SKRIPSI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Disetujui di
Medan, April 2017
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Bersyukur pada Bapa di surga atas Kasih Setia-Nya. Sungguh merupakan anugerah-
Nya dimana penulis dapat menyelesaikan skripsi yang menjadi Tugas akhir program
studi S-1 Kimia dengan judul isolasi senyawa flovonoida dari daun tumbuhan mawar
merah ini tepat pada waktu-Nya.
Kedua orang tua penulis Sabar Sinaga dan ibu Ruskaini br. Sianipar, saudara
penulis Ruslita Nuriani Sinaga, Rolando Sinaga, Roseilda Regita Sinaga, yang terus
memberi doa kepada penulis. Bersyukur buat orang-orang yang Tuhan taruhkan untuk
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc dan Dr. Sovia Lenny S.Si , M.Si, selaku
dosen pembimbing skripsi penulis.
2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku ketua Jurusan Departemen Kimia
FMIPA USU sekaligus dosen PA penulis serta staf pengajar dan staf struktural
Departemen KIMIA FMIPA USU.
3. Bapak Lamek Marpaung, M.Phil, Ph.D selaku Kepala Laboratorium Kimia
Bahan Alam tempat penulis mengerjakan Penelitian. Serta Asisten
Laboratorium dimana sangat membantu dalam proses penelitian.
4. Bapak/Ibu Dosen FMIPA USU bidang ilmu organik, anorganik,Polimer,
kimia-fisika, Ilmu dasar, analitik, kimia bahan alam.
5. Kakak Rohaniku Naomi F. Sitorus S.Si, FriCoBenMiRa ERCOLE
Geo,Ranyco, Ruben – Adriell Benedict Novri, Meryana, Ida, Cindy, Thedy –
Selsilira Janeetta Lina, Siska, sella.
6. Sahabat Berdikari dan KTB SMP – SMA kabanjahe.
7. Pelayanan UKM KMK USU UP MIPA koordinasi 2015 - 2016. Komisi
Pembinaan se-USU dan Komisi Kelompok Kecil UP MIPA 2015, 2016
Dahlia, Rosalia, Grace, Tumiar, k’ Nova, K’Winda, Ardi Ginting, Frans
Nainggolan (FT sipil 2012) dll.
8. Kakak alumni, panitia, teman dan adik stambuk Kimia FMIPA USU.
9. Dan kepada semua pihak yang membantu penulis secara langsung maupun
tidak yang tidak bias di sebutkan namanya, penulis mengucapkan terima
kasih.
Tuhan Yesus Mengasihi Kita semua.
Penulis
ABSTRAK
Isolasi senyawa flavonoida dari daun tumbuhan mawar merah (Rosa hybrida L.)
dilakukan dengan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut metanol kemudian
disaring dan dipekatkan. Ekstrak pekat metanol diekstraksi menggunakan etil asetat
kemudian disaring dan dipekatkan. Ekstrak pekat etil asetat dilarutkan dengan
metanol dan diekstraksi partisi dengan n-heksana. Lapisan metanol dipekatkan dan
dihidrolisa dengan HCl 6%, kemudian filtrat diekstraksi partisi dengan kloroform.
Ekstrak pekat kloroform kemudian dianalisis KLT, lalu dipisahkan dengan
kromatografi kolom dengan fasa diam silika gel dan fasa gerak n-heksana:etil asetat
dengan perbandingan (90:10) v/v, (80:20) v/v, (70:30) v/v dan (60:40) v/v (50:50) v/v.
Senyawa yang diperoleh dimurnikan dengan cara dikristalisasi dan diperoleh pasta
berwarna kuning kecoklatan sebanyak 6.9 mg dan Rf=0,4. Selanjutnya diidentifikasi
dengan analisis spektroskopi dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Visible,
Inframerah (FT-IR) dan Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR). Dari hasil
interpretasi analisis data spektroskopi diduga bahwa senyawa flavonoida yang
diisolasi adalah golongan isoflavon.
Kata kunci : Daun mawar merah, Rosa hybrida L., Flavonoida, Isoflavon
ABSTRACT
Isolation of flavonoida compound from leaves of red roses (Rosa hybrida L.) was
performed by extraction maceration using methanol solvent then filtered and
concentrated. Concentrated methanol extract was extracted using ethyl acetate then
filtered and concentrated. Concentrated ethyl acetate extract was diluted with
methanol and extracted partition with n-hexane. Methanol layer was concentrated and
hydrolyzed with HCl 6%, then the filtrate was extracted partition with chloroform.
Concentrated chloroform extract was then analyzed TLC, then separated by column
chromatography with silica gel stationary phase and a mobile phase n-hexane: ethyl
acetate in the ratio (90:10) v / v, (80:20) v / v, (70:30 ) v / v and (60:40) v / v (50:50)
v / v. Compound derived purified by crystallized and obtained brownish yellow pasta
as much as 6.9 mg and Rf = 0.4. Furthermore identified by spectroscopic analysis by
using UV-Visible spectrophotometer, Infrared (FT-IR) and Proton Nuclear Magnetic
Resonance (1H-NMR). From the interpretation of spectroscopic data analysis
suggested that flavonoids isolated compounds are a class of isoflavones.
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 2
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
1.5. Lokasi Penelitian 3
1.6. Metode Penelitian 3
Daftar Pustaka 41
BAB 1
PENDAHULUAN
Flavonoida merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, dan terdapat pada semua
bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar, bunga, buah,
dan biji (Markham, 1988). Senyawa flavonoida adalah senyawa polifenol yang
mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan
menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. (Manitto, 1981).
Hal yang menarik dari hasil penelitian Lubis (2015) yang telah
mengindentifikasi senyawa flavonol dari bunga tumbuhan mawar putih dan senyawa
dihidroflavonol dari bunga tumbuhan mawar merah. (Hutauruk, 2016) terlihat
perbedaan golongan flavonoida yang terkandung pada tumbuhan mawar dengan
Family yang sama hanya berbeda spesies memperlihatkan keberagaman flavonoid
yang terkandung.
Hasil skrining sampel dari daun tumbuhan mawar merah dengan perekasi
FeCl3 5% menunjukkan ektrak metanol positif fenolik dan ektrak etil asetat
menunjukkan positif flavonoida.
1.2 Permasalahan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi senyawa flavonoid dari daun
mawar merah dan menentukan golongan flavonoid hasil isolasi dengan analisis
Spektrofotometer UV-Vis, FT-IR, dan Spektrofotometer H-NMR.
Memberikan sumber informasi ilmiah pada bidang Kimia Bahan Alam Hayati
khususnya tentang golongan senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun mawar
merah.
Penelitian ini dilakukan dengan metode isolasi, Tahap awal daun mawar merah
dijadikan dalam bentuk serbuk kering kemudian di uji skrining fitokimia, yaitu
dengan menggunakan perekasi FeCl3 5%, NaOH 10%, Mg-HCl dan H2SO4.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mawar berasal dari Asia Tengah, Amerika, Eropa dan Afrika. Mawar mempunyai 125
spesies, 95 spesies berasal dari Asia, 18 spesies berasal dari Amerika dan sisanya dari
Eropa dan Afrika (Kartapraja, 1995). Tumbuhan mawar sangat populer dan sangat
favorit hal ini mendorong perkembangan kebun tanaman hias ini, siklus pertumbuhan
yang cepat yaitu 2-3 bulan dengan kualitas cahaya cukup akan mengasilkan warna
baik dan ukuran bunga dan bentuknya, daun serta batang yang kuat (Chaanin, 2003).
Daun mawar berukuran kecil dengan ukuran sekitar 2 sampai 3 cm, memiliku
5 sampai 9 anak daun pada satu cabang. Bentuk daunnya sendiri agak runcing dan
bergerigi. Bunga dan akar dalam kondisi kering serta daun dalam kondisi segar
dimanfaatkan dalam mengobati beberapa penyakit, misalnya batuk kering, campak,
haid tidak teratur, keputihan dan penurunan bagian uterus setelah melahirkan
(Hariana, 2013).
Aspek kimia dalam tanaman dan penyelidikan tentang kehidupan tanaman merupakan
ruang lingkup yang dikenal fitokimia, dimana kajian ilmu ini meliputi uraian tentang
isolasi dan konstitusi senyawa kimia dalam tanaman, membandingkan struktur
senyawa kimia tanaman hingga penggolongan senyawa kimia yang ada di alam, yang
terakhir adanya perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis
tanaman atau penelitian untul pengembangan senyawa kimia dalam tanaman. Khas
fitokimia dapat terlihat dari peran aktif dalam penelitian obat obatan yang lebih lanjut
dalam dunia farmasi.
Flavonoid menjadi kelompok sangat besar dari produk alami, banyak terdapat
pada jaringan tanaman di dalam sel atau pada permukaan organ tanaman. Struktur
kimia dari kelas ini didasarkan pada C6-C3-C6. Flavonoid dapat dimodifikasi oleh
hidroksil, metoksi, atau kelompok O-glikosilasi hidroksil serta C-glikosilasi ke atom
karbon dari kerangka flavonoid. (Williams, 2000)
Flavonoida berasal dari kelompok senyawa yang paling umum yaitu flavon.
Suatu jembatan oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto dan atom
karbon benzil yang terletak di sebelah cincin B. Senyawa heterosiklik ini pada tingkat
oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk
yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi yang paling rendah dan dianggap
sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa ini (Manitto, 1992).
Flavonoida umumnya terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoida
yang mana pun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk
kombinasi glikosida.. (Harborne, 1996).
Flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Keragaman struktur flavonoid ini
disebabkan karena perbedaan tahap modifikasi lanjutan dari struktur dasar flavonoid,
antara lain:
1. Flavonoid O-glikosida.
Flavonoid biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida, pada senyawa
tersebut satu gugus hidroksi flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula (atau
lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam.
2. Flavonoid C-glikosida.
Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula
tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-
karbon. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Sekarang gula yang
terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti
flavonoid. Jenis gula yang terlibat ternyata jauh lebih sedikit ketimbang jenis
gula pada O-glikosida. Jenis aglikon flavonoid yang terlibat pun sangat
terbatas. Jadi, walau pun isoflavon, flavanon, dan flavonol kadang-kadang
terdapat dalam bentuk C-glikosida, hanya flavon C-glikosida yang paling
lazim ditemukan.
3. Flavonoid Sulfat
Gabungan flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang mungkin
ditemukan hanya flavonoid sulfat. Senyawa ini mengandung satu ion sulfat
atau lebih, yang terikat pada hidroksil fenol atau gula.
4. Biflavonoid
Biflavonod adalah flavonoid dimer, walau pun prosianidin dimer (satuan
dasarnya katekin) biasanya tidak dimasukkan ke dalam golongan ini.
Flavonoid yang biasanya terlibat adalah flavon dan flavanon yang secara
biosintesis mempunyai pola oksigenasi yang sederhana 5,7,4’ (atau kadang-
kadang 5,7,3’,4’) dan ikatan antar-flavonoid berupa ikatan karbon-karbon atau
kadang-kadang ikatan eter. Biflavonoid jarang ditemukan sebagai glikosida,
dan penyebarannya terbatas, terdapat terutama pada gimnospermae.
1. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab
hamper semua warna merah jambu, merak marak, merah, merah senduduk, ungu, dan
biru dalam daun bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tangkat tinggi.secara kimia
semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin,
dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan metilasi atau glikosilasi.
B
O
A C
OH
Gambar.2.1 Struktur antosianin
B
O
A C
OH
O
Gambar.2.2 Struktur flavonol
Flavon berbeda dengan flavonol Karena pada flavon tak terdapat penyulihan
3-hidroksi. Hal ini mempengaruhi serapan UV-nya, gerakan kromatografinya, seta
reaksi warnanya, dan Karena itu flavon dapat dibedakan dari flavonol berdasarkan
ketiga sifat tersebut. Flavon terdapat juga sebagai glikosida tetapi jenis glikosidanya
lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol. Jenis ini yang paling umum ialah
7-glukosida, contohnya luteolin 7-glikosida.
B
O
A C
O
Gambar.2.3 Struktur flavon
B
A
O
Gambar.2.4 Struktur Khalkon
Khalkon dan auron merupakan ‘antoklor’, yaitu pigmen kuning yang dapat
dideteksi berdasarkan perubahan warna, daun bunga berwarna kuning diuapi dengan
uap ammonia akan menghasilkan perubahan warna dari kuning menjadi jingga atau
merah. flavonon merupakan isomer khalkon, walapun khalkon sering dijumpai di
alam bersama-sama dengan analog flavon. Beberapa flavonon mempunyai rasa,
misalnya, naringin jeruk Seville, citrus aurantium, dan rasa sangat pahit.
O
A CH B
O
Gambar.2.5 Struktur auron
4. Tanin
Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia
tumbuhan. Tanin-terkondensasi banyak terdapat pada tumbuhan paku-pakuan dan
gymnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis
tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tanin yang terhidrolisa penyebarannya terbatas pada
tumbuhan berkeping dua. Akan tetapi kedua jenis tanin ini dapat dijumpai bersamaan
dalam tumbuhan yang sama seperti yang terjadi pada kulit dan daun.
5. kuinon
6. Pigmen Flavonoid
Flavonoida sebagai polifenol dan mempunyai sifat kimia seperti fenol yaitu
bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Akan tetapi jika didiamkan dalam
larutan basa dan terdapat banyak oksigen maka akan cemderung terurai, ini
dikarenakan gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula flavonoid. (Watson,
2014)
Fenil propana bersumber dari asam sikimat (jalur fenilalanin), senyawa flavonoid
diturunkan dari unit fenil propane C6-C3 melalui jalur poliketida yang dimana tersusun
atas tiga molekul malonil-KoA yang tergabung dengan unit fenil propana sekaligus
sebagai KoA tioester dalam pembentukan unit awal triketida. Oleh Karena itu,
flavonoid hasil dari biosintesis gabungan terdiri dari unit unit yang diturunkan dari
asam sikimat dan jalur poliketida.
Gambar 2.6 Biosintesa hubungan antara jenis monomer flavonoida dari alur asetat-
malonat dan alur sikimat
Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam suatu tanaman dapat diketahui dengan
suatu metode pendekatan yang dapat memberi informasi adanya senyawa metabolit
sekunder. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode skrinning
fitokimia.
Pemisahan komponen berdasarkan jenis dan sifat komponen yang akan dipisahkan,
terdiri atas dua jenis yaitu, pemisahan fisika dimana pemisahan yang didasari oleh
perbedaan sifat-sifat komponen dalam campuran dalam skala besar, sedangkan
pemisahan kimia merupakan pemisahan berdasarkan pada perbedaan molekul kecil
senyawa ataupun golongan tertentu (Muldja, 1995).
2.5.1 Ekstraksi
2.5.2. Partisi
Proses partisi sangat tergantung dari daya larut dalam dua macam cairan, oleh karena
itu sangat peka terhadap perbedaan berat molekul solute. Atas dasar itu, suatu
campuran zat yang komponennya merupakan anggota seri homolog, biasanya paling
baik dipisahkan dengan kromatografi partisi, terutama anggota-anggota yang
mempunyai jumlah atom C lebih dari lima. Pada partisi kedua fasenya tidak dapat
diatur konstan polaritasnya, metode ini dipakai untuk pemisahan senyawa yang
bersifat lebih polar.
2.5.3. Kromatografi
Metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan bahan yang larut dalam lipid,
yaitu lipid, steroid, karotenoid, kuinon sederhana, dan klorofil disebut kromatografi
lapis tipis. Kelebihan khas dari KLT adalah keserbagunaan, kecepatan, dan
kepekaannya. kecepatan KLT yang lebih besar disebabkan oleh sifat penjerap yang
lebih padat bila disaputkam pada pelat dan merupakan keuntungan dalam identifikasi
senyawa yang tidak murni. Namun kelemahan KLT yaitu kerja penyaputan pelat kaca
dengan penjerap (Harborne, 1987).
Pada umumnya fase diam bersifat polar dan senyawa polar akan melekat lebih
kuat pada lempeng daripada senyawa tak polar akibat interaksi tarik menarik dipole.
Senyawa tak polar kurang melekat erat pada fase diam polar sehingga bergerak naik
lebih jauh ke atas lempeng. Jarak tempuh ke atas lempeng merupakan cermin
polaritas senyawa. Peningkatan polaritas pelarut akan menurunkan interaksi senyawa
dengan fase diam sehingga senyawa dalam fase gerak bergerak lebih jauh pada
lempeng (Bresnick, 2005).
Ada empat jenis kromatografi yang dapat dimasukkam dalam kromatografi kolom,
yaitu kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi pertukaran ion, dan
kromatografi filtrasi gel. Dalam kromatografi adsorbs komponen yang dipisahkan
secara selektif teradsorbsi pada permukaan adsorben yang dipakai untuk bahan isian
kolom. Alumina dan silika gel merupakan dua adsorben yang paling popular dipakai.
Silika gel mempunyai luas permukaan yang lebih besar, yaitu sekitar 500m2/g, tetapi
mempunyai aktivitas kimia yang lebih kecil dan lebih baik untuk pemisahan senyawa-
senyawa organic yang peka terhadap perubahan-perubahan karena aktivitas
permukaan yang mempunyai sifat katalitik.
2.5.4 Hidolisis
Metode hidrolisis asam pada fraksi air merupakan gabungan dan modifikasi, uji
flavonoid yang positif dihidrolisis untuk memutuskan ikatan gula dari aglikon
flavonoid dan sekaligus memisahkan senyawa lain yang mungkin terkandung dan
terikat pada flavonoid.
Satu gugus hidroksil pada flavonoid terikat pada satu gula dengan ikatan yang
terikat pada satu gula dengan ikatan yang tahan asam. Glukosa merupakan gula yang
paling umum terlibat dan gula lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa,
ramnosa, silosa, arabinosa, dan rutinosa. Waktu yang diperlukan untuk memutuskan
suatu gula dari suatu flavonoid O-glukosida dengan hidrolisis asam ditentukan oleh
sifat gula (Markham, 1988)
Ciri spektrum menurut Markham pada tahun 1988, khas jenis flavonoid utama
dengan pola oksigenasi yang setara dapat dilihat dari tabel 2.2 dibawah :
Tabel.2.2 Rentangan Serapan Spektrum UV-Visible golongan Flavonoida
Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis Flavonoid
250-280 310-350 Flavon
250-280 330-360 Flavonol (3-OH tersubstitusi)
250-280 350-385 Flavonol (3-OH bebas)
245-275 310-330 bahu Isoflavon
275-295 300-330 bahu Flavanon dan dihidroflavonol
230-270 340-390 Khalkon
(kekuatan rendah)
230-270 380-430 Auron
(kekuatan rendah)
270-280 465-560 Antosianidin dan antosianin
Setiap molekul senyawa yang memiliki struktur kimia yang berbeda akan
memiliki spektrum inframerah yang berbeda, hal ini dikarenakan setiap molekul.
Frekuensi vibrasi berbagai ikatan dapat dilihat dari table 2.3 sebagai berikut :
Vibrasi ulur ikatan C=0 biasanya di pengaruhi beberapa faktor, adanya ikatan
C=C yang bertetangga dengan gugus karbonil menyebabkan terjadinya delokalisasi
electron π pada ikatan karbonil dan ikatan rangkap konjugasi ini menaikkan sifat
ikatan tunggal C=O. Akibatnya, tetapan kekuatan k turun dan frekuensi absorpsi C=O
turun dimana ini juga disebut efek konjugasi (Herbert, 1989).
Suatu ikatan dalam sebuah molekul dapat mengalami berbagai vibrasi
molekul. Secara umum terdapat dua tipe vibrasi molekul:
1. Streching (vibrasi regang/ulur) : vibrasi sepanjang ikatan sehingga terjadi
perpanjangan atau pemendekan ikatan.
2. Bending (vibrasi lentur/tekuk) : vibrasi yang disebabkan oleh sudut ikatan
sehingga terjadi pembesaran atau pengecilan sudut ikatan.
Oleh karena itu suatu ikatan tertentu dapat menyerap energi lebih dari satu panjang
gelombang, energi pada panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi lentur.
Tipe vibrasi yang berlain-lainan ini disebut cara vibrasi fundamental (Supratman,
2010).
inti. Fenomena 1H-NMR terjadi jika inti yang searah dengan medan magnet eksternal
dibuat mengabsorpsi energi berupa radiasi elektromagnetik sehingga orientasi spinnya
berubah.
Untuk 1H-NMR, standar pembanding yang direkomendasikan adalah
tetrametilsilan [(CH3)4Si/TMS)]. TMS juga dapat digunakan untuk 13C-NMR. Berikut
alasan penggunaan TMS sebagai pembanding magnetic inti proton :
1. Stabil secara kimia, simetris, dan beresonansi pada medan atas (upper field).
2. Proton pada gugus metil senyawa ini lebih terperisai.
3. TMS memberikan sinyal tajam (singlet), 12 proton.
4. Bersifat inert.
5. Titik didih rendah shingga mudah dihilangkan.
6. Larut dalam sebagian besar pelarut organik.
7. Tidak larut dalam air atau D2O.
Dalam skala yang dianjurkan, “skala δ” TMS dijadikan sebagai titik nol dan
meningkat
ke daerah yang lebih rendah (downfield).
Geseran kimia (chemical shift) berasal dari medan magnet sekunder yang
ditimbulkan oleh peredaran electron mengelilingi inti secara induksi oleh medan
magnet terapan. Medan magnet sekunder ini relative lebih kecil dan dapat searah atau
berlawanan arah dengan medan terapan. Akibatnya, medan magnet efektif yang
diterima inti akan lebih kecil atau lebih besar daripada medan terapan (Hebert, 1989).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
Sampel yang diteliti yaitu daun mawar merah (rosa hybrida L.) diperoleh dari kota
Berastagi, Sumatera Utara. Daun mawar merah dipisahkan dari batang dan
dikeringkan pada ruangan tanpa sinar matahari langsung, kemudian dihaluskan dan
dipisahkan serbuk daun dan serat daun. Serbuk daun mawar merah yang diteliti
sebanyak 1220 gram.
Orientasi awal penelitian dilakukan uji positif senyawa fenolik dan flavonoid dimana
Serbuk daun mawar merah dilakukan uji pendahuluan secara kualitatif ekstrak
metanol dan ekstak etil asetat daun mawar merah sebagai berikut :
A. Uji positif ekstrak metanol
1. Dimasukkan 10 gram serbuk daun mawar merah ke dalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 100 mL metanol ke dalam erlenmeyer
3. Didiamkan ± 24 jam
4. Didekantasi
5. Dimasukkan filtrat hasil dekantasi masing-masing ekstrak sampel ke dalam 4
tabung reaksi dan diberi label (I, II, III, IV) masing masing tabung reaksi
6. Diuji positif dengan pereaksi
a. Tabung I : dengan FeCl3 5% menghasilkan larutan berwarna hitam
b. Tabung II: dengan serbuk Mg, dan HCl(p) menghasilkan larutan merah muda
c. Tabung III: dengan NaOH 10% menghasilkan larutan biru violet
d. Tabung IV: dengan H2SO4(p) menghasilkan larutan orange kekuningan
3.3.3 Ekstraksi
Proses ekstraksi awal dilakukan secara ekstraksi maserasi, dimana serbuk daun mawar
merah sebanyak 1200 gram dimasukkan ke dalam ekstraktor, Kemudian dimasukkan
pelarut metanol sebanyak 5L dan dibiarkan sampel terendam selama ±24 jam.
Kemudian filtrat hasil perendaman dipisahkan dari sampel. Proses maserasi,
perendaman dengan metanol dan penampungan filtrat dilakukan hingga 4 kali dimana
sampel telah negatif flavonoid melalui uji positif FeCl3 5%. Filtrat hasil perendaman
kemudian diuapkan dengan alat rotarievaporator hingga pelarut metanol habis
menguap.
Analisis Kromatografi Lapis Tipis dilakukan untuk mengetahui sistem pelarut yang
sesuai didalam analisis kromatografi kolom. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
menggunakan fasa diam silika gel 60 F254 Merck.
Ditotolkan ekstrak pekat kloroform pada empat plat silika. Dimasukkan plat kedalam
bejana yang telah berisi pelarut campuran n-heksana : etil asetat dengan perbandingan
(90:10) , (80:20) , (70:30) , (60:40) dan (50:50) yang telah
dijenuhkan, lalu ditutup dan dielusi hingga pelarut mencapai batas yang telah
ditentukan. Plat yang telah dielusi dikeluarkan dari bejana, lalu dikeringkan, diamati
dibawah lampu UV dan kemudian difiksasi dengan pereaksi FeCl3 5%. Diamati warna
bercak yang timbul dan dihitung harga Rf yang diperoleh.
Tahap pemisahan berikutnya adalah dengan kromatografi kolom dimana fasa diam
menggunakan silika gel 60 F254 Merck dan fasa gerak yaitu n-heksana, campuran
pelarut n-heksana : etil asetat dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40 (v/v).
3.3.6 Pemurnian
Senyawa hasil kromatografi kolom berupa ekstrak pekat kemudian dilarutkan dengan
etil asetat hingga seluruhnya larut, kemudian dimurnikan dengan ekstraksi partisi
penambahan pelarut non-polar n-heksana, kemudian dipisahkan senyawa non-polar.
dilakukan secara berulang-ulang hingga senyawa non-polar dalam ekstrak senyawa
hilang dan didapat senyawa polar murni.
3.3.7 Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Hasil kromatografi kolom berupa ektrak pekat berupa pasta kemudian dilakukan
analisis kromatografi lapis tipis menggunakan fasa diam silika gel 60 F254 dengan fasa
gerak kloroform : metanol (90:10) v/v, n-heksana : etil asetat (70:30)v/v.
Ekstrak pekat berupa pasta dilarutkan dengan etil asetat kemudian ditotolkan
pada plat silika. Dimasukkan plat silika dimasukkan kedalam bejana KLT. Setelah
pelarut fasa gerak bergerak sampai batas atas, plat silika dikeluarkan dari bejana,
dikeringkan, diamati di bawah lampu UV dan difiksasi dengan menggunakan pereaksi
FeCl3 5%, dihitung harga Rf yang diperoleh.
1
Analisis dengan alat Spektrometer H-NMR dilakukan di LIPI, Komplek
PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang, dengan menggunakan pelarut Aseton dan
diperoleh data seperti ditunjukkan pada gambar 4.3
ditambahkan
FeCl3 5%
diamati
perubahan
warna
Larutan hitam
(Positif Fenolik)
ditambahkan
FeCl3 5%
diamati
perubahan
warna
Larutan hitam
(Positif Flavonoida)
Bagan lanjutan
Fraksi 1-19 Fraksi 20-34 Fraksi 35-64 Fraksi 65-84 Fraksi 85-100
Eluen n- Eluen n- Eluen n- Eluen n- Eluen n-
heksana:etil heksana:etil heksana:etil heksana:etil heksana:etil
asetat asetat asetat asetat asetat
(90:10)v/v (80:20)v/v (70:30)v/v (60:40)v/v (50:50)v/v
Hasil
BAB 4
Tahap awal penelitian berupa orientas terhadap sampel daun mawar merah,
identifikasi awal kandungan flavonoid pada daun segar mawar merah positif terhadap
pereaksi FeCl3 5% perubahan warna hijau muda dari ekstrak etil asetat sampel
menjadi hitam menuntukkan kandungan flavonoid.
Hasil isolasi dari daun mawar merah diperoleh dengan menggunakan fase
gerak n-heksana:etil astat (70:30) v/v, dan senyawa yang diperoleh berbentuk pasta
berwarna kuning kecoklatan, dengan massa = 6.9 mg dan diuji kemurnian
kromatografi lapis tipis dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (70:30) v/v dengan
Rf = 0,4
Dari hasil spektrum Spektrofotometer UV-Visibel pada gambar 4.1 senyawa hasil
isolasi memberikan serapan panjang gelombang yaitu dengan panjang gelombang
275,0 nm.
Hasil analisis spektrofotometer FT-IR dari pasta hasil isolasi dapat dilihat pada
Gambar 4.2 sebagai berikut:
Dari hasil analisis Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) senyawa
hasil isolasi dengan menggunakan pelarut Aseton memberikan pergeseran kimia pada
daerah (ppm) sebagai berikut :
1. Pada pergeseran kimia 8.1655, 8,1486 menunjukkan adanya -OH
2. Pada pergeseran 7.5-7.7 menunjukkan adanya H-2’ dan H-6’
3. Pada pergeseran 6.8-7.0 menunjukkan adanya H-3’ dan H-5’
4. Pada pergeseran 6.2-6.4 menunjukkan adanya H-6
5. Pada pergeseran 3.6-3.8 menunjukkan adanya -OCH3
4.2 Pembahasan
Isolasi flavonoid dari daun tumbuhan mawar merah dilakukan dengan sampel daun
kering sebanyak 1200 gram yang dikeringkan pada suhu ruangan. Dimasukkan
kedalam ekstraktor dan ditambahkan pelarut metanol hingga sampel terendam untuk
proses ektraksi maserasi, proses ini dilakukan sebanyak 4 kali dan saring dan
dipisahkan filtratnya. Filtrat ekstrak metanol kemudian diuapkan dengan
rotarievaporator hingga di dapat 297.56 gram ektrak pekat metanol. Ekstrak pekat
metanol kemudian diekstraksi dengan pelarut etil asestat dan diaduk, didekantasi
filtrak dari endapan tanin. Kemudian filtrat ekstrak etil asestat diuapkan hingga pekat
sebanyak 108.33 gram. Ekstrak pekat etil asetat dilarutkan dengan pelarut metanol
dan ditambakan pelarut n-heksana untuk proses partisi pemisahan senyawa nonpolar.
Lapisan atas merupakan lapisan n-heksana dan lapisan bawah adalah lapisan metanol.
Ditampung lapisan bawah kemudian kembali ditambahkan n-heksana hingga senyawa
non-polar terpisah dari lapisan metanol. Kemudian lapisan metanol dipekatkan hingga
pelarut habis. Kembali ditambahkan metanol hingga ekstrak pekat larut. Kemudian
dilakukan proses hidrolisis, pemutusan ikatan gula dengan penambahan HCl 6% dan
aquadest kedalam ekstrak metanol dan dipanaskan selama ±60menit diatas penangan
air. Kemudian didinginkan dan disaring untuk memisahkan filtrat dan ampas yang
merupakan glukosa, filtrat dimasukkan kedalam corong pisah kemudian ditambahkan
dengan pelarut kloroform, terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas merupakan
lapisan metanol asam dan lapisan bawah adalah lapisan kloroform, dilakukan
sebanyak 3 kali, ditampung lapisan metanol asam dan kembali dipekatkan hingga
pelarut metanol habis menguap. Didapat 28,32miligram, kemudian dikromatografi
lapis tipis. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak kloroform sebelum kolom
kromatografi, diketahui perbandingan pelarut yang sesuai untuk mengisolasi senyawa
flavonoida pada proses kromatografi kolom adalah perbandingan pelarut n-heksana :
etil asetat (60:40) v/v hal ini dapat dilihat dari hasil pemisahan noda pada plat silika
yang baik yaitu tidak berekor dan jarak pisah senyawa berjauhan menunjukkan
pemisahan baik dengan perbandingan pelarut. Proses pemisahan kemudian dilakukan
dengan proses kolom kromatografi dan fraksi yang dihasilkan diuji KLT untuk
mengetahui kemurnian dan harga Rf yang sama. Kemudian fraksi yang memiliki
harga Rf yang sama digabungkan dan kemurniannya diuji dengan menggunakan eluen
n-heksana : etil Asetat (70/30) v/v, dan kloroform : metanol (70/30) v/v, dimana hasil
pemisahan menunjukkan hasil isolasi tunggal dilihat dari satu noda pada plat silika
pada proses KLT.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
1. Hasil isolasi yang diperoleh dari 1200 gram serbuk daun tumbuhan mawar
merah (Rosa hybrida L.) merupakan pasta berwarna kuning kecoklatan
sebanyak 6.9 mg dengan harga Rf=0,4 (n-heksana : Etil asetat (70:30)), positif
terhadap pereaksi senyawa flavonoida.
5.2 Saran
Untuk lebih mendukung identifikasi struktur senyawa flavonoida hasil isolasi lebih
akurat, maka untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan analisis Spektrometer Karbon
(13C-NMR) dan Spektrometer Massa (MS).
DAFTAR PUSTAKA
Eastwood, M.A. 1999. Interaction of dietary antioxidants in vivo: how fruit and
vegetables prevent disease? QJM: An International Journal of Medicine
Hariana, A. 2013. 262 Tumbuhan Obat & Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta
Hutauruk, G. 2016. Isolasi Senyawa Flavonoid dari Bunga Tumbuhan Mawar Merah
(Rosa hybrid) [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Sarjana
Kartapraja R., 1995. Botani dan ekologi mawar. Dalam Mawar. Balai Penelitian
Tanaman Hias. Jakarta.
Li, J., 2009.[Journal]. Food Chemistri. Total anthocyanin content in blue corn
cookies as affected by ingredients and oven types. Disertation. Department of
Grain Science and Industry College of Agriculture. Kansas University.
Manhattan, Kansas. Pp 111.
Lopes, D.J., Dettmann, C.N., and Schieber, A., 2010. [Journal] Phytochemistry
Characterization and Quantification of Polyphenols in Amazon Grape
(Pourouma cecropiifolia Martius)/J. Molecules. 16:8543-8552. University of
Alberta. Canada
Lubis, R. S. 2015. Isolasi Senyawa Flavonoida dari Bunga Tumbuhan Mawar Putih
(Rosa hybrida L.) [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara,
Program Sarjana.
Muhammad, A. 2011. Sarang Semut dan Buah Merah Pembasmi Ragam Penyakit
Ganas. Cetakan Pertama. Laksana. Jogjakarta
Tanaka, Y., Tsuda, S., and Kusumi, T., 1998, Metabolic engineering to modify flower
color, Plant Cell Physiol39: 1119-1126.
LAMPIRAN
Lampiran 2. Hasil Determinasi Daun Tumbuhan Mawar Merah (Rosa hybrida L.)
Keterangan :
Fasa diam : Kieselgel 60 F254
E : Ekstrak Pekat Lapisan Kloroform Daun Tumbuhan Mawar Merah
0,422
II n-heksana:etil asetat 80:20 (v/v) 3 0,222
0,044
0,555
III n-heksana:etil asetat 70:30 (v/v) 2
0,222
0,8
IV n-heksana:etil asetat 60:40 (v/v) 3 0,511
0,111
0,733
0.377
V n-heksana:etil asetat 50:50 (v/v) 3
0,111
Keterangan :
Fasa diam : Kieselgel 60 F254
E : Ekstrak Pekat Hasil Kromatografi Kolom
Lampiran 5. Kromatogram Lapis Tipis Senyawa Hasil Isolasi Untuk Uji Kemurnian
Keterangan :
Fasa diam : Kieselgel 60 F254
E : Ekstrak Pekat Etil asetat Daun Mawar Merah
I : Fasa gerak n-heksana : etil asetat (70:30) v/v
II : Fasa gerak kloroform : metanol (90:10) v/v