5.1.2. Dosis
Dosis sediaan larutan oral :
- Mg(OH)2 200 mg dalam 5 mL
- Al(OH)3 200 mg dalam 5 mL
- Simetikon 20 mg dalam 5 mL
Rancangan sediaan:
Bobot : 60 mL
Dosis 1 kali pemakaian : Mg(OH)2 200 mg, Al(OH)3 200 mg, dan
Simetikon 20 mg
Bobot = 60 mL/ 5 mL = 12 sendok
- Mg(OH)2 : 200 mg x 12 sendok = 2400 mg
2400 mg/12 sendok =200 mg/ sendok 5 mL
- Al(OH)3 : 200 mg x 12 sendok = 2400 mg
2400 mg/12 sendok =200 mg/ sendok 5 mL
- Simetikon : 20 mg x 12 sendok = 240 mg
240 mg/12 sendok = 20 mg/ sendok 5 mL
16
Ph stabilitas sediaan magnesium hidroksida, alumunium hidroksida, dan
simetikon: 8-9
Persyaratan kadar:
- Mg(OH)2 : tidak boleh kurang dari 95 % dan tidak boleh lebih dari
100,5 %
- Al(OH)3 : tidak boleh kurang dari 90 % dan tidak boleh lebih dari
110 %
- Simetikon : tidak boleh kurang dari 85 % dan tidak boleh lebih dari
115 %
Penyimpanan : dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya.
17
= 5,033 gram / 4,928 gram
= 1,105 gram / mL
18
efek samping dari Mg(OH)2 yaitu pencahar, maka dengan mengatasinya
digunakan Al(OH)3, dimana Al(OH)3 bereaksi dengan fosfat membentuk
aluminium fosfat yang sukar di absorbsi di usus kecil sehingga dapat membuat
konsistensi fases padat. Selain itu, ditambahkan pula zat antiflatulen, yaitu
simetikon. Simetikon adalah obat golongan antiflatulen yang bereaksi secara in
vitro dengan menurunkan tegangan permukaan gelembung gas. Secara fisiologi
bersifat inert, tidak diabsorbsi di saluran gastrointestinal atau ikut disekresi
bersama makanan. Penambahan simetikon dmaksudkan untuk menghilangkan
gelembung gas yang timbul akibat meningkatnya asam lambung. Karena antasid
bersifat menetralkan asam lambung, hasil dari reaksi dengan asam lambung
menghasilkan gas CO2 yang bila tidak dikeluarkan akan memberikan perasaan
kembung pada perut. Oleh karena itu antasid ini dikombiansi dengan simetikon
sebagai antiflatulen.
Bentuk sediaan yang dipilih berdasarkan pada sifat fisika kimia dari zat
aktif (magnesium hidroksida, alumunium hidroksida, dan simetikon) yaitu
suspensi oral dengan alasan bahwa bahan-bahan tersebut merupakan zat aktif
yang tidak larut dalam air, sehingga baik dibuat dalam bentuk sediaan suspensi
oral, dimana bahan pensuspensinya (suspensing agent) yang digunakan adalah Na
CMC. Alasan lain dibuat dalam bentuk suspensi oral yaitu diharapkan zat aktif
dapat bereaksi secara cepat dalam lambung sehingga efek yang ditimbulkanpun
cepat.
19
Alasan pemilihan bahan-bahan tambahan tersebut diantaranya sebagai
berikut. Air digunakan sebagai pembawa karena memiliki sifat inert, non toksik,
serta stabil secara fisika dan kimia. Sorbitol 70 % digunakan untuk menutupi rasa
pahit dari bahan aktif magnesium hidroksida, alumunium hidroksida, dan
simetikon. Penggunaan sorbitol 70 % dalam sediaan antasida sudah cukup umum
dipakai dalam sediaan suspensi yang beredar dipasaran. Keunggulannya yaitu
sifatnya yang tidak toksik namun cukup untuk menutupi rasa pahit dari bahan
aktif. Methyl paraben dan propyl paraben atau yang dikenal dengan nipagin dan
nipasol digunakan sebagai pengawet karena memiliki pH efektif 5-8, sehingga
sesuai dengan pH stabilitas magnesium hidroksida, alumunium hidroksida, dan
simetikon dalam sediaan suspensi yaitu antara 8-9. Selain itu, methyl paraben dan
propyl paraben merupakan pengawet yang luas digunakan, inert, dan kompatibel
dengan seluruh bahan lain.
Alasan penggunaan dua jenis preservatif yaitu methyl paraben dan propyl
paraben yaitu kedua jenis zat ini dapat bekerja lebih efektif dalam menghambat
pertumbuhan mikroorganisme penyebab ketidakstabilan sediaan jika
digabungkan. Selain itu, penambahan propyl paraben dapat meningkatkan
kelarutan dari methyl paraben dalam pelarutnya sehingga homogenitas pengawet
dalam sediaan dapat lebih baik.
20
memiliki dosis demikian. Selain itu dosis ini masuk dalam range dosis untuk
magnesium hidroksida, alumunium hidroksida, dan simetikon.
21
memberikan warna hijau muda. Setelah itu ditambahkan air hingga volume 180
mL dan diaduk hingga merata.
Uji selanjutnya adalah uji volume tuang. Uji ini dirancang sebagai jaminan
bahwa larutan oral yang dikemas dalam wadah, dengan volume yang tertera pada
etiket tidak lebih dari 60 ml, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan
cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa
tertentu dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan
memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket. Uji ini dilakukan
dengan menuangkan isi larutan perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas
ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali
volume yang diukur dan telah dikaliberasi, secara hati-hati untuk menghindarkan
pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selama
tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari
tiap campuran. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak
kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari
volume yang dinyatakan pada etiket. Berdasarakan hasil uji dapan dilihat volume
tuang sediaan sirup magnesium hidroksida, alumunium hidroksida, dan simetikon
telah memenuhi syarat yaitu tidak ada yang kurang dari 95 %.
22
Berikutnya dilakukan uji pH sediaan dengan alat pH meter. pH stabilitas
sediaan suspensi oral dengan zat aktif magnesium hidroksida, alumunium
hidroksida, dan simetikon seharusnya berkisar antara pH 8 – 9. Namun, hasil uji
menunjukkan nilai pH yang jauh dibawah pH stabilitas sediaan yaitu 7,29. Hal ini
dapat terjadi akibat kurang meratanya partikel zat aktif yang terdispersi, serta
berkurangnya zat aktif ketika dilakukan penggerusan atau pemindahan dari satu
wadah ke wadah lain sehingga kadarnya berkurang dan pH sediaan turun. pH
yang tidak sesuai ini mengindikasikan bahwa sediaan suspensi oral yang dibuat
kurang stabil.
Uji berikutnya adalah uji viskositas. Pertimbangan dari segi rheologi penting
dalam pembuatan suspense, antara lain adalah viskositas sebagai pengaruhnya
terhadap pengendapan dari partikel terdispersi serta perubahan sifat-sifat alir dari
suspensi bila wadahnya dikocok dan bila hasilnya dituang dari botol. Pengukuran
dilakukan dengan viskometer Rion yang menggunakan spindle no. 3 dengan
kecepatan 2, 4, 10, 20 rpm. Hasil yang didapatkan untuk viskositas sediaan
suspensi antasida yaitu 0,9 dPa.s.
23
warna, bau, dan rasa sebagai identitas produk, memiliki kestabilan yang baik dan
dapat terefikasi, zat/fase terdispersi harus benar-benar terdispersi secara merata /
sempurna dalam fase pendispersinya, zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan
pada penyimpanan, tidak membentuk ‘cake’ yang keras pada penyimpanan dalam
waktu tertentu.
24
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Formulasi sediaan suspensi antasida dengan zat aktif Mg(OH) 2, Al(OH)2, dan
simetikon menggunakan beberapa eksipien yaitu Na CMC sebagai bahan
pensuspensi, sorbitol 70 % sebagai pemanis, methyl paraben dan propyl
paraben sebagai pengawet, chlorophylline sebagai pewarna, menthol sebagai
perasa, dan propilen glikol sebagai pembasah.
3. Sediaan suspensi antasida telah melalui uji organoleptis, uji volume tuang, uji
pH, uji viskositas, dan perhitungan bobot jenis dengan hasil yang masih
belum sesuai dengan parameter yang ditetapkan.
6.2. Saran
Pembuatan sediaan cair perlu dilakukan dengan sangat teliti agar sediaan
yang dihasilkan sesuai dengan syarat sediaan yang baik, dengan memperhatikan
faktor-faktor praformulasi seperti faktor fisika kimia zat aktif dan eksipiennya,
serta harus betul-betul dilihat agar jangan sampai satu bahan incompatible dengan
bahan lainnya. Selain itu evaluasi sediaan perlu dilakukan agar dapat menjamin
mutu/kualitas sediaan/produk jadi. Personal/praktikan juga harus betul-betul
25
memperhatikan cara pembuatan sediaan obat larutan yang baik agar kesalahan-
kesalahan dalam proses pembuatan dapat dihindari/diminimalisir.
26