Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PERCOBAAN 4

ANALISIS KADAR ASETOSAL DALAM SEDIAAN TABLET


DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV

OLEH

NAMA : Jinani Firdausi Putri

NIM : 10119091

KELAS : Prak. Analisis Sediaan Farmasi-B

DOSEN : apt. Rachma Nurhayanti, S.Farm., M.Farm

PROGRAM STUDI S1-FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
I. Tujuan
1. Membuat kurva baku asetosal untuk mendapatkan persamaan regresi linier
2. Menentukan kadar asetosal dalam sediaan tablet

II. Dasar Teori


Secara struktur, nama asetosal adalah 2-(acetyloxy) benzoic acid(Senzana
et al., 2008). Asam asetilsalisilat dosis rendah telah banyak digunakan
sebagai agen antiplatelet untuk pencegahan gangguan kardiovaskular, infark
miokard, dan stroke pada pasien yang berisiko tinggi terjangkit penyakit
vaskular. Di antara berbagai antiplatelet lainnya, asam asetilsalisilat
merupakan senyawa tertua, termurah, dan paling banyak beredar sehingga
menjadikannya obat standar untuk membandingkan obat antiplatelet
(Antithrombolic Trialists’ Collaboration, 2002)
Beberapa metode analitik telah dilakukan untuk menentukan kadar asetosal
dalam tablet menggunakan teknik analisis (Harris, 2003). Metode analisis
kuantitatif yang umum digunakan untuk mengukur unsur dengan
spektrofotometer adalah Teknik kurva kalibrasi. Namun, karena adanya
matriks dalam sampel, sedangkan dalam larutan standar tidak ada matriks
maka digunakan metode lain yang bisa meminimalisasi pengaruh matriks
ini. Salah satu metode yang telah lama dikena yaitu adisi standar. Sejumlah
sampel ditambahkan larutan standar yang konsentrasinya diketahui, lalu
ditambahkan pelarut yang sesuai (Suriansyah et al.,2012)

III. Alat dan Bahan


Alat
- Timbangan analitik
- Spatula
- Beaker glass 100 ml
- Labu ukur 100 ml , 250 ml
- Batang pengaduk
- Pipet ukur
- Corong
- Alat Spektrofotometer UV
- Cuvet
- Timbangan analitik

Bahan
- Asetosal
- NaOH 1 M
- FeCl 0,02 M
- Aquadest
IV. Cara Kerja
a. PEMBUATAN LARUTAN BAKU ASETOSAL

Disiapkan timbang 100 mg


asetosal dan digerus gerus Dipanaskan larutan hingga Dimasukkan ke labu ukur
kemudian ditambahkan 10 ml mendidih dan kemudian 250 ml lalu dibilas dan
NaOH 1M pada beaker glass didinginkan dilarutkan dengan aquadest
lalu digoyangkan tanpa
diaduk

Diambil 0,3125 ml larutan Dilakukan perhitungan Dibuat larutan baku seri


baku induk 400 ppm dengan larutan baku 5 ppm dengan kadar 5 ppm, 10 ppm,
pipet ukur kemudian diad kan 20 ppm, 50 ppm dan 80 ppm
perhitungan:
25 ml dengan labu ukur Sebanyak 25 ml, kemudian
V1.M1 = V2.M2 diencerkan dengan larutan
FeCl3 0,02 M hingga garis
25 mL . 5 ppm = V2.100ppm tanda batas
Dilakukan kembali V2 = 25 ml . 5 ppm
v dan pengenceran
perhitungan
pada kadar 10 ppm, 20 ppm, 400 ppm
50 dan 80 ppm
V2 = 0,3125 mL

b. PREPARASI SAMPEL

Disiapkan satu sediaan Dimasukkan ke Diambil 3,5 ml larutan


Dipanaskan
tablet asetosal dan labu ukur 250 dimasukkan ke labu
larutan hingga
digerus kemudian ml, dibilas dan ukur 100 ml kemudian
mendidih dan
ditambahkan 10 ml dilarutkan diencerkan dengan
kemudian
NaOH 1M pada beaker dengan larutan FeCl3 0,02 M
didinginkan
glass lalu digoyangkan aquadest hingga garis tanda
tanpa diaduk batas

c. PENENTUAN PANJANG GELOMBANG

Dinyalakan
Diatur panjang Dinyalakan tombol
spektrofotometer dan
gelombang mulai dari absorban 0,00 dan
dibiarkan selama 20
517 nm hingga 522 nm transmitan 100
menit
Dibaca absorbansi Dimasukkan kuvet
Dimasukkan kuvet
seiring dengan berisi larutan seri
berisi blanko (aquades)
penambahan panjang asetosal dengan kadar
dan dibilas 3 x
gelombang 50 ppm

Ditentukan panjang
gelombang maksimal,
yaitu panjang
gelombang yang
memiliki nilai
absorbansi tertinggi

d. PENENTUAN OPERATING TIME

Diatur panjang gelombang Ditentukan Operating time,


Dibaca nilai absorbansi
sesuai dengan hasil panjang yaitu waktu dimana nilai
larutan seri asetosal dengan
gelombang maksimal yang absorbansi larutan mulai
kadar 50 ppm
didapat sebelumnya memiliki nilai yang konstan

e. PEMBUATAN KURVA BAKU DAN PENENTUAN REGRESI LINEAR

Dianalisis tiap seri kadar


larutan baku ppm pada Dimasukkan aquadest Dimasukkan seri kadar
panjang gelombang pada kuvet blankan dan larutan baku dan dibilas
maksimum yang didapat dibilas 1x sebelumnya 1 x sebelumnya

Dirunning
Didapat nilai absorbansi
spektrofotometer sesuai
dari tiap seri kadar
panjang gelombang
larutan baku
maksimum

f. ANALISIS KADAR SAMPEL DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV

Ditentukan konsentrasi larutan


sampel asetosal setelah pengenceran Didapat kadar
yaitu dengan mensubstitusikan nilai sampel dalam
absorbansi larutan sampel ke dalam satuan ppm
persamaan kurva standar
g. PENENTUAN KADAR SAMPEL

Penentuan kadar sampel berupa persentase dengan rumus berikut:

% kadar sampel = X x Vs x FP x 100%

1000 x MS

Keterangan :

X : konsentrasi larutan sampel (ppm)

Vs : volume sampel

Ms : massa sampel

FP : Faktor Pengenceran

V. Hasil dan Pembahasan


Metode penetapan kadar asetosal yang digunakan dalam uji ini adalah metode
spektrofotometri UV. Tujuan dari uji ini adalah Membuat kurva baku asetosal
untuk mendapatkan persamaan regresi linier dan Menentukan kadar asetosal
dalam sediaan tablet. Asam asetil salisilat (asetosal) dapat membentuk ion
kompleks dengan menghidrolidis asetosal dalam larutan NaOH dan menambahkan
ion Fe 3+ pada larutan sehingga terbentuk reaksi senyawa kompleks.
Cara kerja pada pembuatan larutan baku asetosal yaitu Disiapkan timbang 100
mg asetosal dan digerus gerus kemudian ditambahkan 10 ml NaOH 1M pada
beaker glass lalu digoyangkan tanpa diaduk kemudian Dipanaskan larutan hingga
mendidih dan kemudian didinginkan selanjutnya Dimasukkan ke labu ukur 250 ml
lalu dibilas dan dilarutkan dengan aquadest. Dibuat larutan baku seri dengan kadar
5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 50 ppm dan 80 ppm Sebanyak 25 ml, kemudian
diencerkan dengan larutan FeCl3 0,02 M hingga garis tanda batas. Diambil 0,3125
ml larutan baku induk 400 ppm dengan pipet ukur kemudian diad kan 25 ml
dengan labu ukur.
Selanjutnya preparasi sampel, tempat terjadinya proses pengenceran yang
berpengaruh pada persentase kadar asetosal dalam sampel. Dilakukan dengan cara
Disiapkan satu sediaan tablet asetosal dan digerus kemudian ditambahkan 10 ml
NaOH 1M pada beaker glass lalu digoyangkan tanpa diaduk lalu Dipanaskan
larutan hingga mendidih dan didinginkan kemudian Dimasukkan ke labu ukur 250
ml, dibilas dan dilarutkan dengan aquadest dan Diambil 3,5 ml larutan
dimasukkan ke labu ukur 100 ml kemudian diencerkan dengan larutan FeCl3 0,02
M hingga garis tanda batas.

Panjang Gelombang
Pada penentuan panjang gelombang maksimal dalam analisis
spektrofotometri, diatur panjang gelombang mulai dari 517 nm hingga 522
nm. pengukuran harus dilakukan dalam panjang gelombang maksimal yaitu
panjang gelombang yang memiliki nilai absorbansi tertinggi. Hasil absorbansi
panjang gelombang maksimal dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel I.

No Lamda absorban
1 517 0,324
2 518 0,325
3 519 0,326
4 520 0,325
5 521 0,324
6 522 0,324
Tabel 1. Pembacaan Panjang Gelombang
panjang gelombang Maksimum

0.33
0.33
0.33
Absorban

0.33
0.32
0.32
0.32
0.32
517 518 519 520 521 522
Lamda

Gambar 1. Panjang Gelombang Maksimal

Hasil absorbansi panjang gelombang maksimal pada pengujian


asetosal ini adalah 519 nm karena nilai absorbansinya berada pada penyerapan
paling tinggi yaitu pada 0,326.

Operating time

Setelah menentukan Panjang gelombang maksimum dilanjutkan


dengan penentuan operating time yaitu dengan cara Diatur panjang gelombang
sesuai dengan hasil panjang gelombang maksimal yang didapat sebelumnya
kemudian nilai absorbansi larutan uji dibaca seiring dengan penambahan
waktu-waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk menentukan waktu tepat reaksi
dan stabilnya reaksi yang ditunjukkan dengan tidak adanya naik-turunnya
absorbansi. Hasil absorbansi larutan asetosal pada menit ke 0 sampai 6 dapat
dilihat pada gambar 2 dan tabel 2 :

Menit ke absorban
0 0,333
1 0,334
2 0,336
3 0,337
4 0,337
5 0,337
6 0,337
Tabel 2. Operating Time

operating time
0.34
0.34
0.34
absorban

0.34
0.33
0.33
0.33
0.33
0 1 2 3 4 5 6
menit

Series 1

Gambar 2. Operating Time

Dari hasil absorbansi di atas dapat diketahui bahwa mulai menit ke-3
hingga menit ke-6 larutan asetosal tetap stabil dengan nilai absorban 0,337.
Pembacaan absorbansi yang dipilih adalah 3 menit.

Kurva Baku

Kurva baku adalah kurva yang diperoleh dengan memplotkan nilai


absorban dengan kosentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kurva ini merupakan hubungan antara absorbansi dengan
kosentrasi. Bila hukum Lambert Beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis
lurus. Pada pembuatan kurva baku ini digunakan persamaan garis yang diperoleh
dari metode kuadrat terkecil yaitu y = bx + a, Persamaan ini akan menghasilkan
koefisien korelasi (r).

Penentuan kurva baku dilakukan dengan menganalisis serangakaian


konsentrasi asetosal diantaranya adalah 5; 10 ; 20; 50 dan 80 ppm. Pengukuran
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi asetosal yang diukur maka
semakin besar pula absorbansi yang diperoleh. Hal ini dikarenakan pada
konsentrasi yang semakin tinggi, tingkat kepekatan senyawa asetosal juga
semakin tinggi. Dapat dilihat pada gambar 3 dan tabel 3.

No konsentrasi (ppm) absorban


1 5 0,031
2 10 0,101
3 20 0,113
4 50 0,353
5 80 0,951
Tabel 3. Pembacaan Kurva Baku

Chart Title
1
0.9
0.8 f(x) = 0.01 x − 0.07
0.7 R² = 0.93
0.6
absorban

0.5
0.4 Linear ()
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
konsentrasi (ppm)

Gambar 3. Kurva Baku

Berdasarkan hasil pengukuran serapan asetosal dengan berbagai


konsentrasi tersebut memberikan persamaan linier y = 0,0116x - 0,0719
dengan nilai koefisien korelasinya (R) adalah 0,9293 dan nilai koefisien
determinasi (R2 ) yang diperoleh sebesar 0,9293. Nilai koefisien korelasi yang
diperoleh tersebut merupakan hubungan antara konsentrasi asetosal dengan
absorbansinya yaitu telah memenuhi kriteria (parameter) linier. Nilai range
linier yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam kurva baku tersebut berlaku
hukum Lambert-Beer, sehingga persamaan garis tersebut dapat digunakan
untuk menentukan validasi metode penentuan kadar asetosal dengan
menggunakan spektrofotometer UV.

No konsentrasi (ppm) absorban


2 10 0,101
3 20 0,113
5 80 0,951

Chart Title
Analisis Kadar
1
0.9 Sampel Dengan
f(x) = 0.01 x − 0.08
0.8 R² = 0.99 Spektrofotometri
0.7
0.6
absorbansi

0.5
0.4 Linear ()
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
konsentrasi

Dengan menggunakan persamaan yang telah diperoleh pada penentuan


kurva baku yaitu persamaan y = 0,0116x - 0,0719, konsentrasi asetosal dapat
ditentukan dengan memasukkan angka absorbansi pada y, maka akan didapat
nilai x (konsentrasi sampel). Adapun contoh perhitungannya pada sediaan
asetosal dengan absorbansi 0,129 berikut:
Sediaan Konsentrasi Absorban
Asetosal ? 0,129
y = 0,0116x - 0,0719

0,129 = 0,0116x - 0,0719

0,129 + 0,0719 = 0,0116x

0,2009 = 0,0116x

17 ppm = x

y = 0,0128x - 0,0802

0,129 = 0,0128x - 0,0802

0,129 + 0,0802 = 0,0128x

0,2092 = 0,0128x
16 ppm = x

Penentuan Kadar Sampel

Diketahui :
Vs = 10 mL 0,01 L
Ms = 100 mg 0,1 g
FP = Banyak pengenceran :
 Pengenceran 1
10 ml NaOH + 240 ml (sampel dan Aquadest) = 250 ml
250 mL = 25 x pengenceran
10 ml

 Pengenceran 2
3,5 ml (sampel pengenceran 1) + 96,5 ml (FeCl 0,02 M) = 100 ml
100 ml = 28, 57 28,6 x pengenceran
3,5 ml

FP = 25 x 28,6 = 715
Jadi, sampel mengalami pengenceran sebanyak 715 kali.

Menentukan %Kadar sampel

%Kadar sampel = X x Vs x FP x 100 %


1000 X Ms
= 17 ppm x 10 ml x 715 x 100%
1000 x 100 mg
= 170 x 715 x 100 %
100.000
= 121,55 %
%Kadar sampel = X x Vs x FP x 100 %
1000 X Ms
= 16 ppm x 0,01 L x 715 x 100%
1000 x 0,1 g
= 0,16 x 715 x 100 %
100
= 114,4 %

%kadar sampel pada uji ini didapat 121,55% .pada persyaratan farmakope
penetapan kadar asetosal pada sediaan tablet. Pada
persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV, sediaan asetosal tablet
mengandung asetosal, C9H6O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket, dan sediaan asetosal tablet lepas
tunda mengandung asetosal, C9H6O4, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
105,0%. Jadi kadar sampel pada uji ini tidak memenuhi persyaratan farmakope.

VI. Kesimpulan
Pada uji percobaan praktikum ini kadar sampel hasil spektrosfotometri UV
menggunakan Asam asetil salisilat (asetosal) yang dapat membentuk ion
kompleks dengan menghidrolidis asetosal dalam larutan NaOH dan menambahkan
ion Fe 3+ pada larutan sehingga terbentuk reaksi senyawa kompleks. Kompleks
yang terbentuk akan menunjukkan absorbansi maksimal pada panjang gelombang
519 nm dengan nilai absorbansi paling tinggi 0,326. Setelah menentukan Panjang
gelombang maksimum dilanjutkan dengan penentuan operating time yang
menunjukkan hasil stabilnya pada menit ke-3 hingga menit ke-6 dengan nilai
absorbannya 0,337 dan memberikan persamaan linier y = 0,0116x - 0,0719
dengan nilai koefisien korelasinya (R2) adalah 0,9293. Setelah menentukan kurva
baku dilanjutkan dengan menentukan konsentrasi pada sampel yang menghasilkan
konsentrasi sampel 17,31 ppm dan dihasilkan kadar sampel 121,55% yang belum
memenuhi persyaratan farmakope penetapan kadar asetosal.

VII. Daftar Pustaka

Andy Harris. (2003), PHP/MySQL Programming for the Absolute Beginner,


Premier Press, Boston
Antithrombotic Trialists Collaboration, 2002, Collaborative Meta-Analysis of
Randomized Trials of Antiplatelet Therapy For Prevention of Death, Myocardial
Infarction and Stroke In High Risk Patients, BMJ
Suriansyah., Kamil MT. dan Bugar H. 2013. Efektivitas dan efisiensi pemberian
ekstrak kelenjar hipofisa terhadap pemijahan ikan betok (Anabas testudineus
Bloch). Jurnal Ilmu Hewani Tropika

Anda mungkin juga menyukai