Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI ANALITIK
“SKRINING FITOKIMIA”

OLEH:
KELOMPOK 1
STIFA A 019

ASISTEN : Apt Muh Aswar Ar,S.si.,M.si.

PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI


LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Usaha penemuan senyawa-senyawa baru adalah tiang ilmu kimia
guna mengisi perannya dalam memajukan umat manusia. Hal ini berarti
bahwa penelitian dasar merupakan inovasi yang dapat dipertanggung
jawabkan karena berfungsi sebagai pondasi bagi penelitan terapan dan
inovasi.
Sumber daya alam organik adalah gudang senyawa kimia yang
sangat potensial sebagai sumber-sumber senyawa baru yang unik dan
tidak mungkin ditemukan di laboratorium. Senyawa-senyawa ini mungkin
sangat berguna dalam pengobatan, pertanian dan industri.
Indonesia sangat kaya akan sumber daya organik baik berupa
hewan, tumbuhan, mikroorganisma, maupun organisma laut. Sebagian
besar sumber daya ini belum dikaji dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan
bangsa Indonesia khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Diperlukan suatu penelitian yang sistematik untuk menjaring
senyawa kelompok metabolit sekunder terhadap kekayaan flora
Indonesia. Hal ini diupayakan untuk mencari manfaatnya sebagai
senyawa bioaktif terhadap berbagai sistem hayati sehingga dapat
menunjang kesejahteraan umat manusia.
Suatu fenomena budaya tradisional dalam bidang pengobatan dan
pertanian ternyata dapat menjaring tumbuhan-tumbuhan yang bermanfaat
karena memiliki keaktifan biologis tertentu. Tumbuh-tumbuhan yang
digunakan oleh masyarakat sebagai obat maupun pestisida tradisional,
setelah diteliti ternyata memiliki keaktifan yang sangat bermanfaat bagi
berbagai sistem hayati.
Pendekatan secara fitokimia untuk memperoleh senyawa aktif
sangatlah penting oleh karena prospek aktif tidaknya suatu tumbuhan
ditunjang oleh keberartiannya secara fitokimia.
Penapisan fitokimia dimulai dengan pengumpulan sampel
sebanyak mungkin. Oleh karena kegiatan ini memakan waktu cukup lama
maka penapisan fitokimia memegang peranan terbesar dari kegiatan
kimia bahan alam. Sekalipun kegiatan ini bertitik tolak pada daya tarik
kimiawi, hal ini tidaklah mengurangi manfaat hasil penelitian. Spesies-
spesies yang telah dianalisis secara fitokimia akan diinventarisasi untuk
ditelaah lebih lanjut mengenai struktur kimia senyawa-senyawa aktifnya .
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah mengamati secara kualitatif
komponen kimia yang terkandung dalam serbuk simpilisi daun kersen
(Muntingia Calabura L.)
I.2.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini dalah untuk mengidentifikasi komponen
kimia yang terkandung dalam serbuk simpilisi daun kersen (Muntingia
Calabura L.) secara kualitatif.
I.3 Prinsip Percoban
Dilakukan skrining fitokimia pada simplisia daun kersen dengan
menggunakan beberapa perekasi secara uji alkaloid, uji flavanoid, uji
tanin, uji saponin dan uji steroid/terpenoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif
yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat denan
cepat memisahkan antara bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia
tertentu dengan bahan alam yang tidak memiliki kandungan fitokimia
tertentu. Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti.
Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian
warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting yang
berperan dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode
ekstraksi (Kristianti dkk., 2008). 
Senyawa metabolit adalah senyawa yang digolongkan berdasarkan
biogenesisnya, artinya berdasarkan sumber bahan baku dan jalur
biosintesisnya. Terdapat 2 jenis metabolit yaitu metabolit primer dan
sekunder. Metabolit primer (polisakarida, protein, lemak dan asam
nukleat) merupakan penyusun utama makhluk hidup, sedangkan metabolit
sekunder meski tidak sangat penting bagi eksistensi suatu makhluk hidup
tetapi sering berperan menghadapi spesies-spesies lain. Misalnya zat
kimia untuk pertahanan, penarik seks, feromon (Manitto, 1981).
Fitokimia merupakan suatu disiplin ilmu yang bidang perhatiannya
adalah aneka ragam senyawa organik yang dibentuk oleh tumbuhan
meliputi struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta
metabolismenya, penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologisnya. Setiap
tahap pengerjaan fitokimia merupakan bagian intergral dari seluruh
rangkaian pengerjaan dan merupakan aspek yang berhubungan. Hasil
setiap tahap berkaitan satu sama lain, oleh karenanya harus dilakukan
dengan cara yang tepat dan teknik yang benar.
Penapisan fitokimia dimulai dengan pengumpulan sampel
sebanyak mungkin. Oleh karena kegiatan ini memakan waktu cukup lama
maka penapisan fitokimia memegang peranan terbesar dari kegiatan
kimia bahan alam. Sekalipun kegiatan ini bertitik tolak pada daya tarik
kimiawi, hal ini tidaklah mengurangi manfaat hasil penelitian. Spesies-
spesies yang telah dianalisis secara fitokimia akan diinventarisasi untuk
ditelaah lebih lanjut mengenai struktur kimia senyawa-senyawa aktifnya
(Farnswort, 1966 dan Lajis, 1985).
Skrining fitokimia serbuk simplisia dan sampel dalam bentuk basah
meliputi pemeriksaan kandungan senyawa alkaloida, flavonoida,
terpenoida/steroid , tanin dan saponin menurut prosedur yang telah
dilakukan oleh Harbone (Harbone, 1987) dan (Depkes, 1995).
1. Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang senyawa yang
terdiri dari C6-C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan
dalam bentuk glikosida atau gugusan gula bersenyawa pada satu atau
lebih grup hidroksil fenolik (Sirait, 2007; Bhat et al., 2009). Flavonoid
merupakan golongan metabolit sekunder y ang disintesis dari asam
piruvat melalui  metabolisme asam amino (Bhat et al., 2009). Flavonoid
adalah senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah basa
atau amoniak. Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin,
proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron,
flavanon, dan isoflavon (Harborne, 1987).
2. Alkaloida
Merupakan golongan zat tambahan sekunder yang terbesar. Pada
umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian
dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, sering kali bersifat optis
aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa
cairan (Teyler. V. E, 1988). Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa
pereaksi pengendap . pereaksi mayer memberikan endapan warna putih.
Pereaksi dragendorff mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida
dalam asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung alkaloid jika
setelah penyemprotan dengan pereaksi dragendorff membentuk warna
jingga (Sastrohamidjojo, 1996).
3. Tanin
Merupakan senyawa yang memiliki sejumlah gugus hidroksi fenolik
yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Terdapat pada daun, buah
dan batang. Tanin merupakan senyawa yang tidak dapat dikristalkan dan
membentuk senyawa tidak larut yang berwarna biru gelap atau hitam
kehijauan dengan logam besi tanin terdapat luas dalam tumbuhan
berpembuluh dalam angiospermae terdapat khusus pada jaringan kayu.
Menurut batasannya tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk
kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Didalam tumbuhan, letak
tanin terpisah dari protein dan enzin sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak
misalnya bila hewan memakannya maka reaksi penyamakan dapat terjadi.
Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencerna
hewan pemakan tumbuhan (Gunawan, 2004).
4. Saponin
Merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang terbesar luas
pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam
air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang
dengan penambahan asam (Leswara, 2005).
5. Steroid dan Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprena dan secara biosintersis diturunkan dari hidrokarbon
C30 asiklik, yaitu skualen. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit,
kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau asam karboksilat
II.2 Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnuoliophyta
Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales
Famili : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia Calabura L.
Yanti, 2019).
II.3 Morfologi Tanaman
1. Akar
Memiliki susunan akar berupa akar tunggang besar dan dalam.
Berbentuk kerucut panjang, lurus kebawah dan bercabang. Berwarna
kekuning-kuningan. Bagian-bagian akar terdiri dari (Yanti, 2019) :
 Leher akar / pangkal akar (collum)
 Ujung akar (apex radicis)
 Batang akar (corpus radicis)
 Cabang-cabang akar (radix lateralis)
 Serabut akar (fibrilla radicalis)
 Rambut / bulu akar ( pilus radicalis)
 Tudung akar (caliptra)
2. Batang
Mempunyai tiga tulang daun dan bila diremas akan terasa bau yang
khas. Memiliki batang berbentuk bulat (teres) dan arah tumbuh batang
tegak lurus (erectus). Pada permukaan batang terdapat rambut atau bulu-
bulu halus. Percabangan pada batang merupakan cara percabangan
modopodial, batang pokok tampak jelas karena lebih besar dan panjang
daripada cabang-cabangnya. Bentuk percabangan pada tumbuhan ini
adalah tegak, sudut antara cabang dan batang amat kecil sehingga arah
tumbuh cabang hanya pada pangkalnya dan sedikit serong keatas, tetapi
pertumbuhan selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya (Yanti,
2019).
3. Daun
Struktur daun tidak lengkap karena hanya terdiri atas tangkai dan
helaiannya saja. Tangkai daun kersen (Muntingia Calabura) berbentuk
setengah lingkaran dan helaiannya berbentuk segitiga dan bertulang
melengkung. Bentuk ujung daunnya runcing, kedua tepi daun sebelah
kanan dan kiri ibu tulang daun sedikit mengarah keatas. Pangkal daun
kersen berbentuk rompingatau rata dan tepi daunnya toreh bergerigi
(Yanti, 2019).
Tumbuhan kersen memiliki struktur daging daun yang seperti kertas,
tipis tetapi cukup tegar (kuat). Warna daun pada tumbuhan kirinyuh hujau
tua. Memiliki bulu halus dan rapat pada permukaan daun. Susunan daun
menyirip genap. Terdapat dua anak helaian daun yang berpasangan
dikanan dan kiri ibu tangkai serta terdapat alat tambahan berupa selaput
bumbung (orcea atau ochrea) (Yanti, 2019).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III. 1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah bunsen, kertas
saring, pipet tetes, rak tabung dan tabung reaksi.

III.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu aquadest, etanol 70%, eter FeCl3(Besi
(III) Klorida), H2SO4 (Asam Sulfat) Pekat, HCl (Asam Klorida) encer dan
pekat, penggaris, KOH (Kalium Hidroksida), NaCl (Natrium Klorida),
pereaksi dragendroff, pereaksi mayer, pereaksi wagner, serbuk Mg, dan
serbuk simpilisia daun kersen (Muntingia Calabura L.).
III. 3 Cara Kerja
III. 3. 1 Uji Alkaloid
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 gram kemudian di tambah 1 ml
HCl 2 N dan 9 ml aquadest dipanaskan di atas bunsen selama 2 menit,
didinginkan dan disaring.
3. Filtrat sebanyak 1 ml ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi Mayer,
reaksi positif ditandai dengan endapan berwarna putih.
4. Filtrat sebanyak 1 ml ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi Wagner,
reaksi positif ditandai dengan endapan berwarna coklat.
5. Filtrat sebanyak 1 ml ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi
Dragendroff , reaksi positif ditandai dengan endapan berwarna merah
atau jingga.
III. 3. 2 Uji Flavanoid
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Serbuk simplisia ± 1 gram ditempatkan dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan dengan etanol 70% dan HCl pekat 3 tetes kemudian di
homogenkan.
3. Setelah homogen kemudian ditambahkan serbuk Mg
4. Pada tahap terakhir dilakukan penyarigan kemudian ambil filtrat.
Apabila timbul warna hijau menandakan menandakan uji positif
terhadap Aglikon, apabila berwarna merah menandakan uji positif
terhadap Flavonoid dan apabila berwarna jingga menandakan uji
positif terhadap Flavon.
III. 3. 3 Uji Tanin
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Serbuk simplisia ± 1 gram ditempatkan dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan dengan etanol 70% dan air panas kemudian
dihomogenkan.
3. Setelah homogen kemudian di tambahkan NaCl 10% 3 tetes.
4. Pada tahap terakhir dilakukan penyarigan kemudian ambil filtrat.
5. Filtrat di tambahkan FeCl3 1% 3 tetes. Apabila timbul warna biru
kehitaman menandakan uji positif terhadap Piragelol dan apabila
berwarna hijau kebiruan menandakan uji positif terhadap Katekol.
III. 3. 4 Uji Saponin
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Serbuk simplisia ± 1 gram ditempatkan dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan dengan etanol 70% dan air panas kemudian d
tambahkan air panas.
3. Dilakukan penyaringan, ambil filtrat kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dikocok kuat-kuat selama ± 1 menit, ukur busa yang
terbentuk (1-10 cm)
4. Tambahkan 3 tetes HCl 2 N, apabila busa konstan dan tidak hilang
menandakan positif saponin

III. 3. 5 Uji Steroid & Terpenoid


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Serbuk simplisia ± 1 gram ditempatkan dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan dengan eter kemudian di kocok
3. Dilakukan penyaringan, ambil filtrat kemudian diuapkan hingga kering
4. Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H 2SO4pekat.
Apabila tibul warna merah,jingga atau unggu menandakan uji positif
terhadap terpenoid, sedangkan warna biru menunjukan iji positif untuk
steroid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Hasil Pengamatan Uji Kualitatif Komponen Kimia


Pengujian Komponen Pengamatan Keterangan
Kimia Reaksi

Uji Pendahuluan _ _

+ P. Dragendroff + (+) terbentuk endapan


merah
Uji Alkaloid + P. Mayer - (-) tidak terbentuk
endapan putih
+ P. Wagner - (-) tidak terbentuk
endapan coklat
Uji Flavanoid - (-) tidak terbentuk
warna merah.
Uji Tanin + (+) biru kehitaman
(Piragalol)
Uji Saponin - (-) tidak terbentuk busa
permanen
Uji Steroid/Terpenoid - Steroid (-) tidak
terbentuk warna biru
terpenoid (-) tidak
terbentuk warna ungu
(violet)
IV.2 Pembahasan
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentanggolongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang
diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi
pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.
Adapun pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan simplisia secara
metode skrining fitokimia dengan menggunakan sampel serbuk simpilisia
daun kersen (Muntingia Calabura L.) secara uji alkaloid, uji flavanoid, uji
tanin, uji saponin dan uji steroid/terpenoid.
Pada uji alkaloid serbuk simplisia daun kersen ditambahkan
dengan 2 ml HCl 2N dan 9 ml aquadest, dimana alkaloid bersifat basa
sehingga digunakan pelarut asam agar bentuk garam alkaloid yang
mudah larut dalam air. Setelah di tambahkan kemudian dipanaskan,
tujuan dipanaskan yaitu untuk mempercepat reaksi dan mempercepat
kelarutan sampel. Kemudian dilakukan penyaringan, filtrat yang di
dapatkan kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yg berbeda
masing-masing ditambahkan dengan pereaksi yang berbeda yaitu
perekasi dragendroff, mayer, dan wagner. Hasil yang didapatkan pada
sampel yg ditambahkan dengan pereaksi dragendroff yaitu (+) terbentuk
endapan merah, pada sampel yang ditambahkan dengan pereaksi mayer
yaitu (-) tidak terbentuk endapan putih dan hasil yang didapatkan pada
sampel yang ditambahkan dengan pereaksi wagner (-) tidak terbentuk
endapan coklat.
Pada uji flavanoid serbuk simplisia daun kersen ditambahkan
dengan HCl P dan Serbuk Mg , tujuan di tambahkan serbuk Mg dan HCl
karena berfungsi untuk mereduksi inti benzipiron yang ada di flavanoid
yang akan membentuk garam flavilium. Hasil yang didapatkan setelah
penambahan serbuk Mg adalah (-) tidak terbentuk warna merah.
Pada uji tanin serbuk simplisia daun kersen ditambahkan dengan et
FeCl31%, alasan di tambahkan FeCl31% karena tanin akan bereaksi
dengan ion Fe3+membentuk senyawa kompleks sehingga nantinya
terbentuk warna biru atau hijau hingga hitam yang menunjukkan adanya
senyawa tanin. Hasil yang didapatkan pada uji tanin adalah (+) biru
kehitaman (Piragalol).
Pada uji saponin dilakukan dengan mengunakan air hangat dalam
tabung reaksi lalu dikocok kuat ± 1menit kemudian terbentuk busa.
Setelah ditambahkan HCl 2N hasilnya (-) tidak terbentuk busa permanen
maka menunjukkan uji negatif untuk saponin.
Pada pengujian terakhir yaitu uji steroid/terpenoiddidasarkan pada
kemampuan senyawa untuk membentuk warna H 2SO4 pekat dalam
pelarut eter. Hasil yang didapatkan pada uji ini yaitu Steroid (-) tidak
terbentuk warna biru, terpenoid (-) tidak terbentuk warna ungu (violet)

Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini , yaitu

1. Kondisi simplisia yang digunakan lembab, hal tersebut berkaitan


dengan kadar air simplisia tersebut yang mungkin masih > dari 10
%.
2. Penambahan bahan yang kurang akurat jumlahnya.
3. Kurangnya ketelitian dalam pengerjaan.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu dengan melakukan skrining
fitokimia pada simplisia daun kersen (Muntingia Calabura L.) dengan
menggunakan beberapa perekasi ditemukan kandungan senyawa
metabolit sekunder yaitu kelompok senyawa alkaloid, flavanoid, tanin,
saponin dan steroid/terpenoid.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Laboratorium
Diharapkan agar alat-alat didalam laboratorium lebih dilengkapilagi.
V.2.2 Saran untuk Dosen
Diharapkan agar dosen lebih sering mendampingi praktikan
selamapraktikum berlangsung.
V.2.3 Saran untuk Asisten
Diharapkan agar asisten lebih sering mendampingi praktikan
selamapraktikum berlangsung untuk menghindari terjadinya kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Bhat,S.V., B.A. Nagasampagiand S. Meenakshi. 2009. Natural Products:
Chemistry and Application. Narosa Publishing House, New Delhi.
India.
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 334, 336, 337.
Farnsworth, Norman R., 1966, Biological and Phytochemical Screening of
Plants, J. Pharm. Sci., 55:3, 225-157.
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)
jilid I, Penebar Swadaya, Jakarta.
Harborne, J.B., 1995, Metode Fitokimia (terjemahan oleh Dr. K.
Padmawinata), ITB, Bandung, 123-157.
Kristanti, A. N., N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi. 2008. Buku
Ajar Fitokimia. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 23, 47.
Leswara, 2005, Buku Ajar Kimia Organik, Ari Cipta, Jakarta.
Munte, Nuriana. Dkk, 2016 Skrining Fitokimia Dan Antimikroba Ekstrak
Daun Kirinyuh Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dan
Escherichia coli. Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan
Vol : 2(2)
Teyler. V. E., dkk. 1988. Pharmacognosy 9th edition. 187-188.
Phiadelphia: Lea & Febiger.
Yanti, Elvi. 2019. Mudah Menanam Terung. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
LAMPIRAN

1) Uji Alkaloid
+ P. Dragendroff
+ P. Mayer
+ P. Wagner

2) Uji Flavanoid

3) Uji Tanin
4) Uji Saponin

5) Uji Steroid/Terpenoid
 Steroid
 Terpenoid

Anda mungkin juga menyukai