Anda di halaman 1dari 25

1.

KASUS A

a. Membeli RL (infus Ringer Laktat) sebanyak 2000 infus dengan pembelian setiap 2 bulan
sekali. Karena pabrik obat tidak ada di Pulau Kalimantan, sehingga infus dibeli dari Surabaya
dengan lead time (waktu tunggu) sekitar 3 minggu (21 hari), sedangkan sisa stock di RS. X
hanya ada 1000 infus. Harga infus adalah Rp.12.000/satuan, maka hitunglah berapa infus RL
yang harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli sediaan infus tersebut.
Jawab :
Pemakaian rata-rata per 2bulan = 2000/2 bulan (B)
Buffer stok = 10 % x 2000 = 200 infus (C)
Lead time stok = 21/60 x 2000 = 700 infus (D)
Sisa Stok = 1000 infus (E)

A = B+C+D-E
=2000 + 200 + 700 – 1000
= 1900 infus
= 1900 x 12.000
= Rp. 22.800.000

b. Membeli Amoksisilin 500 mg tablet. Kebutuhan obat Amoksisilin 500 mg tablet di RS. X
setiap bulannya sebanyak 6000 tablet dengan pembelian setiap 1 minggu. Karena PBF tidak
ada di Pulau Kalimantan, sehingga obat dibeli dari Surabaya dengan lead time (waktu tunggu)
hanya 1 hari, sedangkan sisa stock di RS. X hanya ada 500 tablet. Harga amoksisilin 500 mg
tablet adalah Rp. 8.000/satuan, maka hitunglah berapa obat amoksisilin 500 mg tablet yang
harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli obat tersebut.

Jawab :
Pemakaian per bulan = 6000 tablet
Buffer stok = 10% x 6000 = 600
Waktu tunggu 1 hari, maka stok waktu tunggu = 1/30 x 6000 = 200 tablet
Sisa stok = 500 tablet

A = B+C+D-E
= 6000 + 600 + 200 – 500
= 6300 tablet
= 6300 x 8000
= Rp 50.400.000/ bulan -> Rp 12.600.000/ minggu

C. Kebutuhan obat Adrenalin di RS. X setiap bulannya sebanyak 100 ampul setiap 3 bulan
pembelian dengan lead time (waktu tunggu) 1 bulan, tetapi terjadi stock out di PBF Surabaya
selama 2 bulan, sedangkan sisa stock di RS. X hanya ada 50 ampul. Harga adrenalin adalah
Rp. 5.000/ampul, sehingga hitunglah berapa adrenalin yang harus dibeli dan anggaran yang
harus dikeluarkan untuk membeli obat tersebut ?
Jawab :
B (kebutuhan ampul rata-rata) 100 ampul/bulan → 300 ampul/3 bulan
C (buffer stock) = 10% x 300 ampul = 30 ampul
D (lead time) = 1 bulan + 2 bulan (stock out) = 3 bulan =(Lead time / jumlah hari atau bulan)
x B = (90 / 30 ) x 300 ampul = 900 ampul
. E (sisa stok) = 50 ampul
A( Rencara Kebutuhan) = B + C + D - E = 300 + 30 + 900 - 50 = 1180 ampul

Anggaran yang dibutuhkan Rencana Kebutuhan = 1180 ampul, harga = Rp. 5000/ampul
Anggaran = 1180 ampul X Rp. 5000 = Rp. 5.900.000

B. Selama pandemi covid-19 tahun 2020 (Maret sampai Desember 2020) kebutuhan
Azitromicin untuk pasien covid sebanyak 10750 tablet, saat awal tahun 2021 bulan Januari
sebanyak 1475 tablet. Untuk kondisi tersebut bagaimana kita bisa menjamin ketersediaan
obat kita terpenuhi, dan tidak sampai terjadi penumpukan juga yg nantinya berakibat obat
kadaluarsa?

Jawab :

Perlu dilakukan perencanaan kebutuhan obat Azitromicin untuk menjamin ketersediaan obat.
Langkah-langkah dalam perencaan kebutuhan dengan metode morbiditas sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan
metode morbiditas yaitu :

a) Perkiraan jumlah populasi

b) Pola morbiditas penyakit = mempertimbangkan jenis penyakit perperiode untuk seluruh


populasi dan Frekuensi kejadian masing-masing penyakit untuk seluruh populas

c) Standar pengobatan Obat yang masuk dalam rencana kebutuhan harus disesuaikan dengan
standar pengobatan di rumah sakit.

Menghitung kebutuhan jumlah obat, dengan cara jumlah kasus dikali jumlah obat sesuai
pedoman pengobatan dasar. Jumlah kebutuhan obat yang akan datang dihitung dengan
mempertimbangkan faktor antara lain pola penyakit, lead time, buffer stock dan sisa stock.

Untuk mengantisipasi terjadi penumpukan obat yg nantinya berakibat obat kadaluarsa dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengadaan pembelian Azitromicin tiap 3 bulan sekali
untuk meminimalisir penumpukan obat

Selama pandemi covid-19 tahun 2020 ( Maret sampai Desember 2020) kebutuhan
Azitromicin untuk pasien covid sebanyak 10750 tablet, saat awal tahun 2021 bulan Januari
sebanyak 1475 tablet. Untuk kondisi tersebut bagaimana kita bisa menjamin ketersediaan
obat kita terpenuhi, dan tidak sampai terjadi penumpukan juga yg nantinya berakibat obat
kadaluarsa?

Perlu dilakukan perencanaan kebutuhan obat Azitromicin untuk menjamin ketersediaan obat.
Langkah-langkah dalam perencaan kebutuhan dengan metode morbiditas sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan
metode morbiditas yaitu :
a) Perkiraan jumlah populasi
b) Pola morbiditas penyakit = mempertimbangkan jenis penyakit perperiode untuk seluruh
populasi dan Frekuensi kejadian masing-masing penyakit untuk seluruh populasi
c) Standar pengobatan Obat yang masuk dalam rencana kebutuhan harus disesuaikan dengan
standar pengobatan di rumah sakit.
Menghitung kebutuhan jumlah obat, dengan cara jumlah kasus dikali jumlah obat sesuai
pedoman pengobatan dasar. Jumlah kebutuhan obat yang akan datang dihitung dengan
mempertimbangkan faktor antara lain pola penyakit, lead time, buffer stock dan sisa stock.
Untuk mengantisipasi terjadi penumpukan obat yg nantinya berakibat obat kadaluarsa dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengadaan pembelian Azitromicin tiap 3 bulan sekali
untuk meminimalisir penumpukan obat

KASUS 2
Berikut merupakan daftar obat dan cairan yang baru saja datang dari Gudang:

Nama Sediaan Obat dan Alkes High Suhu Lemari Penyimpanan


Alert/NORUM Penyimpanan

Ephedrine 25 mg Tablet - 20˚C-25˚C Lemari tablet

KCl 25ml 7.46 % Infus High Alert 15˚C-25˚C Lemari infus (High
Alert)

Amoxisillin 125 mg/5 ml 50 ml LASA 20˚C-25˚C Lemari sirup


Sirup

NaCl 0,9 % 1000 ml Infus log High <30˚C Lemari infus


Alert,LASA,
Emergency

Aminofilin inj. 24 mg/mL Emergency 20˚C-25˚C Lemari injeksi

Amoxsan 125 mg/5 ml 60 ml LASA <30˚C Lemari sirup


Sirup

Erytromycin 500 mg - <30˚C Lemari tablet

Metronidazole 500 Tablet LASA 15˚C-30˚C Lemari tablet


Cefadroxil Forte 250 mg/5 ml LASA 20˚C-25˚C Lemari sirup
Sirup

Cefat 60 ml 125 mg/5 ml Sirup LASA 20˚C-25˚C Lemari sirup

Cefat Forte 250 mg/5 ml 60 ml LASA 20˚C-25˚C Lemari sirup


Sirup

Deksametason inj. 5mg/mL Emergency <25˚C Lemari injeksi

Cendo Catarlent 15ml Tetes LASA <30˚C Lemari tetes mata


Mata Steril

Cendo Lyteers 15ml LASA <30˚C Lemari tetes mata

Epinephrine inj. 1mg/mL Emergency 25˚C Lemari injeksi

Acarbose 100 mg Tablet LASA 20˚C-25˚C Lemari tablet

Metrofusin 100ml 500 mg Infus LASA <30˚C Lemari infus

Cedocard 10ml 1 gram Injeksi - 20˚C-25˚C Lemari injeksi

Cedocard 5 mg Tablet - 20˚C-25˚C Lemari tablet

Ambroxol 60 ml Sirup - 20˚C-25˚C Lemari sirup

Ephedrine 50 mg Injeksi LASA 20˚C-25˚C Lemari injeksi

Ketorolak inj. 30 mg/1 mL - 20˚C-25˚C Lemari injeksi

Acarbose 50 mg Tablet LASA 20˚C-25˚C Lemari tablet

Dextrose 5% LASA, <30˚C Lemari infus

Esilgan 1 mg Tablet High Alert, <30˚C Lemari psikotropika


LASA

Esilgan 2 mg Tablet High Alert, <30˚C Lemari psikotropika


LASA

Cefadroxil 125 mg/5ml 60ml LASA 20˚C-25˚C Lemari sirup


Sirup

Meylon 84 inj, High Alert, 20˚C-25˚C Lemari injeksi


Emergency

Lidokain inj. 2% Emergency <30˚C Lemari injeksi

Metronidazol Sirup - 15˚C-30˚C Lemari sirup


Nama Sediaan Obat dan Alkes High Suhu Lemari
Alert/NORU Penyimpan Penyimpanan
M an

Metronidazole 100ml 500 mg LASA 20˚C-25˚C Lemari infus


Infus

Miloz 15 mg Injeksi High Alert 15˚C-30˚C Lemari psikotropika


(midazolam

Aspilets 80 mg Tablet - <25˚C Lemari tablet

Metronidazole 250 Tablet - 20˚C-25˚C Lemari tablet

Ativan 2 mg Tablet High Alert <25˚C Lemari psikotropika


(benzodiazam

Novorapid High Alert 2˚C-8˚C Lemari es/kulkas

Meylon 25 ml 8.4 % Infus High Alert, 20˚C-25˚C Lemari infus


LASA

Dextrose 40% LASA, High <30˚C Lemari infus


Alert,
Emergency

Atropin Sulfas 0,25 Injeksi Emergency 15˚C-30˚C Lemari injeksi

Avamys 120 dosis Intranasal - <30˚C Lemari khusus obat


spray luar

NaCl 25 ml Infus LASA 25˚C Lemari infus

Ceftriaxone 1 g inj. - 20˚C-25˚C Lemari injeksi

Glucophage XR 500 mg tablet LASA 20˚C-25˚C Lemari tablet

NaCl 3 % Infus High Alert, 25˚C Lemar infus


LASA

Methotrexate 2.5 mg kapsul High Alert, 20˚C-25˚C Lemari sitostatika


LASA

KCl 25ml 7.46 % Infus High Alert, 15˚C-25˚C Lemari infus


LASA

Amoxsan Forte 250 mg/5 ml LASA <30˚C Lemari sirup


60ml Sirup

KCl Sirup 30 ml - 15˚C-25˚C Lemari sirup


Metformin 500 mg Tablet LASA 20˚C-25˚C Lemari tablet

Metformin 850 mg Tablet LASA 20˚C-25˚C Lemari tablet

Nor Epinephrine 1 mg/mL inj, High Alert 25˚C Lemari injeksi

Plasbumin 20% 100 mL - 20˚C-25˚C Lemari infus

Methergin Injeksi - 2˚C-8˚C Lemari es/kulkas

Tramadol inj. 100 mg/2 mL - 20˚C-25˚C Lemari OOT

KCL Serbuk 1kg (Brataco) - 15˚C-25˚C Lemari Tablet

Amoxicillin 50 ml 250 mg/5 ml LASA 20˚C-25˚C Lemari sirup


Sirup

Cedocard 5 mg Tablet - 20˚C-25˚C Lemari tablet

Ephedrine 25 mg Tablet - 20˚C-25˚C Lemari tablet

Ephedrine 50 mg Injeksi LASA 20˚C-25˚C Lemari injeksi

Erytromycin 500 mg - <30˚C Lemari tablet

Dopamin inj. Emergency <30˚C Lemari injeksi

Xanax 1 mg Tablet LASA 20˚C-25˚C Lemari psikotropika

Xanax 0,5 mg Tablet LASA 20˚C-25˚C Lemari psikotropika

Methylprednisolone - 8 mg LASA 20˚C-25˚C Lemari tablet


Tablet

KCL Serbuk 1kg (Brataco) 15˚C-25˚C Lemari

Nama Sediaan Obat dan Alkes High Suhu Lemari Penyimpanan


Alert/NORUM Penyimpanan

KCl Sirup 30 ml - 15˚C-25˚C Lemari sirup

Metformin 500 mg Tablet LASA 20˚C-25˚C Lemari tablet

Metformin 850 mg Tablet LASA 20˚C-25˚C Lemari tablet


Methergin Injeksi - 2˚C-8˚C Lemari es/kulkas

Methotrexate 2.5 mg kapsul High Alert, 20˚C-25˚C Lemari sitostatik


LASA

Methylprednisolone - 125 mg - 15˚C-30˚C Lemari injeksi


Injeksi

Levemir High Alert 2˚C-8˚C Lemari es/kulkas

Methylprednisolone - 16 mg LASA 20˚C-25˚C Lemari tablet


Tablet

NaCl 0.9 % 1000 ml Infus LASA, 20˚C-25˚C Lemari infus


Emergency

MgSO4 20 /25ml Infus LASA, High 20˚C-25˚C Lemari infus


Alert, Emergency

MgSO4 40 / 25ml Infus LASA, High 20˚C-25˚C Lemari infus


Alert, Emergency

Amoxsan 100 mg/15 ml Drop LASA 20˚C-25˚C Lemari sirup

Ca Gluconas inj. 100 mg/mL - 20˚C-25˚C Lemari injeksi

NaCl 0,9 % 500 ml Infus LASA, 20˚C-25˚C Lemari infus


Emergency

Cedocard 10ml 1 gram Injeksi - 20˚C-25˚C Lemari injeksi

NaCl 15% 20 cc High ALERT, 20˚C-25˚C Lemari infus


LASA

Tremenza tablet - 20˚C-25˚C Lemari Prekursor

Glucovance - 20˚C-25˚C Lemari tablet

Lantus High Alert 2˚C-8˚C Lemari es/kulkas

PERTANYAAN:
1. Lakukan penyimpanan sediaan obat dan cairan tersebut!
2. Tandai obat-obat mana sajakah yang merupakan obat emergency yang harus
ada dalam trolley emergency!
3. Apa yang perlu diperhatikan dari penyimpanan sediaan obat tersebut?

● Obat High Alert → ISMP 2014


· Perlunya penandaan obat high alert berupa stiker “HIGH ALERT
DOUBLE CHECK” untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau
infus tertentu seperti heparin dan insulin.
· Pentingnya memiliki daftar obat high alert pada setiap depo farmasi,
ruang rawat, dan poliklinik.
· Kewajiban bagi setiap tenaga kesehatan untuk mengetahui cara
penanganan khusus untuk obat high alert.
· Penyimpanan obat high alert diletakkan pada tempat yang terpisah
dengan akses yang terbatas.
· Perlunya dilakukan pengecekan obat dengan 2 orang petugas yang
berbeda.
· Jangan pernah menyimpan obat dengan kategori kewaspadaan tinggi di
meja dekat pasien tanpa pengawasan
● Obat LASA → Peraturan BPOM / Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4
Tahun 2018

· Penandaan stiker “LASA” untuk obat yang termasuk kelompok LASA;


baik itu pada tempat penyimpanannya maupun apabila obat dikemas dalam
paket untuk kebutuhan pasien.
· Sediaan dengan penamaan yang mirip / LASA ( Look Alike Sound
Alike ) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus
· Harus diselingi minimal 1 atau 2 obat dengan kategori LASA diantara
atau ditengahnya
· Tall-Man Lettering / Tallman Letters → Pemberian huruf kapital
● Obat Trolly Emergency → Departemen Kesehatan R.I., 2016, Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 72 Tahun 2016: Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan, Jakarta.

· Obat emergensi tidak boleh dicampur dengan obat lain


· Dapat disimpan pada troli, kit, lemari, tas atau kotak obat emergensi
sesuai dengan kebutuhan unit.
· Lokasi penyimpanan obat-obat tersebut harus mudah diakses ketika
dibutuhkanya dan tidak terhalang oleh barier fisik atau benda lain
· Suhu ruang yang dapat terkontrol
· Tempat penyimpanan obat harus dikunci atau disegel dengan segel yang
memiliki nomor register yang berbeda-beda dan segel tersebut terbuat dari
bahan sekali pakai
· Stoknya harus terjaga agar selalu siap dipakai

KASUS 3

Jenis distribusi pada pelyanan farmasi di ruangan rawat inap (ward) adalah Unit
Dose Dispensing. Apoteker Ruangan memesan obat ke Depo Farmasi Rawat
Inap sebagai berikut :
Nama pasien : Tn S
No. CM : 444321
Ruangan/Bed : Madina 4/A2

1. Berapa Jumlah masing2 Obat dan alkes yang diperlukan untuk satu hari?

No Nama Obat Jumlah Signa

1 Omeprazole injeksi 2 vial 2x1 ampul

2 Piracetam injeksi 4 ampul 4x 15 ml

3 Metamizole Injeksi 3 ampul 3x 1 ampul

4 NaCL 0,9% 500 ml 2 1000 ml

5 Cotrimoksazole Forte tablet 2 tablet 2x1

6 Vitamin B komplek 3 tablet 3x1

7 Aspilet 1 tablet 1x1

8 Antasida DOEN 3 tablet 3x1

9 Paracetamol tablet 3 tablet Bila suhu >37,5

3x1

10 Spuit 10 cc 2

11 Spuit 20 cc 4

12 Spuit 3 cc 3

2. Kemas Obat dan Alkes sesuai dengan permintaan Apoteker dengan sistem UDD
No Nama Obat Signa Jml obat dan alkes tiap hari

1 Omeprazole injeksi 2x 1 ampul 2 omeprazole injeksi 40mg, 2 spuit


10cc (2 plastik clip ukuran kecil)

2 Piracetam injeksi 4 x 15ml 4 Piracetam injeksi, 4 spuit 20cc (4


plastik clip ukuran kecil)

3 Metamizol injeksi 3 x 1 ampul 3 metamizol injeksi, 3 spuit 3 cc ( 3


plastik clip ukuran kecil)

4 NaCl 0,9% 500 ml 1000 ml 2 NaCl 0,9% 500ml

5 Cotrimoksazole 2 x 1 tablet 2 cotrimoksazole tablet (2 plastik


Forte tablet clip ukuran kecil)

6 Vitamin B komplek 3 x 1 tablet 3 Vitamin B komplek (3 plastik clip


ukuran kecil)

7 Aspilet 1 x 1 tablet 1 aspilet tablet (1 plastik clip ukuran


kecil)

8 Antasida DOEN 3 x 1 tablet 3 antasida DOEN (3 plastik clip


ukuran kecil)

9 Paracetamol 3 x 1 tablet (bila 3 paracetamol tablet (3 plastik clip


suhu >37,5 ukuran kecil)
3. Tulis Etiket dengan benar pada kemasan!
a. Etiket untuk Omeprazole Injeksi : 2x1 ampul

b. Etiket Untuk Piracetam Injeksi : 4 x 15ml

c. Etiket Untuk Metamizol Injeksi : 3 x 1 ampul


d. Etiket untuk NaCl 0,9%

e. Etiket untuk Cotrimoxazole Forte Tablet : 2 x 1 tablet

f. Etiket untuk Vitamin B Komplek : 3 x 1 tablet

g. Etiket untuk Aspilet tablet : 1 x 1 tablet

h. Etiket untuk Antasida DOEN tablet : 3 x 1 tablet


i. Etiket untuk Paracetamol tablet : 3 x 1 tablet (Bila suhu >37,5)
KASUS 4
Buatlah analisis kuantitatif dari penggunaan obat berikut dengan menggunakan metode DDD

N Diagnosis LOS Nama Obat Dosis Durasi DD Stand Numbe


o (har & Pengobata D ar r of
i) Aturan n (g) DDD DDD
Pakai WHO
(g)

1 CKD st V 2 - - - - - -
post AV
shunt

2 Ca mamma 5 - - - - - -
S post
kemoterapi

3 Ca buli 10 Cefoperazone 1x1000 3 hari 3 4 0,75


T3bN1M0 mg IV
vesicolithiasi
s + HN berat
D/S post
2x1000
nephrostomy Cefoperazone mg IV 1 hari 2 4 0,5
D/S

4 OF L tibia 7 Cefazoline 3 x 1 g 3 hari 9 3 3


fibula Gr IV
IIIB 1/3
distal + CF L
distal radius
buckle type
2 x 80
Gentamisin mg IV 3 hari 0,48 0,24 2

5 Malocclusio 9 Ceftriaxone 1 x 500 1 hari 0,5 2 0,25


n + fr mg IV
maxilla + fr.
Sinus
etmoidalis
post 2 x 500
rekonstructio mg IV
n of facial Ceftriaxone 2 hari 2 2 1
bones

2 x 500
mg PO
Cefadroxil 1 hari 1 2 0,5

6 CVA 10 - - - - - -
infark+hemi
plegi

7 Post Aff DJ 4 Ciprofloxacin 1x1000 1 hari 1 1 1


stent mg PO

2x500
Ciprofloxacin mg PO 1 hari 1 1 1

8 Peritonitis 10 Ciprofloxacin 2 x 400 3 hari 2,4 0,8 3


generalisata mg IV
ec necrotic
ileum
3 x 500
Metronidazol mg IV 3 hari 4,5 1,5 3
e

9 CKD+Hipert 5 Nimodipine 20 3 hari 0,06 0,05 1,2


ensi krisis mg/24
jam
(sediaa
n
10mg/5
0 mL)

1 Abdominal 7 Cefoperazone 2 x 1 g 6 hari 12 4 3


0 pain + IV
urosepsis +
DJ stent
insitu S

No Nama Obat Number of DDD Total LOS DDD/100 bed


days

1 Cefoperazone = 0,75 + 0,5 + 3 69 = 4,25/69 x 100

= 4,25 = 6,16

2 Cefazoline 3 = 3/69 x 100

= 4,35

3 Gentamisin 2 = 2/69 x 100

= 2,90

4 Ceftriakson = 0,25 + 1 = 1,25/69 x 100

= 1,25 = 1,81

5 Cefadroxil 0,5 = 0,5/69 x 100

= 0,72

6 Ciprofloxacin (PO) = 1 + 1 = 2/69 x 100

=2 = 2,90

7 Ciprofloxacin (IV) 3 = 3/69 x 100

= 4,35

8 Metronidazole 3 = 3/69 x 100


= 4,35

9 Nimodipine 1,2 = 1,2/69 x 100

= 1,74

Total DDD/100 bed days 29,28

KASUS 5
Anda adalah seorang apoteker yang ditugaskan di logistik IFRS yang mempunyai tugas
pokok pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai. Selain itu
anda mendapat tugas dari Direktur Rumah Sakit sebagai sekretaris Komite Farmasi Terapi.
Sejawat anda yang bertugas di bangsal meminta pengadaan obat Actemra untuk dimasukkan
ke dalam perencanaan pembelian atas desakan dari dokter Spesialis Paru yang bertugas di
ruang isolasi Covid 19. Apoteker tersebut juga meminta untuk pembelian Renadinac 50 mg
tablet, karena sering diresepkan oleh Spesials Saraf, sedangkan persediaan yang ada adalah
Natrium Diklofenak 50 mg. Keesokan harinya, Anda mendapat beberapa laporan, dari depo
rawat inap tentang kekosongan obat Paracetamol tablet, Ketorolac Injeksi, Vitamin B
complex tablet. Sedangkan, dari Depo Rawat jalan Gembifrozil 300 mg mendekati kadaluarsa
(kurang dari 3 dan 6 bulan).

PERTANYAAN:

1. Apa yang akan Anda lakukan untuk melayani resep tersebut?


2. Apa yang akan Anda lakukan menyelesaikan masalah ketersediaan obat dalam
formularium?
3. Buatlah kajian obat baru secara singkat untuk Actemra injeksi dari segi efektivitas dan
keamanan, gunakan 1 systematic review saja untuk kajian tersebut!

Jawab:

1. Pelayanan Resep

a. Actemra

Obat actemra yang mengandung tocilizumab, Tocilizumab adalah reseptor monoklonal anti-
human interleukin-6 (IL-6) rekombinan yang dimanusiakan, antibodi dari subkelas
imunoglobulin (Ig) IgG1. dengan Route of Administration Intravenous (IV) dan infusion
Subcutaneous (SC) injection (Pionas, 28 february 2021, Accessed in:
http://pionas.pom.go.id/obat-baru/actemra-cairan-infus-20-mgml ) tidak terdapat
diformularium harus dilakukan pengajuan rekomendasi ke ketua komite atau tim farmasi,
karena berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI NOMOR HK.01.07/MENKES/200/2020
tentang Formularium Rumah Sakit, dinyatakan bahwa apabila obat yang dibutuhkan tidak
tercantum dalam Formularium Rumah Sakit, untuk kasus tertentu maka dapat digunakan obat
lain secara terbatas sesuai kebijakan rumah sakit dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Penggunaan obat diluar Formularium Rumah Sakit hanya dimungkinkan setelah


mendapat rekomendasi dari ketua Komite/Tim - 14 - Farmasi dan Terapi dengan
persetujuan direktur/kepala rumah sakit

b) Pengajuan permohonan penggunaan obat diluar Formularium Rumah Sakit dilakukan


dengan mengisi formulir permintaan obat khusus non formularium.

c) Pemberian obat diluar Formularium Rumah Sakit diberikan dalam jumlah terbatas,
sesuai kebutuhan. Formulir Permintaan Khusus Obat Non Formularium dapat dilihat pada
gambar berikut:
Ket: Formulir Permintaan Khusus Obat Non-Formularium

b). Renadinac 50mg

Renadinac 50 mg tablet monografi Natrium Diklofenak kekuatan 50mg (Pionas, 28 february


2021, Accessed in: http://pionas.pom.go.id/obat/renadinac) dan natrium diklofenak 50mg
masuk ke dalam Daftar Obat essensial nasional sebagai analgesik non-narkotik. Untuk
renadinac 50 mg sebaiknya tidak direncanakan pembelianya karena di Rumah Sakit telah
tersedia Natrium Diklofenat 50mg, dari segi harga tidak jauh berbeda.

Kemudian konsultasikan ke dokter yang bersangkutan menyarankan agar mengganti


Renadinac 50mg tablet Natrium Diklofenak 50mg yang ada di formularium melihat
kandungannya sama.

2. Pelayanan farmasi di Rumah Sakit harus menjamin ketersediaan obat yang ada,
dalam formularium

Menurut Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang Kriteria pemilihan Obat untuk masuk
Formularium Rumah Sakit dinyatakan bahwa
a) Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan
Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis
Resep, pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit.

b) Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan
revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan revisi
Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik
dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit
yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.

A. Mengatasi kekosongan obat

Untuk obat yang kosong dari depo rawat inap yaitu Paracetamol tablet, Ketorolac Injeksi,
Vitamin B complex tablet ditetapkan prioritas pembeliannya dimana untuk obat esensial
diperioritaskan terlebih dahulu untuk dibeli, dimana paracetamol tablet dan vitamin B
complex masuk kedalam DOEN sehingga itu yang diperioritasakan pembeliannya, dan bisa
juga menetapkan perioritas dari kebutuhan obat yang paling sering diresepkan atau
diperlukan oleh rumah sakit tersebut, jika dirasa tidak terlalu sering keluar maka
pembeliannya dapat dikurangi mengacu pada metode konsumsi

Agar tidak sampai terjadi kekosongan apoteker harus melakukan beberapa hal seperti:

a) Perencanaan

Merencanakan kebutuhan obat dengan menggunakan metode yang dapat


dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus
mempertimbangkan: anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, sisa persediaan, data
pemakaian periode yang lalu, waktu tunggu pemesanan, rencana pengembangan.

b) Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan


perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan,
penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Dimana pengadaan dapat diperoleh
melalui pembelian, produksi sediaan farmasi, dan hibah.

c) Penerimaan

untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik. Metode
penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai
sistem informasi manajemen

d) Penyimpanan

Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi

e) Pendiatribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka


menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di unit pelayanan.

B. Obat Mendekati Kadaluarsa

Ø Untuk obat Gemfibrozil dapat dilakukan Evaluasi penggunaan obat


terlebih dahulu guna mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola
penggunaan Obat, membandingkan pola penggunaan Obat pada periode
waktu tertentu, memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat
dan menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat. Dimana
penggunaan gemfibrozil ditelusuri kenapa sampai kadaluarsa, misalnya
apakah karena obat yang jarang diresepkan atau pemesanan obat terdahulu
terlalu banyak.

Ø Dari penyimpanan obat ini dapat dibuat menjadi First Expired First Out
(FEFO) dimana obat yang memiliki kadaluarsa kurang dari 3 bulan
dikeluarkan terlebih dahulu kemudian diikuti oleh obat yang
kadaluarsanya kurang dari 6 bulan

3. Kajian obat untuk Actemra injeksi dari segi efektivitas dan keamanan dengan
systematic review

Search Engine: PubMed

Keyword: Efficacy AND safety AND tocilizumab AND covid

Penelitian dipublikasikan pada jurnal: Clinical Microbiology and Infection

Conflicts of Interest: Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan. Tidak ada
pendanaan diterima untuk pekerjaan ini.

Metode: RCT dan Cohort

Afilasi peneliti: Imad M. Tleyjeh 1, 2, 3, 4, * , Zakariya Kashour 5 , Moussab Damlaj 6, 7,


8 , Muhammad Riaz 9 , Haytham Tlayjeh 7, 8, 10, Mustafa Altannir 2 , Youssef Altannir 2 ,
Mohamad Al-Tannir 11, Rana Tleyjeh 2 , Leslie Hassett 12, Tarek Kashour 13 1) Infectious
Diseases Section, Department of Medical Specialties King Fahad Medical City, Riyadh,
Saudi Arabia 2) College of Medicine, Alfaisal University, Riyadh, Saudi Arabia 3) Division
of Infectious Diseases, Mayo Clinic College of Medicine and Science, Rochester, MN, USA
4) Division of Epidemiology, Mayo Clinic College of Medicine and Science, Rochester, MN,
USA 5) Department of Medicine, University of Alberta, Edmonton, Alberta, Canada 6)
Division of Hematology and HSCT, Department of Oncology, King Abdulaziz Medical City,
Riyadh, Saudi Arabia 7) King Saud bin Abdulaziz University for Health Sciences, Riyadh,
Saudi Arabia 8) King Abdullah International Medical Research Center, Riyadh, Saudi Arabia
9) Department of Public Health, College of Health Sciences, Qatar University, Doha, Qatar
10) Department of Intensive Care, King Abdulaziz Medical City, Riyadh, Saudi Arabia 11)
Research Center, King Fahad Medical City, Riyadh, Saudi Arabia 12) Mayo Clinic Librar ies,
Mayo Clinic, Rochester, MN, USA 13) Department of Cardiac Sciences, King Fahad Cardiac
Center, King Saud University Medical City, Riyadh, Saudi Arabia
Dari segi efektivitas :

Dari studi RCT tabel A menunjukkan hasil yang tidak signifikan dimana tocilizumab tidak
mengurangi resiko mortalitas selama 28-30 hari dalam jangka pendek dengan RR 1,09 (95%
CI 0,80-1,49)
Dari studi RCT tabel B menunjukkan hasil yang signifikan bahwa tocilizumab dapat
mengurangi resiko penggunaan ventilator secara mekanik pada pasien Covid-19 yang dirawat
di rumah sakit dengan RR 0,71 (95% CI 0,52-0,96).

Dari segi keamanan :

Dari studi RCT tabel A diatas menunjukkan hasil yang tidak signifikan dimana tidak terdapat
risiko infeksi yang lebih tinggi terhadap tocilizumab dengan RR 0,63 (95% CI 0,38-1,06).

Kesimpulan :

Dari beberapa studi diatas dari segi efektivitas menunjukkan bahwa tocilizumab tidak
mengalami penurunan mortalitas dalam jangka pendek namun dapat mengurangi resiko
penggunaan ventilator secara mekanik pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
Dari segi keamanan tocilizumab tidak menunjukkan resiko infeksi yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai