Anda di halaman 1dari 10

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina)

DENGAN METODE Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Nur Hasanah, Billy Arnanda


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma Persada
Tangerang Selatan, 15417
E-mail: Nurhasanahbik51@gmail.com

ABSTRAK
Daun afrika (Vernonia amygdalina) merupakan salah satu tumbuhan obat yang tumbuh di Indonesia.
Daun ini mengandung senyawa alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid dan glikosida.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas ekstrak daun afrika (Vernonia amygdalina),
mengetahui tampilan fisik ekstrak daun afrika (Vernonia amygdalina), dan mengetahui kandungan kimia daun
afrika (Vernonia amygdalina). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Penelitian ini menggunakan hewan uji larva Artemia salina Leach yang dibagi dalam 5
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 10 ekor, dengan replikasi 2 kali tiap kelompok. Konsentrasi ektrak daun
afrika (Vernonia amygdalina) yang digunakan yaitu 1 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 100 ppm, dan 500 ppm dan
dilakukan partisi ekstrak dengan pelarut etanol, n-Heksan, dan etil asetat. Pengamatan terhadap larva yang
mati dilakukan 24 jam setelah pemberian ekstrak. Berdasarkan data, LC50 ekstrak daun afrika (Vernonia
amygdalina) ditentukan dengan analisa probit. Hasil dari analisa probit menunjukkan LC 50 fase etanol
menunjukkan nilai 123 ppm, fase n-Heksan menunjukan nilai LC50 3548 ppm, dan fase etil asetat tidak
memiliki nilai LC50. Hasil itu menunjukan bahwa hanya ekstrak fase etanol daun afrika (Vernonia
amygdalina) yang mempunyai potensi toksik, hal ini ditunjukkan dengan harga LC 50 > 1000 ppm.
Kata Kunci: Toksisitas, ekstrak daun afrika (Vernonia amygdalina), Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

ABSTRACT
Vernonia amygdalina is one kind of medical plant in Indonesia. The leaves contains alkaloids,
saponins, tannin, phenolics, flavonoids, triterpenoids, steroid and glycosides bioactive compounds. The aims
of the research is determine the lethal toxicity value of Vernonia amygdalina, determine physical appearance
of Vernonia amygdalina, and determine bioactive compounds of Vernonia amygdalina. The method used in
this research is Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method. This research use larva Artemia salina Leach that
devided into 5 groups. Each group consist of 10 larva with two replications. Vernonia amygdalina
concentration used are 1 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 100 ppm, and 500 ppm and done extract partition with
ethanol, n-Hexane, and ethyl acetate. Observations were made during 24 hours of Artemia salina Leach
mortality. Based on the data, LC50 Vernonia amygdalina determined by probity analysis. The result of probity
analysis shows ethanol extract is 123 ppm, LC50 n-Hexane extract is 3548 ppm, and ethyl acetate extract has
no LC50. The result indicates only ethanol extract having toxic value. In this case indicates with LC 50 > 1000
ppm.
Keywords: Toxicity, Vernonia amygdalina, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

1
LATAR BELAKANG

Penggunaan herbal sebagai obat- manusia yang mengkonsumsinya (Savitri


obatan tradisional telah diterima luas di A, 2016).
negara-negara maju maupun berkembang Tanaman obat selain mensintesis
sejak dahulu, bahkan dalam 20 tahun metabolit primer, juga mensintesis
terakhir perhatian dunia terhadap obat- sejumlah komponen tumbuhan, yang
obatan tradisional semakin meningkat, disebut metabolit sekunder. Metabolit
baik di negara yang sedang berkembang sekunder digunakan untuk pertahanan diri
maupun negara-negara maju. World bagi tanaman diantaranya melindungi
Health Organization (WHO) atau Badan tanaman terhadap jamur, bakteri, hewan,
Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa bahkan tanaman lain. Metabolit sekunder
hingga 65% dari penduduk negara maju memainkan peran penting dalam melawan
menggunakan pengobatan tradisional dan penyakit dan predator bagi tanaman.
obat-obat dari bahan alami (Departemen Dengan kata lain, senyawa sekunder
Kesehatan RI, 2000). dalam keadaan murni bisa menjadi obat
Semua spesies tanaman yang ada sekaligus racun bagi makhluk hidup lain
di dunia sebenarnya berguna untuk yang mengkonsumsinya (Savitri, 2016).
manusia. Namun hanya beberapa tanaman Indonesia merupakan negara di
tertentu yang secara alami memiliki sifat benua Asia yang terkenal karena
obat. Kualitas tanaman obat ditentukan keanekaragamannya, baik
oleh struktur bahan kimia yang keanekaragaman suku bangsa maupun
menyusunnya. Setiap spesies tanaman keanekaragaman alamnya. Salah satu
mengandung bahan kimia yang dapat keanekaragaman alam yang dimiliki
mempengaruhi makhluk hidup lain Indonesia adalah keanekaragaman hayati
(Savitri A, 2016). khususnya tumbuhan. Selain itu Indonesia
Secara umum, tanaman juga memiliki keanekaragaman etnis yang
mensintesis senyawa yang disebut memiliki berbagai macam pengetahuan
metabolit primer, yakni protein, lemak, tentang obat tradisional yang
dan karbohidrat. Senyawa – senyawa menggunakan bahan-bahan dari
tersebut sangat penting untuk tumbuhan. Banyak dari jenis tumbuhan
keberlangsungan hidup dan reproduksi itu telah ribuan tahun digunakan oleh
tanaman dan juga untuk hewan atau nenek moyang bangsa Indonesia dan
dokter sebagai bahan obat atau jamu

2
tradisional untuk berbagai macam digunakan untuk bahan makanan dan obat
penyakit dan memberikan hasil yang baik tradisional yang dikombinasikan dengan
bagi pemeliharaan kesehatan serta tanaman lain untuk mengobati berbagai
pengobatan. Di bumi ini diperkirakan penyakit. Seiring berjalannya waktu daun
terdapat 40.000 spesies tumbuhan. Dari afrika semakin banyak digunakan di
jumlah tersebut sekitar 30.000 spesies berbagai negara salah satunya Indonesia
hidup di kepulauan Indonesia dan (Ijeh, 2010).
sekurang-kurangnya 9.600 spesies Tulisan-tulisan ilmiah mengenai
diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 300 tanaman afrika masih sangat
spesies yang telah dimanfaatkan sebagai terbatas, terutama daunnya yang sangat
bahan baku obat tradisional dan industri bermanfaat untuk kesehatan. Hal ini
obat tradisional (Departemen Kesehatan patut disayangkan karena berlimpahnya
RI, 2000). jumlah daun afrika di Indonesia
Indonesia memiliki khususnya di daerah Batang, Jawa Tengah
keanekaragaman hayati yang sangat serta khasiat daun afrika yang sangat
lengkap. Anugerah ini membuat bermanfaat bagi masyarakat. Penelitian
Indonesia menjadi negara pengobatan yang akan dilakukan meliputi uji
herbal terbaik di dunia. Beragam jenis toksisitas dari ekstrak daun afrika. Uji
tanaman obat dapat tumbuh dengan subur toksisitas ini akan dilakukan
di Indonesia. Tanaman obat menjadi menggunakan metode Brine Shrimp
bahan utama dalam pembuatan jamu dan Lethality Test (BSLT) pada larva udang
obat-obatan herbal (Hariana A, 2013). tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya
Salah satu tanaman obat yang kandungan toxic (racun) dalam daun
terdapat di Indonesia adalah daun afrika afrika.
(vernonia amygdalina), yang diketahui Berdasarkan penjelasan dan data
memiliki efektivitas yang sangat besar. penggunaan obat tradisional maka dapat
Daun afrika mengandung flavonoid, diketahui masalah dalam penelitian ini
glikosida, saponin, tannin, dan adalah masih kurangnya pemanfaatan dan
triterpenoid/steroid (Setiawan, 2012). tulisan ilmiah tentang obat tradisional dari
Senyawa-senyawa tersebut merupakan daun afrika. Oleh karena itu, peneliti
kandungan paling utama dari daun afrika. bermaksud melakukan penelitian yang
Daun afrika berasal dari benua Afrika, berjudul Uji Toksisitas Ekstrak Daun
khususnya Nigeria, Kamerun dan Afrika (Vernonia amygdalina) Dengan
Zimbabwe. Daun afrika di Nigeria sering

3
Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

METODE

Instrumen penelitian yang sampai tersari atau terekstraksi sempurna


digunakan adalah alat-alat laboratorium yang ditandai dengan warna etanol
seperti gelas ukur merek phyrex, tabung menjadi bening kembali. Setelah itu,
reaksi merek phyrex, neraca analitik, pelarut etanol yang masih tersisa
pipet, batang pengaduk kaca, cawan, diuapkan pada penangas air atau water
penjepit kayu, oven, water bath, kertas bath sambil diaduk sehingga didapatkan
saring dan alat-alat tambahan lain seperti ekstrak yang kental.
pisau, kain flannel, dan airator merek Penetasan larva Artemia salina
Nikita Star, arus = 3,5L/menit. Bahan Leach dilakukan selama 48 jam.
yang digunakan adalah daun afrika Penetasan dilakukan dengan cara
(Vernonia amygdalina), etanol, n-Heksan, merendam telur tersebut dalam air laut
etil asetat, larva Artemia salina Leach, secukupnya pada wadah. Sebelumnya
dan air laut. wadah dipasang aerator, aerator ini
Sampel yang digunakan pada berguna untuk menjaga kadar oksigen
penelitian ini adalah daun afrika yang dalam wadah. Wadah yang telah terisi
diambil dari Desa Sembojo, Kecamatan telur dan telah dipasangi aerator
Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. selanjutnya diletakkan di ruang yang
Daun afrika segar seberat 2 Kg dipotong cukup cahaya. Cahaya ini berfungsi untuk
kecil-kecil kemudian dikeringkan dengan pertumbuhan larva Artemia salina Leach.
cara diletakkan di tempat terbuka dengan Dalam waktu 48 jam telur akan berubah
sirkulasi udara yang baik dan tidak menjadi larva Artemia salina Leach
terkena langsung sinar matahari. Karena (Mutiah D, 2010).
pada pengeringan langsung terhadap sinar Setelah didapatkan larva Artemia
matahari akan merusak komponen aktif salina Leach, dilakukan pembuatan
pada daun afrika. Selanjutnya simplisia larutan induk dengan ekstrak etanol daun
daun afrika diekstraksi dengan metode afrika dengan konsentrasi 2000 ppm atau
maserasi, dengan cara merendam daun sebanyak 400 mg ekstrak dalam 200 ml
afrika dalam pelarut etanol 70% selama air laut. Kemudian dilakukan pengenceran
24 jam, lalu disaring dengan kain flannel dengan air laut menjadi konsentrasi 1
dan direndam kembali dalam etanol 70%

4
ppm, 10 ppm, 20 ppm, 100 ppm, 500 ml konsentrasi 500 ppm. Selain itu, dibuat
ppm. kontrol negatif yang berisi 10 ml air laut
Pembuatan partisi ekstrak n- tanpa penambahan ekstrak. Kriteria
Heksan dilakukan dengan menimbang standar untuk menilai kematian larva
2gram ekstrak etanol daun afrika dan udang adalah bila larva udang tidak
disuspensikan dengan air sebanyak 20 ml, menunjukkan pergerakan selama
setelah larut kemudian dimasukkan dalam beberapa detik observasi. Setiap
corong pisah dan ditambahkan dengan konsentrasi perlakuan dilakukan replikasi
total n-Heksan sebanyak 65 ml, lalu sebanyak 2 kali (duplo). Data yang
diuapkan sampai mendapatkan ekstrak dikumpulkan adalah data primer yang
kental. Cara tersebut juga dilakukan pada didapatkan dari jumlah larva udang yang
pembuatan partisi ekstrak etil asetat. mati 24 jam setelah perlakuan pada tiap-
10 ekor larva Artemia salina tiap konsentrasi ekstrak daun afrika
Leach dimasukkan kedalam tabung reaksi (Mutiah, 2010).
yang berisi 10 ml konsentrasi 1 ppm, 10
ml konsentrasi 10 ppm, 10 ml konsentrasi
20 ml, 10 ml konsentrasi 100 ppm, dan 10

HASIL

Tabel 1. Hasil Partisi Ekstrak


Parameter Ekstrak Partisi Ekstrak

Etanol n-Heksan Etil Asetat

Jumlah 26,12 gram 0,4 gram 0,2 gram

Rendemen 6,35% - -

Kadar Air 11,25% - -

Kadar Abu 14,69% - -

Kadar Abu 0,03% - -


tak larut
asam

Organoleptis

a. Warna Hijau Tua Hijau Tua Hijau Tua

b. Bau Aromatik Aromatik Aromatik

5
c. Bentuk Pasta Pasta Pasta

d. Rasa Pahit Pahit Pahit

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa asetat. Organoleptis yang didapatkan dari


jumlah ekstrak etanol yang didapatkan ketiga partisi ekstrak yaitu berwarna hijau
adalah 26,12 gram, 0,4 gram didapatkan tua, berbau aromatik, berbentuk pasta, dan
dari partisi ekstrak n-Heksan, dan 0,2 memiliki rasa pahit
gram didapatkan dari partisi ekstrak etil
. Tabel 1. Hasil Uji Toksisitas Awal
Crude Ekstrak Nilai LC50 (ppm)

Fase Etanol 123 ppm

Fase n-Heksan 3548 ppm

Fase Etil Asetat -

Berdasarkan tabel 2. Diketahui selanjutnya fase n-Heksan memiliki nilai


bahwa crude ekstrak yang memiliki nilai LC50 3548 ppm, dan fase etil asetat yang
toksisitas paling tinggi yaitu pada fase tidak memiliki nilai LC5.
etanol dengan nilai LC50 sebesar 123 ppm,

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia


Uji Fitokimia Hasil

Alkaloid +

Saponin +

Tanin +

Fenolik +

Flavonoid +

Triterpenoid +

Steroid +

Glikosida +

6
Berdasarkan tabel 3. Diketahui fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid,
bahwa ekstrak daun afrika memiliki dan glikosida.
kandungan alkaloid, saponin, tanin,

DISKUSI
Pengujian pada ekstrak daun nonpolar, memiliki toksisitas rendah, dan
afrika berfungsi untuk mengetahui toksik mudah diuapkan (Gamse T, 2002).
tidaknya daun afrika. Ekstrak etanol Dari hasil penelitian menunjukan
dengan berat 26,12 gram yang memiliki bahwa fraksi larut air yang menggunakan
bentuk berupa pasta berwarna hijau tua pelarut etanol diperoleh bahwa kematian
pekat beraroma khas aromatik daun larva (LC50) berada pada konsentrasi 123
kemudian dilarutkan ke dalam pelarut ppm. Hal ini menunjukkan bahwa
organik polar hingga nonpolar secara senyawa toksik pada ekstrak daun afrika
berurutan. Penggunaan pelarut etanol bersifat larut air atau polar. Senyawa
karena etanol mempunyai polaritas yang polar dalam daun afrika diantaranya
tinggi sehingga dapat mengekstrak bahan flavonoid, tanin, glikosida, dan fenolik.
lebih banyak dibandingkan jenis pelarut Senyawa-senyawa itu masuk dalam
organik yang lain, etanol mempunyai titik senyawa polar karena memiliki gugus
didih yang rendah dan cenderung aman, hidroksil (Akbar B, 2010). Dengan
serta etanol tidak berbahaya dan beracun konsentrasi 123 ppm tersebut daun afrika
(Gamse T, 2002). Partisi awal dapat digunakan sebagai antibakteri
menggunakan pelarut n-heksan diperoleh (Mayer, 1982).
fase n-heksan seberat 0,4 g. Penggunaan Pada pengujian menggunakan
pelarut n-heksan karena n-heksan bersifat pelarut etil asetat yang merupakan pelarut
nonpolar sehingga dapat menarik senyawa semipolar diperoleh bahwa tidak terjadi
kimia nonpolar dari tumbuhan, dan n- kematian larva (LC50). Hal ini
heksan memiliki toksisitas relatif rendah menunjukkan bahwa senyawa toksik daun
(Gamse T, 2002). Selanjutnya afrika tidak bersifat semipolar.
menggunakan pelarut etil asetat diperoleh Pada pengujian menggunakan
fase etil asetat seberat 0,2 g. Alasan pelarut n-Heksan yang merupakan pelarut
menggunakan pelarut etil asetat karena nonpolar menunjukkan bahwa kematian
etil asetat bersifat semipolar sehingga larva (LC50) berada pada konsentrasi 3548
dapat menarik senyawa bersifat polar dan ppm. Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa yang tidak larut air yang

7
terkandung dalam daun afrika tidak Aplikasi saponin yaitu sebagai anti
bersifat toksik karena senyawa dikatakan kanker, anti mikroba, meningkatkan
toksik apabila memiliki nilai LC50 kurang sistem imunitas, dan dapat menurunkan
dari 1000 ppm (Mayer, 1982). Senyawa kolesterol (Lenny S, 2006). Aplikasi tanin
kimia daun afrika yang tak larut air yaitu sebagai anti diare, anti bakteri,
diantaranya adalah steroid, steroid masuk antioksidan, dan penawar racun (Akbar B,
ke dalam senyawa tak larut air karena 2010). Aplikasi fenolik yaitu sebagai
memiliki golongan lipid. antioksidan, meningkatkan sistem
Hasil uji toksisitas crude ekstrak kekebalan tubuh, dan meningkatkan
daun afrika dengan metode BSLT sirkulasi darah (Wahyuni S, 2009).
menunjukkan bahwa ekstrak fase etanol Aplikasi flavonoid yaitu sebagai anti
(larut air) daun afrika memiliki nilai diabetes, anti kanker, penyakit jantung,
toksisitas paling tinggi dengan LC50 dan antioksidan (Wadodkar SG, 2008).
sebesar 123 ppm. Dengan tingginya nilai Aplikasi triterpenoid yaitu sebagai
toksisitas fase etanol ada beberapa faktor antiseptik, antimikroba, efek ekspektoran,
yang mempengaruhinya diantaranya, obat penyakit diabetes, dan mengatasi
kandungan senyawa polar pada daun gangguan menstruasi (Lenny S, 2006).
afrika merupakan senyawa yang paling Aplikasi steroid yaitu sebagai obat
aktif dibandingkan dengan senyawa jantung, stimulasi tumor prostat, dan obat
nonpolar dan semipolar pada daun. gangguan hati (Murray K, 2009). Aplikasi
Menurut Mayer 1982, apabila fase atau glikosida yaitu sebagai analgesik,
ekstrak memiliki nilai LC50 123 ppm atau antibakteri, antitusif, dan anti kanker
LC50 > 30-200 ppm berpotensi sebagai (Sumardjo D, 2006).
antibakteri. Hasil pada penelitian ini diperoleh
Hasil penelitian diperoleh bahwa bahwa kandungan fitokimia dalam ekstrak
ekstrak daun afrika mengandung alkaloid, daun afrika yang menunjukan efek toksik
saponin, tanin, fenolik, flavonoid, adalah flavonoid, tanin, glikosida, dan
triterpenoid, steroid, glikosida. Aplikasi fenolik. Dimana senyawa-senyawa
alkaloid yaitu sebagai analgesik, obat tersebut merupakan senyawa yang larut
malaria, dan obat kanker (Akbar B, 2010). air (larut dalam pelarut polar.

8
SIMPULAN

Hasil Penelitian menunjukan didapatkan hasil warna hijau tua,


bahwa nilai LC50 fraksi etanol daun afrika berbentuk pasta, berasa pahit, dan berbau
berada pada konsentrasi 123 ppm, fraksi aromatik. Hasil uji fitokimia diketahui
etil asetat daun afrika tidak memiliki nilai bahwa flavonoid, tanin, glikosida, dan
LC50, dan nilai LC50 fraksi n-Heksan daun fenolik merupakan senyawa yang paling
afrika berada pada konsentrasi 3548 ppm. aktif yang terkandung dalam daun afrika.
Organoleptis ekstrak daun afrika

DAFTAR PUSTAKA

Akbar B.2010. Tumbuhan Dengan Medicinal Plant Research


Kandungan Senyawa Aktif Yang 5(7):1051-1061
Berpotensi Sebagai Bahan Lenny S.2006. Senyawa Triterpenoida
Antifertilita.Jakarta: Adabia Press dan Steroida. Medan: Universitas
Departemen Kesehatan Republik Sumatera Utara
Indonesia, 2000 dalam Hanifatan Mayer, 1982 dalam Rizqillah
H F.2012.Proses Pembuatan Jamu N.2013.Uji Toksisitas Akut
Sediaan Kapsul dan Analisis Ekstrak n-Heksan Daun Garcinia
Pemanfaatan Metabolit Sekunder benthami Pierre Terhadap Larva
Daun Jati Belanda (Guazuma Artemia Salina Leach Dengan
ulmifolia lamk) di CV. Herba Metode Brine Shrimp Lethality
Nirmala.Surakarta : Universitas Test (BSLT).Jakarta : UIN Jakarta
Sebelas Maret Surakarta Murray K.2009.Biokimia Harper Edisi
Gamse T.2002.Liquid-Liquid 27.Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Extraction and Solid Liquid Mutiah D.2010.Uji Toksisitas Akut
Extraction. Institute of Thermal Ekstrak Etanol Buah Anggur
Process and Environmental (Vitis Vinivera) Terhadap Larva
Engineering. Artemia Salina Leach Dengan
Hariana A.2013.Tumbuhan Obat dan Metode Brine Shrimp Lethality
Khasiatnya.Jakarta : Penebar Test (BSLT).Semarang :
Swadaya Grup Universitas Diponegoro
Ibrahim N, Aprianti S, Arif M, Savitri A.2016.Tanaman Ajaib! Basmi
Hardjoeno. 2006. Hasil Tes Laju Penyakit dengan TOGA (Tanaman
Endap Darah Cara Manual dan Obat Keluarga).Depok : Bibit
Automatik. Indonesian Journal of Publisher
Clinical Pathology and Medical Silvani H, Sureskiarti E .2016.
Laboratory, Vol. 12, No. 2, Mar Hubungan peran aktif keluarga
2006: 45-48 sebagai pengawas minum obat
Ijeh.2010.Current Perspectives on The (PMO) Dengan angka
Medical Potentials of Vernonia kekambuhan TB paru di ruang
amygdalina Del. Journal of seruni RSUD abdul wahab
sjahranie Samarinda. Jurnal Ilmu

9
Kesehatan.Vol.4 No. 2, Desember Wahyuni S.2009.Tumbuhan Obat Hias
2016 Berpotensi.Jakarta:Elex Media
Sumardjo D.2006.Pengantar Komputindo
Kimia.Jakarta : Kedokteran EGC

10

Anda mungkin juga menyukai