I. TUJUAN
Menetapkan jumlah kadar abu total suatu simplisia
II. PRINSIP
Pemijaran suatu simplisia senyawa anorganik dan organik pada suhu
500-600°C
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Piperales
Famili: Piperaceae
Genus: Piper
1. Kadar abu total untuk menentukan abu fisiologis dari tumbuhan itu
sendiri dan abu non fisiologis dari logam alkali, serta logam berat.
2. Kadar abu larut air untuk menentukan abu fisiologis yang terlarut
dalam air, seperti logam Mg, Hg, dll.
3. Kadar abu larut tidak larut asam untuk menentukan abu non
fisiologis yang berasal dari dari pasir dan tanah (Depkes RI, 2000)
S1−S0
%kadar abu total= ×100 %
S ' 0−S 0
Keterangan:
IV.2. Bahan
V. PROSEDUR
Krus+
Bobot
Simplisia ke-
1. 34, 76 gram
2. 35, 22 gram
3. Bobot Krus+ Simplisia Setelah Pemijaran
Krus+
Bobot
Simplisia ke-
1. 34, 76 gram
2. 33, 90 gram
0,58
¿ ×100 %=59 %
0,98
2. % kadar abu kedua
33 , 90−34,23
%kadar abu total= 100 %
35 , 22−34 , 23
−0 , 33
¿ ×100 %=−33 %
0,99
3. Rata- Rata kadar abu total
59−33 26
% kadar abu total= = =13 %
2 2
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar abu total dengan
metode gravimetri. Kadar abu adalah banyaknya zat anorganik dalam
suatu bahan yang ditentukan dari pengurangan berat bahan yang berasal
dari sisa hasil pembakaran bahan. Kadar abu suatu bahan berkaitan dengan
kandungan mineral dari suatu bahan. Fungsi dari kadar abu tersebut yaitu
untuk mengetahui bahwa semakin tinggi kadar abu suatu bahan, maka
semakin tinggi kemurniannya. Penetapan kadar abu dengan metode
gravimetri membutuhkan waktu yang cukup lama namun sederhana.
Prinsip analisis metode ini adalah pemijaran senyawa pada simplisia baik
itu organik maupun anorganik pada suhu 500°-600°C. Proses pengabuan
dilakukan dengan menggunakan Muffle Furnace (tanur) yang memijarkan
sampel pada suhu mencapai 600°C sehingga semua air yang terkandung
pada bahan simplisia menguap.
Digunakannya tanur, karena suhunya dapat diatur sesuai dengan suhu
yang telah ditentukan untuk proses pengabuan. Pada penetapan kadar abu
total metode gravimetri ini mula-mula krus kosong dipijarkan pada tanur
selama 30 menit. Setelah krus dikeluarkan dari tanur, krus dibiarkan
dingin terlebih dahulu selama kurang lebih 10 menit kemudian
dimasukkan kedalam desikator yang berfungsi untuk mengeringkan zat-
zat lain dan untuk mencegah krus terkontaminasi uap air dari udara karena
didalam desikator terdapat silica gel yang sifatnya higroskopis untuk
menyerap air disekitar. Setelah dibiarkan didalam desikator selama 10
menit, kedua krus ditimbang sehingga didapat bobot dari kedua krus
kosong (So) tersebut sebesar 33,78 gram pada krus satu dan 34,23 gram
pada krus dua. Setelah bobot dari kedua krus kosong yang sudah
dipijarkan dan ditara tersebut diketahui, bahan simplisia yang digunakan
sebagai sampel dihaluskan dengan cara digerus didalam mortir.
Bahan simplisia yang digunakan pada percobaan ini adalah Cabe
Jawa. Setelah sampel halus kemudian sampel ditimbang sebanyak 1 gram
dan dilakukan duplo. Sampel bahan yang sudah ditimbang dimasukkan
kedalam krus kosong yang sudah dipijarkan dan ditara. Krus yang telah
berisi simplisia dimasukkan kedalam tanur kemudian dipijarkan pada suhu
500°-600°C selama 2 jam. Tujuannya adalah untuk menghilangkan air
baik yang terdapat secara fisik maupun kimia dan zat-zat organik yang
terdapat dalam sampel sehingga yang tersisa hanya abu. Setelah tercapai
pengabuan yang dapat ditunjukkan pada warna yang dihasilkan sampel
setelah dipijarkan, pada pengabuan sampel telah menjadi abu berwarna
putih abu-abu.
Selanjutnya krus yang sudah dipijarkan selama 2 jam tersebut
didiamkan selama 10 menit dan dimasukkan kedalam desikator untuk
didinginkan. Sampel yang sudah didinginkan kemudian ditimbang. Hasil
pengukuran bobot yang didapatkan dari analisis penentuan kadar abu total
pada simplisia cabe jawa (S’o) yaitu 34,76 gram pada krus satu dan 35,22
gram pada krus dua. Sehingga diperoleh persentase kadar abu simplisia
cabe jawa yaitu 13%. Nilai yang diperoleh tersebut lebih besar jika
dibandingkan dengan persentase kadar buah cabe jawa yang ditetapkan
oleh Farmakope Herbal Indonesia. Berdasarkan literatur, persyaratan
kadar abu total pada simplisia buah cabe jawa adalah tidak lebih dari 6,7%
(Farmakope Herbal Indonesia (2009: 23-24). Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti kualitas simplisia yang kurang baik,
pemijaran simplisia pada tanur yang kurang maksimal, banyaknya
kontaminasi dari luar dan keakuaratan yang kurang baik.
VIII. KESIMPULAN
Pada percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa % kadar abu total
yang di hasilkan adalah 13%, kadar abu tersebut tidak sama dengan
literatur karena beberapa faktor adalah kualitas dari simplisia yang sudah
lama, pemijaran simplisia dengan tanr kurang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. (2000). Parameter Standar Umum EKstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama . Jakarta : Depkes RI.
Sudarmadji, Slamet, dkk. (1996). Analisa Bahan Makan dan Pertanian . Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta.