I.Tujuan Percobaan
Menentukan dan mengetahui kadar sari dalam suatu simplisia
buah cabe jawa dengan pelarut etanol dan air.
Klasifikasi:
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Sub Kelas: Magnoliidae
Ordo: Piperales
Famili: Piperaceae
Genus: Piper
Spesies: Piper retrofractum (DEPKES RI, 1977).
Deskripsi:
Semak, menjalar, panjang ± 10 m. Akar tunggang, putih pucat. Batang bundar,
berkayu, beruas dan berwarna hijau. Daun tunggal, membundar telur sampai
melonjong dengan pangkal menjantung, menumpu, ujung melancip sampai
meruncing dan tepi rata. Pertulangan daun menyirip, permukaan atas dan bawah
gundul. Panjang daun 8,5-20 cm, lebar 3,5-13 cm, berwarna hijau. Bunga
majemuk, bentuk bulir, tangkai panjang 0,75-2 cm. Benang sari kadang dua
kadang tiga, sangat pendek, kuning. Putik dua sampai tiga buah, hijau
kekuningan. Buah saling melekat satu sama lain, melekat sebagian atau
seluruhnya pada tangkai perbungaan. Biji bulat atau bulat telur sungsang, cokelat
keputih-putihan (Hariana, 2007).
Kandungan kimia
Buahnya mengandung minyak atsiri 0,6-0,7%. Di samping itu, terdapat pula
alkaloid (piperin) dan suatu senyawa amida yang mirip dengan senyawa yang
terkandung dalam Piper longumin yaitu piplartin, piplasterin dan sesamin. Pada
bagian batang dapat ditemukan pula harsa, piperin, piplartin, triakontan dan
22,23-dihidro-stigmasterin. Rimpang mengandung piperin, 0,2-0,25%
piperlongumin dan lebih kurang 0,002% piperlonguminin) (Hegnauer, 1996).
Manfaat:
- kejang perut, muntah-muntah, perut kembung, mulas,
- disentri, diare,
- sukar buang air besar pada penderita penyakit hati,
- sakit kepala, sakit gigi,
- batuk, demam
kemudian hal pertama yang di lakukan yaitu penetapan kadar senyawa larut
air pertama-tama di panaskan terlebih dahulu cawan pada suhu 105 ℃lalu
dinginkan dalam desikator hingga suhu kamar setelah itu cawan tersebut di
timbang kemudian simplisia di timbang sebanyak 5 gram lalu sampel di maserasi
selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform yang bertujuan supaya senyawa
aktif dalam simplisia dapat terekstraksi dan ketarik secara sempurna oleh pelarut
tersebut lalu menggunakan pelarut air dan juga pelarut organik kloroform karena
pada kloroform mempunyai kandungan antimikroba atau pengawet selain itu
pada saat maserasi hanya menggunakan air saja mungkin ekstraknyaakan rusak
karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau di
khawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan merusak ekstrak sehingga akan
menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak simplisia tersebut. Dan proses
maserasi tersebut menggunakan labu erlenmayer sambil di kocok selama 6 jam
pertama dan di biarkan selama 18 jam supaya sampel dan pelarut dapat
bercampur secara merata, setelah itu dilakukan penyaringan filtrat sebanyak 20
ml filtrat dan di uapkan filtrat tersebut sampai kering pada cawan yang telah di
tara dan untuk sisanya di panaskan pada suhu 105 ℃ hingga mencapai bobot
tetap atau bobot konstan yang bertujuan dalam tiap 2 kali penimbangan berturut-
turut dimana perbedaannnya maksimal 0,5 mg dan penimbangan dilakukan
setelah zat di keringkan lagi selama 1 jam lalu di hitung kadar sari yang larut air
dalam persen bahan yang telah di keringkan di udara yaitu sebesar 215 % Selain
itu juga hal yang sama di lakukan untuk penetapan kadar senyawa yang larut
etanol dimana perbedaannya pada saat proses maserasi sampel yang digunakan
yaitu pelarut etanol 95 % dimana untuk etanol tidak perlu di tambahkan
kloroform karena etanol sudah mempunyai sifat antimikroba kemudian setelah
itu di hitung sari yang larut dalam etanol 95 % dalam persen terhadap bahan yang
telah di keringkan di udara yaitu sebesar 13 % . dari hasil penetapan senyawa
yang larut air dan etanol yaitu persan sari yang larut lebih besar yaitu pada air
karena campuran pelarut air dan kloroform bersifat polar sedangkan etanol
bersifat non polar jadi etanol bisa menarik senyawa yang bersifat polar dan non
polar sedangkan air hanya bisa menarik senyawa yang polar saja oleh karena itu
pelarut etanol di sebut juga pelarut universal (Komalasari, 2013).
Selain itu juga pada simplisia buah cabe jawa terdapat kandungan senyawa
kimia salah satunya berupa piperin dan minyak atsiri dimana untuk piperin dapat
sedikit larut dalam air dan dapat larut banyak dalam etanol hal ini di karenakan
piperin mempunyai tingkat kepolaran yang sama dengan etanol dimana piperin
akan sangat mudah di tarik oleh pelarut etanol selain itu juga etanol bersifat
mudah menguap sehingga persen sari yang dapat larut dalam etanol jumlahnya
sedikit di bandingkan dengan yang larut air. Sedangkan untuk minyak atsiri
bersifat non polar maka akan lebih mudah dan lenih banyak terekstraksi oleh
pelarut etanol. Kadar sari yang dapat larut dalam etanol pada buah cabejawa
menurut literatur tidak kurang dari 10 % maka kadar sari yang dapat larut dalam
pelarut etanol memenuhi syarat karena hasil yang di dapatkan yaitu 13 %, selain
itu juga kadar sari dalam pelarut tertentu biasanya di perlukan untuk menentukan
pelarut yang akan di gunakan untuk mengekstraksi senyawa tertentu agar zat-zat
yang terekstraksi lebih banyak yang terekstrak dari simplisisa yang akan di
ekstrak. Maka dari itu metode penentuan kadar sari di gunakan untuk
menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah
simplisia, penentuan kadar sari juga di lakukan untuk melihat dari ekstraksi
sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa
tertentu (Ibrahim, 2009).
VIII. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM Depkes RI. (1977). Materia Medika 1. Jakarta: DEPKES RI.
Djarwis. (2004). Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Ditjen
Dikti Depdiknas.