OLEH
NIM : 10119091
Bahan
- Asetosal
- NaOH 1 M
- FeCl 0,02 M
- Aquadest
IV. Cara Kerja
a. PEMBUATAN LARUTAN BAKU ASETOSAL
b. PREPARASI SAMPEL
Dinyalakan
Diatur panjang Dinyalakan tombol
spektrofotometer dan
gelombang mulai dari absorban 0,00 dan
dibiarkan selama 20
517 nm hingga 522 nm transmitan 100
menit
Dibaca absorbansi Dimasukkan kuvet
Dimasukkan kuvet
seiring dengan berisi larutan seri
berisi blanko (aquades)
penambahan panjang asetosal dengan kadar
dan dibilas 3 x
gelombang 50 ppm
Ditentukan panjang
gelombang maksimal,
yaitu panjang
gelombang yang
memiliki nilai
absorbansi tertinggi
Dirunning
Didapat nilai absorbansi
spektrofotometer sesuai
dari tiap seri kadar
panjang gelombang
larutan baku
maksimum
1000 x MS
Keterangan :
Vs : volume sampel
Ms : massa sampel
FP : Faktor Pengenceran
Panjang Gelombang
Pada penentuan panjang gelombang maksimal dalam analisis
spektrofotometri, diatur panjang gelombang mulai dari 517 nm hingga 522
nm. pengukuran harus dilakukan dalam panjang gelombang maksimal yaitu
panjang gelombang yang memiliki nilai absorbansi tertinggi. Hasil absorbansi
panjang gelombang maksimal dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel I.
No Lamda absorban
1 517 0,324
2 518 0,325
3 519 0,326
4 520 0,325
5 521 0,324
6 522 0,324
Tabel 1. Pembacaan Panjang Gelombang
panjang gelombang Maksimum
0.33
0.33
0.33
Absorban
0.33
0.32
0.32
0.32
0.32
517 518 519 520 521 522
Lamda
Operating time
Menit ke absorban
0 0,333
1 0,334
2 0,336
3 0,337
4 0,337
5 0,337
6 0,337
Tabel 2. Operating Time
operating time
0.34
0.34
0.34
absorban
0.34
0.33
0.33
0.33
0.33
0 1 2 3 4 5 6
menit
Series 1
Dari hasil absorbansi di atas dapat diketahui bahwa mulai menit ke-3
hingga menit ke-6 larutan asetosal tetap stabil dengan nilai absorban 0,337.
Pembacaan absorbansi yang dipilih adalah 3 menit.
Kurva Baku
Chart Title
1
0.9
0.8 f(x) = 0.01 x − 0.07
0.7 R² = 0.93
0.6
absorban
0.5
0.4 Linear ()
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
konsentrasi (ppm)
Chart Title
Analisis Kadar
1
0.9 Sampel Dengan
f(x) = 0.01 x − 0.08
0.8 R² = 0.99 Spektrofotometri
0.7
0.6
absorbansi
0.5
0.4 Linear ()
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
konsentrasi
0,2009 = 0,0116x
17 ppm = x
y = 0,0128x - 0,0802
0,2092 = 0,0128x
16 ppm = x
Diketahui :
Vs = 10 mL 0,01 L
Ms = 100 mg 0,1 g
FP = Banyak pengenceran :
Pengenceran 1
10 ml NaOH + 240 ml (sampel dan Aquadest) = 250 ml
250 mL = 25 x pengenceran
10 ml
Pengenceran 2
3,5 ml (sampel pengenceran 1) + 96,5 ml (FeCl 0,02 M) = 100 ml
100 ml = 28, 57 28,6 x pengenceran
3,5 ml
FP = 25 x 28,6 = 715
Jadi, sampel mengalami pengenceran sebanyak 715 kali.
%kadar sampel pada uji ini didapat 121,55% .pada persyaratan farmakope
penetapan kadar asetosal pada sediaan tablet. Pada
persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV, sediaan asetosal tablet
mengandung asetosal, C9H6O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket, dan sediaan asetosal tablet lepas
tunda mengandung asetosal, C9H6O4, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
105,0%. Jadi kadar sampel pada uji ini tidak memenuhi persyaratan farmakope.
VI. Kesimpulan
Pada uji percobaan praktikum ini kadar sampel hasil spektrosfotometri UV
menggunakan Asam asetil salisilat (asetosal) yang dapat membentuk ion
kompleks dengan menghidrolidis asetosal dalam larutan NaOH dan menambahkan
ion Fe 3+ pada larutan sehingga terbentuk reaksi senyawa kompleks. Kompleks
yang terbentuk akan menunjukkan absorbansi maksimal pada panjang gelombang
519 nm dengan nilai absorbansi paling tinggi 0,326. Setelah menentukan Panjang
gelombang maksimum dilanjutkan dengan penentuan operating time yang
menunjukkan hasil stabilnya pada menit ke-3 hingga menit ke-6 dengan nilai
absorbannya 0,337 dan memberikan persamaan linier y = 0,0116x - 0,0719
dengan nilai koefisien korelasinya (R2) adalah 0,9293. Setelah menentukan kurva
baku dilanjutkan dengan menentukan konsentrasi pada sampel yang menghasilkan
konsentrasi sampel 17,31 ppm dan dihasilkan kadar sampel 121,55% yang belum
memenuhi persyaratan farmakope penetapan kadar asetosal.