Anda di halaman 1dari 9

Percobaan 8

Penetapan Kadar Sari dalam Pelarut Tertentu

I.Tujuan Percobaan
Menentukan dan mengetahui kadar sari dalam suatu simplisia
buah cabe jawa dengan pelarut etanol dan air.

II. Prinsip Percobaan


Simplisia dilarutkan dalam pelarut etanol dan air kemudian ditentukan jumlah
solut yang terlarut yang identik dengan jumlah senyawa yang terkandung dalam
simplisia secara gravimetri.
III. Teori Dasar
IV. Alat dan Bahan
alat yang di gunakan pada praktikum kali ini yaitu: timbangan analitik, labu
erlenmayer, cawan penguap, water bath, oven yang diatur suhunya pada 105 ℃,
desikator, corong kaca. Sedangkan bahan yang di gunakan dalam praktikum
yaitu: simplisia buah cabe jawa, etanol, air, kloroform.
V.Prosedur Percobaan
V.1 Penetapan Kadar Senyawa Larut Air
Pertama-tama dilakukan maserasi terlebih dahulu dengan
ditimbang simplisia cabe jawa sebanyak 5 gram. Simplisia yang
sudah ditimbang tersebut dimasukan ke dalam labu erlenmeyer,
lalu ditambahkan aquadest sebanyak 100 mL dan kloroform-P
sebanyak 4 tetes, lalu ditutup dengan plastik wrap, dan
disimpan selama 24 jam di lemari asam. Kemudian dilakukan
penetapan kadar senyawa yang larut air dengan cara cawan
penguap dipanaskan ke dalam oven dengan suhu 105 0 C, lalu
didinginkan ke dalam desikator hingga suhu kamar. Setelah itu
cawan penguap ditimbang (bobot cawan) dan dilakukan duplo.
Simplisia yang sudah dimaserasi disaring sebanyak 20 mL filtrat,
lalu diuapkan filtrat hingga kering dalam cawan penguap yang
telah ditara. Dihitung kadar sari larut air dalam persen terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara.
V.2 Penetapan Kadar Senyawa Larut Etanol
Dilakukan maserasi terlebih dahulu dengan ditimbang
simplisia cabe jawa sebanyak 5 gr. Kemudian simplisia yang
sudah ditimbang tersebut dimasukan ke dalam labu erlenmeyer,
ditambahkan etanol (95%) sebanyak 100 mL dan ditutup
dengan plastik wrap, lalu disimpan selama 24 jam di lemari
asam. Kemudian dilakukan penetapan kadar senyawa yang larut
etanol dengan cara cawan penguap dipanaskan ke dalam oven
dengan suhu 1050 C, lalu didinginkan ke dalam desikator hingga
suhu kamar. Setelah itu cawan penguap ditimbang (bobot
cawan) dan dilakukan duplo. Simplisia yang sudah dimaserasi
disaring sebanyak 20 mL filtrat, lalu diuapkan filtrat hingga
kering dalam cawan penguap yang telah ditara. Dihitung kadar
sari larut etanol dalam persen terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.

VI. Data Pengamatan


Nama simplisia : Buah Cabe Jawa
Nama latin simplisia : Piperis Retrofracti Fructus
Nama latin tumbuhan : Piper Retrofractum .
Penimbangan :
 Bobot Cawan Kosong
1. Cawan air 1 : 38,38 g
Cawan air 2 : 51,01 g
Cawan etanol 1 : 63,76 g
Cawan etanol 2 : 62,35 g
2. Cawan air 1 : 39,11 g
Cawan air 2 : 52,43 g
Cawan etanol 1 : 63,81 g
Cawan etanol 2 : 63,43 g
 Bobot Simplisia
Cabe Jawa : 5 g
 Bobot Cawan + Simplisia
1. Cawan air 1 : 39,11 g
Cawan air 2 : 52,43 g
Cawan etanol 1 : 63,81 g
Cawan etanol 2 : 62,43 g
 Perhitungan % Kadar Sari Larut Air
39,11−38,38 100
1. × ×100 % :146 %
5g 10
52,43−51,01 100
2. × × 100 % :284 %
5g 10
146 %+284 %
=215 %
2
 Pehitungan % Kadar Sari Larut Etanol
63,81−63,76 100
1. × ×100 % :10 %
5g 10
62,43−62,35 100
2. × ×100 % :16 %
5g 10
10 %+16 %
=13 %
2
VII. Pembahasan
Pada percobaan yang telah di lakukan yaitu tentang penetapan kadar sari
dalam pelarut tertentu. Suatu simplisia sebagai suatu bahan yang akan mengalami
proses lanjutan atau langsung untuk di konsumsi harus memiliki standardisasi,
hal ini penting karena simplisia yang berasal dari bahan alam biasanya memiliki
kandungan zat aktif yang beragam sehingga untuk mendapatkan mutu dan
kualitas dari simplisia standar penggunaan simplisia perlu di gunakan dalam hal
ini standardisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang
akan di gunakan atau di konsumsi, parameter standar merupakan suatu metode
standardisasi untuk menjaga kualitas dan mutu dari simplisia salah satu
parameter yang di gunakan yaitu parameter spesifik terutama dalam penetapan
kadarsari pada pelarut tertentu.
Dalam hal ini yang di maksud penetapan kadar sari yaitu metode kuantitatif
untuk jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam
pelarut tertentu selain itu juga dalam penetapan kadar sari ini di lakukan dengan
dua cara yakni kadar sari yang dapat larut dalam air dan juga kadar sari yang
dapat larut dalam etanol dan kedua cara tersebut di dasarkan pada kelarutan
senyawa yang terkandung dalam simplisia. Pada percobaan tersebut bertujuan
untuk mengetahui penetapan kadar sari dari simplisia buah cabe jawa
menggunakan pelarut etanol dan juga air dan prinsipnya merupakan metode
kuantitatif untuk melihat jumlah kandungan senyawa aktif dalam simplisia yang
terekstraksi pada pelarut tertentu dan juga prinsip dari ekstraksi yang di lakukan
yaitu distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur. Adapun beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam
yang umum di gunakan seperti maserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu, tetapi
dalam percobaan yang telah di lakukan yaitu menggunakan metode maserasi
yaitu metode perendaman sampel dengan pelarut organik dan umumnya
menggunakan pelarut organik dengan molekul relatif kecil dan perlakuan pada
temperatur ruangan dan akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel tumbuhan
(Hariana, 2007).
Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat di
hindari dan suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya
senyawa-senyawa metabolit sekunder (Djarwis, 2004). Sedangkan salah satu
kekurangan nya yaitu membutuhkan waktu yang lama untuk mencari pelarut
organik yang dapat melarutkan dengan baik. Dan biasanya metode ini sangat
lama sekitar24 jam padasaat perendeman simplisia hal ini di karenakan supaya
senyawa aktif nya bisa ketarik semua. Metode maserasi umumnya menggunakan
pelarut non air atau pelarut non polar dimana teorinya ketika simplisia yanng
akan di maserasi di rendam dalam pelarut yang di pilih, maka ketika di rendam
cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan masuk ke dalam sel yang
penuh dengan zat aktif dan karena adanya pertemuan tersebut penyari yang
masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung suatu zat aktif dan
akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel maka akan
muncul gaya difusi (Djarwis, 2004).
Pada percobaan yang telah dilakukan yaitu menggunakan simplisis dari buah
cabe jawa dengan klasifikasinya yaitu:

Klasifikasi:
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Sub Kelas: Magnoliidae
Ordo: Piperales
Famili: Piperaceae
Genus: Piper
Spesies: Piper retrofractum  (DEPKES RI, 1977).
Deskripsi:
Semak, menjalar, panjang ± 10 m. Akar tunggang, putih pucat. Batang bundar,
berkayu, beruas dan berwarna hijau. Daun tunggal, membundar telur sampai
melonjong dengan pangkal menjantung, menumpu, ujung melancip sampai
meruncing dan tepi rata. Pertulangan daun menyirip, permukaan atas dan bawah
gundul. Panjang daun 8,5-20 cm, lebar 3,5-13 cm, berwarna hijau. Bunga
majemuk, bentuk bulir, tangkai panjang 0,75-2 cm. Benang sari kadang dua
kadang tiga, sangat pendek, kuning. Putik dua sampai tiga buah, hijau
kekuningan. Buah saling melekat satu sama lain, melekat sebagian atau
seluruhnya pada tangkai perbungaan. Biji bulat atau bulat telur sungsang, cokelat
keputih-putihan (Hariana, 2007).

Kandungan kimia
Buahnya mengandung minyak atsiri 0,6-0,7%. Di samping itu, terdapat pula
alkaloid (piperin) dan suatu senyawa amida yang mirip dengan senyawa yang
terkandung dalam Piper longumin yaitu piplartin, piplasterin dan sesamin. Pada
bagian batang dapat ditemukan pula harsa, piperin, piplartin, triakontan dan
22,23-dihidro-stigmasterin. Rimpang mengandung piperin, 0,2-0,25%
piperlongumin dan lebih kurang 0,002% piperlonguminin) (Hegnauer, 1996).

Manfaat:
- kejang perut, muntah-muntah, perut kembung, mulas,
- disentri, diare,
- sukar buang air besar pada penderita penyakit hati,
- sakit kepala, sakit gigi,
- batuk, demam

kemudian hal pertama yang di lakukan yaitu penetapan kadar senyawa larut
air pertama-tama di panaskan terlebih dahulu cawan pada suhu 105 ℃lalu
dinginkan dalam desikator hingga suhu kamar setelah itu cawan tersebut di
timbang kemudian simplisia di timbang sebanyak 5 gram lalu sampel di maserasi
selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform yang bertujuan supaya senyawa
aktif dalam simplisia dapat terekstraksi dan ketarik secara sempurna oleh pelarut
tersebut lalu menggunakan pelarut air dan juga pelarut organik kloroform karena
pada kloroform mempunyai kandungan antimikroba atau pengawet selain itu
pada saat maserasi hanya menggunakan air saja mungkin ekstraknyaakan rusak
karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau di
khawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan merusak ekstrak sehingga akan
menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak simplisia tersebut. Dan proses
maserasi tersebut menggunakan labu erlenmayer sambil di kocok selama 6 jam
pertama dan di biarkan selama 18 jam supaya sampel dan pelarut dapat
bercampur secara merata, setelah itu dilakukan penyaringan filtrat sebanyak 20
ml filtrat dan di uapkan filtrat tersebut sampai kering pada cawan yang telah di
tara dan untuk sisanya di panaskan pada suhu 105 ℃ hingga mencapai bobot
tetap atau bobot konstan yang bertujuan dalam tiap 2 kali penimbangan berturut-
turut dimana perbedaannnya maksimal 0,5 mg dan penimbangan dilakukan
setelah zat di keringkan lagi selama 1 jam lalu di hitung kadar sari yang larut air
dalam persen bahan yang telah di keringkan di udara yaitu sebesar 215 % Selain
itu juga hal yang sama di lakukan untuk penetapan kadar senyawa yang larut
etanol dimana perbedaannya pada saat proses maserasi sampel yang digunakan
yaitu pelarut etanol 95 % dimana untuk etanol tidak perlu di tambahkan
kloroform karena etanol sudah mempunyai sifat antimikroba kemudian setelah
itu di hitung sari yang larut dalam etanol 95 % dalam persen terhadap bahan yang
telah di keringkan di udara yaitu sebesar 13 % . dari hasil penetapan senyawa
yang larut air dan etanol yaitu persan sari yang larut lebih besar yaitu pada air
karena campuran pelarut air dan kloroform bersifat polar sedangkan etanol
bersifat non polar jadi etanol bisa menarik senyawa yang bersifat polar dan non
polar sedangkan air hanya bisa menarik senyawa yang polar saja oleh karena itu
pelarut etanol di sebut juga pelarut universal (Komalasari, 2013).

Selain itu juga pada simplisia buah cabe jawa terdapat kandungan senyawa
kimia salah satunya berupa piperin dan minyak atsiri dimana untuk piperin dapat
sedikit larut dalam air dan dapat larut banyak dalam etanol hal ini di karenakan
piperin mempunyai tingkat kepolaran yang sama dengan etanol dimana piperin
akan sangat mudah di tarik oleh pelarut etanol selain itu juga etanol bersifat
mudah menguap sehingga persen sari yang dapat larut dalam etanol jumlahnya
sedikit di bandingkan dengan yang larut air. Sedangkan untuk minyak atsiri
bersifat non polar maka akan lebih mudah dan lenih banyak terekstraksi oleh
pelarut etanol. Kadar sari yang dapat larut dalam etanol pada buah cabejawa
menurut literatur tidak kurang dari 10 % maka kadar sari yang dapat larut dalam
pelarut etanol memenuhi syarat karena hasil yang di dapatkan yaitu 13 %, selain
itu juga kadar sari dalam pelarut tertentu biasanya di perlukan untuk menentukan
pelarut yang akan di gunakan untuk mengekstraksi senyawa tertentu agar zat-zat
yang terekstraksi lebih banyak yang terekstrak dari simplisisa yang akan di
ekstrak. Maka dari itu metode penentuan kadar sari di gunakan untuk
menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah
simplisia, penentuan kadar sari juga di lakukan untuk melihat dari ekstraksi
sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa
tertentu (Ibrahim, 2009).

VIII. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM Depkes RI. (1977). Materia Medika 1. Jakarta: DEPKES RI.

Djarwis. (2004). Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Ditjen
Dikti Depdiknas.

Hariana, Arief. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Hegnauer, R., 1966, Chemotaxonomic der Pflanzen, Band V, Birkhauser Verlag,


Stuttgart, p.314-316

Ibrahim. (2009). Ekstraksi. Bandung: Farmasi ITB.

Komalasari, R. (2013). Aktivitas Biolarvasida Ekstrak Etanol Buah Cabe Jawa.


Jurnal Farmakologi Indonesia vol 2(4): 32-38.

Anda mungkin juga menyukai