REVIEW JURNAL
PENGEMBANGAN POTENSI HERBAL MEDICINE DARI EKSTRAK TUMBUHAN
SALA (Cynometra ramiflora Linn.) MENJADI OBAT HERBAL TERSTANDAR
Disusun Oleh:
- Muhammad Hikmal Akbar R (A28227012)
- Distia Damayanti (A28227015)
- Eka Wahyu Riyadi (A28227019)
- Fadhilah Hindun Nur A (A28227021)
- Adistya Eka Sulistyaningrum (A28227022)
BAB III Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
METODE beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah determinasi tanaman, yang
PENELITIAN dilakukan di Laboratorium Biologi LIPI Bogor. Kemudian, dilakukan
ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut methanol,
dengan perbandingan simplisia daun, ranting, dan buah. Uji screening
farmakologi meliputi uji antibakteri dan uji antioksidan dengan metode
DPPH. Selain itu, dilakukan identifikasi kandungan kimia dari ekstrak
dengan metode analisis TLC scanner. Tahapan berikutnya adalah uji
sitotoksik, uji ketoksikan subkronis pada hewan uji, dan uji formulasi
sediaan obat herbal. Uji ketoksikan subkronis melibatkan pengamatan
berat badan tikus setelah perlakuan dengan ekstrak daun Sala. Selain itu,
penelitian juga mencakup standarisasi ekstrak dan identifikasi profil
metabolit untuk kontrol kualitas. Penelitian ini juga melibatkan
pengamatan berat badan tikus setelah perlakuan dengan ekstrak daun
Sala.
BAB IV Jurnal ini membahas eksplorasi potensi Tumbuhan Sala (Cynometra
HASIL & ramiflora Linn.) terutama terkait aktivitas farmakologi antihiperurisemia
PEMBAHASAN dan antidiabetes. Penggunaan mencit sebagai model penelitian aktivitas
antihiperurisemia, dengan induksi natrium oksonat dengan dosis efektif
250 mg/kgBB yang diberikan secara intraperitoneal sudah mampu
menunjukkan peningkatan kadar asam urat, sesuai dengan penelitian
sebelumnya. Pengujian juga mencakup kontrol hiperurisemia dan
kontrol CMC Na 0,5%, serta pemberian makanan tambahan jus hati
ayam untuk menciptakan model hiperurisemia. Pemahaman ini penting
untuk potensi pengembangan lebih lanjut dalam pengobatan atau
pencegahan kondisi terkait asam urat dan diabetes.
A. Hasil Uji Ekstrak Tumbuhan Sala dan Kombinasinya
Hasil uji aktivitas antihiperurisemia dari ekstrak daun dan kulit batang
tumbuhan sala menunjukkan penurunan kadar asam urat. Dosis 1000
mg/KgBB ekstrak daun sala memiliki kemampuan melebihi atau setara
alopurinol dosis 10 mg/KgBB. Kelompok kombinasi ekstrak daun dan
kulit batang tumbuhan sala pada perbandingan 375 mg/KgBB ekstrak
daun dan 125 mg/KgBB ekstrak kulit batang menunjukkan efektivitas
penurunan kadar asam urat. Dalam dosis tersebut, kelompok kombinasi
tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol positif.
Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat pengetahuan lokal di
Surakarta terkait aktivitas antihiperurisemia.
Studi menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dengan EEDS dosis 500
mg/KgBB tidak berbeda secara signifikan dengan kontrol positif
(allopurinol). EEDS dosis 100 mg/KgBB menunjukkan aktivitas yang
lebih baik daripada allopurinol. Kombinasi EEDS dengan EKBS pada
berbagai perbandingan juga tidak berbeda secara signifikan dengan
allopurinol, dengan perbandingan 3:1 menunjukkan potensi paling baik
dan adanya efek sinergisme. Selain itu, ekstrak daun salam bersama
dengan ekstrak daun tumbuhan sala memiliki potensi serupa dengan
kontrol positif dalam menurunkan kadar asam urat. Berdasarkan data
persentase penurunan kadar asam urat, kelompok perlakuan
menunjukkan kemampuan yang baik, terutama pada dosis ketiga.
Allopurinol menghambat xanthine oxydase, mengakibatkan peningkatan
ekskresi hipoxanthine dan xanthine dalam urin, serta menurunkan kadar
asam urat dalam darah. Tanin dan flavonoid juga memiliki peran dalam
penurunan kadar asam urat melalui penghambatan xanthine oxydase.
Jenis flavonoid yang efektif termasuk flavon dan flavonol. Tumbuhan
Sala memiliki potensi menghambat pembentukan asam urat,
meningkatkan produksi urin (diuretik), dan mencegah rasa nyeri. Oleh
karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami senyawa
kimia dari tumbuhan Sala yang berperan dalam penghambatan xanthine
oxydase.
B. Aktivitas antidiabetes ekstrak Tumbuhan Sala Dan
Kombinasinya
Uji aktivitas antidiabetes menggunakan tikus diabetes yang diinduksi
aloksan. Aloksan merusak sel β pankreas dan memicu diabetes mellitus
tipe I melalui pembentukan radikal bebas. Aloksan juga dapat merusak
permeabilitas membran sel dan mengganggu produksi insulin. Hasil
induksi aloksan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dan kontrol
positif (glibenklamid) mengalami penurunan kadar glukosa darah.
Ekstrak kulit batang tumbuhan sala menunjukkan potensi penurunan
kadar glukosa darah yang lebih besar daripada kontrol positif.
Hasil induksi dengan aloksan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan
mengalami diabetes pada hari ke-3, ditandai dengan kadar glukosa darah
>200 mg/dL, sedangkan kadar normal pada tikus berkisar antara 50-135
mg/dL. Desain pengujian mencakup kontrol negatif dan kontrol positif,
dengan glibenklamid sebagai kontrol positif. Glibenklamid, sebagai
antidiabetik golongan sulfonilurea, memiliki efek penurunan kadar gula
darah melalui peningkatan sekresi insulin dan pengurangan pengeluaran
glukosa dari hati. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa ekstrak kulit
batang tumbuhan sala memiliki potensi penurunan kadar glukosa darah
yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol positif (glibenklamid).
Pada hari ke-11, kelompok kontrol negatif menunjukkan kadar glukosa
darah yang tidak mengalami penurunan (225,40±11,74 mg/dL),
sementara kelompok kontrol positif mengalami penurunan yang
signifikan (82,80±14,46 mg/dL). Kelompok perlakuan dengan ekstrak
etanol kulit batang tumbuhan Sala dosis 125 mg/kgBB juga
menunjukkan penurunan yang signifikan (121,80±33,24 mg/dL).
Kelompok perlakuan dengan dosis 250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB
menunjukkan penurunan yang semakin besar seiring dengan dosis
ekstrak yang diberikan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ketiga
dosis ekstrak daun tumbuhan Sala berbeda signifikan dengan kontrol
negatif, namun tidak berbeda secara signifikan dengan kontrol positif
(glibenklamid). Hal ini menandakan bahwa efek penurunan glukosa
darah pada dosis ekstrak tersebut setara dengan glibenklamid. Kelompok
kombinasi ekstrak daun tumbuhan sala dengan glibenklamid
menunjukkan potensi penurunan kadar glukosa yang lebih besar
daripada kelompok yang hanya menerima glibenklamid. Analisis
statistik menunjukkan bahwa kelompok ini memiliki aktivitas setara
dengan kontrol positifnya. Kelompok perlakuan dengan dosis 125
mg/KgBB juga menunjukkan hasil perbedaan yang tidak signifikan
dengan kontrol positif.
C. Hasil Penelitian Toksisitas Akut Ekstrak Daun Sala
Uji toksisitas akut bertujuan untuk menilai potensi ketoksikan suatu zat
dengan mengukur Lethal Dose 50 (LD50) selama 24 jam. LD50 adalah
dosis yang menyebabkan kematian pada 50% populasi hewan uji. Jika
tidak ada kematian dalam 24 jam, pengamatan dilanjutkan selama 14
hari untuk mendeteksi efek toksik tertunda melalui perilaku dan
histopatologi organ.
Pada kelompok dosis ekstrak daun Sala, tikus pada dosis 4000 dan
16000 mg/kgBB tidak menunjukkan gejala toksik, meskipun cenderung
menjadi pasif setelah perlakuan, seperti tidur. LD50 semu ekstrak daun
Sala ditetapkan pada 16.000 mg/KgBB, menunjukkan potensi
ketoksikan akut dalam kategori tidak toksik secara praktis. Pengamatan
selama 24 jam dan 14 hari menunjukkan peningkatan berat badan di
semua kelompok perlakuan, dengan asumsi bahwa pemberian ekstrak
daun Sala tidak mempengaruhi nafsu makan.
D. Hasil Penelitian Toksisitas Akut Ekstrak Kulit Batang Sala
LD50 semu ekstrak kulit batang Sala adalah 16.000 mg/KgBB,
menunjukkan potensi ketoksikan akut dalam kategori tidak toksik secara
praktis. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada kelompok dosis 16000
mg/kgBB terjadi penurunan berat badan dengan purata sebesar 2,6 g.
E. gambaran toksisitas hati dan ginjal
Gambaran toksisitas hati dan ginjal setelah 18 minggu perlakuan
menunjukkan bahwa ekstrak kulit dan daun tumbuhan sala tidak
menyebabkan efek yang tidak aman pada organ hati dan ginjal.
Pemeriksaan histopatologi tidak mengungkapkan tanda-tanda kerusakan
akibat toksisitas selama penelitian
Selain itu, hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa ekstrak daun
tumbuhan sala memberikan efek positif pada tikus yang dibuat diabetes.
Pengembangan produk antidiabetes berbasis ekstrak tumbuhan sala
diarahkan pada formula kombinasi dengan daun insulin (perbandingan
60:40). Produk tersebut dibuat dalam bentuk kapsul, dengan dosis 300
mg ekstrak daun tumbuhan sala dan 200 mg ekstrak daun insulin. Proses
pembuatan produk dilakukan bekerja sama dengan CV. Arafat Sukses
Mulia yang memiliki izin produksi dari Badan POM RI.
BAB V 1. Ekstrak daun dan kulit batang tumbuhan sala tidak merusak ginjal dan
KESIMPULAN hati tikus percobaan selama penelitian yang ditentukan.