Anda di halaman 1dari 70

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN

MAWAR MERAH (Rosa hybrida L.)

SKRIPSI

RANDY HALASSON SINAGA


120802030

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN MAWAR
MERAH (Rosa hybrida L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

RANDY HALASSON SINAGA


120802030

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PERSETUJUAN

Judul : Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tumbuhan


Mawar Merah (Rosa hybrida L.)
Kategori : Skripsi
Nama Mahasiswa : Randy Halasson Sinaga
Nomor Induk Mahasiswa : 120802030
Program Studi : Sarjana (S1) Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, April 2017

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Sovia Lenny, M.Si Drs. Albert Pasaribu, M.Sc.


NIP: 1975 1018 2000 032001 NIP: 1964 08101 1991 031002

Diketahui/ Disetujui oleh


Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si


NIP: 197404051999032001

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN MAWAR


MERAH (Rosa hybrida L.)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2017

RANDY HALASSON SINAGA


120802030

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Bersyukur pada Bapa di surga atas Kasih Setia-Nya. Sungguh merupakan anugerah-
Nya dimana penulis dapat menyelesaikan skripsi yang menjadi Tugas akhir program
studi S-1 Kimia dengan judul isolasi senyawa flovonoida dari daun tumbuhan mawar
merah ini tepat pada waktu-Nya.

Kedua orang tua penulis Sabar Sinaga dan ibu Ruskaini br. Sianipar, saudara
penulis Ruslita Nuriani Sinaga, Rolando Sinaga, Roseilda Regita Sinaga, yang terus
memberi doa kepada penulis. Bersyukur buat orang-orang yang Tuhan taruhkan untuk
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc dan Dr. Sovia Lenny S.Si , M.Si, selaku
dosen pembimbing skripsi penulis.
2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku ketua Jurusan Departemen Kimia
FMIPA USU sekaligus dosen PA penulis serta staf pengajar dan staf struktural
Departemen KIMIA FMIPA USU.
3. Bapak Lamek Marpaung, M.Phil, Ph.D selaku Kepala Laboratorium Kimia
Bahan Alam tempat penulis mengerjakan Penelitian. Serta Asisten
Laboratorium dimana sangat membantu dalam proses penelitian.
4. Bapak/Ibu Dosen FMIPA USU bidang ilmu organik, anorganik,Polimer,
kimia-fisika, Ilmu dasar, analitik, kimia bahan alam.
5. Kakak Rohaniku Naomi F. Sitorus S.Si, FriCoBenMiRa ERCOLE
Geo,Ranyco, Ruben – Adriell Benedict Novri, Meryana, Ida, Cindy, Thedy –
Selsilira Janeetta Lina, Siska, sella.
6. Sahabat Berdikari dan KTB SMP – SMA kabanjahe.
7. Pelayanan UKM KMK USU UP MIPA koordinasi 2015 - 2016. Komisi
Pembinaan se-USU dan Komisi Kelompok Kecil UP MIPA 2015, 2016
Dahlia, Rosalia, Grace, Tumiar, k’ Nova, K’Winda, Ardi Ginting, Frans
Nainggolan (FT sipil 2012) dll.
8. Kakak alumni, panitia, teman dan adik stambuk Kimia FMIPA USU.
9. Dan kepada semua pihak yang membantu penulis secara langsung maupun
tidak yang tidak bias di sebutkan namanya, penulis mengucapkan terima
kasih.
Tuhan Yesus Mengasihi Kita semua.

Penulis

Universitas Sumatera Utara


ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN MAWAR
MERAH (Rosa hybrida L.)

ABSTRAK

Isolasi senyawa flavonoida dari daun tumbuhan mawar merah (Rosa hybrida L.)
dilakukan dengan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut metanol kemudian
disaring dan dipekatkan. Ekstrak pekat metanol diekstraksi menggunakan etil asetat
kemudian disaring dan dipekatkan. Ekstrak pekat etil asetat dilarutkan dengan
metanol dan diekstraksi partisi dengan n-heksana. Lapisan metanol dipekatkan dan
dihidrolisa dengan HCl 6%, kemudian filtrat diekstraksi partisi dengan kloroform.
Ekstrak pekat kloroform kemudian dianalisis KLT, lalu dipisahkan dengan
kromatografi kolom dengan fasa diam silika gel dan fasa gerak n-heksana:etil asetat
dengan perbandingan (90:10) v/v, (80:20) v/v, (70:30) v/v dan (60:40) v/v (50:50) v/v.
Senyawa yang diperoleh dimurnikan dengan cara dikristalisasi dan diperoleh pasta
berwarna kuning kecoklatan sebanyak 6.9 mg dan Rf=0,4. Selanjutnya diidentifikasi
dengan analisis spektroskopi dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Visible,
Inframerah (FT-IR) dan Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR). Dari hasil
interpretasi analisis data spektroskopi diduga bahwa senyawa flavonoida yang
diisolasi adalah golongan isoflavon.

Kata kunci : Daun mawar merah, Rosa hybrida L., Flavonoida, Isoflavon

Universitas Sumatera Utara


ISOLATION OF FLAVONOID COMPOUND FROM LEAVES OF RED
ROSES (Rose hybrida L.) PLANTS

ABSTRACT

Isolation of flavonoida compound from leaves of red roses (Rosa hybrida L.) was
performed by extraction maceration using methanol solvent then filtered and
concentrated. Concentrated methanol extract was extracted using ethyl acetate then
filtered and concentrated. Concentrated ethyl acetate extract was diluted with
methanol and extracted partition with n-hexane. Methanol layer was concentrated and
hydrolyzed with HCl 6%, then the filtrate was extracted partition with chloroform.
Concentrated chloroform extract was then analyzed TLC, then separated by column
chromatography with silica gel stationary phase and a mobile phase n-hexane: ethyl
acetate in the ratio (90:10) v / v, (80:20) v / v, (70:30 ) v / v and (60:40) v / v (50:50)
v / v. Compound derived purified by crystallized and obtained brownish yellow pasta
as much as 6.9 mg and Rf = 0.4. Furthermore identified by spectroscopic analysis by
using UV-Visible spectrophotometer, Infrared (FT-IR) and Proton Nuclear Magnetic
Resonance (1H-NMR). From the interpretation of spectroscopic data analysis
suggested that flavonoids isolated compounds are a class of isoflavones.

Keywords : leaves of red roses, rosa hybrida L., Flavonoid, Isoflavone

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi

BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 2
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
1.5. Lokasi Penelitian 3
1.6. Metode Penelitian 3

BAB 2 Tinjauan Pustaka 5


2.1. Tumbuhan Mawar Merah 5
2.2. Senyawa Organik Bahan Alam 6
2.3. Senyawa Flavonoid 7
2.3.1. Klasifikasi Senyawa Flavonoida 8
2.3.2. Sifat Kelarutan Flavonoida 15
2.3.3. Bosintesis Flavonoid 15
2.4. Skrinning Fitokimia 18
2.5. Teknik Pemisahan 18
2.5.1. Ekstraksi 19
2.5.2. Partisi 19
2.5.3. Kromatografi 20
2.5.3.1. Kromatografi Lapis Tipis 20
2.5.3.2. Kromatografi Kolom 22
2.5.4. Hidrolisis 22
2.6. Teknik Spektroskopi 23
2.6.1. Spektrofotometri UV-Visible 23
2.6.2. Spektrometri Infra Merah (FT-IR) 24
2.6.3. Spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1 H-NMR) 25

Universitas Sumatera Utara


BAB 3 Bahan dan Metodologi Penelitian 27
3.1. Alat-alat 27
3.2. Bahan 28
3.3. Prosedur Penelitian 28
3.3.1. Penyediaan Sampel 28
3.3.2. Uji Pendahuluan 29
3.3.3. Ekstraksi 30
3.3.4. Analisis Kromatografi Lapis Tipis 31
3.3.5. Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom 31
3.3.6. Pemurnian 32
3.3.7. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis 32
Tipis
3.3.8. Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi 32
3.3.8.1. Identifikasi dengan Spektrofotometer UV-Visible 32
3.3.8.2. Identifikasi dengan Spektofotometer Inframerah 33
( FT-IR )
3.3.8.3. Identifikasi dengan spekrometer Resonansi 33
Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
3.4. Bagan Skrining Fitokimia 34
3.5. Bagan Penelitian 36

BAB 4 Hasil dan Pembahasan 38


4.1. Hasil Penelitian 38
4.2. Pembahasan 41

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 40


5.1. Kesimpulan 40
5.2. Saran 40

Daftar Pustaka 41

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel

2.1 Sifat dari Golongan-golongan Flavonoida Menurut Harborne 14


2.2 Ciri Spektrum UV Golongan Flavonoida Utama 24
2.3 Frekuensi Vibrasi berbagai ikatan menurut Herbert 24

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar

2.1 Struktur Antosianin 10


2.2 Struktur Flavonol 11
2.3 Struktur Flavon 11
2.4 Struktur Khalkon 12
2.5 Struktur Auron 12
2.6 Biosintesa Flavonoid 16
4.1 Spektrum UV-VISIBLE Senyawa Hasil Isolasi 37
4.2 Spektrum FT-IR Senyawa Hasil Isolasi 38
4.3 Spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi 39
4.4 Struktur Isoflavonoida

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran

Lampiran 1 Gambar daun tumbuhan mawar merah 46


(Rosa Hybrida L)
Lampiran 2 Determinasi Tumbuhan mawar merah 47

Lampiran 3 Kromatogram Lapis Tipis Ekstrak pekat 48


Kloroform Daun tumbuhan mawar merah
sebelum kromatografi kolom
Lampiran 4 Kromatogram Lapis Tipis Senyawa isolasi 49
Setelah penggabungan fraksi
Lampiran 5 Kromatogram Lapis Tipis senyawa hasil isolasi 50
Uji kemurnian
Lampiran 6 Spektrum Ultraviolet-Visible Senyawa Flavonoid 51

Lampiran 7 Ekspansi H-NMR

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Flavonoida merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, dan terdapat pada semua
bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar, bunga, buah,
dan biji (Markham, 1988). Senyawa flavonoida adalah senyawa polifenol yang
mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan
menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. (Manitto, 1981).

Flavonoida sebagai kelompok senyawa fenolik ditemukan dalam tanaman dan


memiliki banyak kegunaan, dan selama bertahun-tahun telah banyak peneliti mencari
tahu manfaat flavonoida dan pengembangan terutama berkaitan dengan kesehatan
manusia seperti pengembangan obat kanker sampai penyakit jantung koroner
(Eastwood, 1999). Flavonoida banyak terdapat dalam daun atau di sel epidermis
dimana memiliki peran dalam kelangsungan hidup fisiologis tanaman. Senyawa ini
berkontribusi pada ketahanan terhadap penyakit tanaman (Harborne, 2000).

Tanaman mawar memiliki daun majemuk dengan 3 atau 5 berselang dan


bersirip ganjil, tinggi tanaman mawar ini antara 0.3 sampai 0.5 Meter
(Kartapraja,1995). Manfaat bunga dan daun mawar mengasilkan aroma khas dan
telah banyak dimanfaatkan dalam industri parfum, bentuk parfum berupa minyak
alami, kandungan minyak esensial dari tumbuhan ini yang memiliki lebih 400 zat
volatile telah berhasil hasil diidentifikasi, beberapa negara timur tengah telah
memproduksi dalam skala besar dalam bentuk minyak esensial seperti Turki,
Bulgaria, dan Rusia (Schulz, 1980).

Universitas Sumatera Utara


2

Li dalam jurnalnya tahun 2009 berjudul Anthocyanin Compositions and


Biological Activities From the Red Petals of Korean Edible Rose (Rosa hybrida cv.
Noblered) dalam ekstrak metanol asam mahkota bunga mawar merah dengan
konsentrasi 50 µg / mL terdapat senyawa antosianin dengan aktivitas biologis yaitu
sebagai antioksidan, anti kanker dan antialergi. Lopes et al. pada 2010 dalam
penelitiannya juga menunjukkan aktivitas antioksidan oleh pigmen antosianin bunga
mawar merah dan dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti diabetes mellitus
(Miyake et al., 1998).

Hal yang menarik dari hasil penelitian Lubis (2015) yang telah
mengindentifikasi senyawa flavonol dari bunga tumbuhan mawar putih dan senyawa
dihidroflavonol dari bunga tumbuhan mawar merah. (Hutauruk, 2016) terlihat
perbedaan golongan flavonoida yang terkandung pada tumbuhan mawar dengan
Family yang sama hanya berbeda spesies memperlihatkan keberagaman flavonoid
yang terkandung.

Hasil skrining sampel dari daun tumbuhan mawar merah dengan perekasi
FeCl3 5% menunjukkan ektrak metanol positif fenolik dan ektrak etil asetat
menunjukkan positif flavonoida.

Berdasarkan informasi literatur, peneliti terdahulu dan hasil skrining sehingga


peneliti tertarik untuk mengisolasi senyawa flavonoid dari daun Tumbuhan Mawar
Merah sehingga dapat memberikan informasi perbandingkan golongan flavonoid yang
terkandung dalam daun mawar merah dengan peneliti terdahulu yang telah
mengindentifikasi bunga mawar putih.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah golongan apakah flavonoid yang


terkandung dalam daun mawar merah.

Universitas Sumatera Utara


3

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi senyawa flavonoid dari daun
mawar merah dan menentukan golongan flavonoid hasil isolasi dengan analisis
Spektrofotometer UV-Vis, FT-IR, dan Spektrofotometer H-NMR.

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan sumber informasi ilmiah pada bidang Kimia Bahan Alam Hayati
khususnya tentang golongan senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun mawar
merah.

1.5 Lokasi Penelitian

1.Tempat Pengambilan Sampel


Sampel yang digunakan yaitu daun tumbuhan mawar merah yang diperoleh
dari kota Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

2. Tempat Melakukan Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan
Alam hayati, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Lokasi Identifikasi Senyawa


Identifikasi senyawa hasil isolasi yang meliputi analisa Spektrofotometer UV-
Vis, FT-IR dan Spektrometer 1H-NMR yang akan dilakukan di LIPI, Komplek
PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode isolasi, Tahap awal daun mawar merah
dijadikan dalam bentuk serbuk kering kemudian di uji skrining fitokimia, yaitu
dengan menggunakan perekasi FeCl3 5%, NaOH 10%, Mg-HCl dan H2SO4.

Universitas Sumatera Utara


4

Tahap isolasi yang dilakukan :


1. Ekstraksi Maserasi
2. Pemisahan Tanin
3. Ekstraksi Partisi
4. Hidrolisa
5. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
6. Analisis Kromatografi Kolom
7. Analisis Kristal Hasil Isolasi
a). Analisis Kromatografi Lapis Tipis
b). Pengukuran Titik Lebur
c). Identifikasi dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, Infra Merah
(FT-IR) dan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR).

Universitas Sumatera Utara


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Mawar Merah

Mawar berasal dari Asia Tengah, Amerika, Eropa dan Afrika. Mawar mempunyai 125
spesies, 95 spesies berasal dari Asia, 18 spesies berasal dari Amerika dan sisanya dari
Eropa dan Afrika (Kartapraja, 1995). Tumbuhan mawar sangat populer dan sangat
favorit hal ini mendorong perkembangan kebun tanaman hias ini, siklus pertumbuhan
yang cepat yaitu 2-3 bulan dengan kualitas cahaya cukup akan mengasilkan warna
baik dan ukuran bunga dan bentuknya, daun serta batang yang kuat (Chaanin, 2003).

Tumbuhan mawar merah memiliki akar berbentuk serabut yang memanjang,


dengan warna coklat muda dan coklat gelap fungsi akar ini sendiri sebagai penyerap
unsur hara dan air yang terkandung dalam tanah juga sebagai penyokong batang
tanaman, sedang batangnya berbentuk bulat panjang dan bercabang dan yang khas
dari batang tanaman mawar adalah tumbuhnya duri dengan warna batang abu-abu,
kecoklatan dan hijau lumut.

Daun mawar berukuran kecil dengan ukuran sekitar 2 sampai 3 cm, memiliku
5 sampai 9 anak daun pada satu cabang. Bentuk daunnya sendiri agak runcing dan
bergerigi. Bunga dan akar dalam kondisi kering serta daun dalam kondisi segar
dimanfaatkan dalam mengobati beberapa penyakit, misalnya batuk kering, campak,
haid tidak teratur, keputihan dan penurunan bagian uterus setelah melahirkan
(Hariana, 2013).

Universitas Sumatera Utara


6

Sistematika tumbuhan mawar merah


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Klass : Dycotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa hybrida L.
Nama Lokal : Bunga Mawar Merah (Herbarium Medanese, 2016)

2.2 Senyawa Organik Bahan Alam

Aspek kimia dalam tanaman dan penyelidikan tentang kehidupan tanaman merupakan
ruang lingkup yang dikenal fitokimia, dimana kajian ilmu ini meliputi uraian tentang
isolasi dan konstitusi senyawa kimia dalam tanaman, membandingkan struktur
senyawa kimia tanaman hingga penggolongan senyawa kimia yang ada di alam, yang
terakhir adanya perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis
tanaman atau penelitian untul pengembangan senyawa kimia dalam tanaman. Khas
fitokimia dapat terlihat dari peran aktif dalam penelitian obat obatan yang lebih lanjut
dalam dunia farmasi.

Senyawa kimia bermolekul besar merupakan bagian utama dalam organ


tanaman kering, senyawa kimia tanaman yang jumlahnya paling banyak adalah
senyawa kimia bermolekul kecil dari kelompok yang disebut terakhir dengan
penyebaran terbatas; selanjutnya kelompok ini disebut metabolit sekunder. Senyawa
kimia yang telah pernah diidentifikasi telah banyak dikenal, dan telah banyak
pengelompokkannya, mulai dari sifat khas yang dimiliki antara lain warna, rasa, bau,
pH hingga kelarutannya.

Minyak atsiri merupakan produk identifikasi kimia dari tanaman yang


memiliki sifat khas memiliki aroma khas, dapat dipisahkan dari senyawa kimia
tanaman lain. Berbeda hal dengan alkaloid, senyawa ini bersifat basa dan

Universitas Sumatera Utara


7

mengandung unsur N. Suatu metoda yang mudah memisahkan senyawa kimia


tanaman keseluruhan zat pahit dalam sari dapat menjadi zat yang dapat dikristalkan,
hasil metoda ini disebut zat pahit. Lain hal dengan zat warna, yang jumlahnya dalam
tanaman sangat banyak, piqmen tanaman mempunyai struktur kimia yang beraneka
ragam.

Pengendapan protein dari larutan dengan membentuk senyawa tidak larut


disebut senyawa tannin (zat samak). Zat samak mempunyai arti penting dalam
berbagai industri. Disamping protein, hasil penelitian menunjukkan bahwa sari
tanaman pada umumnya mengandung senyawa yang bersifat alkohol atau fenol yang
cukup larut. (Robinson, 1995)

2.3 Senyawa Flavonoid

Markham (1988), mengemukakan bahwa penyebaran senyawa flavonoid pada


tumbuhan meliputi bagian daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji.
Senyawa ini merupakan salah satu kelompok fenolik yang paling banyak menarik
perhatian peneliti dari metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi.
Kandungan antosianin yang merupakan subklas flavonoid memberikan warna merah,
oranye, biru, dan ungu pada daun, bunga, dan buah-buahan, sebagai pigmen telah
memfasilitasi pengujian hipotesis “Mendel's law and transposable elements” pigmen
flavonoid dari upaya untuk mengubah warna bunga oleh rekayasa genetika (Tanaka et
al., 1998)

Flavonoid menjadi kelompok sangat besar dari produk alami, banyak terdapat
pada jaringan tanaman di dalam sel atau pada permukaan organ tanaman. Struktur
kimia dari kelas ini didasarkan pada C6-C3-C6. Flavonoid dapat dimodifikasi oleh
hidroksil, metoksi, atau kelompok O-glikosilasi hidroksil serta C-glikosilasi ke atom
karbon dari kerangka flavonoid. (Williams, 2000)

Universitas Sumatera Utara


8

Flavonoida berasal dari kelompok senyawa yang paling umum yaitu flavon.
Suatu jembatan oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto dan atom
karbon benzil yang terletak di sebelah cincin B. Senyawa heterosiklik ini pada tingkat
oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk
yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi yang paling rendah dan dianggap
sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa ini (Manitto, 1992).
Flavonoida umumnya terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoida
yang mana pun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk
kombinasi glikosida.. (Harborne, 1996).

Pada tumbuhan, flavonoida memiliki beberapa fungsi termasuk menarik


serangga untuk proses penyerbukan dan penyebaran benih juga dapat bersifat
protector system pertahanan, misalnya sebagai pertahanan UV-B dan pitoaleksin,
serta penghubung antara tanaman dan mikroba pengatur transportasi auksin.
(Winkel,2001) Dalam tubuh manusia, flavonoida sangat bermanfaat dalam makanan
oleh Karena senyawa fenolik merupakan senyawa dengan sifat antioksidan kuat,
beberapa temuan bahwa senyawa bermanfaat mengobati gangguan sirkulasi perifer,
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aquaresis. Banyak juga obat-obat
mengandung flavonoid yang dipasarkan diberbagai negara sebagai obat anti-
inflamasi, antispasmodik, antialergi dan antivirus. Oleh temuan ini, dugaan bahwa
makanan yang mengandung senyawa flavonoid dapat mengobati penyakit, bahkan
penyakit berat seperti kanker hingga penyakit jantung (Heinrich et al, 2005).

2.3.1 Klasifikasi Senyawa Flavonoida

Flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Keragaman struktur flavonoid ini
disebabkan karena perbedaan tahap modifikasi lanjutan dari struktur dasar flavonoid,
antara lain:
1. Flavonoid O-glikosida.
Flavonoid biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida, pada senyawa
tersebut satu gugus hidroksi flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula (atau
lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam.

Universitas Sumatera Utara


9

Pengaruh glikosilasi meyebabkan flavonoid menjadi kurang reaktif dan


lebih mudah larut dalam air (cairan). Glukosa merupakan gula yang paling
umum terlibat, walaupun galaktosa, ramnosa, xilosa, dan arabinosa sering juga
terdapat. Gula lain yang ditemukan adalah alosa, manosa, fruktosa, apiosa dan
asam glukuronat serta galakturonat.

2. Flavonoid C-glikosida.
Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula
tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-
karbon. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Sekarang gula yang
terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti
flavonoid. Jenis gula yang terlibat ternyata jauh lebih sedikit ketimbang jenis
gula pada O-glikosida. Jenis aglikon flavonoid yang terlibat pun sangat
terbatas. Jadi, walau pun isoflavon, flavanon, dan flavonol kadang-kadang
terdapat dalam bentuk C-glikosida, hanya flavon C-glikosida yang paling
lazim ditemukan.

3. Flavonoid Sulfat
Gabungan flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang mungkin
ditemukan hanya flavonoid sulfat. Senyawa ini mengandung satu ion sulfat
atau lebih, yang terikat pada hidroksil fenol atau gula.

4. Biflavonoid
Biflavonod adalah flavonoid dimer, walau pun prosianidin dimer (satuan
dasarnya katekin) biasanya tidak dimasukkan ke dalam golongan ini.
Flavonoid yang biasanya terlibat adalah flavon dan flavanon yang secara
biosintesis mempunyai pola oksigenasi yang sederhana 5,7,4’ (atau kadang-
kadang 5,7,3’,4’) dan ikatan antar-flavonoid berupa ikatan karbon-karbon atau
kadang-kadang ikatan eter. Biflavonoid jarang ditemukan sebagai glikosida,
dan penyebarannya terbatas, terdapat terutama pada gimnospermae.

Universitas Sumatera Utara


10

5. Aglikon flavonoid yang aktif-optik


Aglikon flavonoid mempunyai atom karbon asimetrik dan dengan demikian
menunjukkan keaktifan optik (yaitu memutar cahaya terpolarisasi-datar). Yang
termasuk dalam golongan flavonid ini ialah flavanon, dihidroflavonol, katekin,
pterokarpan, rotenoid, dan beberapa biflavonoid (Markham, 1988).

Flavonoid dalam tumbuhan sebagai campuran; jarang sekali dijumpai hanya


flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran
yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat
dalam daun bunga hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol. Umumnya
antosianin juga dalam bentuk campuran, terutama dalam jaringan bunga.

Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan tumbuhan awalnya didasari oleh


sifat kelarutan dan reaksi warna, yang kemudian diikuti dengan pemeriksaaan ekstrak
tumbuhan yang telah dihidrolisis, secara kromatografi satu arah, dan pemeriksaan
ekstrak etanol secara dua arah, sehingga flavonoid dapat dipisahkan dengan cara
kromatografi. Komponen masing-masing diidentifikasi dengan mambandingkan
kromatografi dan spectrum, dengan memakai senyawa pembanding yang sudah
dikenal.

1. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab
hamper semua warna merah jambu, merak marak, merah, merah senduduk, ungu, dan
biru dalam daun bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tangkat tinggi.secara kimia
semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin,
dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan metilasi atau glikosilasi.

B
O
A C
OH
Gambar.2.1 Struktur antosianin

Universitas Sumatera Utara


11

2. Flavonol dan flavon


Flavonol sangat tersebar luas dalam tumbuhan, baik dalam kopigmen antosianin
dalam daun bunga maupun dalam daun tumbuhan tingkat tinggi, senyawa ini sering
terdapat dalam bentuk glikosida. Dalam tumbuhan terdapat banyak sekali glikosida
flavonol.

B
O
A C
OH
O
Gambar.2.2 Struktur flavonol

Flavon berbeda dengan flavonol Karena pada flavon tak terdapat penyulihan
3-hidroksi. Hal ini mempengaruhi serapan UV-nya, gerakan kromatografinya, seta
reaksi warnanya, dan Karena itu flavon dapat dibedakan dari flavonol berdasarkan
ketiga sifat tersebut. Flavon terdapat juga sebagai glikosida tetapi jenis glikosidanya
lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol. Jenis ini yang paling umum ialah
7-glukosida, contohnya luteolin 7-glikosida.

B
O
A C

O
Gambar.2.3 Struktur flavon

3. Flavonoid minor, xanton, dan stilbelina

Khalkon, auron, flavonon, dihidrokhalkon, dan isoflavon disebut ‘flavonoid minor’


Karena penyebarannya masing-masing kelas ini terbatas, terdapat secara sporadic
(misalnya flavonon) atau terbatas pada sangat sedikit golongan tumbuhan (misalnya
isoflavon pada leguiminosa dan iridaceae).

Universitas Sumatera Utara


12

B
A

O
Gambar.2.4 Struktur Khalkon

Khalkon dan auron merupakan ‘antoklor’, yaitu pigmen kuning yang dapat
dideteksi berdasarkan perubahan warna, daun bunga berwarna kuning diuapi dengan
uap ammonia akan menghasilkan perubahan warna dari kuning menjadi jingga atau
merah. flavonon merupakan isomer khalkon, walapun khalkon sering dijumpai di
alam bersama-sama dengan analog flavon. Beberapa flavonon mempunyai rasa,
misalnya, naringin jeruk Seville, citrus aurantium, dan rasa sangat pahit.

O
A CH B

O
Gambar.2.5 Struktur auron

4. Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospremae terdapat


khusus dalam jaringan kayu. Dalam industry, tannin adalah senyawa yang berasal dari
tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai
Karena kemampuannya menyambung silang proteina.

Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia
tumbuhan. Tanin-terkondensasi banyak terdapat pada tumbuhan paku-pakuan dan
gymnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis
tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tanin yang terhidrolisa penyebarannya terbatas pada
tumbuhan berkeping dua. Akan tetapi kedua jenis tanin ini dapat dijumpai bersamaan
dalam tumbuhan yang sama seperti yang terjadi pada kulit dan daun.

Universitas Sumatera Utara


13

5. kuinon

Kuinon merupakan senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti


kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang terkonjugasi
dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Empat kelompok kuinon yaitu,
benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon non isoprenoid. Tiga kelompok
pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol, serta gabungan dengan
gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol.

6. Pigmen Flavonoid

Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan senyawa induk flavon, harborne


dalam bukunya tahun 1987 mengkelaskan senyawa flavonoid dalam sepuluh kelas.
Identifikasi dan garis besar kesamaan sifat senyawa flavonoid serta yang
membedakan sifat dan ciri khas flavonoid berdasarkan kelas yang satu dengan yang
lain.

Universitas Sumatera Utara


14

Tabel 2.1 Sifat berbagai golongan flavonoid

Golongan Penyebaran Ciri khas


flavonoida
Antosianin Pigmen bunga merah marak, Larut dalam air, λ maks 515-
dan biru juga dalam daun dan 545 nm, bergerak dengan
jaringan lain. BAA pada kertas.
Proantosianidin Terutama tidak berwarna, dalam Menghasilkan antosianidin
daun tumbuhan yang berkayu. bila jaringan dipanaskan
dalam HCl 2M selama
setengah jam.
Flavonol Terutama ko-pigmen tidak Setelah hidrolisis, berupa
berwarna dalam bunga sianik bercak kuning murup pada
dan asianik tersebar luas dalam kromatogram Forestal bila
daun. disinari sinar UV, maksimal
spektrum pada 330 – 350 nm.
Flavon Seperti flavonol Setelah hidrolisis, berupa
bercak coklat redup pada
kromatogram Forestal mak-
simal spektrum pada 330-350
nm.
Glikoflavon Seperti flavonol Mengandung gula yang terikat
melalui ikatan C-C, bergerak
dengan pengembang air, tidak
seperti flavon biasa.
Biflavonil Tidak berwarna dan hampir Pada kromatogram BAA
seluruhnya terbatas pada berupa bercak redup dengan
gimnospermae RF tinggi .
Khalkon dan Pigmen bunga kuning, kadang- Dengan amonia berwarna
auron kadang terdapat juga dalam merah (perubahan warna
jaringan lain dapat diamati in situ),
maksimal spektrum 370-410
nm.
Flavanon Tidak berwarna, dalam daun Berwarna merah kuat dengan
dan buah (terutama dalam Mg/HCl, kadang – kadang
Citrus) sangat pahit .
Isoflavon Tidak berwarna, sering kali Bergerak pada kertas dengan
dalam akar, hanya terdapat pengembang air, tidak ada uji
dalam suku Leguminosae warna yang khas.

2.3.2 Sifat Kelarutan Senyawa Flavonoida


Flavonoida merupakan senyawa polar maka umumnya flavonoida larut dalam
pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,
dimetilformamida, air dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


15

Disamping itu adaanya gula yang terikat pada flavonoida cenderung


menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air. Dengan demikian campuran
pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida.
Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon serta
flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter
dan kloroform (Markham, 1988).

Flavonoida sebagai polifenol dan mempunyai sifat kimia seperti fenol yaitu
bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Akan tetapi jika didiamkan dalam
larutan basa dan terdapat banyak oksigen maka akan cemderung terurai, ini
dikarenakan gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid. (Watson,
2014)

2.3.3 Biosintesis Flavonoida

Fenil propana bersumber dari asam sikimat (jalur fenilalanin), senyawa flavonoid
diturunkan dari unit fenil propane C6-C3 melalui jalur poliketida yang dimana tersusun
atas tiga molekul malonil-KoA yang tergabung dengan unit fenil propana sekaligus
sebagai KoA tioester dalam pembentukan unit awal triketida. Oleh Karena itu,
flavonoid hasil dari biosintesis gabungan terdiri dari unit unit yang diturunkan dari
asam sikimat dan jalur poliketida.

Triketida yang merupakan unit awal mengalami siklimasi pengaruh enzim


kalkon sintase sehingga membentuk gugus kalkon pada flavonoid. Kemudian terjadi
siklus, dalam fase siklus ini akan menghasilkan cincin piranon yang mengandung inti
flavanon, dalam ini memiliki ikatan C2-C3 teroksidasi (tidak jenuh) dan menghasilkan
gugus flavon, atau dihiroksilasi pada posisi C3 cincin piranon dan menghasilkan gugus
flavanol pada flavonoid.

Flavonol kemudian dioksidasi dan menghasilkan antosianin, ciri khas dari


senyawa antosianin yakni dapat memberikan warna biru terang pada bunga dan warna
anggur merah gelap, warna kuning dan jingga pada mahkota bunga, serta dapat

Universitas Sumatera Utara


16

menyerap cahaya pada spectrum UV ( pengaruh gugus kromofor) yang kemudian


dapat menarik perhatian serangga.

Skema biosintesis dari turunan asam sikimat :


Asam sikimat → asam prefenat → asam p-hidroksifenil piruvat → asam p-
hidroksifenillaktat → asam p-hidroksisinamat → flavanon. Hidroksilasi pada cincin
A dan B terjadi setelah pembentukan cincin sempurna (Sirait, 2007).

Gambar 2.6 Biosintesa hubungan antara jenis monomer flavonoida dari alur asetat-
malonat dan alur sikimat

Universitas Sumatera Utara


17

2.4 Skrinning Fitokimia

Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam suatu tanaman dapat diketahui dengan
suatu metode pendekatan yang dapat memberi informasi adanya senyawa metabolit
sekunder. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode skrinning
fitokimia.

Identifikasi flavonoid dilakukan dengan melarutkan ekstrak pekat sampel


dalam metanol panas dan menambahkan serbuk Mg dan HCl akan mengalami
perubahan warna orange, merah sampai ungu untuk flavon, flavonol tergantung
senyawa yang terkandung dalam sampel yang diidentifikasi. (Farnsworth, 1966)
dengan H2SO4(p) akan mengalami perubahan warna menjadi larutan kuning
menandakan adanya kandungan flavonoid jenis flavon atau flavonol. (Cannell, 1998)
menggunakan NaOH 10% akan mengasilkan larutan biru violet. Secara luas
identifikasi yang paling sering digunakan adalah dengan pelarut FeCl 5%, dimana
perubahan warna bersifat stabil pada warna kehijauan, biru, hitam-biru (Robinson,
1995).

2.5 Teknik Pemisahan

Pemisahan komponen berdasarkan jenis dan sifat komponen yang akan dipisahkan,
terdiri atas dua jenis yaitu, pemisahan fisika dimana pemisahan yang didasari oleh
perbedaan sifat-sifat komponen dalam campuran dalam skala besar, sedangkan
pemisahan kimia merupakan pemisahan berdasarkan pada perbedaan molekul kecil
senyawa ataupun golongan tertentu (Muldja, 1995).

Pemilihan teknik pemisahan sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan


dan keatsirian senyawa yang akan dipisahkan. Pemisahan dan pemurnian kandungan
tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik
kromatografi atau gabungan teknik. Keempat teknik kromatografi itu adalah :
kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas cair
(KGC), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).

Universitas Sumatera Utara


18

2.5.1 Ekstraksi

Dalam analisis fitokimia, umunya digunakan tumbuhan segar yang dimasukkan


kedalam alcohol mendidih. Cara lain, tumbuhan dapat dikeringkan sebelum
diekstraksi. Namun dalam proses pengeringan dalam keadaan terawasi untuk
mencegah terjadinya perubahan kimia misalnya dikeringkan dalam waktu cepat pada
suhu kamar, dan dengan aliran udara yang baik.

Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organic dari jaringan


tumbuhan kering adalah dengan mengekstraksi serbuk bahan dengan alat soxhlet yang
selanjutnya digunakan sederetan pelarut secara berganti-ganti, mulai dengan eter, lalu
eter minyak bumi, dan kloroform (Harborne, 1996). Terdapat sejumlah metode
ekstraksi, yang paling sederhana adalah ekstraksi dingin (dalam labu besar berisi
biomassa), dengan cara ini bahan kering hasil gilingan diekstraksi pada suhu kamar
secara berturut-turut dengan pelarut yang kepolarannya makin tinggi. Keuntungan
utama cara ini adalah merupakan metode ekstraksi yang mudah karena ekstrak tidak
dipanaskan sehingga kemungkinan kecil bahan alam terurai. Penggunaan pelarut
dengan peningkatan kepolaran secara berurutan memungkinkan pemisahan bahan
alam berdasarkan kelarutannya (dan polaritasnya) dalam ektraksi. Hal ini sangat
mempermudah proses isolasi. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa
terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut
ekstraksi pada suhu kamar (Heinrich et al, 2009).

2.5.2. Partisi

Proses partisi sangat tergantung dari daya larut dalam dua macam cairan, oleh karena
itu sangat peka terhadap perbedaan berat molekul solute. Atas dasar itu, suatu
campuran zat yang komponennya merupakan anggota seri homolog, biasanya paling
baik dipisahkan dengan kromatografi partisi, terutama anggota-anggota yang
mempunyai jumlah atom C lebih dari lima. Pada partisi kedua fasenya tidak dapat
diatur konstan polaritasnya, metode ini dipakai untuk pemisahan senyawa yang
bersifat lebih polar.

Universitas Sumatera Utara


19

Cara partisi pelarut yang sederhana menghilangkan sebagian besar komponen


yang tak diinginkan dan, terutama jika dilanjutkan dengan uji biologi, fraksi-fraksi
yang lebih kaya akan komponen yang dicari diperoleh dengan cepat. Tahap
pemisahan saponin dari bahan tumbuhan, langkah tunggal partisi dengan butanol-air
sering dipakai untuk memekatkan saponin dalam fraksi butanol dan merupakan
langkah pembersihan. Jadi, ekstak methanol baha tumbuhan dipartisi dulu dengan n-
butanol-air sebelum fraksi butanol dimurnikan lebih lanjut (Hostettman, 1980)

2.5.3. Kromatografi

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan yang pertama dipakai untuk


memisahkan zat-zat warna tanaman. Teknik pemisahan dalam sebuah campuran
dengan menggunakan fase gerak dan fase diam dalam kromatografi. Dua fase yaitu
fase gerak dan fase diam. Fase gerak dapat berupa gas ataupun cairan sistem pelarut
dan fase diam dapat berupa lapisan cairan ataupun permukaan padat (Adnan, 2007).
Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan
menjadi: kromatografi partisi, kromatografi pasangan ion, kromatografi penukar ion,
kromatografi adsorbsi, kromatografi eksklusi ukuran. Berdasarkan pada alat yang
digunakan, kromatografi dapat dibagi atas: kromatografi kertas, kromatografi lapis
tipis, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatogtrafi gas (Marston, 1995)

2.5.3.1 Kromatografi Lapis Tipis

Metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan bahan yang larut dalam lipid,
yaitu lipid, steroid, karotenoid, kuinon sederhana, dan klorofil disebut kromatografi
lapis tipis. Kelebihan khas dari KLT adalah keserbagunaan, kecepatan, dan
kepekaannya. kecepatan KLT yang lebih besar disebabkan oleh sifat penjerap yang
lebih padat bila disaputkam pada pelat dan merupakan keuntungan dalam identifikasi
senyawa yang tidak murni. Namun kelemahan KLT yaitu kerja penyaputan pelat kaca
dengan penjerap (Harborne, 1987).

Universitas Sumatera Utara


20

Pada umumnya fase diam bersifat polar dan senyawa polar akan melekat lebih
kuat pada lempeng daripada senyawa tak polar akibat interaksi tarik menarik dipole.
Senyawa tak polar kurang melekat erat pada fase diam polar sehingga bergerak naik
lebih jauh ke atas lempeng. Jarak tempuh ke atas lempeng merupakan cermin
polaritas senyawa. Peningkatan polaritas pelarut akan menurunkan interaksi senyawa
dengan fase diam sehingga senyawa dalam fase gerak bergerak lebih jauh pada
lempeng (Bresnick, 2005).

Terdapat bermacam-macam pelat, pelat dapat mengandung indikator


fluoresensi atau tidak. Penambahan indikator ini memungkinkan pendeteksian semua
senyawa yang memadamkan fluoresensi bila pelat diamati dengan disinari sinar UV
berpanjang gelombang 254nm. Untuk pengukuran RF pada KLT membutuhkan proses
yang memakan waktu. Biasanya KLT dilakukan dengan cara pengembangan naik di
dalam suatu bejana jenuh dengan fase pelarut. Deteksi senyawa pada pelat KLT
biasanya dilakukan dengan penyemprotan (Harborne, 1987).

Kromatografi Lapis Tipis terutama berguna untuk mencari pelarut untuk


kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi flavonoida secara ko-kromatografi, isolasi flavonoida murni skala kecil,
penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap dan
pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas (Markham, 1988).

Parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis dimana


harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram.
Rf didefenisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak
yang ditempuh pelarut atau fase gerak.

Universitas Sumatera Utara


21

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam KLT yang juga


mempengaruhi harga Rf antara lain struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat
dari penyerap dan derajat aktivasi, tebal kerataan dan lapisan penjerap, pelarut dan
derajat kemurnian fase gerak, derajat kejenuhan dari uap, jumlah cuplikan yang
digunakan, suhu, kesetimbangan (Sastrohamidjojo, 1996).

2.5.3.2 Kromatografi Kolom

Ada empat jenis kromatografi yang dapat dimasukkam dalam kromatografi kolom,
yaitu kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi pertukaran ion, dan
kromatografi filtrasi gel. Dalam kromatografi adsorbs komponen yang dipisahkan
secara selektif teradsorbsi pada permukaan adsorben yang dipakai untuk bahan isian
kolom. Alumina dan silika gel merupakan dua adsorben yang paling popular dipakai.
Silika gel mempunyai luas permukaan yang lebih besar, yaitu sekitar 500m2/g, tetapi
mempunyai aktivitas kimia yang lebih kecil dan lebih baik untuk pemisahan senyawa-
senyawa organic yang peka terhadap perubahan-perubahan karena aktivitas
permukaan yang mempunyai sifat katalitik.

Pengisian kolom dilakukan dengan seragam. Setelah adsorben dimasukkan


dapat diseragamkan kepadatannya dalam kolom dengan menggunakan vibrator atau
dengan plunger. Pada bagian bawah dan atas dari isian kolom diberi wol kaca atau
sintered gkass disc untuk menyangga isian. Untuk hasil pemisahan yang baik, maka
kecepatan elusi harus dalam keadaan konstan yang dimana bergantung kepada ukuran
partikel bahan isian, dimensi dari kolom, viskositas cairan dan tekanan yang dipakai
untuk mengalirjan zat pelarut.

2.5.4 Hidolisis

Metode hidrolisis asam pada fraksi air merupakan gabungan dan modifikasi, uji
flavonoid yang positif dihidrolisis untuk memutuskan ikatan gula dari aglikon
flavonoid dan sekaligus memisahkan senyawa lain yang mungkin terkandung dan
terikat pada flavonoid.

Universitas Sumatera Utara


22

Satu gugus hidroksil pada flavonoid terikat pada satu gula dengan ikatan yang
terikat pada satu gula dengan ikatan yang tahan asam. Glukosa merupakan gula yang
paling umum terlibat dan gula lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa,
ramnosa, silosa, arabinosa, dan rutinosa. Waktu yang diperlukan untuk memutuskan
suatu gula dari suatu flavonoid O-glukosida dengan hidrolisis asam ditentukan oleh
sifat gula (Markham, 1988)

2.6. Teknik Spektroskopi

Metoda spektroskopi merupakan instrument utama dalam kimia modern untuk


identifikasi struktur molekul. Pada kimia organik, metode spektroskopi digunakan
untuk menentukan dan mengonfirmasikan struktur molekul, untuk memantau reaksi
dan untuk mengetahui kemurnian suatu senyawa. Metoda yang paling penting untuk
kimia organik adalah spektroskopi resonansi magnetic inti: Spektroskopi 1H dan 13
C
NMR, spektrometri massa, inframerah dan spektroskopi UV/Vis. (Meier, 2002)

2.6.1 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)

Spektrum UV-Visibel merupakan hasil interaksi antara radiasi elektromagnetik


(REM) dan molekul. radiasi elektromagnetik merupakan bentuk energi radiasai yang
mempunyai sifat gelombang dan partikel (foton). Karena bersifat sebagai gelombang,
beberapa parameter perlu diketahui, misalnya panjang gelombang, frekuensi, bilangan
gelombang, serapan.

Spektrofotometer UV-Visibel digunakan terutama dalam analisis kuantitatif,


tetapi dapat juga digunakan untuk analisis kualitatif. Pada analisis kualitatif, proses
yang dilakukan adalah untuk membandingkan panjang gelombang maksimum,
serapan dan daya serap, serta membandingkan spectrum serapan. Pemilihan pelarut
yang digunakan dalam spektrofotometri UV sangat penting. Pelarut tidak boleh
mengabsorpsi cahaya pada daerah panjang gelombang pengukuran sampel (Adnan,
2007)

Universitas Sumatera Utara


23

Ciri spektrum menurut Markham pada tahun 1988, khas jenis flavonoid utama
dengan pola oksigenasi yang setara dapat dilihat dari tabel 2.2 dibawah :
Tabel.2.2 Rentangan Serapan Spektrum UV-Visible golongan Flavonoida
Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis Flavonoid
250-280 310-350 Flavon
250-280 330-360 Flavonol (3-OH tersubstitusi)
250-280 350-385 Flavonol (3-OH bebas)
245-275 310-330 bahu Isoflavon
275-295 300-330 bahu Flavanon dan dihidroflavonol
230-270 340-390 Khalkon
(kekuatan rendah)
230-270 380-430 Auron
(kekuatan rendah)
270-280 465-560 Antosianidin dan antosianin

2.6.2 Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR)

Setiap molekul senyawa yang memiliki struktur kimia yang berbeda akan
memiliki spektrum inframerah yang berbeda, hal ini dikarenakan setiap molekul.
Frekuensi vibrasi berbagai ikatan dapat dilihat dari table 2.3 sebagai berikut :

Tabel 2.3 Frekuensi vibrasi berbagai ikatan


Frekuensi 4000 2500 2000 1800 1650 1550
(cm-1) 650
Ikatan O-H C≡C Hampir C=O C=N C-Cl
C-H C≡N tidak ada C=C C-O
=CH X=C=Y pita N=O C-N
N-H (C,O,N,S) absorbsi C-C
≡CH N=O

Universitas Sumatera Utara


24

Vibrasi ulur ikatan C=0 biasanya di pengaruhi beberapa faktor, adanya ikatan
C=C yang bertetangga dengan gugus karbonil menyebabkan terjadinya delokalisasi
electron π pada ikatan karbonil dan ikatan rangkap konjugasi ini menaikkan sifat
ikatan tunggal C=O. Akibatnya, tetapan kekuatan k turun dan frekuensi absorpsi C=O
turun dimana ini juga disebut efek konjugasi (Herbert, 1989).
Suatu ikatan dalam sebuah molekul dapat mengalami berbagai vibrasi
molekul. Secara umum terdapat dua tipe vibrasi molekul:
1. Streching (vibrasi regang/ulur) : vibrasi sepanjang ikatan sehingga terjadi
perpanjangan atau pemendekan ikatan.
2. Bending (vibrasi lentur/tekuk) : vibrasi yang disebabkan oleh sudut ikatan
sehingga terjadi pembesaran atau pengecilan sudut ikatan.
Oleh karena itu suatu ikatan tertentu dapat menyerap energi lebih dari satu panjang
gelombang, energi pada panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi lentur.
Tipe vibrasi yang berlain-lainan ini disebut cara vibrasi fundamental (Supratman,
2010).

2.6.3 Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti proton (1H-NMR)

Spektroskopi resonansi magnet proton digunakan untuk menentukan jenis lingkungan


atom yang berbeda yang ada dalam molekul dimana jumlah atom hydrogen pada
masing-masing jenis lingkungan hydrogen dan jumlah atom hydrogen pada atom
karbon tetangga. Sinyal-sinyal muncul oleh karena proton-proton dalam setiap
molekul berada dalam lingkungan kimia yang berlainan. Sinyal sinyal resonansi akan
terletak terpisah oleh Karen adanya pergeseran kimia atau Chemical shift (Herbert,
1989).
Tidak semua sinyal berpola sederhana seperti berupa garis tunggal atau
singlet, beberapa sinyal mengikuti pola pemecahan (splitting) yang karakteristik,
seperti doublet, triplet, dan kuartet. Pemecahan disebabkan oleh penggandengan spin-
spin (spin-spin coupling), yaitu interaksi magnetic suatu inti dengan inti lain. Jenis
lingkungan kimia proton dapat dilihat dari pergeseran kimia yang terjadi, dimana
tanda integrase memberi informasi jumlah relatif proton yang ada. Jumlah orientasi
suatu inti yang diberi medan magnet eksternal ditentukan oleh bilangan kuantum spin

Universitas Sumatera Utara


25

inti. Fenomena 1H-NMR terjadi jika inti yang searah dengan medan magnet eksternal
dibuat mengabsorpsi energi berupa radiasi elektromagnetik sehingga orientasi spinnya
berubah.
Untuk 1H-NMR, standar pembanding yang direkomendasikan adalah
tetrametilsilan [(CH3)4Si/TMS)]. TMS juga dapat digunakan untuk 13C-NMR. Berikut
alasan penggunaan TMS sebagai pembanding magnetic inti proton :
1. Stabil secara kimia, simetris, dan beresonansi pada medan atas (upper field).
2. Proton pada gugus metil senyawa ini lebih terperisai.
3. TMS memberikan sinyal tajam (singlet), 12 proton.
4. Bersifat inert.
5. Titik didih rendah shingga mudah dihilangkan.
6. Larut dalam sebagian besar pelarut organik.
7. Tidak larut dalam air atau D2O.
Dalam skala yang dianjurkan, “skala δ” TMS dijadikan sebagai titik nol dan
meningkat
ke daerah yang lebih rendah (downfield).

Geseran kimia (chemical shift) berasal dari medan magnet sekunder yang
ditimbulkan oleh peredaran electron mengelilingi inti secara induksi oleh medan
magnet terapan. Medan magnet sekunder ini relative lebih kecil dan dapat searah atau
berlawanan arah dengan medan terapan. Akibatnya, medan magnet efektif yang
diterima inti akan lebih kecil atau lebih besar daripada medan terapan (Hebert, 1989).

Universitas Sumatera Utara


26

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat

1. Spektrofotometer FT-IR Shimadzu


2. Spektrofotometer UV-Visible Shimadzu
3. Spektrometer 1H-NMR JEOL
4. Rotarievaporator Bűchi B-480
5. Labu rotarievaporator Pyrex
6. Gelas Beaker Gratech
7. Corong pisah Gratech
8. Labu didih Schoot/ Duran
9. Kolom kromatografi Pyrex
10. Neraca analitis Ohaus
11. Lampu UV UVGL 58
12. Gelas ukur Pyrex
13. Erlenmeyer Pyrex
14. Corong kaca Pyrex
15. Ekstraktor Schoot/ Duran
16. Tabung reaksi Pyrex
17. Penangas air Memmert
18. Botol vial
19. Batang pengaduk
20. Pipet tetes
21. Pipa kapiler
22. Spatula
23. Statif dan klem
24. Alat destilasi
25. Chamber

Universitas Sumatera Utara


27

3.2 Bahan

1. Daun mawar merah (Rosa hybrida L.)


2. Metanol Destilat
3. N-heksana Teknis
4. Etil asetat Teknis
5. Kloroform Teknis
6. Benzena Teknis
7. Aseton Teknis
8. Silika gel 60 G (0.063-0.200 mm) E.Merck. KGaA
9. Plat KLT Merck/ Kieselgel 60F254
10. Kertas saring Whatman no.42
11. FeCl3 5%
12. NaOH 10 %
13. Serbuk Mg
14. HCl(p) p.a. Merck
15. H2SO4(p) p.a. Merck
16. HCl 6%
17. Kapas Gesunde Medical

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penyediaan Sampel

Sampel yang diteliti yaitu daun mawar merah (rosa hybrida L.) diperoleh dari kota
Berastagi, Sumatera Utara. Daun mawar merah dipisahkan dari batang dan
dikeringkan pada ruangan tanpa sinar matahari langsung, kemudian dihaluskan dan
dipisahkan serbuk daun dan serat daun. Serbuk daun mawar merah yang diteliti
sebanyak 1220 gram.

Universitas Sumatera Utara


28

3.3.2 Uji Pendahuluan

Orientasi awal penelitian dilakukan uji positif senyawa fenolik dan flavonoid dimana
Serbuk daun mawar merah dilakukan uji pendahuluan secara kualitatif ekstrak
metanol dan ekstak etil asetat daun mawar merah sebagai berikut :
A. Uji positif ekstrak metanol
1. Dimasukkan 10 gram serbuk daun mawar merah ke dalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 100 mL metanol ke dalam erlenmeyer
3. Didiamkan ± 24 jam
4. Didekantasi
5. Dimasukkan filtrat hasil dekantasi masing-masing ekstrak sampel ke dalam 4
tabung reaksi dan diberi label (I, II, III, IV) masing masing tabung reaksi
6. Diuji positif dengan pereaksi
a. Tabung I : dengan FeCl3 5% menghasilkan larutan berwarna hitam
b. Tabung II: dengan serbuk Mg, dan HCl(p) menghasilkan larutan merah muda
c. Tabung III: dengan NaOH 10% menghasilkan larutan biru violet
d. Tabung IV: dengan H2SO4(p) menghasilkan larutan orange kekuningan

B. Uji positif ekstrak etil asetat


1. Dimasukkan 10 gram serbuk daun mawar merah ke dalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 100 mL etil asetat ke dalam erlenmeyer
3. Didiamkan ± 24 jam
4. Didekantasi
5. Dimasukkan filtrat hasil dekantasi masing-masing ekstrak sampel ke dalam 4
tabung reaksi dan diberi label (I, II, III, IV) masing masing tabung reaksi
6. Diuji positif dengan pereaksi
a. Tabung I : dengan FeCl3 5% menghasilkan larutan berwarna hitam
b. TabungII: dengan serbuk Mg, dan HCl(p) menghasilkan larutan merah muda
c. Tabung III: dengan NaOH 10% menghasilkan larutan biru violet
d. Tabung IV: dengan H2SO4(p) menghasilkan larutan orange kekuningan

Universitas Sumatera Utara


29

3.3.3 Ekstraksi

Proses ekstraksi awal dilakukan secara ekstraksi maserasi, dimana serbuk daun mawar
merah sebanyak 1200 gram dimasukkan ke dalam ekstraktor, Kemudian dimasukkan
pelarut metanol sebanyak 5L dan dibiarkan sampel terendam selama ±24 jam.
Kemudian filtrat hasil perendaman dipisahkan dari sampel. Proses maserasi,
perendaman dengan metanol dan penampungan filtrat dilakukan hingga 4 kali dimana
sampel telah negatif flavonoid melalui uji positif FeCl3 5%. Filtrat hasil perendaman
kemudian diuapkan dengan alat rotarievaporator hingga pelarut metanol habis
menguap.

Proses ekstraksi selanjutnya adalah pemisahan senyawa tanin. Ekstrak pekat


metanol kemudian dilarutkan dengan pelarut etil asetat kemudian disaring. Filtrat
kemudian diuapkan dengan alat rotarievaporator hingga pelarut etil asetat habis
menguap. Ekstrak etil asetat selanjutnya dilarutkan dengan pelarut metanol.
Kemudian diekstraksi partisi dengan n-heksana sampai senyawa non-polar habis.
Lapisan metanol kembali dipekatkan dengan alat rotarievaporator hingga pelarut
metanol habis menguap.

Fraksi metanol kemudian dihidrolisis dengan HCl 6N dan aquadest,


dipanaskan diatas penangas ± 60menit, kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat
kemudian di ekstraksi partisi dengan kloroform hingga lapisan bawah negatif
flavonoid dalam uji positif dengan FeCl3 5%. Filtrat methanol asam diuapkan hingga
pelarut metanol habis menguap. Diperoleh ekstak pekat kloroform sebanyak 0.5293
gram.

3.3.4 Analisis Kromatografi Lapis Tipis

Analisis Kromatografi Lapis Tipis dilakukan untuk mengetahui sistem pelarut yang
sesuai didalam analisis kromatografi kolom. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
menggunakan fasa diam silika gel 60 F254 Merck.

Universitas Sumatera Utara


30

Fasa gerak yang digunakan adalah campuran n-heksan:etil asetat dengan


perbandingan (90:10) , (80:20) , (70:30) , (60:40) dan (50:50) .

Ditotolkan ekstrak pekat kloroform pada empat plat silika. Dimasukkan plat kedalam
bejana yang telah berisi pelarut campuran n-heksana : etil asetat dengan perbandingan
(90:10) , (80:20) , (70:30) , (60:40) dan (50:50) yang telah
dijenuhkan, lalu ditutup dan dielusi hingga pelarut mencapai batas yang telah
ditentukan. Plat yang telah dielusi dikeluarkan dari bejana, lalu dikeringkan, diamati
dibawah lampu UV dan kemudian difiksasi dengan pereaksi FeCl3 5%. Diamati warna
bercak yang timbul dan dihitung harga Rf yang diperoleh.

3.3.5 Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom

Tahap pemisahan berikutnya adalah dengan kromatografi kolom dimana fasa diam
menggunakan silika gel 60 F254 Merck dan fasa gerak yaitu n-heksana, campuran
pelarut n-heksana : etil asetat dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40 (v/v).

Tahapan persiapan proses kromatografi kolom, terlebih dahulu dirangkai alat


kromatografi kolom. Silika gel 60 F254 Merck sebanyak 40 gram dibuburkan dengan
menggunakan pelarut n-heksana, dimasukkan ke dalam kolom kromatografi secara
perlahan-lahan kemudian di tutup dengan kapas, dimasukkan n-heksana hingga silika
gel padat. Ekstrak pekat kloroform di larutkan dengan etil asetat kemudian dicampur
dengan 10 gram Silika gel 60 F254 Merck, kemudian di uapkan hingga pelarut etil
asetat habis menguap. kemudian dimasukkan ke dalam kolom kromatografi yang
telah berisi bubur silika gel kemudian kembali tutup dengan kapas, lalu ditambahkan
secara perlahan-lahan fasa gerak n-heksana:etil asetat mulai dari perbandingan 90:10
(v/v), 80:20 (v/v), 70:30 (v/v), 60:40 (v/v). Filtrat yang terpisah ditampung dalam
botol vial sebanyak 5 mL, lalu di KLT untuk penggabungan fraksi dimana dengan
membandingkan harga Rf yang sama lalu diuji positif dengan FeCl3 5%.

Universitas Sumatera Utara


31

3.3.6 Pemurnian

Senyawa hasil kromatografi kolom berupa ekstrak pekat kemudian dilarutkan dengan
etil asetat hingga seluruhnya larut, kemudian dimurnikan dengan ekstraksi partisi
penambahan pelarut non-polar n-heksana, kemudian dipisahkan senyawa non-polar.
dilakukan secara berulang-ulang hingga senyawa non-polar dalam ekstrak senyawa
hilang dan didapat senyawa polar murni.

3.3.7 Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Hasil kromatografi kolom berupa ektrak pekat berupa pasta kemudian dilakukan
analisis kromatografi lapis tipis menggunakan fasa diam silika gel 60 F254 dengan fasa
gerak kloroform : metanol (90:10) v/v, n-heksana : etil asetat (70:30)v/v.

Ekstrak pekat berupa pasta dilarutkan dengan etil asetat kemudian ditotolkan
pada plat silika. Dimasukkan plat silika dimasukkan kedalam bejana KLT. Setelah
pelarut fasa gerak bergerak sampai batas atas, plat silika dikeluarkan dari bejana,
dikeringkan, diamati di bawah lampu UV dan difiksasi dengan menggunakan pereaksi
FeCl3 5%, dihitung harga Rf yang diperoleh.

3.3.8 Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi

3.3.8.1 Identifikasi dengan Spektrofotometer UV-Visible

Analisis dengan alat Spektrofotometer Ultraviolet-Visible (UV-Vis) dilakukan di


LIPI, Komplek PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang, dengan menggunakan pelarut
metanol dan diperoleh data seperti ditunjukkan pada gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara


32

3.3.8.2 Identifikasi dengan Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR)

Analisis dengan alat Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR) dilakukan di LIPI,


Komplek PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang, dengan menggunakan pelarut KBr dan
diperoleh data seperti ditunjukkan pada gambar 4.2

3.3.8.3 Identifikasi dengan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton


(1H-NMR)

1
Analisis dengan alat Spektrometer H-NMR dilakukan di LIPI, Komplek
PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang, dengan menggunakan pelarut Aseton dan
diperoleh data seperti ditunjukkan pada gambar 4.3

Universitas Sumatera Utara


33

3.4 Bagan Skrining Fitokimia

3.4.1 Ekstraksi dengan Pelarut Metanol

Serbuk daun mawar merah


( Rosa hybrida L. )
diekstraksi maserasi dengan
metanol
disaring
dimasukkan dalam tabung reaksi

Ekstrak metanol sampel daun mawar merah

ditambahkan
FeCl3 5%
diamati
perubahan
warna

Larutan hitam
(Positif Fenolik)

Universitas Sumatera Utara


34

A. Ekstraksi dengan pelarut etil asetat

Serbuk daun mawar merah


( Rosa hybrida L. )
diekstraksi maserasi dengan
Etil asetat
disaring
dimasukkan dalam tabung reaksi

Ekstrak metanol sampel daun mawar merah

ditambahkan
FeCl3 5%
diamati
perubahan
warna

Larutan hitam
(Positif Flavonoida)

Universitas Sumatera Utara


35

3.5. BAGAN PENELITIAN

1200 g serbuk daun mawar merah


(Rosa hybrida L.)
dimaserasi dengan metanol hingga
terendam
didiamkan selama ± 24 Jam
diulangi sebanyak 4 kali
disaring

Ekstrak metanol Ampas


diuji positif dengan FeCl3 5%
dipekatkan dengan rotarievaporator
diuapkan hingga seluruh pelarut metanol menguap
Ekstrak pekat metanol
dilarutkan dengan etil asetat secara berulang ulang sampai negatif
flavonoid yang diuji dengan pereaksi FeCl3 5%
disaring

Ekstrak etil asetat Residu


diuji dengan FeCl3 5%
dipekatkan dengan rotarievaporator
diuapkan hingga pelarut etil asetat habis menguap
Ekstrak pekat etil asetat
dilarutkan dengan metanol
diekstraksi partisi dengan n-heksana
hingga larutan bebas senyawa non-polar

Lapisan metanol Lapisan n-


dipekatkan dengan rotarievaporator heksana
diuapkan hingga seluruh metanol menguap Tidak dilanjutkan
dihidrolisa dengan menggunakan HCl 6%
sambil dipanaskan selama ± 60 menit
didinginkan
disaring
Lapisan metanol-asam
Residu
Diekstraksi partisi dengan klorofom
Hingga negatif Flavonoid yang di uji dengan pereaksi FeCl3 5%
Diuapkan hingga pelarut metanol habis menguap
chcl CHCl3
Ekstrak pekat Kloroform

Universitas Sumatera Utara


36

Bagan lanjutan

Ekstrak pekat klorofom


diuji kromatografi lapis tipis untuk mengetahui eluen yang sesuai
dikolom kromatografi menggunakan fase diam silika gel dan
fase gerak n-heksana:etil asetat (90:10,80:20,70:30,60:40,50:50)v/v
ditampung 10mL tiap fraksi dalam botol vial
diuji kromatografi lapis tipis
digabung fraksi dengan harga Rf yang sama

Fraksi 1-19 Fraksi 20-34 Fraksi 35-64 Fraksi 65-84 Fraksi 85-100
Eluen n- Eluen n- Eluen n- Eluen n- Eluen n-
heksana:etil heksana:etil heksana:etil heksana:etil heksana:etil
asetat asetat asetat asetat asetat
(90:10)v/v (80:20)v/v (70:30)v/v (60:40)v/v (50:50)v/v

dianalisis kromatograsi lapis tipis


diuapkan hingga pelarut habis
dilarutkan dengan etil asestat
dicampur dengan silika gel
diuapkan hingga pelarut habis menguap
dikolom kromatografi menggunakan
fase diam silika gel dan fase gerak n-
heksana : etil asetat (70:30) v/v

Fraksi 1-15 Fraksi 16-33


Eluen n- Eluen n-
heksana:etil heksana:etil
asetat asetat
(70:30)v/v (70:30)v/v

dianalisis kromatografi lapis tipis


digabung fraksi murni noda tunggal
diuapkan hingga pelarut habis
dikarakterisasi dengan Spektrofotometer
UV-Visible, Spektrofotometer FT-IR,
Spektrometer 1-H-NMR

Hasil

Universitas Sumatera Utara


37

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Tahap awal penelitian berupa orientas terhadap sampel daun mawar merah,
identifikasi awal kandungan flavonoid pada daun segar mawar merah positif terhadap
pereaksi FeCl3 5% perubahan warna hijau muda dari ekstrak etil asetat sampel
menjadi hitam menuntukkan kandungan flavonoid.

Hasil isolasi dari daun mawar merah diperoleh dengan menggunakan fase
gerak n-heksana:etil astat (70:30) v/v, dan senyawa yang diperoleh berbentuk pasta
berwarna kuning kecoklatan, dengan massa = 6.9 mg dan diuji kemurnian
kromatografi lapis tipis dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (70:30) v/v dengan
Rf = 0,4

Spektrum UV-Visible senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut


metanol dapat dilihat pada data spektrum dibawah ini :

Gambar 4.1 Spektrum UV-Visibel Senyawa Hasil Isolasi

Universitas Sumatera Utara


38

Dari hasil spektrum Spektrofotometer UV-Visibel pada gambar 4.1 senyawa hasil
isolasi memberikan serapan panjang gelombang yaitu dengan panjang gelombang
275,0 nm.
Hasil analisis spektrofotometer FT-IR dari pasta hasil isolasi dapat dilihat pada
Gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2 Spektrum Inframerah (FT-IR) Senyawa Hasil Isolasi

Dari hasil analisis Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR) memberikan pita-pita


serapan pada daerah bilangan gelombang (cm-1) sebagai berikut:
1. Pada bilangan gelombang 3302.13-3145.90 cm-1 menunjukkan vibrasi -OH
2. Pada bilangan gelombang 2947.23 cm-1 menunjukkan vibrasi C-H Streching
3. Pada bilangan gelombang 1710.86 cm-1 menunjukkan vibrasi C=O Streching

Universitas Sumatera Utara


39

4. Pada bilangan gelombang 1606.70 cm-1 menunjukkan vibrasi C=C Streching


aromatis
5. Pada bilangan gelombang 1373,32 cm-1 menunjukkan vibrasi C-H bendind
6. Pada bilangan gelombang 1060.85 cm-1 menunjukkan vibrasi C-O-C Simetris
7. Pada bilangan gelombang 977.91 cm-1 menunjukkan vibrasi C-O-C tak simetris

Hasil analisis Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)


senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut Aseton memberikan pergeseran
kimia pada daerah (ppm) pada gambar 4.3 sebagai berikut :

Gambar 4.3 Spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi

Universitas Sumatera Utara


40

Dari hasil analisis Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) senyawa
hasil isolasi dengan menggunakan pelarut Aseton memberikan pergeseran kimia pada
daerah (ppm) sebagai berikut :
1. Pada pergeseran kimia 8.1655, 8,1486 menunjukkan adanya -OH
2. Pada pergeseran 7.5-7.7 menunjukkan adanya H-2’ dan H-6’
3. Pada pergeseran 6.8-7.0 menunjukkan adanya H-3’ dan H-5’
4. Pada pergeseran 6.2-6.4 menunjukkan adanya H-6
5. Pada pergeseran 3.6-3.8 menunjukkan adanya -OCH3

4.2 Pembahasan

Isolasi flavonoid dari daun tumbuhan mawar merah dilakukan dengan sampel daun
kering sebanyak 1200 gram yang dikeringkan pada suhu ruangan. Dimasukkan
kedalam ekstraktor dan ditambahkan pelarut metanol hingga sampel terendam untuk
proses ektraksi maserasi, proses ini dilakukan sebanyak 4 kali dan saring dan
dipisahkan filtratnya. Filtrat ekstrak metanol kemudian diuapkan dengan
rotarievaporator hingga di dapat 297.56 gram ektrak pekat metanol. Ekstrak pekat
metanol kemudian diekstraksi dengan pelarut etil asestat dan diaduk, didekantasi
filtrak dari endapan tanin. Kemudian filtrat ekstrak etil asestat diuapkan hingga pekat
sebanyak 108.33 gram. Ekstrak pekat etil asetat dilarutkan dengan pelarut metanol
dan ditambakan pelarut n-heksana untuk proses partisi pemisahan senyawa nonpolar.
Lapisan atas merupakan lapisan n-heksana dan lapisan bawah adalah lapisan metanol.
Ditampung lapisan bawah kemudian kembali ditambahkan n-heksana hingga senyawa
non-polar terpisah dari lapisan metanol. Kemudian lapisan metanol dipekatkan hingga
pelarut habis. Kembali ditambahkan metanol hingga ekstrak pekat larut. Kemudian
dilakukan proses hidrolisis, pemutusan ikatan gula dengan penambahan HCl 6% dan
aquadest kedalam ekstrak metanol dan dipanaskan selama ±60menit diatas penangan
air. Kemudian didinginkan dan disaring untuk memisahkan filtrat dan ampas yang
merupakan glukosa, filtrat dimasukkan kedalam corong pisah kemudian ditambahkan
dengan pelarut kloroform, terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas merupakan
lapisan metanol asam dan lapisan bawah adalah lapisan kloroform, dilakukan
sebanyak 3 kali, ditampung lapisan metanol asam dan kembali dipekatkan hingga
pelarut metanol habis menguap. Didapat 28,32miligram, kemudian dikromatografi

Universitas Sumatera Utara


41

lapis tipis. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak kloroform sebelum kolom
kromatografi, diketahui perbandingan pelarut yang sesuai untuk mengisolasi senyawa
flavonoida pada proses kromatografi kolom adalah perbandingan pelarut n-heksana :
etil asetat (60:40) v/v hal ini dapat dilihat dari hasil pemisahan noda pada plat silika
yang baik yaitu tidak berekor dan jarak pisah senyawa berjauhan menunjukkan
pemisahan baik dengan perbandingan pelarut. Proses pemisahan kemudian dilakukan
dengan proses kolom kromatografi dan fraksi yang dihasilkan diuji KLT untuk
mengetahui kemurnian dan harga Rf yang sama. Kemudian fraksi yang memiliki
harga Rf yang sama digabungkan dan kemurniannya diuji dengan menggunakan eluen
n-heksana : etil Asetat (70/30) v/v, dan kloroform : metanol (70/30) v/v, dimana hasil
pemisahan menunjukkan hasil isolasi tunggal dilihat dari satu noda pada plat silika
pada proses KLT.

Dari hasil Analisa spektrofotometri UV-Visibel, data spektrum UV-Vis


dimana panjang gelombang adalah 275.0 nm, dengan membandingan panjang
gelombang senyawa hasil isolasi berada pada rentang panjang gelombang maka
dugaan senyawa flavonoida yang terkadung dalam daun tumbuhan mawar merah
adalah golongan isoflavon (dengan panjang gelombang pita I berkisar 310-330 nm
dan pita II 245-275 nm).

Universitas Sumatera Utara


42

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil isolasi yang diperoleh dari 1200 gram serbuk daun tumbuhan mawar
merah (Rosa hybrida L.) merupakan pasta berwarna kuning kecoklatan
sebanyak 6.9 mg dengan harga Rf=0,4 (n-heksana : Etil asetat (70:30)), positif
terhadap pereaksi senyawa flavonoida.

2. Hasil analisis Spektrofotometer UV-Visible, Inframerah (FT-IR) dan


Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dan intrepretasi dengan
pembanding menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi dari daun tumbuhan
mawar merah (Rosa hybrida L.) diduga adalah senyawa flavonoida golongan
isoflavon.

5.2 Saran

Untuk lebih mendukung identifikasi struktur senyawa flavonoida hasil isolasi lebih
akurat, maka untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan analisis Spektrometer Karbon
(13C-NMR) dan Spektrometer Massa (MS).

Universitas Sumatera Utara


43

DAFTAR PUSTAKA

Eastwood, M.A. 1999. Interaction of dietary antioxidants in vivo: how fruit and
vegetables prevent disease? QJM: An International Journal of Medicine

Farnsworth RN 1966. Review on Biological and Phytochemical creening of


plants. J. Pharm. Sci. 55(3): 225-276

Gandjar, I. G., Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.


Yogyakarta

Gritter, R. J., Bobbit, J.M., Schwarting, A. E. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi


Kedua. Penerbit ITB. Bandung

Hariana, A. 2013. 262 Tumbuhan Obat & Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta

Harborne, J.B. 1996. Metoda Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa


Tumbuhan. Terbitan ke-2. Penerbit ITB. Bandung

Heinrich, M. Barnes, J. Gibbons, S. Williamson, E. M. 2005. Farmakognosi dan


Fitoterapi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Hutauruk, G. 2016. Isolasi Senyawa Flavonoid dari Bunga Tumbuhan Mawar Merah
(Rosa hybrid) [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Sarjana

Kartapraja R., 1995. Botani dan ekologi mawar. Dalam Mawar. Balai Penelitian
Tanaman Hias. Jakarta.

Li, J., 2009.[Journal]. Food Chemistri. Total anthocyanin content in blue corn
cookies as affected by ingredients and oven types. Disertation. Department of
Grain Science and Industry College of Agriculture. Kansas University.
Manhattan, Kansas. Pp 111.

Lopes, D.J., Dettmann, C.N., and Schieber, A., 2010. [Journal] Phytochemistry
Characterization and Quantification of Polyphenols in Amazon Grape
(Pourouma cecropiifolia Martius)/J. Molecules. 16:8543-8552. University of
Alberta. Canada

Lubis, R. S. 2015. Isolasi Senyawa Flavonoida dari Bunga Tumbuhan Mawar Putih
(Rosa hybrida L.) [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara,
Program Sarjana.

Manito, P. 1981. Biosintesis Produk Alami. Terjemahan Koensoemardiyah. IKIP


Semarang Press. Semarang

Universitas Sumatera Utara


44

Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Terjemahan Kosasi


Padmawinata. ITB Press. Bandung

Miyake, Y., Yamamoto, K. Tsujihara, N., and Osawa, T.,[Journal].Food of


Biodynamic.1998. Protective Effect of Lemon Flavonoids on Oxidative Stress
in Diabetic Rats. Lipid, 33: 689-695. Nagoya University. Japan.

Muhammad, A. 2011. Sarang Semut dan Buah Merah Pembasmi Ragam Penyakit
Ganas. Cetakan Pertama. Laksana. Jogjakarta

Muldja, M.H. 1995. Analisis Instrumental. Cetakan Pertama. Universitas Airlangga


Press. Surabaya

Pavia, et al. 1979. Introduction to Spectroscopy: A Guide for Students of Organic


Chemistry. Saunders College. Philadelphia

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi Keenam. Penerbit


ITB. Bandung

Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta

Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Penerbit ITB. Bandung

Schulz-Schaeffer, Jurgen. 1980. Cytogenetics-Plants, Animals, Humans. Springer-


Verlag, New York.

Tanaka, Y., Tsuda, S., and Kusumi, T., 1998, Metabolic engineering to modify flower
color, Plant Cell Physiol39: 1119-1126.

Watson, J. T., Sparkman, O. D. 2007. Introduction tomass spectrometry:


instrumentation, applications and strategies for data interpretation. JohnWiley
& Sons Ltd., Chichester, England.

Williams CA (2000). Advances in flavonoid research since 1992. Phytochemistry 55:


481-504

Winkel-Shirley, B., 2001, Localization of flavonoid enzymes in Arabidopsisroots,


Plant J.27: 37-48

Universitas Sumatera Utara


45

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


46

Lampiran 1. Gambar Daun Tumbuhan Mawar Merah Yang Digunakan Sebagai


Sampel Penelitian

Universitas Sumatera Utara


47

Lampiran 2. Hasil Determinasi Daun Tumbuhan Mawar Merah (Rosa hybrida L.)

Universitas Sumatera Utara


48

Lampiran 3. Kromatogram Lapis Tipis Ekstrak Pekat Kloroform Daun Tumbuhan


Mawar Merah (Rosa hybrida L.) Sebelum Kromatografi Kolom

Keterangan :
Fasa diam : Kieselgel 60 F254
E : Ekstrak Pekat Lapisan Kloroform Daun Tumbuhan Mawar Merah

No Fasa gerak Jumlah noda Rf

I n-heksana:etil asetat 90:10 (v/v) 1 0.111

0,422
II n-heksana:etil asetat 80:20 (v/v) 3 0,222
0,044

0,555
III n-heksana:etil asetat 70:30 (v/v) 2
0,222

0,8
IV n-heksana:etil asetat 60:40 (v/v) 3 0,511
0,111

0,733
0.377
V n-heksana:etil asetat 50:50 (v/v) 3
0,111

Universitas Sumatera Utara


49

Lampiran 4. Kromatogram Lapis Tipis Senyawa Hasil Isolasi Setelah penggabungan


fraksi

Keterangan :
Fasa diam : Kieselgel 60 F254
E : Ekstrak Pekat Hasil Kromatografi Kolom

No Fasa gerak Jumlah noda Rf


I Fraksi 9-19 3 0,56
0,41
0,16
II Fraksi 20-34 3 0,62
0,35
0,19
III Fraksi 35-64 3 0,43
0,26
0,07
IV Fraksi 65-84 2 0,20
0,07
V Fraksi 85-100 2 0,19
0,07

Universitas Sumatera Utara


50

Lampiran 5. Kromatogram Lapis Tipis Senyawa Hasil Isolasi Untuk Uji Kemurnian

Keterangan :
Fasa diam : Kieselgel 60 F254
E : Ekstrak Pekat Etil asetat Daun Mawar Merah
I : Fasa gerak n-heksana : etil asetat (70:30) v/v
II : Fasa gerak kloroform : metanol (90:10) v/v

No Fasa gerak Jumlah noda Rf


I n-heksana : etil asetat (70:30) v/v 1 0,4
II Kloroform : Metanol (90:10) v/v 1 0,8

Universitas Sumatera Utara


51

Lampiran 6. Spektrum Ultraviolet-Visible Beberapa Senyawa Flavonoida

Universitas Sumatera Utara


52

Lampiran 8. Ekspansi spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi pada


δ= 0 - 16 ppm

Universitas Sumatera Utara


53

Lampiran 9. Ekspansi spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi pada


δ= 1.0 – 8.0 ppm.

Universitas Sumatera Utara


54

Lampiran 10. Ekspansi spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi pada


δ= 7.4 – 8.2 ppm.

Universitas Sumatera Utara


55

Lampiran 11. Ekspansi spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi pada


δ= 5.7 – 7.2 ppm.

Universitas Sumatera Utara


56

Lampiran 12. Ekspansi spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi pada


δ= 3.6 – 4.6 ppm.

Universitas Sumatera Utara


57

Lampiran 13. Spektrum 1HNMR Senyawa Pembanding.

Lampiran 14. Spektrum 1HNMR Senyawa Pembanding.

Universitas Sumatera Utara


58

Lampiran 15. Spektrum 1HNMR Senyawa Pembanding.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai