Anda di halaman 1dari 11

KRIM KETOKONAZOL

I. Nama Sediaan
Nama generik: Krim Ketokonazol
Nama dagang: Krim Sepanazol
II. Kekuatan Sediaan
Ketokonazol 20 mg/ gram krim (ISO Volume 45 hal. 182 )
III. Preformulasi Zat Aktif
Ketokonazol
Nama kimia : ketoconazolum
Berat molekul : 531,44 gram/mol
Pemerian : berupa warna putih atau hampir serbuk putih
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dapat larut dalam
alkohol, larut dalam diklorometan, dan larut dalam metil alkohol.
Ttik leleh : 148 0C dan 152 0C
Stabilitas : tidak stabil pada cahaya
Fungsi : sebagai antifungi
Wadah dan penyimpanan : dalam tertutup baik dan terlindung dari
cahaya
Imkompatibilitas : Interaksi obat, pemberian ketokonazol bersama
dengan obat yang menginduksi enzim mikrosom hati dapat menurunkan
kadar ketokonazol. ( FI IV , 1995, 486 dan informasi spesialite obat,
2009, 182)

IV. Pengembangan Formula


Zat aktif : Ketokonazol digunakan sebagai zat berkhasiat dengan 20 mg/
gram krim ( ISO vol. 44, 2009, 182). Ketokonazol dapat digunakan
dengan kosentrasi 2 % untuk pemakaian topikal sediaan krim.
( Martindale Edisi 36 : 541).
Minyak : Salah satu fasa yang bersifat non polar. Dalam formula ini
digunakan vaselin flavum dan cera alba. Campuran vaselin dan cera alba
digunakan untuk meningkatkan kosintensi pada sediaan. Kosentrasi yang
umum digunakan untuk cera alba adalah 2% dan konsentrasi yang umum
digunakan untuk vaselin adalah 25 %. Vaselin yang digunakan adalah
vaselin vaselin flavum, karena tidak mengalami proses pemutihan, dan
banyak digunakan sebagai basis semisolida sediaan steril.
Air : Digunakan air sebgai salah satu fasa cair yang bersifat polar. Dalam
pembuatannya digunakan air yang telah didihkan dan segera digunakan
dalam keadaan hangat untuk melarutkan zat aktif atau zat tambahan yang
larut dalam air.
Pengemulsi : digunakan surfaktan karena sediaan mengandung minyak
dan air yang tidak saling menyatu, ketidakcampuran sediaan yang akan
mengganggu kestabilan krim. Digunakan zat pengemulsi trietanolamin
( TEA) untuk krim tipe minyak/ air dengan kosentrasi 1,5 % karena
penggunaan kosentrasi pemakaian lazim berkisar 2-4 %. ( Handbook Of
Pharmaceutical Exipients Edidi 6 halaman 754 ).
Pengawet : digunakan pengawet karena sediaaan mengandung minyak
yang bersifat mudah tengik dan mengandung air yang memudahkan
terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Pengawet digunakan untuk
meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya
kontaminasi mikrorganisme. Digunakan kombinasi zat pengawet metil
paraben dengan konsentrasi 0, 12 %- 0, 18 % dan propil paraben dengan
konsentrasi 0,02 %- 0,05%. ( Handbook Of Pharmaceutical Exipients
Edisi 6 halaman 442).
Zat pelembab : Digunakan propilenglikol sebagai humektan dalam
sediaan topikal adalah untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi kulit
dapat menyebabkan jaringan menjadi lunak, menegmbang dan tidak
berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Kosentrasi yang
lazim digunakan adalah 5%-8%.
Antioksidan : Digunakan untuk mencegah terjadinya ketengikan akibat
oksidasi oleh cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya antioksidasi.
Antioksidan yang digunakan dalam formula yaitu BHT dengan
kosentrasi 0,02 % ( Handbook Of Pharmaceutical Exipients Edisi 4
halaman 63 ).

V. Formula Akhir

Tiap 5 gram krim mengandung :

R/ Ketokonazol 2%

Trietanolamin 1.5%

Metil Paraben 0.18%

Propil Paraben 0.02%

Propilenglikol 8%

Cera Alba 2%

Vaselin Flavum 25%

BHT 0.02%

Aquadest ad 100%

VI. Preformulasi Eksipien


a. Trietanolamin
Pemerian : cairan kental tidak bewarna hingga kuning pucat, bau lemah
mirip amoniak, higroskopik.
Kelarutan : mudah larut dalam air dan etanol 95 % dan larut dalam
kloroform.
Fungsi : zat tambahan, sebagai pengemulsi.
Stabilitas : trietanolamin bisa berubah menjadi coklat, akibat pemaparan
pada udara dan cahaya. Trietanolamin harus disimpan dalam wadah
tertutup baik, ditempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral
untuk membentuk garam kristal dan eter. Trietanolamin juga bereaksi
dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. Trietanolamin juga
dapat bereaksi dengan reagen seperti tionilklorida untuk mengganti
kelompok hidroksi dengan halogen.
Wadah penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
( Depkes RI. 995, hal 1203 ; Handbook Of Pharmaceutical Exipients Hal
663-664).
b. Nipagin ( Metil Paraben )
Pemerian : serbuk hablur halus, putih hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa , agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan: larut dalam 600 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam 3,5 bagian etanol 95 % dalam 3 bagian aseton, mudah larut larut
dalam eter dan dalam alkalihidroksi , larut dalam 60 bagian gliserol
panas, dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan
larutan tetap jernih.
Fungsi : zat tambahan, sebagai pengawet.
Stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar.
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan zat lain, seperti
bentonit, ,magnesium, trisilicate, talk tragakan, natrium alginat, minyak
esensial, sorbitol dan atropin.
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik ( FI IV , 1995, hal
551 ; HOPE hal 390-393)
c. Nipasol
Pemerian : srbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol
95 %, dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol, dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksi.
Fungsi : zat tambahan, sebagai pengawet.
Stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar.
Inkompatibilitas : magnesium alumunium silikat, magnesium trisilikat,
oksida besi kuning.
Wadah penyimpanan : dalam wadah tertutup baik ( FI IV, 1995 hal 713;
HOPE Hal 526-528)

d. Propilenglikol
Pemerian : cairan kental jernih, tidak berabau, rasa agak manis,
higroskopik
Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan etanol 90 % dan kloroform,
larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat bercampur dengan eter minyak
tanah dan dengan minyak lemak.
Fungsi : zat tambahan, sebagai pelarut.
Stabilitas : pada temperatur rendah, propilen glikol stabil bila disimpan
dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering.
Inkompatibili
e. Cera Alba
Pemerian : padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam
keadaan lapis tipis, bau khas lemah dan bebas bau tengik.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin.
Larut sempurna dalam kloroform dan eter juga minyak lemak.
Kegunaan : Stabilisator emulsi.
Imkompatibilitas : Inkompatibel dengan zat pengoksidasi.
Stabilitas : Stabil jika disimpan pada wadah tertutup dan terlindung dari
cahaya ( Farmakope Indonesia IV hal 186, Excipient 6th edition hal 558).
f. Vaselin Flavum
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning;
sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa
diaduk. Berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hampir
tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P;
larut dalam kloroform P; dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P,
larutan kadang-kadang beropalesensi lemah.
g. BHT
Sifat Organoleptis : Putih atau kekuningan, serbuk kristal
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat larut dalam aseton, dapat
larut dalam alcohol dan minyak sayur (30mg/ml)
Titik beku : 69oC-70oC
Titik leleh : 71oC
pH : -
Stabilitas : > 2 tahun dalam suhu ruang
Inkompatibilitas : reaktif dengan unsur oksidasi
Penyimpanan : simpan di tempat kering, tidak terkena sinar matahari,
tertutup rapat (British Pharmacopeia, 2009)
Kegunaan : sebagai antioksidan
h. Aqua destilata
Sifat Organoleptis : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : -
Titik didih : 100oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (FI III, 96)
Kegunaan : sebagai pelarut

VII. Penimbangan

Nama Zat Formula 1 tube @ 5 gam


Ketokonazol 0.105 gram
Metil Paraben 0.00945 gram
Propil Paraben 0.00105 gram
Trietanolamin 0.09 gram
Propilenglikol 0.48 gram
Cera Alba 0.12 gram
Vaselin Flavum 1.50 gram
BHT 0.0012 gram
Aquadest Destilasi 3.6933 ml

VIII. Penentuan Metode Sterilisasi

Nama Alat Metode Sterilisasi

Ketokonazol Radiasi sinar gamma

Panas lembab (menggunakan autoklaf) atau


Cawan Porselin
panas kering (menggunakan oven)
Panas lembab (menggunakan autoklaf) atau
Pipet tetes
panas kering (menggunakan oven)
Panas lembab (menggunakan autoklaf) atau
Spatula
panas kering (menggunakan oven)
Panas lembab (menggunakan autoklaf) atau
Batang Pengaduk
panas kering (menggunakan oven)
Mortir dan Stemper Alkohol 96% dan pembakaran langsung

Sudip Panas lembab (menggunakan autoklaf)

Kain Kasa Steril Panas lembab (menggunakan autoklaf)

Panas lembab (menggunakan autoklaf) atau


Tube
panas kering (menggunakan oven)
Panas lembab (menggunakan autoklaf) atau
Kaca Arloji
panas kering (menggunakan oven)

IX. Prosedur Pembuatan

Alat dan Bahan disiapkan


Masing-masing bahan (ketokonazol, metil paraben, propil paraben, TEA,
propilenglikol, cera alba, vaselin flavum, dan BHT) yang digunakan
ditimbang

Dilakukan sterilisasi awal terhadap basis yaitu TEA, propilenglikol, cera


alba, dan vaselin flavum dengan cara dioven pada suhu 150C selama 1
jam

Cera alba dan vaselin flavum dimasukan kedalam cawan penguap yang
juga telah dilapisi kain batis

Aqua Pro Injeksi dimasukan kedalam beaker glass secukupnya lalu di


oven

Setelah dilakukan sterilisasi awal, cera alba dan vaselin flavum


dimasukan kedalam mortar yang telah dibakar dengan alkohol, lalu
digerus hingga homogen

Kemudian dimasukan TEA dan propilenglikol kedalam mortar lalu


digerus sampai halus dan homogen

Lalu dimasukan propil paraben, metil paraben, dan BHT digerus hingga
terbentuk basis krim


Kemudian ditambhankan ketokonazol kedalam basis krim sedikit demi
sedikit sambil digerus

Kemudian ad aqua p.i yang sudah disterilisasi awal, digerus ad homogen

Dimasukan kedalam tube dengan digunakan kertas perkamen dan pinset

Kemudian diberi etiket pada kemasan primer (tube)

Kemudian tube dimasukan kedalam kemasan sekunder

X. Evaluasi
a. Homogenitas

Penentuan homogenitas dilakukan dengan cara meletakkan sedikit


sediaan diantara dua kaca objek dan diperhatikan adanya partikel-partikel
kasar atau ketidak homogenan. Untuk mendapatkan permukaan sediaan
yang homogen, dilakukan dengan menggeser sejumlah sediaan dari ujung
kaca objek dengan bantuan batang pengaduk sampai ujung kaca objek
lain.

b. Penentuan tipe emulsi


 Uji kelakuran zat warna
Sedikit zat warna larut air, misal metilen blue atau biru brillian CFC
diteteskan pada permukaan emulsi. Jika zat warna terlarut dan berdifusi
homogen pada fase eksternal yang berupa air maka tipe emulsi adalah
minyak dalam air (m/a), demikian juga sebaliknya.
 Uji pengenceran
Uji ini dilakukan dengan mengencerkan emulsi dengan air, emulsi
tercampur baik dengan air, tanpa memperlihatkan ketidak campuran
maka tipe emulsi adalah minyak dalam air (m/a). Hal ini dapat dilakukan
dengan mikroskop untuk memberikan visualisasi yang lebih baik.

c. Viskositas dan rheologi

Penentuan viskositas dan rheologi sediaan semisolida dilakukan dengan


menggunakan alat viscometer Brookfield dan atau penetrometer

d. Stabilitas krim
 Amati stabilita krim terhadap adanya pemisahan fase air dan fase minyak
selama penyimpanan 1,2,3,4,5 dan 10 hari
 Amati terjadinya pertumbuhan mikroba dengan mengamati timbulnya
mikroorganisme pada permukaan krim setelah penyimpanan.

XI. Kemasan

XII. Daftar Pustaka

Departemen kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga.


Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Departemen kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi
Keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Drs. Fauzi Kasim. 2011. Informasi Spesialite Obat Indonesia ISO


Volume 45. PT ISFI. Jakarta.

Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of


Pharmaceutical Excipients sixth edition. Pharmaceutical Press,
London.

Anda mungkin juga menyukai