Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FARMAKOGNOSI

REVIEW JURNAL
PENGEMBANGAN POTENSI HERBAL MEDICINE DARI EKSTRAK TUMBUHAN
SALA (Cynometra ramiflora Linn.) MENJADI OBAT HERBAL TERSTANDAR

Disusun Oleh:
- Muhammad Hikmal Akbar R (A28227012)
- Distia Damayanti (A28227015)
- Eka Wahyu Riyadi (A28227019)
- Fadhilah Hindun Nur A (A28227021)
- Adistya Eka Sulistyaningrum (A28227022)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2023/2024
JUDUL PENGEMBANGAN POTENSI HERBAL MEDICINE DARI
EKSTRAK TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.)
MENJADI OBAT HERBAL TERSTANDAR.

TAHUN TERBIT 2015.


PENULIS Haryoto, Tanti Azizah Sujono, Andi Suhendi, Muhtadi.
BAB I Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki hutan
PENDAHULUAN mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove dunia dilaporkan seluas ±
16.530.000 ha yang tersebar di Asia 7.441.000 ha, Afrika 3.258.000 ha
dan Amerika 5.831.000 ha, sedangkan di Indonesia dilaporkan seluas
3.735.250 ha (Ditjen INTAG, 1993). Di lingkungan area Kraton
Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebelum didirikan bangunan kraton
merupakan daerah rawa yang luas dan memiliki berbagai macam jenis
tumbuhan.
Salah satu tumbuhan mangrove yang ada di area lingkungan
Keraton Surakarta Hadiningrat, Surakarta, Jawa Tengah adalah
tumbuhan Sala yang memiliki nama latin Cynometra ramiflora Linn.
Tumbuhan jenis ini merupakan yang langka, dan berdasarkan
penelusuran pustaka yang telah dilakukan, masih sedikit penelitian dan
data tentang kandungan kimia dan kajian farmakologisnya. Padahal
berdasarkan pengalaman empiris, ekstrak air (godogan) dari daun dan
ranting tumbuhan Sala dapat digunakan untuk membantu penyembuhan
berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, asam urat dan kolesterol.
Oleh karena itu, penting untuk dilakukan kajian tentang penyelidikan
kandungan kimia, efek farmakologi, tokisisitas dan formulasinya untuk
dimanfaatkan menjadi obat herbal terstandar atau ramuan jamu yang
memiliki landasan ilmiah yang kuat (scientific based).
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pengembangan
potensi herbal medicine dari ekstrak tumbuhan Sala (Cynometra
ramiflora Linn) yang diperoleh menjadi obat herbal terstandar. Hasil
penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tumbuhan Cynometra
ramiflora Linn dari beberapa Negara berpotensi sebagai antibakteri
(Khan et al., 2006), antioksidan (Bunyapraphatsara et al., 2003),
antidiabetes (Tiwari, dkk, 2008), aktif terhadap beberapa sel uji kanker,
seperti human gastric, colon dan breast cancer cell lines (Uddin, dkk,
2009).
Pengobatan tradisional yang berlandaskan sumber alam hayati,
terutama tumbuh-tumbuhan, telah digunakan sejak lama di Indonesia
karena memiliki keunggulan bahan mudah didapat, murah, hampir tidak
memiliki efek samping, merupakan keahlian nenek moyang yang
diwariskan secara turun temurun, serta dapat dimanfaatkan jika obat
sintetis tidak memberikan hasil yang diharapkan. Pada saat ini, obat
tradisional atau disebut dengan obat herbal sangat banyak digunakan
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia untuk mengobati berbagai
penyakit.
Oleh karena itu, sangat terbuka peluang untuk menemukan dan
menghasilkan produk OHT atau fitofarmaka, khususnya dari bahan obat
tumbuhan asli Indonesia yang langka, belum banyak diteliti, dan secara
empiris terbukti dimanfaatkan dalam pengobatan masyarakat. Salah satu
tumbuhan obat asli Indonesia, yang memenuhi persyaratan langka,
belum banyak diteliti, dan secara empiris terbukti berkhasiat adalah
Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora Linn).
Hasil keseluruhan dari penelitian tentang ekstrak tumbuhan Sala ini,
diharapkan akan diperoleh informasi dan landasan ilmiah yang kuat dan
lengkap yang dapat dipublikasikan dalam jurnal nasional terakreditasi
atau internasional, serta potensi pengembangan produk herbal terstandar
yang telah teruji dari tumbuhan Sala untuk diproduksi oleh mitra
industri jamu herbal di wilayah karesidenan Solo, dipasarkan dan
dimanfaatkan dalam pelayanan pengobatan penyakit di masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan maka rumusan


masalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagiamana standardisasi ekstrak dan profil metabolit untuk kontrol
kualitas dan jaminan mutu ekstrak?
2. Bagaimana toksisitas akut dan subkronis dari ektrak yang terpilih dan
formulasi ekstrak OHT?

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka


tujuan pada penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Mendapatkan data toksisitas subkronis dan gambaran histopatologi
organ.
2. Mendapatkan formula sediaan obat herbal yang optimal dan stabil.
BAB II Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora Linn) belum banyak
KAJIAN diteliti oleh para ahli mengenai kandungan metabolit
LITERATUR sekundernya.Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli tentang
kandungan kimia baru uji screening fitokimia seperti yang disajikan
secara lengkap pada Tabel 1.Tumbuhan Cynometra ramiflora Linn yang
diteliti berasal dari erbagai wilayah geografis yang berbeda, di
Bangladesh dan Thailand.Dari kelompok senyawa- senyawa kimia
tersebut semuanya dilaporkan berasal dari ekstraknya, sedangkan fraksi-
fraksi dari ekstrak belum pernah dilakukan penelitian, sehingga masih
sangat terbuka penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan
utama senyawa murni (chemical marker) dan pemanfaatannya secara
farmakologis sebagai obat herbal.Kajian Farmakologi dari Tumbuhan
Sala (Cynometra ramiflora Linn).Ekstrak dari tumbuhan Sala
(Cynometra ramiflora Linn) telah ditentukan efek farmakologisnya
terhadap berbagai sistem uji, yang meliputi antibakteri dan
antioksidan.Hasil kajian farmakologi dari ekstrak tumbuhan Sala
(Cynometra ramiflora Linn).

BAB III Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
METODE beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah determinasi tanaman, yang
PENELITIAN dilakukan di Laboratorium Biologi LIPI Bogor. Kemudian, dilakukan
ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut methanol,
dengan perbandingan simplisia daun, ranting, dan buah. Uji screening
farmakologi meliputi uji antibakteri dan uji antioksidan dengan metode
DPPH. Selain itu, dilakukan identifikasi kandungan kimia dari ekstrak
dengan metode analisis TLC scanner. Tahapan berikutnya adalah uji
sitotoksik, uji ketoksikan subkronis pada hewan uji, dan uji formulasi
sediaan obat herbal. Uji ketoksikan subkronis melibatkan pengamatan
berat badan tikus setelah perlakuan dengan ekstrak daun Sala. Selain itu,
penelitian juga mencakup standarisasi ekstrak dan identifikasi profil
metabolit untuk kontrol kualitas. Penelitian ini juga melibatkan
pengamatan berat badan tikus setelah perlakuan dengan ekstrak daun
Sala.
BAB IV Jurnal ini membahas eksplorasi potensi Tumbuhan Sala (Cynometra
HASIL & ramiflora Linn.) terutama terkait aktivitas farmakologi antihiperurisemia
PEMBAHASAN dan antidiabetes. Penggunaan mencit sebagai model penelitian aktivitas
antihiperurisemia, dengan induksi natrium oksonat dengan dosis efektif
250 mg/kgBB yang diberikan secara intraperitoneal sudah mampu
menunjukkan peningkatan kadar asam urat, sesuai dengan penelitian
sebelumnya. Pengujian juga mencakup kontrol hiperurisemia dan
kontrol CMC Na 0,5%, serta pemberian makanan tambahan jus hati
ayam untuk menciptakan model hiperurisemia. Pemahaman ini penting
untuk potensi pengembangan lebih lanjut dalam pengobatan atau
pencegahan kondisi terkait asam urat dan diabetes.
A. Hasil Uji Ekstrak Tumbuhan Sala dan Kombinasinya
Hasil uji aktivitas antihiperurisemia dari ekstrak daun dan kulit batang
tumbuhan sala menunjukkan penurunan kadar asam urat. Dosis 1000
mg/KgBB ekstrak daun sala memiliki kemampuan melebihi atau setara
alopurinol dosis 10 mg/KgBB. Kelompok kombinasi ekstrak daun dan
kulit batang tumbuhan sala pada perbandingan 375 mg/KgBB ekstrak
daun dan 125 mg/KgBB ekstrak kulit batang menunjukkan efektivitas
penurunan kadar asam urat. Dalam dosis tersebut, kelompok kombinasi
tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol positif.
Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat pengetahuan lokal di
Surakarta terkait aktivitas antihiperurisemia.
Studi menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dengan EEDS dosis 500
mg/KgBB tidak berbeda secara signifikan dengan kontrol positif
(allopurinol). EEDS dosis 100 mg/KgBB menunjukkan aktivitas yang
lebih baik daripada allopurinol. Kombinasi EEDS dengan EKBS pada
berbagai perbandingan juga tidak berbeda secara signifikan dengan
allopurinol, dengan perbandingan 3:1 menunjukkan potensi paling baik
dan adanya efek sinergisme. Selain itu, ekstrak daun salam bersama
dengan ekstrak daun tumbuhan sala memiliki potensi serupa dengan
kontrol positif dalam menurunkan kadar asam urat. Berdasarkan data
persentase penurunan kadar asam urat, kelompok perlakuan
menunjukkan kemampuan yang baik, terutama pada dosis ketiga.
Allopurinol menghambat xanthine oxydase, mengakibatkan peningkatan
ekskresi hipoxanthine dan xanthine dalam urin, serta menurunkan kadar
asam urat dalam darah. Tanin dan flavonoid juga memiliki peran dalam
penurunan kadar asam urat melalui penghambatan xanthine oxydase.
Jenis flavonoid yang efektif termasuk flavon dan flavonol. Tumbuhan
Sala memiliki potensi menghambat pembentukan asam urat,
meningkatkan produksi urin (diuretik), dan mencegah rasa nyeri. Oleh
karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami senyawa
kimia dari tumbuhan Sala yang berperan dalam penghambatan xanthine
oxydase.
B. Aktivitas antidiabetes ekstrak Tumbuhan Sala Dan
Kombinasinya
Uji aktivitas antidiabetes menggunakan tikus diabetes yang diinduksi
aloksan. Aloksan merusak sel β pankreas dan memicu diabetes mellitus
tipe I melalui pembentukan radikal bebas. Aloksan juga dapat merusak
permeabilitas membran sel dan mengganggu produksi insulin. Hasil
induksi aloksan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dan kontrol
positif (glibenklamid) mengalami penurunan kadar glukosa darah.
Ekstrak kulit batang tumbuhan sala menunjukkan potensi penurunan
kadar glukosa darah yang lebih besar daripada kontrol positif.
Hasil induksi dengan aloksan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan
mengalami diabetes pada hari ke-3, ditandai dengan kadar glukosa darah
>200 mg/dL, sedangkan kadar normal pada tikus berkisar antara 50-135
mg/dL. Desain pengujian mencakup kontrol negatif dan kontrol positif,
dengan glibenklamid sebagai kontrol positif. Glibenklamid, sebagai
antidiabetik golongan sulfonilurea, memiliki efek penurunan kadar gula
darah melalui peningkatan sekresi insulin dan pengurangan pengeluaran
glukosa dari hati. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa ekstrak kulit
batang tumbuhan sala memiliki potensi penurunan kadar glukosa darah
yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol positif (glibenklamid).
Pada hari ke-11, kelompok kontrol negatif menunjukkan kadar glukosa
darah yang tidak mengalami penurunan (225,40±11,74 mg/dL),
sementara kelompok kontrol positif mengalami penurunan yang
signifikan (82,80±14,46 mg/dL). Kelompok perlakuan dengan ekstrak
etanol kulit batang tumbuhan Sala dosis 125 mg/kgBB juga
menunjukkan penurunan yang signifikan (121,80±33,24 mg/dL).
Kelompok perlakuan dengan dosis 250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB
menunjukkan penurunan yang semakin besar seiring dengan dosis
ekstrak yang diberikan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ketiga
dosis ekstrak daun tumbuhan Sala berbeda signifikan dengan kontrol
negatif, namun tidak berbeda secara signifikan dengan kontrol positif
(glibenklamid). Hal ini menandakan bahwa efek penurunan glukosa
darah pada dosis ekstrak tersebut setara dengan glibenklamid. Kelompok
kombinasi ekstrak daun tumbuhan sala dengan glibenklamid
menunjukkan potensi penurunan kadar glukosa yang lebih besar
daripada kelompok yang hanya menerima glibenklamid. Analisis
statistik menunjukkan bahwa kelompok ini memiliki aktivitas setara
dengan kontrol positifnya. Kelompok perlakuan dengan dosis 125
mg/KgBB juga menunjukkan hasil perbedaan yang tidak signifikan
dengan kontrol positif.
C. Hasil Penelitian Toksisitas Akut Ekstrak Daun Sala
Uji toksisitas akut bertujuan untuk menilai potensi ketoksikan suatu zat
dengan mengukur Lethal Dose 50 (LD50) selama 24 jam. LD50 adalah
dosis yang menyebabkan kematian pada 50% populasi hewan uji. Jika
tidak ada kematian dalam 24 jam, pengamatan dilanjutkan selama 14
hari untuk mendeteksi efek toksik tertunda melalui perilaku dan
histopatologi organ.
Pada kelompok dosis ekstrak daun Sala, tikus pada dosis 4000 dan
16000 mg/kgBB tidak menunjukkan gejala toksik, meskipun cenderung
menjadi pasif setelah perlakuan, seperti tidur. LD50 semu ekstrak daun
Sala ditetapkan pada 16.000 mg/KgBB, menunjukkan potensi
ketoksikan akut dalam kategori tidak toksik secara praktis. Pengamatan
selama 24 jam dan 14 hari menunjukkan peningkatan berat badan di
semua kelompok perlakuan, dengan asumsi bahwa pemberian ekstrak
daun Sala tidak mempengaruhi nafsu makan.
D. Hasil Penelitian Toksisitas Akut Ekstrak Kulit Batang Sala
LD50 semu ekstrak kulit batang Sala adalah 16.000 mg/KgBB,
menunjukkan potensi ketoksikan akut dalam kategori tidak toksik secara
praktis. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada kelompok dosis 16000
mg/kgBB terjadi penurunan berat badan dengan purata sebesar 2,6 g.
E. gambaran toksisitas hati dan ginjal
Gambaran toksisitas hati dan ginjal setelah 18 minggu perlakuan
menunjukkan bahwa ekstrak kulit dan daun tumbuhan sala tidak
menyebabkan efek yang tidak aman pada organ hati dan ginjal.
Pemeriksaan histopatologi tidak mengungkapkan tanda-tanda kerusakan
akibat toksisitas selama penelitian
Selain itu, hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa ekstrak daun
tumbuhan sala memberikan efek positif pada tikus yang dibuat diabetes.
Pengembangan produk antidiabetes berbasis ekstrak tumbuhan sala
diarahkan pada formula kombinasi dengan daun insulin (perbandingan
60:40). Produk tersebut dibuat dalam bentuk kapsul, dengan dosis 300
mg ekstrak daun tumbuhan sala dan 200 mg ekstrak daun insulin. Proses
pembuatan produk dilakukan bekerja sama dengan CV. Arafat Sukses
Mulia yang memiliki izin produksi dari Badan POM RI.

BAB V 1. Ekstrak daun dan kulit batang tumbuhan sala tidak merusak ginjal dan
KESIMPULAN hati tikus percobaan selama penelitian yang ditentukan.

2. Formulasi produk berbasais tumbuhan sala dibuat dalam bentuk


kapsul dan dilabel dengan nama isulabet.
DAFTAR Haryoto, Sujono TA, Suhendi A, Muhtadi. 2015. PENGEMBANGAN
PUSTAKA POTENSI HERBAL MEDICINE DARI EKSTRAK TUMBUHAN
SALA (Cynometra ramiflora Linn.) MENJADI OBAT HERBAL
TERSTANDAR. University Research Colloquium: 2407-9189.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5180/6.Haryot
o.pdf?sequence=5&isAllowed=y (Diakses pada 24 Des 2023).

Anda mungkin juga menyukai