Disusun Oleh:
Kelompok / Shift : 2 / C
I. Nama Sediaan
Infus Ringer Laktat : Duce RL
Pada sediaan infus ringer laktat ini ditambahkan carbon adsorben yang
berperan sebagai senyawa yang menghilangkan pirogen yang mungkin ada
pada sediaan. Carbon adsorben ini akan menyerap pirogen yang dapat
membahayakan tubuh saat masuk bersama aliran darah. Carbon adsorben yang
digunakan pada sediaan ini sebanyak 0,1% dari volume total. Lalu,
ditambahkan Aqua pro injection yang berperan sebagai pembawa karena zat
aktif yang digunakan memiliki kelarutan yang baik dalam air. Selain itu
sediaan dengan basis air dapat diabsorbsi dengan baik di dalam tubuh
V. Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas
Perhitungan Tonisitas dan Osmolaritas Ringer laktat
Tonisitas
0,31 g 1,55 g
Na Laktat = x 500mL = 1,55 gram → x 100 % = 0,31%
100 mL 500 mL
0,03 g 0,15 g
KCl = x 500mL = 0,15 gram → x 100 % = 0,03%
100 mL 500 mL
0,02 g 0,1 g
CaCl2 = x 500mL = 0,1 gram → x 100 % = 0,02%
100 mL 500 mL
0,6 g 3g
NaCl = x 500mL = 3 gram → x 100 % = 0,6%
100 mL 500 mL
Osmolaritas
g
- Na Laktat = liter zat terlarut x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
1,55 g / 0,5 L
= x 1000 x 2
112,06
= 55,33 M osmole/L
g
- KCl = liter zat terlarut x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
0,15 g /0,5 L
= x 1000 x 2
74,5
= 8,05 M osmole/L
g
- CaCl2 = liter zat terlarut x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
0,1 g /0,5 L
= x 1000 x 3
147,02
= 4,08 M osmole/L
g
- NaCl = liter zat terlarut x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
3 g /0,5 L
= x 1000 x 2
58,44
= 205,333 M osmole/L
VIII. Penimbangan
R/ Standar Infus Ringer Laktat (USP)
Tiap 1000 mL mengandung :
- NaCl 6
- Natrium Laktat 3,100
- KCl 0,300
- CaCl2 0,200
- Aqua pro Injeksi ad 1000 mL
= 500 ml + 10 ml
= 510 ml
0,31 g
Na Laktat = x 510mL = 1,58 gram + (1,58 gram x 5%)
100 mL
= 1,659 gram
0,03 g
KCl = x 510mL = 0,153 gram + (0,153 gram x 5%)
100 mL
= 0,161 gram
0,02 g
CaCl2 = x 510mL = 0,102 gram + (0,102 gram + 5%)
100 mL
= 0,107 gram
0,6 g
NaCl = x 510mL = 3,06 gram + (3,06 gram + 5%)
100 mL
= 3,213 gram
0,1 g
Carbon adsorben = x 500mL = 0,50 gram
100 mL
Aqua pro injection = 500 ml + (2% x 500 ml)
= 500 ml + 10 ml
= 510 ml
X. Prosedur Pembuatan
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Semua alat disterilisasikan menggunakan cara sterilisasi yang sesuai.
Natrium Laktat, NaCl, KCl dan CaCl2 ditimbang dan masin-masing
dilarutkan dengan Aqua PI.
Masukkan masing-masing zat yang sudah dilarutkan kedalam gelas kimia,
diaduk ad homogen.
Tambahkkan karbon aktif kedalam larutan sediaan infus.
Larutkan dipanaskan diatas hotplate (60-70˚C) selama 5 menit sambal
sesekali diaduk.
Larutan infus yang sudah dipanaskan, disaring menggunakan filter
apparatus.
Larutan infus yang ditampung, dipindahkan kedalam botol.
Tambahkan Aqua PI kedalam botol ad 500mL.
Sediaan infus diberi label.
Sediaan infus disterilisasi akhir (panas lembab) dengan autoklof 121˚C
selama 15 menit.
XII. Pembahasan
Pada praktikm kali ini dilakukan pembuatan sediaan steril berupa infus
ringer laktat. Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100ml
yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok. Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan
terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit larutan untuk infus
intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel (Lukas, Syamsuni, H.A, 2006).
Sediaan infus ringer laktat mengandung zat aktif Na Laktat, KCl, CaCl2,
2 H 2 O , dan NaCl. Sedangkan bahan lain atau eksipiennya yaitu Aqua pro
injection, carbon adsorben, HCl 0,1 N, dan NaOH 0,1 N. Na Laktat berfungsi
sebagai buffering agent dan isotonis agent, selain itu Na Laktat berfungsi untuk
memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. KCl berfungsi sebagai
antimikroba. CaCl2 dan 2 H 2 O berfungsi sebagai zat penyerap air dan
antimikroba. Aqua pro injection berfungsi sebagai pelarut, tidak mengandung
bahan antimikroba atau bahan lainya. Carbon adsorben berfungsi sebagai pengikat
pegotor yang mungkit terdapat pada sediaan. HCl 0,1 N berfungsi untuk
menambahkan tingkat keasaman. NaOH berfungsi sebagai penmabah tingkat
kebasaan. Sedangkan NaCl dapat dipakai sebagai cairan resusitasi, mengganti
cairan tubuh atau elektrolit dalam tubuh yang hilang, dan sebagai pengencer sel
darah merah sebelum transfusi.
Pada perhitungan infus ringer laktat yang dibuat larutan tersebut memiliki
sifat hipotonis, karena hasil yang diperoleh sebesar 0,817%. Oleh karena itu agar
larutan bersifat isotonis maka ditambahkan NaCl sebanyak 0,083g/100 mL.
Disebut larutan isotonis jika NaCl mencapai 0,9%. Sedangkan pada hasil
penimbangan ditambah 5% hal tersebut karena untuk mengatasi berkurangnya
konsentrasi akibat proses depirogenisasi.
Lalu dilakukan juga uji bahan partikulat untuk melihat ada tidaknya
partikel dalam sediaan infus. Prosedurnya sama dengan uji kerjernihan larutan
yaitu melihat menggunakan senter dengan latar hitam dan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa sediaan infus ringer laktat yang dibuat terbebas dari
partikel. Ini berarti larutan tersebut dapat digunakan karena tidak dikhawatirkan
menimbulkan emboli dan menyebabkan rasa nyeri. Partikel ini biasanya adalah
bahan yang tidak larut dan secara tidak langsung terdapat dalam sediaan.
Adanya partikel asing dalam sediaan menandakan bahwa larutan tersebut tidak
jernih, karena adanya kontaminasi partikel asing, sehingga bila diamati lebih
teliti dalam sediaan tersebut keruh dengan partikel asing
Setelah itu adanya uji kebocoran yang mana dilakukan untuk memeriksa
keutuhan kemasan untuk menjaga volume serta kestabilan sediaan, selain itu
adanya kebocoran dapat menyebabkan partikel asing masuk, partikel ini dapat
berupa mikroorganisme atau pirogen, yang menandakan bahwa larutan tersebut
tidak lagi steril. Adanya kebocoraan juga dapat berpengaruh pada distribusi atau
penanganan sediaan tersebut. Pengujian dilakukan dengan sediaan dibalik
dengan posisi tertutup dan diberi dasar kertas. Apabila terdapat kebocoran pada
botol, maka kertas yang terletak pada dasarnya akan basah. Pada sediaan vial
yang dihasilkan pada praktikum kali ini tidak terdapat kebocoran, sehingga
larutan tetap dalam keadaan jernih. Setelah dilakukan uji evaluasi diatas maka
dapat disimpulkan bahwa infus ringer laktat ini memenuhi standar sediaan dan
layak untuk dipakai.
XIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Infus merupakan sediaan injeksi steril volume besar berupa larutan atau
emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin isotonis.
2. Pada hasil evaluasi yang diperoleh, pada uji organoleptik meliputi warna
dan bau dimana sediaan tidak berwarna dan tidak berbau; uji penetapan pH
dimana pH sediaan 7,389; uji kejernihan dimana sediaan jernih; uji
kebocoran dimana sediaan pada wadah tidak bocor; uji volume
terpindahkan dengan hasil 99%; uji partikulat dengan hasil tidak terdapat
partikulat dan uji pirogen hasil sediaan tidak terdapat pirogen. Berdasarkan
hasil evaluasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sediaan infus Ringer
Laktat telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
I. Nama Sediaan
Infus Natrium Bikarbonat 8.4% : Duce Natrium Bikarbonat 8.4%
V. Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas
Injeksi Natrium bikarbonat yaitu larutan natrium bikarbonat steril dalam air
untuk injeksi mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%
a. Perhitungan kadar
- Natrium Bikarbonat 8,4% = 8,4 gram x 500 ml = 42 gram
100 mL
- Karbon adsorben 0,1% = 0,1 gram x 500 ml = 0,5 gram
100 mL
- Aqua pro injection = 500 ml
b. Perhitungan Tonisitas
Kemurnian Natrium Bikarbonat yang digunakan yaitu 100%
Metode Ekuivalen Natrium Bikarbonat
- E = 0,65
- Konsentrasi = 8,4 %
Maka E x Konsentrasi = 0,65 x 8,4%
= 5,46% (Hipertonis)
Metode Penurunan Titik Beku Natrium Bikarbonat
- E= ΔTf (1%) = 0,38°
- Konsentrasi = 8,4%
Maka E x Konsentrasi = 0,38℃ x 8,4%
= 3,192% (Hipertonis)
c. Perhitungan Osmolaritas
- Natrium Bikarbonat 8,4 %
- BM = 84 g/ml
Kadar ( gr / L ) ×1000 × Jumlah Ion
Osmolaritas=
BM
84 gr / L×1000 × 2
¿
84 gr /ml
¿ 2000 mOsm/ L
Sediaan hipertonis karena > 350 mOsm/L
VIII. Penimbangan
Volume tiap botol=500 ml+2 %
¿ 500 ml+10 ml
¿ 510 ml
Natrium Bikarbonat 8,4%
8,4
×510 ml=42,84 gr
100
Kadar=42,84 gr +5 %
¿ 42,84 gr +2,142 gr
¿ 44,982 gr
Carbon Adsorben 0,1 %
0,1 gr
× 510ml=0,51 g
100 ml
XII. Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu pembuatan infus dengan zat aktif Natrium
Bikarbonat. Tujuan dari pemberian infus sendiri adalah untuk menyuplai
kebutuhan air, elektrolit, dan karbohidrat sederhana yang diperlukan oleh tubuh;
Bertindak sebagai pembawa untuk obat-obat yang dapat bercampur dengan
larutan infus; Menyuplai kebutuhan nutrisi pada saat bahan makanan tidak dapat
diberikan secara oral (TPN=Total Parenteral Nutrition); Sebagai larutan untuk
memperbaiki keseimbangan asam-basa tubuh; Bertindak sebagai cairan pengganti
plasma; Meningkatkan diuresis pada saat tubuh banyak menahan cairan; dan
Bertindak sebagai agen dialisis pada pasien penderita gagal ginjal.
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen dan sedapat mungkin isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke
dalam vena dalam volume yang relatif besar. Infus intravena harus jernih dan
praktis bebas partikel (The Departement of Health, Social Service and Public
Safety, 2002). Dan juga infus dinyatakan tidak boleh mengandung bakterisida
atau dapar (Lachman, 1993), karena tubuh manusia tidak diperbolehkan
mengkonsumsi pengawet dan dapar dalam jumlah tinggi, sedangkan infus
merupakan sediaan yang memiliki volume tinggi (>100 mL) dari hal tersebut bila
ditambahkan pengawet atau dapar dibutuhkan pengawet dan dapar yang banyak
pula. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan infus intravena menurut
(Departemen Kesehatan RI, 1995), yaitu :
1. Sediaan steril berupa larutan atau emuls
2. Bebas pirogen
3. Sedapat mungkin dibuat isotonis dan isohidris terhadap darah, karena volume
dari infus sangat besar, yang apabila tidak isotonis atau isohidris akan
mengakibatkan hal buruk terhadap tubuh, seperti pecahnya pembuluh darah dan
rasa nyeri yang berlebih.
4. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar.
5. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel.
6. Volume netto/volume terukur tidak kurang dari nilai yang ada pada etiket
sediaan, dll
7. Memenuhi persyaratan lain yang tertera pada injeksi. Kecuali dinyatakan lain,
syarat injeksi meliputi:
· Keseragaman volume
· Keseragaman bobot
· Pirogenitas
· Sterilitas
· Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
·Penandaan: etiket menyatakan konsentrasi mosmol total dalam satuan mosmol/L.
Sediaan infus ini mengandung zat aktif Natrium Bikarbonat 8,4%.
Natrium bikarbonat memiliki fungsi untuk dapat menetralkan asam HCl pada
lambung karena daya larutnya tinggi. Obat ini digunakan untuk mengatasi
asidosis metabolik, alkalinisasi urin dan pengobatan radikal pruritus (Syarif,
2012). Natrium bikarbonat bersifat alkalis dengan efek antasid yang sama dengan
kalsium karbonat dan juga Natrium bikarbonat dapat digunakan sebagai
komponen garam rehidrasi oral dan sebagai sumber bikarbonat dalam cairan
dialisis. Natrium Bikarbonat dibuat dalam sediaan infus karena dapat memberikan
keuntungan, yaitu agar pemberian obat bekerja cepat, seperti pada keadaan gawat;
dapat digunakan untuk penderita yang tidak sadar; tidak dapat atau tidak tahan
menerima pengobatan melalui oral; dan agar pelepasan obat ke dalam darah dapat
diatur. Namun, sediaan infus juga memiliki kerugian diantaranya, yaitu dapat
mengakibatkan emboli udara, inkompatibilitas obat (pada sebelum dan setelah
penyuntikan), hipersensitivitas, Infiltrasi atau ekstravasasi (rasa nyeri pada daerah
sekitar), Sepsis (infeksi bakteri sistemik), terbentuknya trombus akibat rangsang
tusukan jarum pada dinding vena, dan obat yang telah diberikan secara intravena
tidak dapat ditarik lagi.
Sediaan Natrium Bikarbonat dibuat dalam bentuk infus larutan karena
memiliki kelarutan yang baik dalam air dan di sterilisasi dengan metode sterilisasi
awal, pembuatan dibawah LAF secara aseptic dan dilakuaan sterilisasi akhir
dengan metode sterilisasi filtrasi. Hal ini karena Natrium Bikarbonat stabil hingga
suhu 2700C (mengalami penguraian), stabil terhadap air, terjadi penguraian pada
udara lembab di bawah suhu 400C dan juga stabil terhadap cahaya sehingga
kurang tepat dilakukan sterilasasi akhir menggunakan autoklaf.
Sama halnya sediaan injeksi yang harus dalam keadaan steril, pembuatan
infuspun harus diperhatikan sterilitasnya. Sediaan infus harus dalam keadaan
steril, mulai dari zat aktif, zat tambahan maupun alat-alatnya dengan metode
sterilisasi yang sesuai sebagai upaya untuk membunuh mikroorganisme dalam
sediaan termasuk mikroorganisme dalam bentuk sporanya (Tille, 2017). Hal
tersebut harus dilakukan karena sediaan infus langsung kontak dengan aliran
darah. Proses penghilangan mikroba selain dengan metode sterilasasi, pada infus
dilakukan untuk menghilangkan pirogen (endotoksin) dengan proses
depirogenisasi, dimana proses depirogenisasi adalah proses untuk menghilangkan
pirogen dari suatu larutan/ wadah kemasan obat yang dapat menyebabkan demam
pada manusia. Proses depirogenisasi dapat dilakukan dengan menambahkan
carbon deaktivasi, serat asbes, teverse osmosis, destilasi atau ultrafiltrasi. Namun,
proses depirogenisasi dapat mengakibatkan hilangnya beberapa dosis dari zat
aktif, maka untuk mencegah hal tersebut perlu dilakukan penambahan zat aktif
sebesar 5%. Pada infus Natrium Bikarbonat dilakukan proses depirogenisasi untuk
menghilangkan endotoksin (pirogen) dengan cara adsorpsi, yaitu dengan
menambahkan karbon deaktivasi (carbon adsorben) pada sediaan.
Prosedur yang dilakukan pada percobaan ini adalah pertama, semua bahan
ditimbang sesuai perhitungan, karena pada sediaan infus dilakukan proses
adsorpsi (depirogenisasi) maka zat aktif harus ditambah sebesar 5% dan pada
aquadest pro injection ditambahkan 2% untuk menghindari kehilangan zat akibat
proses depirogenisasi. Lalu seluruh alat dan bahan di sterilisasi dengan metode
yang sesuai. Alat yang tidak memiliki presisi yang pasti disterilisasi dengan
metode panas akhir, sedangkan alat yang memiliki presisi disterilisasi dengan
metode panas lembab dengan autoklaf karena apabila menggunakan panas yang
bersuhu sangat tinggi (panas kering) akan menyebabkan pemuaian pada alat.
Kemudian pembuatan sediaan dilakukan secara aseptic dibawah ruangan LAF.
Kedua, Natrium Bikarbonat dilarutkan dalam aqua pro injetion sampai larut
sempurna. Ketiga, ditambahkan adsorben berupa carbon aktif yang berperan
sebagai zat depirogenisasi untuk menghilangkan pirogen (endotoksin) dengan
mengadsorbsi pirogen (endotoksin) ke dalam carbon. Keempat, sediaan
dipanaskan diatas hotplate dengan suhu 60°-70°C selama 15 menit. Kelima,
dilakukan penyaringan infus dengan vakum filter apparatus yang berfungsi untuk
menghilangkan karbon aktif dari larutan. Keenam, setelah didapatkan filtrat infus
lalu ditambahkan sisa aqua pro injection pada botol infus. Ketujuh, dilakukan
sterilisasi akhir metode filtrasi dengan menggunakan membrane filter, hal ini
ditujukan untuk menjamin sediaan infus bebas dari mikroba dan karena Natrium
Bikarbonat tidak tahan panas, maka cara lain untuk mensterilisasi sedian tersebut
adalah dengan sterilisasi akhir filtrasi dengan membrane filtrasi.
Kemudian setelah pembuatan sediaan infus Natrium Bikarbonat selesai,
maka dilakukan uji evaluasi sediaan Setelah dilakukan percobaan pembuatan
sediaan infus Natrium Bikarbonat 8.4%, selanjutnya dilakukan uji evaluasi
sediaan yang meliputi penetapan volume, penetapan pH, uji bahan particular, uji
kejernihan, dan uji kebocoran. Pertama dilakukan uji penetapan volume injeksi
dalam wadah yang bertujuan untuk menetapkan volume injeksi yang digunakan
tepat dan sesuai dengan yang tertera pada penandaan, adapun prinsip nya dengan
cara memindahkan sediaan infus ke dalam gelas ukur dan volume nya di amati,
hasil yang didapatkan merupakan volume tidak kurang dari volume yang tertera
pada wadah bila diuji satu per satu. Untuk prosedurnya, sediaan infus Natrium
Bikarbonat 8,4% dituangkan ke dalam gelas kimia lalu volume nya diamati, hasil
nya menunjukan 100% dari volume sediaan yang ditetapkan yaitu 100 mL yang
mana sesuai dengan persyaratan menurut (Dirjen POM, 1995:1089) menyatakan
bahwa volume yang tertera pada etiket dengan yang ada setelah dilakukan
pengujian volume terpindahkan tidak kurang dari 10% dan tidak satu pun volume
wadah yang kurang dari 95%. Uji selanjutnya adalah uji penetapan pH yang
bertujuan untuk mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan, adapun prinsip nya yaitu pengukuran pH cairan uji dengan pH meter
yang telah dikalibrasi menggunakan elektroda indicator. Pada uji ini digunakan
indicator yang dimasukkan kedalam sediaan dan dipastikan bahwa pH sediaan
berada pada pH 7, setelah diamati dan didapatkan hasil pH 7,402 pada sediaan
infus Natrium Bikarbonat 8,4%. Hal ini menunjukkan bahwa pH sesuai dengan
persyaratan, karena sediaan yang dibuat harus sesuai dengan pH darah normal
dalam tubuh, pH darah normal yaitu 7,35-7,45. Selain itu, untuk sediaan
parenteral yang volume nya besar seperti infus tetapi pH nya diluar persyaratan
pH darah normal maka akan sebabkan masalah pada tubuh.
Uji ketiga yaitu uji kejernihan larutan yang mana bertujuan untuk
memastikan bahwa larutan terbebas dari zat pengotor dan sesuai dengan
persyaratan, adapun prinsip nya yaitu pengujian dilakukan dengan mengamati
sediaan secara visual pada latar putih atau hitam, jika perlu disorot menggunakan
senter. Pada percobaan pengujian ini, infus Natrium Bikarbonat 8,4% diamati
dengen menggunakan latar hitam dan senter, setelah diamati didapatkan hasil
bahwa sediaan infus Natrium Bikarbonat 8,4% jernih. Artinya, sesuai dengan
persyaratan yang dinyatakan oleh (Dirjen POM, 1995 : 998) bahwa suatu cairan
dinyatakan jernih jika kejernihan nya sama dengan air atau pelarut yang
digunakan. Selain itu menurut (Lukas, 2006), infus harus jernih dan tidak
berwarna yang menandakan tidak adanya partikel padat atau kontaminan lain.
Uji keempat dilakukan uji bahan partikulat yang bertujuan untuk melihat
ada atau tidaknya partikel dalam sediaan infus, adapun prinsip nya yaitu dengan
mengamati partikel pada sediaan menggunakan visual dengan latar putih atau
hitam serta senter. Pada pengujian infus Natrium Bikarbonat 8,4%, dilakukan
pengamatan pada latar hitam dengan menggunakan senter dan diamati, hasil nya
tidak ada partikulat asing yang terdapat pada sediaan infus Natrium Bikarbonat
8,4% artinya bebas partikulat asing dan memenuhi persyaratan uji bahan
partikulat.
XIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:
3. Infus merupakan sediaan injeksi steril volume besar berupa larutan atau
emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin isotonis.
4. Pada pembuatan infus Natrium Bikarbonat 8,4% dilakukan untuk
menghasilkan sediaan infus yang dibiarkan hipertonis untuk mengatasi
keadaan asidosis metabolik dimana berfungsi untuk menetralkan pH tubuh
yang mengalami penurunan pH agar kembali normal.
5. Pada hasil evaluasi yang diperoleh, pada uji organoleptik meliputi warna
dan bau dimana sediaan tidak berwarna dan tidak berbau; uji penetapan pH
dimana pH sediaan 7,402; uji kejernihan dimana sediaan jernih; uji
kebocoran dimana sediaan pada wadah tidak bocor; uji volume
terpindahkan dengan hasil 100%; uji partikulat dengan hasil tidak terdapat
partikulat dan uji pirogen hasil sediaan tidak terdapat pirogen. Berdasarkan
hasil evaluasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sediaan infus Natrium
Bikarbonat 8,4% telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.