SIRUP CTM
Manajemen Industri
Nama Anggota Kelompok 2
Aulia Rizky Maharani Siswandi 202220471011089
Habibah Alifatus Syaidah 202220471011090
Aulia Amanda 202220471011091
Arvil Rohmaturrizqi 202220471011092
Aziz Muhammad Fachrudin 202220471011093
Farah Kamila Salsabila 202220471011094
Ega Achmad Setyo Nugroho 202220471011095
Virta Cholifatun Nisa 202220471011096
Devi Indah Permana 202220471011097
Nadia Puji Lestari 202220471011098
Fitriazhahrah Sumari 202220471011099
Dayang Rashya Salwa Afelia 202220471011100
Nida Anisah 202220471011101
Pendahuluan
● Rute pemberian secara oral adalah rute yang paling banyak diterima
dari aspek kepatuhan pasien.
● Rute pemberian secara oral memiliki banyak kelebihan seperti
kenyamanan, murah dan mudah dalam pemberian sehingga dapat
meningkakan kepatuhan pasien.
● Sirup merupakan salah satu bentuk sediaan obat yang mudah
digunakan.
● Sirup lebih cepat diabsorbsi dalam saluran cerna, sehingga obat cepat
diabsorbsi dan semakin cepat pula tercapainya efek terapetik
Rumusan Masalah
1 2 3
4 5
1. Untuk menjelaskan studi praformulasi dan pemilihan metode yang cocok untuk pembuatan
sirup CTM
2. Untuk mengetahui formulasi sediaan sirup CTM
3. Untuk mengetahui seperti apa studi pustaka formulasi sirup CTM
4. Untuk mengetahui spesifikasi sirup CTM
5. Untuk mengetahui evaluasi sediaan sirup CTM
Manfaat
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas berikut ini manfaat pembuatan
laporan ini sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami cara pembuatan sirup CTM yang benar.
2. Mahasiswa dapat mengevaluasi sirup sesuai dengan standart operating procedure yang
sesuai.
Definisi Sediaan Sirup
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi, dinyatakan
sebagai Sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai Sirup
atau Sirup Simpleks. Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk bentuk
sediaan cair lain yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi
oral (FI VI, 2020).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi
(sirup simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam
sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Sirup terdiri dari dari zat aktif, pelarut,
pemanis, zat penstabil, pengawet, pengental, pewarna, pewangi, perasa, dan pengisotonis.
(Depkes RI, 1979).
KOMPOSISI SIRUP
Bahan atau Zat aktif merupakan zat utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan
BAHAN AKTIF
sirup.
Pelarut merupakan cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut
sebagai zat pebawa. Contoh pelarut adalah air, gliserol, propilenglikol, etanol, eter.
Penstabil dimaksudkan untuk menjaga agar sirup dalam keadaan stabil contoh dari
zat penstabil adalah antioksidan, pendapar, pengkompleks.
BAHAN TAMBAHAN Pengawet ditambahkan pada sediaan sirup bertujuan agar sirup tahan lama dan
bisa di pakai berulang- ulang.
Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup atau biasa disebut corigen
coloris.
Perasa, Penambahan perasa ini hanya jika diperlukan, ditambahkan jika sediaan
sirup yang akan di berikan pada pasien kurang enak atau terlalu pahit.
Study Bahan Aktif (CTM) (FI V, 699; Pubchem; Medscape, Drugbank)
Nama Kimia : Chlorpheniramine Maleat
Nama Lain : Piridina maleat
Rumus Molekul : C16H19C1N2 .C4H404
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau. Larutan
mempunyai pH antara 4 dan 5.
BM : 390,87
Kelarutan : Mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan
dalam kloroform; sukar larut dalam eter dan
dalam benzen
Titik lebur : Antara 130° dan 135°
Stabilitas : Disimpan pada suhu 25 ° C
Inkompatibilitas : Disimpan pada suhu 25 ° C
Farmakodinamik CTM
Dalam reaksi alergi, berinteraksi dengan alergen dan menghubungkan
antibodi IgE pada sel mast dan basofil. Setelah kompleks sel-antibodi-antigen
terbentuk, serangkaian peristiwa kompleks terjadi yang pada akhirnya
mengarah pada degranulasi sel dan pelepasan histamin (dan mediator kimia
lainnya) dari sel mast atau basofil. Setelah dilepaskan, histamin dapat
bereaksi dengan jaringan lokal atau luas melalui reseptor histamin. Histamin,
yang bekerja pada reseptor H1, menghasilkan pruritis, vasodilatasi, hipotensi,
pembilasan, sakit kepala, takikardia, dan bronkokonstriksi. Histamin juga
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan mempotensiasi nyeri.
Farmakologi CTM
2. Target konsumen Dewasa dan anak >12 tahun, anak 2-6 tahun, dan anak 6-12 tahun
3. Kategori Flu
Rancangan Formula
Perhitungan Dosis
4
3
Cara Peracikan
2 Perhitungan Bahan
Literatur Formula
PERHITUNGAN
Dosis Dalam Literatur
DOSIS
4
Cara Peracikan
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Timbang CTM sebanyak 24 mg menggunakan neraca analitik.
3. Ukur aquadest 20 ml, lalu CTM dilarutkan dengan aquadest, aduk ad larut.
4. Timbang Sukrosa 36 gram dan dilarutkan dalam air panas 15 ml, aduk ad larut → larutan I
5. Timbang Propilen glikol sebanyak 18 gram, campur propilen glikol pada sukrosa yang sudah dilarutkan, aduk ad
homogen → larutan II
6. Timbang Natrium sitrat sebanyak 1,2 gram dan dilarutkan dalam air, aduk ad larut.
7. Timbang Asam sitrat sebanyak 1.2 gram dan dilarutkan dalam air. Campur larutan asam sitrat dengan Natrium sitrat
yang sudah dilarutkan (6), aduk ad homogen → larutan III
8. Tambahkan larutan I pada larutan II, aduk ad homogen.
9. Tambahkan larutan nomer (8) pada campuran buffer larutan III, aduk ad homogen.
10. Timbang essensial jeruk sebanyak 600 mg. Tambahkan esseensial jeruk pada larutan homogen dengan buffer, aduk
ad homogen
11. Teteskan pewarna sunset yellow sebanyak 6 tetes pada larutan yang sudah homogen rasa jeruk, aduk ad homogen.
12. Tambahkan aquadest ad 60 ml. Masukkan ke dalam botol kaca 60 ml dan beri etiket / label.
EVALUASI SEDIAAN
UJI
UJI UJI KEJERNIHAN
ORGANOL PENETAP
EPTIS AN pH
Hasil pengamatan :
Pada hasil pengamatan yang dilakukan selama satu minggu, didapatkan hasill :
e. Warna : kuning
f. Rasa : jeruk
g. Bau : aroma jeruk
h. Bentuk : cair
UJI PENETAPAN pH
Prosedur:
pH meter
Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat setiap
kali akan melakukan pengukuran.Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan
contoh uji sampai suhu kamar.Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda
dengan air suling.Bilas elektroda dengan contoh uji. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji
sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap.Catat hasil pembacaan skala atau
angka pada tampilan dari pH meter. Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter dan
pH universal.
Hasil pengamatan:
Setelah satu minggu disimpan dihasilkan pH sirup 4,5 pada pH universal dan 4,57 pada alat
pHmeter. Berdasarkan literatur CTM stabil pada pH 4-5 (FI III. 1979) hal ini menunjukkan
hasil sirup CTM sesuai dengan spesifikasi sediaan.
UJI KEJERNIHAN
Prosedur:
Uji ini di lakukan secara visual oleh praktikan, dengan mengamati sediaan. Hasil uji sediaan sirup seharusnya
jernih, dan tidak mengandung pengotor di dalamnya.
Hasil pengamatan:
Pada uji kejernihan bermula jernih menjadi keruh setelah satu minggu pengamatan. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya zat pengawet yang digunakan pada sediaan sirup. Pada formula ini digunakan satu jenis pengawet
yaitu Propilen glikol sehingga kurang mampu untuk menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba, seharusnya
dikombinasikan dengan Metil paraben (Nipagin) karena nipagin berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III
dapat mempertahankan sediaan lebih tahan lama dan tidak ditumbuhi mikroba atau jamur pada konsentrasi
tertentu sesuai kebutuhan.
Uji Bobot Jenis
Prosedur :
Campbell, G, A., Vallejo, E. 2014. Primary Packaging Considerations in Developing Medicines for Children: Oral Liquid and Powder for
Constitution. Pharmaceutics, Drug Delivery and Pharmaceutical Technology. Wiley Library.
Chaudhary, S., 2016, Quality by Design (QbD) Model for "Liquid Oral Solution", National Institute of Pharmaceutical Education and
Research.
Food and Drug Administration, 2009, Zutripro (Hydrocodone Bitartrate, Chlorpheniramine Maleate and Pseudoephedrine Hydrochloride)
Oral Solution, Center For Drug Evaluation And Research.
ICH, 2006, Impurities In New Drug Substances Q3a (R2), International Conference On Harmonisation Of Technical Requirements For
Registration Of Pharmaceuticals For Human Use.
Medscape, 2018. Medscape Reference, Aplikasi Medscape.
Rowe, R.C., Paul, J.S., and Marian E.Q., Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth edition, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Assosiation, London.
World Health Organization, 2002. Annex 9 : Guidelines on packaging for pharmaceutical products. WHO Technical Report Series.
Daftar Pustaka
Depkes RI. (2020). Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Fickri, D. Z. (2018) ‘Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika Artikel Penelitian’, Journal of Pharmaceutical Care Anwar
Medika, 1(1), pp. 16–24.
Niazi, S. K. (2016) Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Liquid Products, Second Edition: VOLUME THREE,
Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Liquid Products, Second Edition: Volume Three. doi:
10.3109/9781420081244.
Rowe, R., Sheskey, P. and Quinn, M. (2009) ‘Handbook of pharmaceutical excipients’. Available at:
http://repositorio.ub.edu.ar/handle/123456789/5143 (Accessed: 16 August 2021).
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation