Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI I

PERCOBAAN 4
PENGUJIAN ANTIDEPRESAN

Disusun oleh : Kelompok 4 – Shift E

Friska Aulia Hidayat (10060316192)

Putri Nosa Dwiawanda (10060316193)

Sinta Nia Rahayu (10060316194)

Alleina Nurfitriani (10060316195)

Fatma Wati (10060316196)

Nama Asisten:, S.Farm.

Tanggal Praktikum: Jumat, Oktober 2018

Tanggal Penyerahan Laporan: Jumat, Oktober 2018

LABORATORIUM TERPADU UNIT B FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018M/1440H
PERCOBAAN 4
PENGUJIAN ANTIDEPRESAN

I. Pendahuluan

II. Tujuan

1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek


analgetika-antiinflamasi suatu obat.

2. Memahami dasar-dasar perbedaan efektivitas analgetika-antiinflamasi


suatu obat.

III. Alat, Bahan, dan Hewan Percobaan

3.1. Alat

3.2. Bahan

3.3. Hewan Percobaan

IV. Prosedur

4.1.

4.2.

4.3. Uji Aktivitas Antiinflamasi

Pengujian dilakukan dengan pertama kali memberi tanda pada kaki tikus
yang akan diberikan perlakuan dengan menandai secara melingkar menggunakan
spidol sebatas mata kaki. Pertama, dilakukan pengukuran volume kaki normal dengan
cara mencelupkan kaki tikut sampai batas mata kaki/tumit kedalam air raksa pada
pletysmometer dan kemudian dicatat angka yang dicapai oleh air raksa pada skala
atau volume tersebut dapat ditulis sebagai Vo.

Disediakan tiga tikus dengan sediaan uji yang berbeda. Untuk tikus pertama
dijadikan sebagai kontrol, tikus kedua diberi piroksika, dan tikus ketiga diberikan
deksametason. Pemberian obat pun diberikan secara oral. Setelah itu didiamkan
selama 30 menit dan kemudian tikus pun diinduksi inflamasi dengan menyuntikkan
larutan karagenan 1% dengan volume yang berbeda untuk masing masing tikus,
sesuai dengan perhitungan yang dilakukan. Penyuntikkan dilakukan secara
intraplantar (pada salah satu telapak kaki).

Setelah itu, volume kaki tikus pun diukur kembali menggunakan alat
pletysmometer sesaat setelah induksi dan diulang kembali setiap 30 menit selama 2
jam (Vt). Dicatatlah volume kaki yang telah disuntikkan setiap waktu pengamatan.
Data pengamatan pun dibuat dalam bentuk Tabel. Volume udem pun dihitung,
dimana rumus dari volume udem adalah Vu = Vt-Vo. Nilai Vu yang didapat
dibandingkan pada setiap waktu pengamatan untuk membandingkan efek
antiinflamasi kedua sediaan uji.

V. Data pengamatan

5.1. Perhitungan Pemberian Obat

5.1.1.

5.1.2.

5.1.3. Perhitungan Uji Aktivitas Antiinflamasi

1. Kontrol (+) = CMC-Na

Bobot Tikus = 292 gram

CMC-Na = 1 mL/200 gr
292 𝑔𝑟
= x 1 mL = 1,46 mL
200 𝑔𝑟

292 𝑔𝑟
*Karagenan yang diinjeksi → 200 𝑔𝑟 x 0,05 mL = 0,07 mL

2. Piroksikam

Bobot Tikus = 163 gram

Dosis Manusia = 20 mg

Kekuatan Sediaan = 0,2 mg/mL

20 mg x 0,018 = 0,36 mg/200 gr BB

163 𝑔𝑟
Dosis = 200 𝑔𝑟 x 0,36 mg = 0,3 mg

0,3 𝑚𝑔
Volume = 0,2 𝑚𝑔 x 1 mL = 1,5 mL

163 𝑔𝑟
*Karagenan yang diinjeksi → 200 𝑔𝑟 x 0,05 mL = 0,04 mL

3. Deksametason

Bobot Tikus = 238 gram

Dosis Manusia = 2 mg

Kekuatan Sediaan = 0,01 mg/mL

2 mg x 0,018 = 0,036 mg/200 gr BB

238 𝑔𝑟
Dosis = 200 𝑔𝑟 x 0,036 mg = 0,04 mg

0,04 𝑚𝑔
Volume = x 1 mL = 4 mL
0,01 𝑚𝑔
238 𝑔𝑟
*Karagenan yang diinjeksi → 200 𝑔𝑟 x 0,05 mL = 0,06 mL

5.2. Data Pengamatan Efek Analgetika-Antiinflamasi Suatu Obat

5.2.1.

5.2.2.

5.2.3. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antiinflamasi

Tabel 5.2.3. Uji Aktivitas Antiinflamasi

Perlakuan Vo t0 t30 t60 t90 t120


Kontrol (+) 0,06 0,09 0,02 0,06 0,05 0,05
Piroksikam 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
Deskametason 0,03 0,04 0,04 0,03 0,030,03
Tabel 5.2.3.2. Volume Udem

Vu t0 t30 t60 t90 t120


Kontrol (+) 0,03 -0,04 0 -0,01 -0,01
Piroksikam 0 0 0 0 0
Deskametason -0,01 -0,01 0 0 0

VI. Pembahasan

6.1.

6.2.

6.3. Uji Aktivitas Antiinflamasi


Pengobatan inflamasi bertujuan untuk meringankan rasa nyeri dengan
frekuensi sering yang merupakan gejala awal yang terlihat, kemudian memperlambat
atau mencegah penyebaran proses perusakan jaringan. Percobaan dilakukan dengan
mencelupkan kaki tikus-tikus sebatas mata kaki/tumit kedalam air raksa dalam alat
pletysmometer untuk mengukur volume kaki normal tikus (Vo) untuk pertama kali.
Sebelumnya prinsip kerja dari alat pletysmometer untuk mengukur volume udem kaki
mencit adalah berdasarkan Hukum Archimedes. Dimana volume udem telapak kaki
yang dicelupkan pada air raksa adalah sama banyaknya dengan skala yang
ditujunkkan. Kemudian air raksa digunakan untuk menghindari berkurangnya volume
cairan pada alat tersebut ketika telapak kaki dicelupkan, maka dari itu air biasa tidak
digunakan (Chan, 2009). Setelah Vo tercatat, dilakukan pemberian sediaan uji baik
control, piroksikam, dan deksametason. Sediaan diberikan secara oral menggunakan
sonde oral. Dan juga penggunaan kontrol adalah untuk membandingkan supaya
terlihat bagaimana efek yang diberikan oleh obat uji, berefek atau tidak nya suatu
obat uji.

Tikus pun didiamkan selama 30 menit, setelah itu barulah tikus diinduksi
inflamasi dengan menyuntikkan karagenan 1% secara intraplantar. Karagenan
(karagenin) merupakan suatu polisakarida sulfat bermolekul besar sebagai inductor
inflamasi (Corsini et al, 2005). Penggunaan karagenan mempunyai beberapa
kelebihan antara lain tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan
jaringan serta jika dibandingkan dengan senyawa iritan lainnya, karagenan
memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi (Siswanto, 2005).
Pada proses pembentukkan udem, karagenan akan menginduksi cedera sel dengan
dilepaskannya mediator yang mengawali proses inflamasi. Udem yang disebabkan
oleh karagenan bisa bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang dalam
waktu 24 jam. Udem yang terjadi akibat terlepasnya mediator inflamasi seperti
histamine, bradykinin, dan prostaglandin. Udem yang disebabkan oleh injeksi
karagenan diperkuat oleh mediator inflamasi melalui peningkatan permeabilitas
kapiler, sehingga permeabilitas vaskuler menurun. Dengan menurunnya permeabilitas
vaskuler yang menyebabkan terjadinya udem (Corsini et al, 2005). Diberikan secara
intraplantar karena menimbulkan gejala inflamasi yang mirip dengan gejala inflamasi
pada penderita rematoid artritis dan udem. Karagenan juga merupakan udem yang
lebih responsive terhadap obat antiinflamasi.

Setelah diinduksi, diamkan dahulu selama 30 menit. Tetapi dalam


praktikkum, hanya didiamkan selama 25 menit dikarenakan waktu yang tidak
memadai. Setelah 25 menit berlalu, volume kaki tikus diukur kembali, dan ditulis
sebagai nilai Vt yang kemudian pengukuran volume kaki dilakukan setiap 25 menit
dalam 2 jam (kurang). Jadi pengukuran volume kaki dimulai dari t₀, t₃₀, t₆₀, t₉₀, dan
t₁₂₀.

Jika dilihat dari data pengamatan, untuk kontrol(CMC-Na) ketika diberikan


induksi terjadi pembengkakan pada telapak kakinya. Tetapi setelah beberapa menit
pengamatan, terjadi penurunan efek induksi inflamasi pada menit ke 30. Hal tersebut
dapat terjadi karena adanya system imun (antibody) yang bereaksi dengan antigen
tersebut untu melawan pengaruh atau efek yang ditimbulkan sehingga
pembengkakkan tidak terjadi (Anggraini, 2004). Lalu untuk tikus yang diberikan
piroksikam induksi inflamasi tidak memberikan efek apapun, tidak terjadi perubahan
volume kaki dari awal sebelum diinduksi sampai setelah diinduksi. Hal itu terjadi,
kemungkinan karena volume karagenan yang diinjeksi sangat sedikit sehingga
piroksikam lebih cepat menangani, ataupun karagenan tidak berpengaruh. Dan untuk
deksametason, terjadi peningkatan volume kaki setelah diinjeksi, namun menurun
pada saat menit ke 60 dan konstan sampai ke menit akhir. Memang benar piroksikam
lah yang lebih cepat berefek, karena piroksikam merupakan golongan obat
antiinflamasi non-steroid yang mekanisme kerjanya menghambat enzim fosfolipase
A2 sehingga fosfolipid tidak berubah menjadi asam arakhidonat. Asam arakhidonat
saja sudah tidak terjadi, dengan kata lain untuk waktu yang lebih lama pembentukkan
prostaglandin tidak akan terjadi jika dibandingkan dengan deksametason yang
kerjanya menghambat enzim siklooksigenase (Mycek, 2001).

VII. Kesimpulan

1. Untuk uji aktivitas antiinflamasi, efek dapat terlihat dengan cara mengukur
volume udem yang didapat. Semakin menurun volume udem, efek yang
diberikan semakin baik.

2. Efek untuk masing-masing obat uji, memiliki efek yang berbeda. Dimana
piroksikam memiliki efek lebih cepat dibandingkan deksametason.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Mayang, (2004), Diagnosis, Informasi Klinis, dan Struktur ICD-10,


Universitas Esa Unggul: Jakarta.

Chan, E. dan Daly, J., (2009), Patofisiologi: Aplikasi Pada Praktik Keperawatan,
EGC: Jakarta .

Corsini, et.al, (2005), Increased Carragenan-Induced Acute Lung Inflamamation in


Old Rats, Immunology, 115 (2) : 253-61.

Mycek, et al., (2001), Farmakologi Ulasan Bergambar Ed. II, Widya Medika:
Jakrta.

Siswanto, A., dan Nurulita, N.A., (2005), Daya Antiinflamasi Infus Daun Mahkota
Dewa pada Tikus Putih Jantan, Prosiding Seminar Nasional TOI XXVII.

Anda mungkin juga menyukai