PRAKTIKUM
FITOFARMAKATUGAS 4
Penetapan Kadar Senyawa Marker Pada Ekstrak
Rimpang Kaempferia galanga
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka
KELOMPOK 7
KELAS: F
DOSEN PEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, M. Farm.
apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menentukan serta memahami proses penetapan
kadar pada senyawa marker dari rimpang kencur (Kaempferia
galanga L.) yang baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kencur
2.1.1 Klasifikasi
2.1.2 Morfologi
Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan
Zingiberaceae dan digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon
yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat. Kencur
merupakan terna kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah
atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air.
Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada
musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun
yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka
(Lasro, 2018).
Kencur memiliki batang berbentuk basal yang memiliki ukuran
kurang lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun. Kemudian kencur
memiliki daun berwarna hijau berbentuk tunggal yang pinggir
daunnya berwarna merah kecoklatan. Bentuk dari daun kencur
menjorong ada yang menjorong lebar dan ada juga yang berbentuk
bundar, untuk ukurannya daun kencur memiliki panjang 7-15 cm,
lebar 2-8 cm, dengan ujung daun runcing pangkai berkeluk dan tepi
daun rata. Untuk permukaan daun bagian atas tidak mempunyai bulu
tetapi pada bagian bawah memiliki bulu yang halus. Kemudian untuk
tangkai daun sedikit pendekmemiliki ukuran berkisar antara 3-10 cm
yang terbenam didalam tanah, mempunyai panjang berkisar 2-4 cm
yang memiliki warna putih. Jumlah daun pada kencur tidak lebih dari
2-3 lembar dengan susunan yang saling berhadapan. Adapun untuk
rimpangnya memiliki ukuran yang pendek berbentuk seperti jari yang
tumpul dengan warna coklat lalu pada bagian kulit rimpang kemcur
memiliki warna coklat yang mengkilat (Lasro, 2018).
Dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang kencur.
Kemudian pada bagian dalam kencur memiliki warna putih dengan
tekstur seperti daging yang tidak berserat (Soleh & Megantara, 2019).
Pada morfologi kencur memiliki batang berbentuk basal yang
memiliki ukuran kurang lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun.
Kemudian kencur memiliki daun berwarna hijau berbentuk tunggal
yang pinggir. Daunnya berwarna merah kecoklatan. Bentuk dari daun
kencur menjorong ada yang menjorong lebar dan ada juga yang
berbentuk bundar, untuk ukurannya daun kencur memiliki panjang 7-
15 cm, lebar 2-8 cm, dengan ujung daun runcing pangkai berkeluk dan
tepi daun rata. Untuk permukaan daun bagian atas tidak mempunyai
bulu tetapi pada bagian bawah memiliki bulu yang halus.
Kemudian untuk tangkai daun sedikit pendek memiliki ukuran
berkisar antara 3-10 cm yang terbenam didalam tanah, mempunyai
panjang berkisar 2-4 cm yang memiliki warna putih. Jumlah daun
pada kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan yang saling
berhadapan (Haryudin & Rostiana, 2020).
Kencur mempunyai Bunga yang tunggak yang berbentuk
seperti terompet dengan panjang bunga 3-5 cm. Kencur mempunyai
benang sari berwarna kuning yang memiliki panjang 4 mm, untuk
putik kencur memiliki warna putih agak keunguan. Kemudian untuk
bunganya tersusun setengah duduk dengan jumlah mahkota bunga 4-
12 buah dengan warna yang dominan yaitu warna putih. Kencur
memiliki perbedaan dengan famili yang lainnya pada bagian daun
yang menjalar dipermukaan tanah, dengan batang kencur yang
pendek dan serabut akar yang memiliki warna coklat agak
kekuningan. Adapun untuk rimpangnya memiliki ukuran yang
pendek berbentuk seperti jari yang tumpul dengan warna coklat
lalu pada bagian kulit rimpang kemcur memiliki warna coklat yang
mengkilat, dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang kencur.
Kemudian pada bagian dalam kencur memiliki warna putih dengan
tekstur seperti daging yang tidak berserat (Haryudin & Rostiana,
2020).
Untuk pemerian simplisia rimpang kencur menurut Farmakope
Herbal Indonesia edisi II (2017) berupa irisan rimpang, pipih, bentuk
hampir bulat sampai jorong atau tidak beraturan, bagian tepi
berombak dan berkeriput, kasar, bagian tengah tampak pembatas yang
tegas antara korteks dan stele, korteks sempit, berserat halus; warna
cokelat hingga cokelat kemerahan, bagian tengah berwarna putih
sampai putih kecokelatan, bau khas dan rasa pedas.
2.1.3 Kandungan Kimia
Komponen utama yang terkandung dalam Kaempferia
galanga antara lain ethyl-p-methoxycinnamate (31.77%),
methylcinnamate (23.23%), carvone
(11.13%), eucalyptol (9.59%) dan pentadecane (6.41%), ethyl
cinnamate (23,2%), 1,8-cineole (11,5%), transcinnamaldehyde (5,3%),
dan borneol (5,2%) (Chao et al., 2014). Ekstrak kencur dilaporkan
memiliki efek antinflamasi, analgetik, antidiare, antibakteri, sedatif,
sitotoksik, insektisidal, antihelmint, dan antioksidan.
Secara etnobotani Kaempferia galanga digunakan sebagai
obat ekspektorat, karminatif, obat batuk, rematik, dan anti kanker,
kolera, vasorelaksasi, anti mikroba, antioksidan, anti alergi
penyembuhan luka. Dan pada bioaktivitasnya membuktikan aktivitas
K. galanga sebagai anti kanker, anti oksidan, anti inflamasi, analgesik
dan anti bakteri (Marina S, 2019).
Rajendra et al., (2021) menyatakan bahwa rizoma Kaempferia
galanga yang diekstak dengan menggunakan petroleum mengandung
sterols, triterpenoids dan resins: sedangkan jika diekstrak dengan
menggunakan kloroform akan diperoleh, sterols, triterpenoids,
flavanoids dan resins. Sedangkan jika diekstrak dengan
menggunakan metanol akan diperoleh steroids, triterpenoids,
alkaloids, flavanoids, carbohydrates, resins dan protein. Dan jika
diekstrak menggunakan air akan diperoleh saponins, carbohydrates
dan protein.
Rimpang Kencur mengandung 1,0-2,50% minyak atsiri yang
terdiri dari sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinamat,
etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat dan alkaloid.
Selain itu juga terdapat sinnamal, aldehide, asam motil p-kumarik,
asam annamat, etil asetat dan pentadekan. Diantara kandungan kimia
ini, etil p-metoksisinamat merupakan komponen utama dari Kencur.
Tanaman Kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak
atsiri 2,4-2,9% yang terjadi atas etil parametoksi sinamat (30%).
Kamfer, borneol, sineol, penta dekaan. Adanya kandungan etil para
metoksi sinamat dalam kencur yang merupakan senyawa turunan
sinamat (Primawati & Jannah, 2019).
2.7.1 Akurasi
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi
dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang
ditambahkan. Akurasi hasil analis sangat tergantung kepada sebaran
galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu
untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan
dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti
menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan
pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan
pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur (Harmita,
2004). Akurasi suatu metode, direkomendasikan dilakukan dengan
pengumpulan data dari 9 kali penetapan kadar dengan
konsentarasi yang berbeda (misal 3 konsentrasi dengan 3 kali
replikasi) dengan rentang minimum 3 nilai konsentrasi (80%, 100%,
dan 120% dari konsentrasi target) (Yuwono dan Indrayanto, 2015).
2.7.2 Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian
antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual
dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel -
sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2014).
Menurut ICH (2015), presisi dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu
Repeatability, Intermediate Precision, dan Reproducibility.
Repeatability menunjukkan presisi di bawah kondisi operasi yang
sama selama suatu interval yang singkat. Intermediate Precision
menunjukkan variasi pada laboratorium yang sama, seperti hari yang
berbeda, analis yang berbeda, peralatan yang berbeda, dll.
Reproducibility menunjukkan mengenai presisi antar laboratorium
(studi kolaboratif). Pada umumnya diterapkan untuk standarisasi
metodologi.
2.7.3 Lineritas
Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk
memperoleh hasil uji yang secara langsung proporsional dengan
konsentrasi analit (Yuwono dan Indrayanto, 2015). Linearitas
dapat diartikan sebagai suatu metode uji untuk mengetahui adanya
hubungan linier antara konsentrasi analit dengan respon detektor. ICH
merekomendasikan menggunakan lima macam konsentrasi untuk
menghitung linearitas dengan konsentrasi berkisar 80% - 120%
dari kadar analit yang diperkirakan. Sebagai parameter adanya
hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi
linier y = a + bx. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0
dan r = +1 atau –1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a
menunjukkan kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan.
Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual
(Sy).
PROSEDUR KERJA
C. Penentuan Presisi
1. Ditotolkan sampel masing–masing 2 μL dan larutan
standar EPMSmasing-masing 2 μL pada plate KLT.
2. Plate ini kemudian dieluasi dengan fase gerak dan
di analisismenggunakan KLT–densitometer pada
panjang gelombang maksimum.
3. Dihitung standar deviasi (SD) dan koefisien variasinya (KV).
D. Penentuan Akurasi
1. Ditotolkan sampel masing–masing 2 μL dan larutan
standar EPMSmasing-masing 2 μL pada plate KLT.
2. Plate ini kemudian dieluasi dengan fase gerak dan
di analisismenggunakan KLT–densitometer pada
panjang gelombang maksimum.
% recoveri =
Jangan sampai totolan awal pada pelat KLT tercelup di dalam eluen.
Ditambah dengan etanol 96% sampai tepat 50,0 mL. (LI 5000 ppm)
Ditambah etanol 96% sampai garis tanda, kocok homogen. (LI2 2000
ppm)
b. Pembuatan Larutan Kerja
Dipipet 5.0 mL larutan induk I, dimasukkan ke dalam labu ukur 50.0 mL.
Ditambah etanol 96% sampai garis tanda, kocok homogen. (BK4 500 ppm)
Dipipet 3.0 mL larutan induk II, dimasukkan ke dalam labu ukur 10.0 mL
Ditambah etanol 96% sampai garis tanda, kocok homogen. (BK5 600 ppm)
Ditambah etanol 96% sampai garis tanda, kocok homogen. (BK2 300 ppm)
Dipipet 4.0 mL larutan induk II, dimasukkan ke dalam labu ukur 10.0 mL
Ditambah etanol 96% sampai garis tanda, kocok homogen. (BK6 800 ppm)
Ditambah etanol 96% sampai garis tanda, kocok homogen. (BK3 400 ppm)
Ditambah etanol 96% sampai garis tanda, kocok homogen. (BK1 200 ppm)
c. Preparasi Sampel
a) Untuk penetapan kadar EPMS dalam Ekstrak Kering
B. Penentuan Lineritas
Ditentukan dari larutan standar EPMS pada lempeng KLT
Dihitung berapa regresi linier antara kadar dan luas area noda
C. Penentuan Presisi
Plate ini kemudian dieluasi dengan fase gerak dan di analisis menggunakan
KLT–densitometer pada panjang gelombang maksimum.
Plate ini kemudian dieluasi dengan fase gerak dan di analisis menggunakan
KLT–densitometer pada panjang gelombang maksimum.
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 𝐶𝑡
% recoveri = 𝑥
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝐶𝑝 𝐶𝑠𝑡
Chao, X., Liang, Y., Shi, W. P., Liu, Q. Z., Zhou, L., Liu, X. I. N. C.,
Liang, Y. A. N., Shi, W. P., Liu, Q. I. Z. H. I., & Zhou, L.
(2014). Repellent and Insecticidal Effects of the Essential Oil
of.pdf.
Kimia, J. T., Malang, P. N., Soekarno, J., & No, H. (2020). Optimasi
Pemurnian Etanol Dengan Distilasi Ekstraktif Menggunakan
Chemcad. Distilat: Jurnal Teknologi Separasi, 6(1), 1–7.
https://doi.org/10.33795/distilat.v6i1.53
Tajudin, T., Agustin, I. A., Nurwahidah, A. T., Aji, A. P., & Rochmah,
N. N. (2022). Formulasi Hard Candy Lozenges Ekstrak Kencur (
Kaempferia galanga L .) Dan Ekstrak Bunga Chamomile (
Matrica Chamomilla L .) Dengan Pemanis Sukrosa Dan
Glukosa. Pharmacy UMUS, 4(01), 1–7.