Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID STERIL


PERCOBAAN III
INFUS

Disusun Oleh:
Kelompok / Shift : 2 / C

Latifa Hana Silfadani (10060318110)


Alivia Dyanira (10060318111)
Rahayu Siti Fatimah R (10060318112)
Yunita Fidia Astuti (10060318113)
Syifa Siti Fatimah A (10060318114)
Fauzi Ahmad Ashari (10060318115)
Reisya Nabila (10060318116)

Asisten: Berliana Angelina, S.Farm


Tanggal Praktikum: Senin, 14 Desember 2020
Tanggal Pengumpulan : Senin, 21 Desember 2020

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT E


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020 M / 1442 H
INFUS
RINGER LAKTAK

I. Nama Sediaan
Infus Ringer Laktat : Duce RL

II. Kekuatan Sediaan


R/ Standar Infus Ringer Laktat (USP)
Tiap 1000 mL mengandung :
- NaCl 6 gram
- Natrium Laktat 3,100 gram
- KCl 0,300 gram
- CaCl2 0,200 gram
- Aqua pro Injeksi ad 1000 mL

III. Preformulasi Zat Aktif


Infus Natrium Laktat
3.1 Natrium Laktat
• Pemerian :Larutan sirup tidak berwarna,berasa saline dan
higroskopik.
• Kelarutan : Larut dalam etanol 95% dan dengan air.
• Berat Molekul : 112,06 g/mol
• Titik lebur : 163-165
• pH : 5,0-7,0
• Stabilitas : Stabil dalam air
• Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi, iod dan
albumin.
Bereaksi dengan asam hidroflourat dan asam nitrat.
• Penyimpanan : Natrium laktat harus disimpan dalam wadah tertutup
baik
dalam keadaan sejuk dan kering.
• Kegunaan : Buffering agent, isotonis agent.
(Rowe et al, 2009 : 640)

3.2 Natrium Klorida


• Pemerian : Serbuk kristal putih, tidak berwarna, berasa saline.
• Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, larut dalam 10 bagian
gliserin, dan sedikit larut dalam etanol.
• Berat Molekul : 458,44 g/mol
• Titik lebur : 801℃
• pH : 6,7-7,3
• Stabilitas : Larutan natrium klorida stabil tetapi dapat terjadi pemisa
han artikel kaca dari jenis wadah kaca tertentu larutan air
dapat disterilisasi oleh autoklaf atau filtrasi.
• Inkompatibilitas : Larutan natrium klorida korosif terhadap besi. Natrium
klorida juga bereaksi membentuk endapan dengan
perak,timbal, dan garam merkuri.Agen pengoksidasi
kuat membebaskan Cl dari larutan asam natrium klorida.
Dikurangi dengan penambahan NaCl.
• Penyimpanan : Bahan padat stabil dan harus ditempatkan dalam wadah
tertutup baik, dalam tempat sejuk dan kering.
• Kegunaan : Pengganti Na+ dan Cl- dalam tubuh
(Rowe et al, 2009 : 637)
3.3Kalium Klorida
• Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
yang kurang enak da berasa saline.
• Kelaruta : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 14 bagian gliserin,
sukar larut dalam etanol, dan praktis tidak larut dalam
aseton dan eter.
• Berat Molekul : 74,55 g/mol
• Titik lebur : -
• pH : Antara 4-8
• Stabilitas : Stabil di udara, larutan cair kalium klorida dapat
disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi.
• Inkompatibilitas : Kalium hidroksida bereaksi dengan bromium triflourida
dan dengan campuran asam sulfat dan kalium
permangan.
Adanya asam klorida, natirum klorida, dan magnesium
klorida menurunkan kelarutan kalium klorida dalam air.
• Penyimpanan : Ditempatkan dalam wadah tertutup baik dalam tempat
sejuk dan kering.
• Kegunaan : Zat antimikroba.
(Rowe et al, 2009 : 654)
3.4 Kalsium Klorida
• Pemerian : Serbuk hablur, putih, higroskopik
• Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol 95%, tidak larut dalam
dietil eter.
• Berat Molekul : 147,0 g/mol
• Titik lebur :-
• pH : 4,5-9,2 (5% b/v larutan cair)
• Stabilitas : Kalsium klorida stabil tetapi harus dilindungi dari
kelembapan.
• Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan karbonat cair, fosfat, sulfat dan
tatra
yang bereaksi dengan bromin triflourida, dan bereaksi
dengaan zink menghasilkan ledakan gas hydrogen.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
• Kegunaan : Zat penyerap air dan antimikroba.
(Rowe, et al 2009 : 242)
IV. Pengembangan Formula
IV.1 Analisis Zat Aktif dan Eksipien
Infus Ringer laktat adalah larutan steril cairan elektrolit isotonik
golongan kristaloid yang digunakan sebagai penambah cairan dan elektrolit
untuk mengembalikan keseimbangan tubuh. Efek terapi ringer laktat antara lain
adalah ekspansi volume intravaskular, sehingga menaikkan preload  dan
memperbaiki perfusi. Tiap 500 ml infus ringer laktat mengandung Natrium
Laktat 1,66 g; KCl 0,161 g, CaCl 2 0,107 g, dan NaCl 3,213 g. Rute pemberian
yang digunakan yaitu intravena karena rute intravena dapat menerima sediaan
dalam volume sebesar 500 mL.

Sediaan infusa ringer laktat mengandung zat aktif natrium laktat,


natrium klorida, kalium klorida, dan kalsium klorida. Natrium laktat berperan
sebagai buffering agent dan zat pengisotonis, selain itu juga dapat digunakan
untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolic. Natrium klorida
berperan sebagai cairan resusitasi atau sebagai pengganti cairan tubuh. Kalium
klorida berperan sebagai antimikroba untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Kalsium klorida anhidrat sebagai zat penyerap air dan juga
sebagai antimikroba. Sediaan yang akan dibuat berupa larutan sejati karena zat
aktif stabil terhadap air dan memiliki kelarutan yang tinggi pada air. Rentang
volume untuk sediaan parenteral infus adalah 100 ml-1000 ml, volume pada
sediaan infus ringer laktat yang akan dibuat sesuai dengan rentang volume
infus, yaitu sebanyak 500 ml dengan pembuatan 10 botol.

Pada sediaan infus ringer laktat ini ditambahkan carbon adsorben yang
berperan sebagai senyawa yang menghilangkan pirogen yang mungkin ada
pada sediaan. Carbon adsorben ini akan menyerap pirogen yang dapat
membahayakan tubuh saat masuk bersama aliran darah. Carbon adsorben yang
digunakan pada sediaan ini sebanyak 0,1% dari volume total. Lalu,
ditambahkan Aqua pro injection yang berperan sebagai pembawa karena zat
aktif yang digunakan memiliki kelarutan yang baik dalam air. Selain itu
sediaan dengan basis air dapat diabsorbsi dengan baik di dalam tubuh

4.2 Analisis Wadah


Wadah yang digunakan adalah botol infus flakon 500 mL. Hal ini
dikarenakan sediaan akan dibuat dalam volume 500 mL dan zat aktif stabil
disimpan dalam wadah yang tertutup rapat agar terhindar dari paparan
mikroorganisme.

V. Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas
Perhitungan Tonisitas dan Osmolaritas Ringer laktat
 Tonisitas
0,31 g 1,55 g
Na Laktat = x 500mL = 1,55 gram → x 100 % = 0,31%
100 mL 500 mL
0,03 g 0,15 g
KCl = x 500mL = 0,15 gram → x 100 % = 0,03%
100 mL 500 mL
0,02 g 0,1 g
CaCl2 = x 500mL = 0,1 gram → x 100 % = 0,02%
100 mL 500 mL
0,6 g 3g
NaCl = x 500mL = 3 gram → x 100 % = 0,6%
100 mL 500 mL

Nama Zat E % Ex%


Na Laktat 0,58 0,31% 0,18%
KCl 0,76 0,03% 0,023%
CaCl2 0,7 0,02% 0,14%
NaCl 1 0,6% 0,6%
0,817%
NaCl yang harus ditambahkan 0,9% - 0,817% = 0,083
(Hipotonis < 0,9%)
Bobot NaCl yang ditambahkan (0,083 gram/100 mL) x 500 mL 0,415g/500mL

 Osmolaritas
g
- Na Laktat = liter zat terlarut x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
1,55 g / 0,5 L
= x 1000 x 2
112,06
= 55,33 M osmole/L
g
- KCl = liter zat terlarut x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
0,15 g /0,5 L
= x 1000 x 2
74,5
= 8,05 M osmole/L

g
- CaCl2 = liter zat terlarut x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
0,1 g /0,5 L
= x 1000 x 3
147,02
= 4,08 M osmole/L
g
- NaCl = liter zat terlarut x 1000 x Jumlah ion
BM zat terlarut
3 g /0,5 L
= x 1000 x 2
58,44
= 205,333 M osmole/L

Jumlah total = 55,33 + 8,05 + 4,08 + 205,333 = 272,793 (Isotonis)

Isotonis dilihat dari tabel kaitan antara osmolaritas dan tonisitas :

Osmolaritas ( M Osmole/L) Tonisitas


>350 Hipertonis
329-350 Sedikit Hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit Hipotonis
0-249 Hipotonis

VI. Formula Akhir


Infus Ringer Laktat
R/ Natrium Laktat 1,66 g
Natrium Klorida 3,213 g
Kalium klorida 0,161 g
Kalsium Klorida.2H2O 0,107 g
Karbon adsorben 0,1%
Aqua pro injeksi ad 510 ml

VII. Preformulasi eksipien


a. Carbon Adsorben (Rowe et al, 2009: 40)
Pemerian Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam; tidak
berbau; tidak berasa.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol.
pH -
Stabilitas Dapat mengadsorbsi air. Sebaiknnya disimpan
dalam wadah tertutup kedap, ditempat sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas Dapat menurunkan ketersedian hayati beberapa
obat seperti loperamid dan riboflapin. Reaksi
hidrolisis dan oksidasi dapat dinaikkan.
Konsentrasi Konsentrasi yang digunakan 0,1%.
Kegunaan Adsorbsi pirogen
b. Aqua Pro Injection (Dirjen POM, 1979: 96 dan Kibbe, AH., 2009: 766)
Pemerian Cairan, jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar.
pH 7
Stabilitas Secara kimiawi, air stabil terhadap semua bentuk
fisik (es, cair, gas) dalam penyimpanannya, air
dilindungi terhadap kontaminasi ion organik juga
dilindungi terhadap masuknya fisik partikel asing
dan mikroorganisme.
Inkompatibilitas Pereaksi dengan obat-obat, zat tambahan lainnya
yang rentang terhadap hidrolisis, pada suhu kamar
dan tinggi dapat bereaksi dengan logam alkali. Air
juga beraksi dnegan garam anhidrat, untuk
membentuk hidrat berbagai komposisi dan dengan
bahan organik tertentu dan kalsium karbida
Kegunaan Pembawa atau pelarut.

VIII. Penimbangan
R/ Standar Infus Ringer Laktat (USP)
Tiap 1000 mL mengandung :
- NaCl 6
- Natrium Laktat 3,100
- KCl 0,300
- CaCl2 0,200
- Aqua pro Injeksi ad 1000 mL

Volume setelah ditambahkan 2% = 500 ml + (2% x 500 ml)

                                                  = 500 ml + 10 ml
                           = 510 ml

0,31 g
 Na Laktat = x 510mL = 1,58 gram + (1,58 gram x 5%)
100 mL
= 1,659 gram
0,03 g
 KCl = x 510mL = 0,153 gram + (0,153 gram x 5%)
100 mL
= 0,161 gram
0,02 g
 CaCl2 = x 510mL = 0,102 gram + (0,102 gram + 5%)
100 mL
= 0,107 gram
0,6 g
 NaCl = x 510mL = 3,06 gram + (3,06 gram + 5%)
100 mL
= 3,213 gram
0,1 g
 Carbon adsorben = x 500mL = 0,50 gram
100 mL
 Aqua pro injection = 500 ml + (2% x 500 ml)
                                       = 500 ml + 10 ml
                           = 510 ml

Nama Zat Untuk 1 Botol Untuk 10 Botol


Natrium Laktat 1,659 gram 16,59 gram
KCl 0,161 gram 1,61 gram
CaCl2 0,107 gram 1,07 gram
NaCl 3,213gram 32,13 gram
Carbon adsorben 0,50 gram 5 gram
Aqua pro injection ad 510 mL ad 5100 mL

IX. Penentuan Metode Sterilitas


a. Metode Sterilisasi Alat

Alat Metode Sterilisasi Alasan Metode Sterilisasi


Botol Sterilisasi Panas botol tidak tahan terhadap suhu
Lembab tinggi dengan waktu yang lama,
maka dibantu dengan uap air dan
tidak akan mempengaruhi bentuk
sediaan akhirnya
Batang Pengaduk Sterilisasi Panas Bukan termasuk alat presisi yang
Kering ukurannya tidak boleh berubah
jika terkena suhu tinggi dengan
waktu yang cukup lama
Erlenmeyer Sterilisasi Panas Bukan termasuk alat presisi yang
Kering ukurannya tidak boleh berubah
jika terkena suhu tinggi dengan
waktu yang cukup lama
Gelas Kimia Sterilisasi Panas Bukan termasuk alat presisi yang
Kering ukurannya tidak boleh berubah
jika terkena suhu tinggi dengan
waktu yang cukup lama
Gelas Ukur Sterilisasi Panas Termasuk alat presisi yang tidak
Lembab boleh memuai jika terkena suhu
tinggi dengan waktu yang cukup
lama
Kaca Arloji Sterilisasi Panas Bukan termasuk alat presisi yang
Kering ukurannya tidak boleh berubah
jika terkena suhu tinggi dengan
waktu yang cukup lama
Pipet Tetes Sterilisasi Panas Karena pada pipet tetes terdapat
Lembab tutup karet yang akan meleleh
jika terkena suhu tinggi dengan
waktu yang cukup lama, tidak
tahan panas
Pipet Ukur Sterilisasi Panas Termasuk alat presisi yang tidak
Lembab boleh memuai jika terkena suhu
tinggi dengan waktu yang cukup
lama
Corong Sterilisasi panas Bukan termasuk alat presisi yang
kering ukurannya tidak boleh berubah
jika terkena suhu tinggi dengan
waktu yang cukup lama

b. Metode Sterilisasi Bahan


Nama zat Metode sterilisasi Alasan
Na-Laktat Metode sterilisasi Karena zat tahan panas dan dapat
akhir dengan bercampur dengan air
Autoklaf
KCl Metode sterilisasi Karena zat tahan panas dan dapat
akhir dengan bercampur dengan air
Autoklaf
NaCl Metode sterilisasi Karena NaCl tahan panas dan
akhir dengan dapat bercampur dengan air
Autoklaf
Ca2Cl Metode sterilisasi Karena zat tahan panas dan dapat
akhir dengan bercampur dengan air
Autoklaf
Aquabidest Metode sterilisasi Karena aquabidest tahan panas
akhir dengan dan dapat bercampur dengan air
Autoklaf
Karbon Adsorben Metode sterilisasi Karena karbo adsorben tahan
akhir dengan panas dan dapat bercampur
Autoklaf dengan air
Metode sterilisasi yang digunakan pada sediaan infusa ringer laktat adalah
metode sterilisasi akhir menggunakan teknik sterilisasi panas lembab dengan alat
autoklaf. Pemilihan metode ini didasarkan pada zat-zat yang terkandung pada
sediaan infusa ringer laktat mempunyai stabilitas yang baik terhadap pemanasan.

X. Prosedur Pembuatan
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
 Semua alat disterilisasikan menggunakan cara sterilisasi yang sesuai.
 Natrium Laktat, NaCl, KCl dan CaCl2 ditimbang dan masin-masing
dilarutkan dengan Aqua PI.
 Masukkan masing-masing zat yang sudah dilarutkan kedalam gelas kimia,
diaduk ad homogen.
 Tambahkkan karbon aktif kedalam larutan sediaan infus.
 Larutkan dipanaskan diatas hotplate (60-70˚C) selama 5 menit sambal
sesekali diaduk.
 Larutan infus yang sudah dipanaskan, disaring menggunakan filter
apparatus.
 Larutan infus yang ditampung, dipindahkan kedalam botol.
 Tambahkan Aqua PI kedalam botol ad 500mL.
 Sediaan infus diberi label.
 Sediaan infus disterilisasi akhir (panas lembab) dengan autoklof 121˚C
selama 15 menit.

XI. Hasil Evaluasi Sediaan

Organoleptik Kejernih Volume Uji Uji


pH Keboocoran
Warna Bau an Terpindahkan Partikulat Pirogen
Tidak Tidak 7,38 Jernih Tidak bocor 99% Tidak ada Tidak
berwarn
berbau 9 ada
a

XII. Pembahasan
Pada praktikm kali ini dilakukan pembuatan sediaan steril berupa infus
ringer laktat. Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100ml
yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok. Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan
terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit larutan untuk infus
intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel (Lukas, Syamsuni, H.A, 2006).

Pembuatan sediaan infus ringer laktat dibuat dengan metode sterilisasi


panas lembab dengan alat autoklaf, pemilihan metode tersebut didasarkan pada
zat-zat yang terkandung pada sediaan infus ranger laktat yang mempunyai
stabilitas yang baik terhadap pemanasan. Pada sediaan infus ringer laktat harus
dibuat steril karena berhubungan langsung dengan darah serta jaringan tubuh yang
pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap seperti bagian tubuh lain seperti
saluran cerna atau gastrointestinal. Cairan infus digunakan secara intravena, maka
sediaan infus harus isotonis, isohidris, bebas dari kuman dan pirogen. Oleh karena
itu perlu ditamnahkan NaCl sebanyak 0,9% sebagai agen tonisitas dan carbon
aktif 0,1% untuk membebaskan sediaan dari pirogen, untuk mencegah terjadinya
demam.

Sediaan infus ringer laktat mengandung zat aktif Na Laktat, KCl, CaCl2,
2 H 2 O , dan NaCl. Sedangkan bahan lain atau eksipiennya yaitu Aqua pro
injection, carbon adsorben, HCl 0,1 N, dan NaOH 0,1 N. Na Laktat berfungsi
sebagai buffering agent dan isotonis agent, selain itu Na Laktat berfungsi untuk
memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. KCl berfungsi sebagai
antimikroba. CaCl2 dan 2 H 2 O berfungsi sebagai zat penyerap air dan
antimikroba. Aqua pro injection berfungsi sebagai pelarut, tidak mengandung
bahan antimikroba atau bahan lainya. Carbon adsorben berfungsi sebagai pengikat
pegotor yang mungkit terdapat pada sediaan. HCl 0,1 N berfungsi untuk
menambahkan tingkat keasaman. NaOH berfungsi sebagai penmabah tingkat
kebasaan. Sedangkan NaCl dapat dipakai sebagai cairan resusitasi, mengganti
cairan tubuh atau elektrolit dalam tubuh yang hilang, dan sebagai pengencer sel
darah merah sebelum transfusi.

Perhitungan tonisitas pada pembuatan sediaan infus ringer laktat perlu


dihitung terlebih dahulu, bertujuan agar dapat diketahui apakah larutan tersebut
sudah isotonis atau belum, karena hal tersebut berhubungan dengan tekanan
osmose larutan terhadap cairan tubuh yang akan diberi larutan infus. Larutan
isotonis adalah larutan yang memiliki tekanan osmose sama dengan tubuh, jadi
ketika sediaan tersebut isotonis saat diinjeksikan tidak akan terasa sakit.
Sedangkan larutan hipotonis bisa menimbulkan sel cairan tubuh pecah atau lisis,
karena tekanan diluar sel lebih rendah dan harus berjalan ke tekanan yang lebih
tinggi. Larutan hipertonis kebalikan dari hipotonis yaitu keadaan diluar sel lebih
tinggi dibandingkan di dalam sel, sehingga keadaan sel mengkerut. Keadaan
hipotonis lebih bahaya dibandingkan dengan hipertonis, karena larutan hipotonis
bersifat irrevesible sedangkan hipertonis bersifat reversible.

Pada perhitungan infus ringer laktat yang dibuat larutan tersebut memiliki
sifat hipotonis, karena hasil yang diperoleh sebesar 0,817%. Oleh karena itu agar
larutan bersifat isotonis maka ditambahkan NaCl sebanyak 0,083g/100 mL.
Disebut larutan isotonis jika NaCl mencapai 0,9%. Sedangkan pada hasil
penimbangan ditambah 5% hal tersebut karena untuk mengatasi berkurangnya
konsentrasi akibat proses depirogenisasi.

Mula-mula sebelum melakukan peroses pembuatan infus, dilakukan


sterilisasi alat terlebih dahulu, alat tersebut meliputi botol infus, gelas ukur, pipet
tetes, dan pipet ukur. Sterilisasi dilakuan dengan metode panas lembab karena
sebagian alat yang di sterilisasi dengan metode panas lembab tidak tahan terhadap
suhu tinggi dengan waktu yang lama, maka dibantu dengan uap air agar tidak
mempengaruhi bentuk sediaannya. Sedangkan pada alat seperti batang pengaduk,
erlenmeyer, gelas kimia, kaca arloji, dan corong dilakukan dengan metode
sterilisasi panas kering karena alat tersebut bukan termasuk alat presisi yang
ukurannya tidak boleh berubah jika terkena suhu tinggi dengan waktu yang cukup
lama.

Setelah semua alat disterilisasi, selanjutnya semua bahan dilarutkan


menggunakan aqua pro injection lalu diaduk hingga melarut sempurna,
pengadukan tersebut dilakukan agar larutan homogen. Setelah semua bahan
dilarutkan, lalu disisihkan untuk dilakukan pencampuran bahan. Setelah itu semua
bahan yang sudah dilarutkan dicampurkan sesuai dengan kelarutannya, kemudian
dilakukan pengadukan agar diperoleh larutan yang homogen. Lalu ditambahkan
adsorben beruba karbon aktif kedalam sediaan infus, hal tersebut dilakukan karena
agar sediaan infus menjadi bebas pirogen. Setelah itu sediaan infus dipanaskan
menggunakan hotplate pada suhu 60°-70°C selama 15 menit sambil diaduk
sesekali. Setelah dipanaskan sediaan diangkat dan didiamkan sampai agak hangat.
Lalu setelah itu sediaan infus disaring menggunakan alat vakum filter apparatus,
hal tersebut bertujuan agar carbon adsorben dan pengotor lainnya tersaring dan
larutan bebas dari pengotor. Kemudian larutan infus yang sudah di saring
ditambahkan aqua pro injection hingga 500 mL jika terjadi kekurangan saat
proses penyaringan lalu diaduk hingga homogen. Selanjutnya sediaan tersebut
dipindahkan kedalam botol infus lalu ditutup rapat. Setelah itu sediaan infus diikat
menggunakan benang kasur untuk dilakukan sterilisasi akhir dengan metode
panas lembab, dilakukan dengan metode panas lembab karena sediaan tersebut
bersifat termostabil. Lalu sediaan infus tersebut diasukkan kedalam autoklaf
dengan suhu 121°C selama 15 menit. Proses sterilisasi dengan suhu tinggi
bertujuan untuk membunuh mikroorganisme dan bakteri, sehingga larutan yang
dihasilkan bebas dari pirogen dan steril sampai saat akan digunakan.

Larutan ringer laktat yang sudah disterilisasi akhir kemudian dilakukan


beberapa pengujian. Tujuan dari pengujian –pengujian tersebut antara lain untuk
memenuhi standar sediaan yang di inginkan, layak untuk dipakai atau tidak,
karena bentuk sediaan infus harus memiliki kejernihan yang tinggi, tidak ada
partikel, steril, tidak bocor dan mempunyai pH yang sesuai. Pertama diperiksa
volume injeksi dalam wadah yang bertujuan untuk menetapkan volume injeksi
yang dimasukkan dalam wadah agar volume injeksi yang digunakan tepat/
sesuai dengan yang tertera pada label. Hasil yang diperoleh yaitu volume yang
tertera sesuai dengan penandaan yaitu sebanyak 500 mL.

Selanjutnya dilakukan uji penetapan pH, tujuannya untuk mengetahui pH


yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan pH indikator, diketahui pH larutan ringer laktat 7 yang
berarti netral. Hal ini sesuai dengan pH larutan tubuh dan telah memenuhi syarat
isohidris. Isohidris adalah keadaan dimana pH larutan sama dengan pH darah.

Setelah itu dilakukan uji kejernihan larutan, dilakukan untuk memastikan


bahwa larutan terbebas dari pengotor dan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Setelah diamati pada latar hitam dan dibantu dengan senter maka didapat hasil
sediaan jernih yang menunjukkan sediaan bebas dari pengotor.

Lalu dilakukan juga uji bahan partikulat untuk melihat ada tidaknya
partikel dalam sediaan infus. Prosedurnya sama dengan uji kerjernihan larutan
yaitu melihat menggunakan senter dengan latar hitam dan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa sediaan infus ringer laktat yang dibuat terbebas dari
partikel. Ini berarti larutan tersebut dapat digunakan karena tidak dikhawatirkan
menimbulkan emboli dan menyebabkan rasa nyeri. Partikel ini biasanya adalah
bahan yang tidak larut dan secara tidak langsung terdapat dalam sediaan.
Adanya partikel asing dalam sediaan menandakan bahwa larutan tersebut tidak
jernih, karena adanya kontaminasi partikel asing, sehingga bila diamati lebih
teliti dalam sediaan tersebut keruh dengan partikel asing

Setelah itu adanya uji kebocoran yang mana dilakukan untuk memeriksa
keutuhan kemasan untuk menjaga volume serta kestabilan sediaan, selain itu
adanya kebocoran dapat menyebabkan partikel asing masuk, partikel ini dapat
berupa mikroorganisme atau pirogen, yang menandakan bahwa larutan tersebut
tidak lagi steril. Adanya kebocoraan juga dapat berpengaruh pada distribusi atau
penanganan sediaan tersebut. Pengujian dilakukan dengan sediaan dibalik
dengan posisi tertutup dan diberi dasar kertas. Apabila terdapat kebocoran pada
botol, maka kertas yang terletak pada dasarnya akan basah. Pada sediaan vial
yang dihasilkan pada praktikum kali ini tidak terdapat kebocoran, sehingga
larutan tetap dalam keadaan jernih. Setelah dilakukan uji evaluasi diatas maka
dapat disimpulkan bahwa infus ringer laktat ini memenuhi standar sediaan dan
layak untuk dipakai.

XIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Infus merupakan sediaan injeksi steril volume besar berupa larutan atau
emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin isotonis.
2. Pada hasil evaluasi yang diperoleh, pada uji organoleptik meliputi warna
dan bau dimana sediaan tidak berwarna dan tidak berbau; uji penetapan pH
dimana pH sediaan 7,389; uji kejernihan dimana sediaan jernih; uji
kebocoran dimana sediaan pada wadah tidak bocor; uji volume
terpindahkan dengan hasil 99%; uji partikulat dengan hasil tidak terdapat
partikulat dan uji pirogen hasil sediaan tidak terdapat pirogen. Berdasarkan
hasil evaluasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sediaan infus Ringer
Laktat telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

XIV.Wadah Dan Kemasan


INFUS
NATRIUM BIKARBONAT

I. Nama Sediaan
Infus Natrium Bikarbonat 8.4% : Duce Natrium Bikarbonat 8.4%

II. Kekuatan Sediaan


8,4 gram/100 Ml

III. Preformulasi Zat Aktif


Pemerian : Serbuk hablur, putih. Stabil di udara kering, tetapi dalam udara
lembab secara perlahan-lahan terurai. Larutan segar dalam air
dingin dikocok, bersifat basa terhadap lakmus. Kebasaan
bertambah bila larutan dibiarkan, digoyang kuat atau
dipanaskan.
Kelarutan : Larut dalam air; tidak larut dalam etanol.
Berat Molekul : 84,01
Rumus Molekul : NaHCO3
Stabilitas : Stabil hingga suhu 2700C (mengalami penguraian), stabil
terhadap air, terjadi penguraian pada udara lembab di
bawah suhu 400C. stabil terhadap cahaya.
pH : 7,0 – 8,5
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Asidosis metabolik
(Dirjen POM, 1995:892-896; Rowe, 2009:630-631)

IV. Pengembangan Formula


Sediaan yang dibuat yaitu infus intravena dengan bahan aktif Natrium
Bikarbonat. Kadar yang digunakan yaitu 8,4%. Natrium bikarbonat cepat
menetralkan asam lambung karena daya larutnya tinggi. Karbon dioksida
(CO2) yang terbentuk dalam lambung akan menimbulkan sendawa. Natrium
bikarbonat sudah jarang digunakan sebagai antacid. Obat ini digunakan untuk
mengatasiasi dosis metabolik, alkalinisasi urin dan pengobatan radikal pruritus.

Natrium bikarbonat bersifat alkalis dengan efek antasid yang sama


dengan kalsium karbonat. Efek sampingnya pada penggunaan berlebihan adalah
terjadinya alkalosis dengan gejala sakit kepala, perasaan haus sekali, mual dan
muntah-muntah. Seperti Ca-karbonat zat ini juga dihubungkan dengan
pelonjakan produksi asam secara reflektoris (efek rebound).

Natrium bikarbonat juga dapat digunakan sebagai komponen garam


rehidrasi oral dan sebagai sumber bikarbonat dalam cairan dialysis. Natrium
bikarbonat digunakan dalam produk makanan sebagai alkali atau sebagai bahan
ragi, misalnya bubuk soda kue.

V. Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas
Injeksi Natrium bikarbonat yaitu larutan natrium bikarbonat steril dalam air
untuk injeksi mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%
a. Perhitungan kadar
- Natrium Bikarbonat 8,4% = 8,4 gram x 500 ml = 42 gram
100 mL
- Karbon adsorben 0,1% = 0,1 gram x 500 ml = 0,5 gram
100 mL
- Aqua pro injection = 500 ml

b. Perhitungan Tonisitas
Kemurnian Natrium Bikarbonat yang digunakan yaitu 100%
 Metode Ekuivalen Natrium Bikarbonat
- E = 0,65
- Konsentrasi = 8,4 %
Maka E x Konsentrasi = 0,65 x 8,4%
= 5,46% (Hipertonis)
 Metode Penurunan Titik Beku Natrium Bikarbonat
- E= ΔTf (1%) = 0,38°
- Konsentrasi = 8,4%
Maka E x Konsentrasi = 0,38℃ x 8,4%
= 3,192% (Hipertonis)

Hasil perhitungan tonisitas menunjukan hipertonis, namun tidak


perlu dilakukan pengenceran karena sesuai dengan standar yang sigunakan
8,4% yaitu infus natrium laktat untuk penderita asidosis metabolik dan
penggunaan dilakukan secara lambat.

c. Perhitungan Osmolaritas
- Natrium Bikarbonat 8,4 %
- BM = 84 g/ml
Kadar ( gr / L ) ×1000 × Jumlah Ion
 Osmolaritas=
BM
84 gr / L×1000 × 2
¿
84 gr /ml
¿ 2000 mOsm/ L
Sediaan hipertonis karena > 350 mOsm/L

VI. Formula Akhir

R/ Natrium Bikarbonat 8,4%


Karbon Adsorben 0,1 %
Aqua pro injection ad 510 ml
VII. Preformulasi eksipien
a. Aqua pro injectio (Dirjen POM, 2014:112; HOPE edisi 6, 2009:766-
770)
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau.
Kelarutan Bercampur dengan banyak pelarut polar

Endotoksin Tidak lebih dari 0,25 unit endotoksin FI per ml

Stabilitas Memenuhi uji sterilitas yang tertera pada uji


keamanan hayati.

Inkompatibilitas air dapat bereaksi dengan obat atau eksipien lain


yang dapat terhidrolisis. Air dapat bereaksi
“violently” dengan logam-logam alkali dan
bereaksi secara cepat dengan logam-logam alkali
tanah dan oksidanya, seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan
garam-garam anhidrat untuk membentuk hidrat
dengan berbagai komposisi, dengan material
organik tertentu, dan kalsium carbide

Penyimpanan Wadah dosis tunggal dari kaca atau plastik, tidak


lebih besar dari 1 liter.

Kegunaan Untuk pembuatan injeksi, pembawa, pelarut.

b. Carbon Adsorben (Rowe et al, 2009: 40)


Pemerian Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam; tidak
berbau; tidak berasa.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol.
pH -
Stabilitas Dapat mengadsorbsi air. Sebaiknnya disimpan
dalam wadah tertutup kedap, ditempat sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas Dapat menurunkan ketersedian hayati beberapa
obat seperti loperamid dan riboflapin. Reaksi
hidrolisis dan oksidasi dapat dinaikkan.
Konsentrasi Konsentrasi yang digunakan 0,1%.
Kegunaan Adsorbsi pirogen

VIII. Penimbangan
 Volume tiap botol=500 ml+2 %
¿ 500 ml+10 ml
¿ 510 ml
 Natrium Bikarbonat 8,4%
8,4
×510 ml=42,84 gr
100

Kadar=42,84 gr +5 %
¿ 42,84 gr +2,142 gr
¿ 44,982 gr
 Carbon Adsorben 0,1 %
0,1 gr
× 510ml=0,51 g
100 ml

No Nama Bahan Berat (1 botol) Berat (10 botol)


1 Natrium Bikarbonat 44,982 gr 449,82 gr
2 Carbon Adsorben 0,51 gr 5,1 gr
4 Aqua pro injection ad 510 ml ad 5100 ml

IX. Penentuan Metode Sterilitas


a. Metode Sterilisasi Alat

Alat Metode Sterilisasi Alasan


Batang pengaduk Sterilisasi panas kering Batang pengaduk tidak termasuk
alat presisi yang ukurannya tidak
boleh berubah jika terkena suhu
tinggi dengan waktu lama
Botol infus Sterilisasi panas Karena pada botol infus terdapat
lembap tutup karet tidak tahan panas yang
akan meleleh jika terkena suhu
tinggi dengan waktu yang cukup
lama
Corong Sterilisasi panas kering Corong tidak termasuk alat presisi
yang ukurannya tidak boleh
berubah jika terkena suhu tinggi
dengan waktu lama
Erlenmeyer Sterilisasi panas kering Erlenmeyer tidak termasuk alat
presisi yang ukurannya tidak
boleh berubah jika terkena suhu
tinggi dengan waktu lama
Gelas kimia Sterilisasi panas kering Gelas kimia tidak termasuk alat
presisi yang ukurannya tidak
boleh berubah jika terkena suhu
tinggi dengan waktu lama
Gelas ukur Sterilisasi panas Gelas ukur termasuk alat presisi
lembap yang tidak boleh memuai jika
terkena suhu tinggi dengan waktu
yang lama
Kaca arloji Sterilisasi panas kering Kaca arloji tidak termasuk alat
presisi yang ukurannya tidak
boleh berubah jika terkena suhu
tinggi dengan waktu lama
Pipet tetes Sterilisasi panas Karena pada pipet tetes terdapat
lembap tutup karet tidak tahan panas yang
akan meleleh jika terkena suhu
tinggi dengan waktu yang cukup
lama
Pipet ukur Sterilisasi panas Pipet ukur termasuk alat presisi
lembap yang tidak boleh memuai jika
terkena suhu tinggi dengan waktu
yang lama
Spatel Sterilisasi panas kering Spatel tidak termasuk alat presisi
yang ukurannya tidak boleh
berubah jika terkena suhu tinggi
dengan waktu lama
b. Metode Sterilisasi Bahan
Nama Zat Metode Sterilisasi Alasan
Natrium Metode sterilisasi Karena Natrium Bikarbonat
Bikarbonat filtrasi bersifat termolabil atau tidak
(sterilisasi awal dan tahan panas
aseptis)
Carbon adsorben Metode sterilisasi Karena karbo adsorben tahan
dengan Autoklaf panas dan dapat bercampur
dengan air
Aqua pro Metode sterilisasi Karena aquabidest tahan panas
injection dengan Autoklaf dan dapat bercampur dengan air

Metode sterilisasi yang digunakan pada infus Natrium Bikarbonat adalah


metode sterilisasi akhir menggunakan teknik sterilisasi filtrasi dan sterilisasi panas
lembab dengan autoklaf karena didasarkan pada zat-zat yang terkadung pada
sediaan infus Natrium Bikarbonat mempunyai stabilitas yang tidak tahan panas
dan yang baik terhadapat pemanasan.
X. Prosedur Pembuatan
 Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.
 Kemudian semua alat disterilisasi menggunakan cara sterilisasi yang sesuai.
 Alat autoklaf dinyalakan dengan menekan tombol on dibagian samping alat.
 Alat autoklaf dibuka secara perlahan dan dimasukkan alat satu per satu ke
dalamnya.
 Lalu ditutup secara perlahan, tombol sterilize normal ditekan dan start pada
autoklaf ditekan.
 Perhatikan suhunya, jika suhu sudah turun maka tombol stop ditekan pada
alat autoklaf tersebut.
 Lalu autoklaf dibuka secara perlahan dan ditunggu hingga suhu sedikit
hangat.
 Setelah suhunya sudah hangat, alat-alat yang sudah disterilisasi dikeluarkan
dari autoklaf.
 Setelah alat disterilisasi, dilakukan penimbangan terlebih dahulu.
 Masing-masing bahan yang akan ditimbang disiapkan.
 Pembuatan infus natrium bikarbonat dilakukan dengan teknik aseptik di
bawah LAF (Laminating Air Flow).
 Kemudian Natrium bikarbonat dilarutkan dengan aqua pro injection sesuai
dengan kelarutannya.
 Natirum bikarbonat yang telah dilarutkan dicampurkan dengan aqua pro
injection secukupnya dan diaduk hingga homogen.
 Lalu larutan sediaan ditambahkan adsorben berupa karbon aktif ke dalam
sediaan infus.
 Kemudian sediaan infus dipanaskan menggunakan hotplate pada suhu 60-
700C selama 15 menit sambil diaduk sesekali
 Larutan infus diangkat dan didiamkan hingga sedikit hangat.
 Alat-alat yang digunakan untuk menyaring sediaan infus natrium bikarbonat
disiapkan menggunakan filter apparatus.
 Vaselin dioleskan dibagian leher labu penampung dan dipasang filter base
pada leher labu penampung secara perlahan.
 Selang dipasang pada bagian filter base yang tersambung dengan vakum.
 Kertas saring disimpan dibagian atas filter base dan dibasahi dengan sedikit
aqua pro injection.
 Lalu corong dipasang pada bagian atas filter base.
 Bagian bawah corong dan filter base dujepit menggunakan penjepit besi.
 Untuk proses penyaringan, vakum dinyalakan dengan menekan tombol on
pada bagian belakang mesin.
 Sediaan infus yang sudah didepirogenisasi dengan adsorben disaring dengan
vakum filter apparatus.
 Larutan infus ditunggu hingga tersaring.
 Setelah tersaring, vakum dimatikan dengan menekan tombol off dibagian
belakang mesin.
 Semua alat yang terpasang dilepaskan dari bagian-bagiannya.
 Lalu larutan infus yang sudah disaring dipindahkan ke dalam gelas kimia
dan ditambahkan sisa Aqua pro injection hingga 500 mL dan diaduk hingga
melarut sempurna.
 Sediaan infus dipindahkan ke dalam botol dan diberi label.
 Lakukan proses sterilisasi akhir dengan menggunakan sterilisasi filtrasi
menggunakan membran filter.
 Kemudian sediaan infus dilakukan uji evaluasi.

XI. Hasil Pembahasan

Organoleptik Kejernih Volume Uji Uji


pH Keboocoran
Warna Bau an Terpindahkan Partikulat Pirogen
Tidak Tidak
7,402 Jernih Tidak bocor 100% Tidak ada Tidak ada
berwarna berbau

XII. Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu pembuatan infus dengan zat aktif Natrium
Bikarbonat. Tujuan dari pemberian infus sendiri adalah untuk menyuplai
kebutuhan air, elektrolit, dan karbohidrat sederhana yang diperlukan oleh tubuh;
Bertindak sebagai pembawa untuk obat-obat yang dapat bercampur dengan
larutan infus; Menyuplai kebutuhan nutrisi pada saat bahan makanan tidak dapat
diberikan secara oral (TPN=Total Parenteral Nutrition); Sebagai larutan untuk
memperbaiki keseimbangan asam-basa tubuh; Bertindak sebagai cairan pengganti
plasma; Meningkatkan diuresis pada saat tubuh banyak menahan cairan; dan
Bertindak sebagai agen dialisis pada pasien penderita gagal ginjal.
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen dan sedapat mungkin isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke
dalam vena dalam volume yang relatif besar. Infus intravena harus jernih dan
praktis bebas partikel (The Departement of Health, Social Service and Public
Safety, 2002). Dan juga infus dinyatakan tidak boleh mengandung bakterisida
atau dapar (Lachman, 1993), karena tubuh manusia tidak diperbolehkan
mengkonsumsi pengawet dan dapar dalam jumlah tinggi, sedangkan infus
merupakan sediaan yang memiliki volume tinggi (>100 mL) dari hal tersebut bila
ditambahkan pengawet atau dapar dibutuhkan pengawet dan dapar yang banyak
pula. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan infus intravena menurut
(Departemen Kesehatan RI, 1995), yaitu :
1. Sediaan steril berupa larutan atau emuls
2. Bebas pirogen
3. Sedapat mungkin dibuat isotonis dan isohidris terhadap darah, karena volume
dari infus sangat besar, yang apabila tidak isotonis atau isohidris akan
mengakibatkan hal buruk terhadap tubuh, seperti pecahnya pembuluh darah dan
rasa nyeri yang berlebih.
4. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar.
5. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel.
6. Volume netto/volume terukur tidak kurang dari nilai yang ada pada etiket
sediaan, dll
7. Memenuhi persyaratan lain yang tertera pada injeksi. Kecuali dinyatakan lain,
syarat injeksi meliputi:
· Keseragaman volume
· Keseragaman bobot
· Pirogenitas
· Sterilitas
· Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
·Penandaan: etiket menyatakan konsentrasi mosmol total dalam satuan mosmol/L.
Sediaan infus ini mengandung zat aktif Natrium Bikarbonat 8,4%.
Natrium bikarbonat memiliki fungsi untuk dapat menetralkan asam HCl pada
lambung karena daya larutnya tinggi. Obat ini digunakan untuk mengatasi
asidosis metabolik, alkalinisasi urin dan pengobatan radikal pruritus (Syarif,
2012). Natrium bikarbonat bersifat alkalis dengan efek antasid yang sama dengan
kalsium karbonat dan juga Natrium bikarbonat dapat digunakan sebagai
komponen garam rehidrasi oral dan sebagai sumber bikarbonat dalam cairan
dialisis. Natrium Bikarbonat dibuat dalam sediaan infus karena dapat memberikan
keuntungan, yaitu agar pemberian obat bekerja cepat, seperti pada keadaan gawat;
dapat digunakan untuk penderita yang tidak sadar; tidak dapat atau tidak tahan
menerima pengobatan melalui oral; dan agar pelepasan obat ke dalam darah dapat
diatur. Namun, sediaan infus juga memiliki kerugian diantaranya, yaitu dapat
mengakibatkan emboli udara, inkompatibilitas obat (pada sebelum dan setelah
penyuntikan), hipersensitivitas, Infiltrasi atau ekstravasasi (rasa nyeri pada daerah
sekitar), Sepsis (infeksi bakteri sistemik), terbentuknya trombus akibat rangsang
tusukan jarum pada dinding vena, dan obat yang telah diberikan secara intravena
tidak dapat ditarik lagi.
Sediaan Natrium Bikarbonat dibuat dalam bentuk infus larutan karena
memiliki kelarutan yang baik dalam air dan di sterilisasi dengan metode sterilisasi
awal, pembuatan dibawah LAF secara aseptic dan dilakuaan sterilisasi akhir
dengan metode sterilisasi filtrasi. Hal ini karena Natrium Bikarbonat stabil hingga
suhu 2700C (mengalami penguraian), stabil terhadap air, terjadi penguraian pada
udara lembab di bawah suhu 400C dan juga stabil terhadap cahaya sehingga
kurang tepat dilakukan sterilasasi akhir menggunakan autoklaf.
Sama halnya sediaan injeksi yang harus dalam keadaan steril, pembuatan
infuspun harus diperhatikan sterilitasnya. Sediaan infus harus dalam keadaan
steril, mulai dari zat aktif, zat tambahan maupun alat-alatnya dengan metode
sterilisasi yang sesuai sebagai upaya untuk membunuh mikroorganisme dalam
sediaan termasuk mikroorganisme dalam bentuk sporanya (Tille, 2017). Hal
tersebut harus dilakukan karena sediaan infus langsung kontak dengan aliran
darah. Proses penghilangan mikroba selain dengan metode sterilasasi, pada infus
dilakukan untuk menghilangkan pirogen (endotoksin) dengan proses
depirogenisasi, dimana proses depirogenisasi adalah proses untuk menghilangkan
pirogen dari suatu larutan/ wadah kemasan obat yang dapat menyebabkan demam
pada manusia. Proses depirogenisasi dapat dilakukan dengan menambahkan
carbon deaktivasi, serat asbes, teverse osmosis, destilasi atau ultrafiltrasi. Namun,
proses depirogenisasi dapat mengakibatkan hilangnya beberapa dosis dari zat
aktif, maka untuk mencegah hal tersebut perlu dilakukan penambahan zat aktif
sebesar 5%. Pada infus Natrium Bikarbonat dilakukan proses depirogenisasi untuk
menghilangkan endotoksin (pirogen) dengan cara adsorpsi, yaitu dengan
menambahkan karbon deaktivasi (carbon adsorben) pada sediaan.
Prosedur yang dilakukan pada percobaan ini adalah pertama, semua bahan
ditimbang sesuai perhitungan, karena pada sediaan infus dilakukan proses
adsorpsi (depirogenisasi) maka zat aktif harus ditambah sebesar 5% dan pada
aquadest pro injection ditambahkan 2% untuk menghindari kehilangan zat akibat
proses depirogenisasi. Lalu seluruh alat dan bahan di sterilisasi dengan metode
yang sesuai. Alat yang tidak memiliki presisi yang pasti disterilisasi dengan
metode panas akhir, sedangkan alat yang memiliki presisi disterilisasi dengan
metode panas lembab dengan autoklaf karena apabila menggunakan panas yang
bersuhu sangat tinggi (panas kering) akan menyebabkan pemuaian pada alat.
Kemudian pembuatan sediaan dilakukan secara aseptic dibawah ruangan LAF.
Kedua, Natrium Bikarbonat dilarutkan dalam aqua pro injetion sampai larut
sempurna. Ketiga, ditambahkan adsorben berupa carbon aktif yang berperan
sebagai zat depirogenisasi untuk menghilangkan pirogen (endotoksin) dengan
mengadsorbsi pirogen (endotoksin) ke dalam carbon. Keempat, sediaan
dipanaskan diatas hotplate dengan suhu 60°-70°C selama 15 menit. Kelima,
dilakukan penyaringan infus dengan vakum filter apparatus yang berfungsi untuk
menghilangkan karbon aktif dari larutan. Keenam, setelah didapatkan filtrat infus
lalu ditambahkan sisa aqua pro injection pada botol infus. Ketujuh, dilakukan
sterilisasi akhir metode filtrasi dengan menggunakan membrane filter, hal ini
ditujukan untuk menjamin sediaan infus bebas dari mikroba dan karena Natrium
Bikarbonat tidak tahan panas, maka cara lain untuk mensterilisasi sedian tersebut
adalah dengan sterilisasi akhir filtrasi dengan membrane filtrasi.
Kemudian setelah pembuatan sediaan infus Natrium Bikarbonat selesai,
maka dilakukan uji evaluasi sediaan Setelah dilakukan percobaan pembuatan
sediaan infus Natrium Bikarbonat 8.4%, selanjutnya dilakukan uji evaluasi
sediaan yang meliputi penetapan volume, penetapan pH, uji bahan particular, uji
kejernihan, dan uji kebocoran. Pertama dilakukan uji penetapan volume injeksi
dalam wadah yang bertujuan untuk menetapkan volume injeksi yang digunakan
tepat dan sesuai dengan yang tertera pada penandaan, adapun prinsip nya dengan
cara memindahkan sediaan infus ke dalam gelas ukur dan volume nya di amati,
hasil yang didapatkan merupakan volume tidak kurang dari volume yang tertera
pada wadah bila diuji satu per satu. Untuk prosedurnya, sediaan infus Natrium
Bikarbonat 8,4% dituangkan ke dalam gelas kimia lalu volume nya diamati, hasil
nya menunjukan 100% dari volume sediaan yang ditetapkan yaitu 100 mL yang
mana sesuai dengan persyaratan menurut (Dirjen POM, 1995:1089) menyatakan
bahwa volume yang tertera pada etiket dengan yang ada setelah dilakukan
pengujian volume terpindahkan tidak kurang dari 10% dan tidak satu pun volume
wadah yang kurang dari 95%. Uji selanjutnya adalah uji penetapan pH yang
bertujuan untuk mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan, adapun prinsip nya yaitu pengukuran pH cairan uji dengan pH meter
yang telah dikalibrasi menggunakan elektroda indicator. Pada uji ini digunakan
indicator yang dimasukkan kedalam sediaan dan dipastikan bahwa pH sediaan
berada pada pH 7, setelah diamati dan didapatkan hasil pH 7,402 pada sediaan
infus Natrium Bikarbonat 8,4%. Hal ini menunjukkan bahwa pH sesuai dengan
persyaratan, karena sediaan yang dibuat harus sesuai dengan pH darah normal
dalam tubuh, pH darah normal yaitu 7,35-7,45. Selain itu, untuk sediaan
parenteral yang volume nya besar seperti infus tetapi pH nya diluar persyaratan
pH darah normal maka akan sebabkan masalah pada tubuh.

Uji ketiga yaitu uji kejernihan larutan yang mana bertujuan untuk
memastikan bahwa larutan terbebas dari zat pengotor dan sesuai dengan
persyaratan, adapun prinsip nya yaitu pengujian dilakukan dengan mengamati
sediaan secara visual pada latar putih atau hitam, jika perlu disorot menggunakan
senter. Pada percobaan pengujian ini, infus Natrium Bikarbonat 8,4% diamati
dengen menggunakan latar hitam dan senter, setelah diamati didapatkan hasil
bahwa sediaan infus Natrium Bikarbonat 8,4% jernih. Artinya, sesuai dengan
persyaratan yang dinyatakan oleh (Dirjen POM, 1995 : 998) bahwa suatu cairan
dinyatakan jernih jika kejernihan nya sama dengan air atau pelarut yang
digunakan. Selain itu menurut (Lukas, 2006), infus harus jernih dan tidak
berwarna yang menandakan tidak adanya partikel padat atau kontaminan lain.

Uji keempat dilakukan uji bahan partikulat yang bertujuan untuk melihat
ada atau tidaknya partikel dalam sediaan infus, adapun prinsip nya yaitu dengan
mengamati partikel pada sediaan menggunakan visual dengan latar putih atau
hitam serta senter. Pada pengujian infus Natrium Bikarbonat 8,4%, dilakukan
pengamatan pada latar hitam dengan menggunakan senter dan diamati, hasil nya
tidak ada partikulat asing yang terdapat pada sediaan infus Natrium Bikarbonat
8,4% artinya bebas partikulat asing dan memenuhi persyaratan uji bahan
partikulat.

Uji selanjutnya dilakukan uji kebocoran, yang bertujuan untuk memeriksa


keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan pada
sediaan, adapun prinsipnya yaitu sediaan dibalik dengan posisi tertutup dan diberi
dasar kertas lalu diamati apakah ada cairan yang keluar (kebocoran) dengan tanda
basahnya kertas dasar. Pada uji ini, infus Natrium Bikarbonat 8,4% diputar bagian
botol infus dan diamati jika terdapat tetesan air yang keluar dari botol. Hasilnya
ketika diputar botolnya tidak menunjukan adanya tetesan air yang keluar dari
botol, artinya sediaan infus ini memenuhi persyaratan.

Uji terakhir dilakukan uji pirogen, yang merupakan proses untuk


menghilangkan pirogen dari suatu larutan atau wadah kemasan obat. Uji ini
bertujuan untuk melakukan uji pirogen pada sediaan farmasi dengan rabbit test
dan menentukan apakah sesuai persyaratan. Dilakukan uji rabbit test (kelinci)
pada ruang terpisah dari ruang pemeliharaan hewan dan dipastikan tetap bebas
dari gangguan yang dapat menyebabkan kegelisahan, selanjutnya larutan uji yang
sudah disediakan disuntikkan pada kelinci, diamkan selama 30 menit dan dicatat
suhu kelinci pada menit ke 30,60,90,120,150, dan 180 menit. Hasil yang diamati
adalah tidak ada pirogen pada infus Natirum Bikarbonat karena kenaikan suhu
maksimum kelinci tidak melebihi 3,3℃.

XIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:
3. Infus merupakan sediaan injeksi steril volume besar berupa larutan atau
emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin isotonis.
4. Pada pembuatan infus Natrium Bikarbonat 8,4% dilakukan untuk
menghasilkan sediaan infus yang dibiarkan hipertonis untuk mengatasi
keadaan asidosis metabolik dimana berfungsi untuk menetralkan pH tubuh
yang mengalami penurunan pH agar kembali normal.
5. Pada hasil evaluasi yang diperoleh, pada uji organoleptik meliputi warna
dan bau dimana sediaan tidak berwarna dan tidak berbau; uji penetapan pH
dimana pH sediaan 7,402; uji kejernihan dimana sediaan jernih; uji
kebocoran dimana sediaan pada wadah tidak bocor; uji volume
terpindahkan dengan hasil 100%; uji partikulat dengan hasil tidak terdapat
partikulat dan uji pirogen hasil sediaan tidak terdapat pirogen. Berdasarkan
hasil evaluasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sediaan infus Natrium
Bikarbonat 8,4% telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

XIV. Wadah Dan Kemasan


DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Lukas, Syamsuni, H.A., 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Lachman, Leon. 1993. Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral


Medications. Volume 2, 2nd edition. New York: Marcell Dekker
Inc.
Syarif et al., (2012). FARMAKOLOGI DAN TERAPI Edisi 5. Jakarta: FKUI.
The Department of Health, Social Service and Public Safety. British
Pharmacopoeia. 2002. London.
Tille, P. M. (2017). Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. In Basic
Medical Microbiology. Louis Missouri: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai