:
1 gram

IX. Penimbangan
Sediaan 60 ml
a. Diphenhydramin HCl = 150 mg

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Sakarosa
Propil Paraben
Propylenglicol
Sorbitol
Menthol
Ethanol
Aqua dest

Sediaan 300 ml
a. Diphenhydramin HCl
b. Sakarosa
c. Propil Paraben
d. Propylenglicol
e. Sorbitol
f. Menthol
g. Ethanol
h. Aqua dest

= 40,2 gram
= 0,012 gram
= 0,5 gram
= 9 ml
= 0,009 gram
= 0,5 ml
= ad 60 ml
= 750 mg
= 201 gram
= 0,06 gram
= 2,5 gram
= 45 ml
= 0,045 gram
= 2,5 ml
= ad 300 ml

X. Prosedur Kerja
1) Siapkan alat dan bahan
2) Setarakan timbangan
3) Timbang semua bahan yang digunakan
4) Kalibrasi botol 60 ml, tandai
5) Larutkan Diphenydramin HCl dalam beaker glass dengan air 1,5 ml, aduk
6)

ad larut. Masukan dalam botol


Larutkan sakarosa dalam beaker glass dengan air panas 20,1 ml, aduk ad

7)

larut. Masukan dalam botol


Larutkan Propilparaben dalam beaker glass dengan Propylenglicol, aduk

8)

ad larut. Masukan dalam botol


Larutkan Menthol dalam beaker glass dengan etanol, aduk ad larut.

9)
10)
11)
12)

Masukan dalam botol


Masukan sorbitol kedalam botol
Tambahkan aquadest ad 60 ml
Tutup botol dan kocok ad homogen
Beri etiket, label NI dan Kocok Dahulu

BAB III
HASIL PENGAMATAN
XI. Evaluasi Sediaan
a. Organoleptik 1) Warna = Kuning kecoklatan
2) Bau = Mentholum
3) Rasa = Manis
b. pH 6
c. Viskositas : t = 15 detik (laju alir)
d. Volume terpindahkan = 60 ml
XII. Hasil Pengamatan
Yang Diamati
Pertumbuhan

Jumat
-

Sabtu
-

Minggu
-

Senin
-

Selasa
-

Rabu
-

Kamis
-

Mikroba
Pengkristalan

pada leher botol


Warna
coklat coklat
Bau
mentol mentol
Rasa
manis manis

coklat
mentol
manis

XIII. P

coklat coklat coklat coklat


mentol mentol mentol mentol
manis manis manis manis

e
m
b
a
h

asan
Pada praktikum kali ini membuat sediaan larutan sebanyak 60 ml. Zat
aktif yang terkandung dalam larutan ini yaitu Diphenhydramin HCl yang
berkhasiat sebagai antihistamin adalah obat yang menentang kerja histamin
H-1 reseptor histamin berguna dalam menekan alergi yang disebabkan oleh
timbulnya simptom karena histamin. Diphenhydramin HCl ini sediaan dalam

bentuk serbuk hablur putih memiliki kelarutan yang rendah dalam air
sehingga

harus

dilarutkan

terlebih

dahulu

dengan

air.

Karena

Diphenhydramin HCl ini memiliki rasa yang pahit maka ditambahkan


sakarosa sebagai pemanis dan untuk meningkatkan viskositas. Sediaan larutan
ini merupakan multiple dose sehingga rentan terhadap kontaminasi mikroba
untuk

menghindarinya

dapat

ditambahkan

bahan

pengawet

seperti

Propilparaben (Nipasol) dan pelarutnya yaitu Propilenglycol. Jumlah


pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga larutan terhadap pertumbuhan
mikroba berbeda beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia untuk
pertumbuhan, sifat dan aktivitas sebagai pengawet yang dipunyai oleh
beberapa bahan formulasi dan dengan kemampuan pengawet itu sendiri. Zat
tambahan lainnya yang digunakan dalam larutan ini yaitu sorbitol sebagai
wetting agent dan anti cap locking, menthol sebagai flavoring agent dan
pelarutnya ethanol. Hampir semua larutan disedapkan dengan pemberi rasa
buatan atau bahan bahan yang berasal dari alam, karena larutan adalah
sediaan air, pemberi rasa ini (menthol) harus mempunyai kelarutan dalam air
yang cukup. Akan tetapi, kadang kadang sejumlah kecil alkohol (etanol)
ditambahkan ke larutan utnuk menjamin kelangsungan kelarutan dari menthol
yang kelarutannya dalam air buruk.
Setelah melakukan pembuatan

sediaan

dengan

zat

aktif

Diphenhydramin HCl dan beberapa excipiens yang sudah dijelaskan diatas


larutan yang sudah jadi di evaluasi terlebih dahulu mulai dari organoleptiknya
yaitu warna kuning kecoklatan, bau khas menthol dan rasa yang manis.
Sediaan ini memiliki pH 6 dan laju airnya selama 14 detik (Viskositas) serta
volume yang terpindahkan sebanyak 60 ml. Seteleh diamati selama 1 minggu
sediaan yang dibuat tidak terjadi pertumbuhan mikroba dan tidak terjadi
pengkristalan pada leher dari botol mungkin karena sediaan ini sudah
ditambahkan bahan pengawet dan anti cap locking.

BAB IV
PENUTUP
XIV. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
Sediaan yang dibuat kali ini yaitu dalam bentuk larutan sebanyak 60 ml
dengan zat aktifnya Diphenhydramin HCl 12,5mg/5cc yang berkhasiat

sebagai antihistamin.
Dalam pembuatan Diphenhydramin HCl ini harus dibuat formulasi yang
lengkapnya terlebih dahulu yaitu dengan penambahan sakarosa sebagai
pemanis dan meningkatkan viskositas, propilparaben (nipasol) sebagai
pengawet dan propylenglicol sebagai pelarutnya, sorbitol sebagai wetting
agent dan anti cap locking, menthol sebagai flavoring agent dan etanol
sebagai pelarutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III .Departemen Kesehatan

RI.Jakarta
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV .Departemen Kesehatan

RI.Jakarta
Ansel, Howard.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.Jakarta :
Universitas Indonesia

Rowe.Raimon C.2009. Handbook Of Pharmacetical Excipients Edisi VI.

London : Pharmacetical Press


Tjay, Drs.Tan Hoan dan Drs. Kirana Pahardja.2010.Obat Obat Penting.
Jakarta : PT. Elex Media Komposino

Anda mungkin juga menyukai