Jawaban Kasus Minggu 1
Jawaban Kasus Minggu 1
KASUS A
a. Membeli RL (infus Ringer Laktat) sebanyak 2000 infus dengan pembelian setiap 2 bulan
sekali. Karena pabrik obat tidak ada di Pulau Kalimantan, sehingga infus dibeli dari Surabaya
dengan lead time (waktu tunggu) sekitar 3 minggu (21 hari), sedangkan sisa stock di RS. X
hanya ada 1000 infus. Harga infus adalah Rp.12.000/satuan, maka hitunglah berapa infus RL
yang harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli sediaan infus tersebut.
Jawab :
Pemakaian rata-rata per 2bulan = 2000/2 bulan (B)
Buffer stok = 10 % x 2000 = 200 infus (C)
Lead time stok = 21/60 x 2000 = 700 infus (D)
Sisa Stok = 1000 infus (E)
A = B+C+D-E
=2000 + 200 + 700 – 1000
= 1900 infus
= 1900 x 12.000
= Rp. 22.800.000
b. Membeli Amoksisilin 500 mg tablet. Kebutuhan obat Amoksisilin 500 mg tablet di RS. X
setiap bulannya sebanyak 6000 tablet dengan pembelian setiap 1 minggu. Karena PBF tidak
ada di Pulau Kalimantan, sehingga obat dibeli dari Surabaya dengan lead time (waktu tunggu)
hanya 1 hari, sedangkan sisa stock di RS. X hanya ada 500 tablet. Harga amoksisilin 500 mg
tablet adalah Rp. 8.000/satuan, maka hitunglah berapa obat amoksisilin 500 mg tablet yang
harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli obat tersebut.
Jawab :
Pemakaian per bulan = 6000 tablet
Buffer stok = 10% x 6000 = 600
Waktu tunggu 1 hari, maka stok waktu tunggu = 1/30 x 6000 = 200 tablet
Sisa stok = 500 tablet
A = B+C+D-E
= 6000 + 600 + 200 – 500
= 6300 tablet
= 6300 x 8000
= Rp 50.400.000/ bulan -> Rp 12.600.000/ minggu
C. Kebutuhan obat Adrenalin di RS. X setiap bulannya sebanyak 100 ampul setiap 3 bulan
pembelian dengan lead time (waktu tunggu) 1 bulan, tetapi terjadi stock out di PBF Surabaya
selama 2 bulan, sedangkan sisa stock di RS. X hanya ada 50 ampul. Harga adrenalin adalah
Rp. 5.000/ampul, sehingga hitunglah berapa adrenalin yang harus dibeli dan anggaran yang
harus dikeluarkan untuk membeli obat tersebut ?
Jawab :
B (kebutuhan ampul rata-rata) 100 ampul/bulan → 300 ampul/3 bulan
C (buffer stock) = 10% x 300 ampul = 30 ampul
D (lead time) = 1 bulan + 2 bulan (stock out) = 3 bulan =(Lead time / jumlah hari atau bulan)
x B = (90 / 30 ) x 300 ampul = 900 ampul
. E (sisa stok) = 50 ampul
A( Rencara Kebutuhan) = B + C + D - E = 300 + 30 + 900 - 50 = 1180 ampul
Anggaran yang dibutuhkan Rencana Kebutuhan = 1180 ampul, harga = Rp. 5000/ampul
Anggaran = 1180 ampul X Rp. 5000 = Rp. 5.900.000
B. Selama pandemi covid-19 tahun 2020 (Maret sampai Desember 2020) kebutuhan
Azitromicin untuk pasien covid sebanyak 10750 tablet, saat awal tahun 2021 bulan Januari
sebanyak 1475 tablet. Untuk kondisi tersebut bagaimana kita bisa menjamin ketersediaan
obat kita terpenuhi, dan tidak sampai terjadi penumpukan juga yg nantinya berakibat obat
kadaluarsa?
Jawab :
Perlu dilakukan perencanaan kebutuhan obat Azitromicin untuk menjamin ketersediaan obat.
Langkah-langkah dalam perencaan kebutuhan dengan metode morbiditas sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan
metode morbiditas yaitu :
c) Standar pengobatan Obat yang masuk dalam rencana kebutuhan harus disesuaikan dengan
standar pengobatan di rumah sakit.
Menghitung kebutuhan jumlah obat, dengan cara jumlah kasus dikali jumlah obat sesuai
pedoman pengobatan dasar. Jumlah kebutuhan obat yang akan datang dihitung dengan
mempertimbangkan faktor antara lain pola penyakit, lead time, buffer stock dan sisa stock.
Untuk mengantisipasi terjadi penumpukan obat yg nantinya berakibat obat kadaluarsa dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengadaan pembelian Azitromicin tiap 3 bulan sekali
untuk meminimalisir penumpukan obat
Selama pandemi covid-19 tahun 2020 ( Maret sampai Desember 2020) kebutuhan
Azitromicin untuk pasien covid sebanyak 10750 tablet, saat awal tahun 2021 bulan Januari
sebanyak 1475 tablet. Untuk kondisi tersebut bagaimana kita bisa menjamin ketersediaan
obat kita terpenuhi, dan tidak sampai terjadi penumpukan juga yg nantinya berakibat obat
kadaluarsa?
Perlu dilakukan perencanaan kebutuhan obat Azitromicin untuk menjamin ketersediaan obat.
Langkah-langkah dalam perencaan kebutuhan dengan metode morbiditas sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan
metode morbiditas yaitu :
a) Perkiraan jumlah populasi
b) Pola morbiditas penyakit = mempertimbangkan jenis penyakit perperiode untuk seluruh
populasi dan Frekuensi kejadian masing-masing penyakit untuk seluruh populasi
c) Standar pengobatan Obat yang masuk dalam rencana kebutuhan harus disesuaikan dengan
standar pengobatan di rumah sakit.
Menghitung kebutuhan jumlah obat, dengan cara jumlah kasus dikali jumlah obat sesuai
pedoman pengobatan dasar. Jumlah kebutuhan obat yang akan datang dihitung dengan
mempertimbangkan faktor antara lain pola penyakit, lead time, buffer stock dan sisa stock.
Untuk mengantisipasi terjadi penumpukan obat yg nantinya berakibat obat kadaluarsa dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengadaan pembelian Azitromicin tiap 3 bulan sekali
untuk meminimalisir penumpukan obat
KASUS 2
Berikut merupakan daftar obat dan cairan yang baru saja datang dari Gudang:
KCl 25ml 7.46 % Infus High Alert 15˚C-25˚C Lemari infus (High
Alert)
PERTANYAAN:
1. Lakukan penyimpanan sediaan obat dan cairan tersebut!
2. Tandai obat-obat mana sajakah yang merupakan obat emergency yang harus
ada dalam trolley emergency!
3. Apa yang perlu diperhatikan dari penyimpanan sediaan obat tersebut?
KASUS 3
Jenis distribusi pada pelyanan farmasi di ruangan rawat inap (ward) adalah Unit
Dose Dispensing. Apoteker Ruangan memesan obat ke Depo Farmasi Rawat
Inap sebagai berikut :
Nama pasien : Tn S
No. CM : 444321
Ruangan/Bed : Madina 4/A2
1. Berapa Jumlah masing2 Obat dan alkes yang diperlukan untuk satu hari?
3x1
10 Spuit 10 cc 2
11 Spuit 20 cc 4
12 Spuit 3 cc 3
2. Kemas Obat dan Alkes sesuai dengan permintaan Apoteker dengan sistem UDD
No Nama Obat Signa Jml obat dan alkes tiap hari
1 CKD st V 2 - - - - - -
post AV
shunt
2 Ca mamma 5 - - - - - -
S post
kemoterapi
2 x 500
mg PO
Cefadroxil 1 hari 1 2 0,5
6 CVA 10 - - - - - -
infark+hemi
plegi
2x500
Ciprofloxacin mg PO 1 hari 1 1 1
= 4,25 = 6,16
= 4,35
= 2,90
= 1,25 = 1,81
= 0,72
=2 = 2,90
= 4,35
= 1,74
KASUS 5
Anda adalah seorang apoteker yang ditugaskan di logistik IFRS yang mempunyai tugas
pokok pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai. Selain itu
anda mendapat tugas dari Direktur Rumah Sakit sebagai sekretaris Komite Farmasi Terapi.
Sejawat anda yang bertugas di bangsal meminta pengadaan obat Actemra untuk dimasukkan
ke dalam perencanaan pembelian atas desakan dari dokter Spesialis Paru yang bertugas di
ruang isolasi Covid 19. Apoteker tersebut juga meminta untuk pembelian Renadinac 50 mg
tablet, karena sering diresepkan oleh Spesials Saraf, sedangkan persediaan yang ada adalah
Natrium Diklofenak 50 mg. Keesokan harinya, Anda mendapat beberapa laporan, dari depo
rawat inap tentang kekosongan obat Paracetamol tablet, Ketorolac Injeksi, Vitamin B
complex tablet. Sedangkan, dari Depo Rawat jalan Gembifrozil 300 mg mendekati kadaluarsa
(kurang dari 3 dan 6 bulan).
PERTANYAAN:
Jawab:
1. Pelayanan Resep
a. Actemra
Obat actemra yang mengandung tocilizumab, Tocilizumab adalah reseptor monoklonal anti-
human interleukin-6 (IL-6) rekombinan yang dimanusiakan, antibodi dari subkelas
imunoglobulin (Ig) IgG1. dengan Route of Administration Intravenous (IV) dan infusion
Subcutaneous (SC) injection (Pionas, 28 february 2021, Accessed in:
http://pionas.pom.go.id/obat-baru/actemra-cairan-infus-20-mgml ) tidak terdapat
diformularium harus dilakukan pengajuan rekomendasi ke ketua komite atau tim farmasi,
karena berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI NOMOR HK.01.07/MENKES/200/2020
tentang Formularium Rumah Sakit, dinyatakan bahwa apabila obat yang dibutuhkan tidak
tercantum dalam Formularium Rumah Sakit, untuk kasus tertentu maka dapat digunakan obat
lain secara terbatas sesuai kebijakan rumah sakit dengan ketentuan sebagai berikut:
c) Pemberian obat diluar Formularium Rumah Sakit diberikan dalam jumlah terbatas,
sesuai kebutuhan. Formulir Permintaan Khusus Obat Non Formularium dapat dilihat pada
gambar berikut:
Ket: Formulir Permintaan Khusus Obat Non-Formularium
2. Pelayanan farmasi di Rumah Sakit harus menjamin ketersediaan obat yang ada,
dalam formularium
Menurut Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang Kriteria pemilihan Obat untuk masuk
Formularium Rumah Sakit dinyatakan bahwa
a) Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan
Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis
Resep, pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit.
b) Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan
revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan revisi
Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik
dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit
yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
Untuk obat yang kosong dari depo rawat inap yaitu Paracetamol tablet, Ketorolac Injeksi,
Vitamin B complex tablet ditetapkan prioritas pembeliannya dimana untuk obat esensial
diperioritaskan terlebih dahulu untuk dibeli, dimana paracetamol tablet dan vitamin B
complex masuk kedalam DOEN sehingga itu yang diperioritasakan pembeliannya, dan bisa
juga menetapkan perioritas dari kebutuhan obat yang paling sering diresepkan atau
diperlukan oleh rumah sakit tersebut, jika dirasa tidak terlalu sering keluar maka
pembeliannya dapat dikurangi mengacu pada metode konsumsi
Agar tidak sampai terjadi kekosongan apoteker harus melakukan beberapa hal seperti:
a) Perencanaan
b) Pengadaan
c) Penerimaan
untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik. Metode
penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai
sistem informasi manajemen
d) Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi
e) Pendiatribusian
Ø Dari penyimpanan obat ini dapat dibuat menjadi First Expired First Out
(FEFO) dimana obat yang memiliki kadaluarsa kurang dari 3 bulan
dikeluarkan terlebih dahulu kemudian diikuti oleh obat yang
kadaluarsanya kurang dari 6 bulan
3. Kajian obat untuk Actemra injeksi dari segi efektivitas dan keamanan dengan
systematic review
Conflicts of Interest: Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan. Tidak ada
pendanaan diterima untuk pekerjaan ini.
Dari studi RCT tabel A menunjukkan hasil yang tidak signifikan dimana tocilizumab tidak
mengurangi resiko mortalitas selama 28-30 hari dalam jangka pendek dengan RR 1,09 (95%
CI 0,80-1,49)
Dari studi RCT tabel B menunjukkan hasil yang signifikan bahwa tocilizumab dapat
mengurangi resiko penggunaan ventilator secara mekanik pada pasien Covid-19 yang dirawat
di rumah sakit dengan RR 0,71 (95% CI 0,52-0,96).
Dari studi RCT tabel A diatas menunjukkan hasil yang tidak signifikan dimana tidak terdapat
risiko infeksi yang lebih tinggi terhadap tocilizumab dengan RR 0,63 (95% CI 0,38-1,06).
Kesimpulan :
Dari beberapa studi diatas dari segi efektivitas menunjukkan bahwa tocilizumab tidak
mengalami penurunan mortalitas dalam jangka pendek namun dapat mengurangi resiko
penggunaan ventilator secara mekanik pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
Dari segi keamanan tocilizumab tidak menunjukkan resiko infeksi yang lebih tinggi.