ABSTRAK
Daun afrika (Vernonia amygdalina) merupakan salah satu tumbuhan obat yang tumbuh di Indonesia.
Daun ini mengandung senyawa alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid dan glikosida.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas ekstrak daun afrika (Vernonia amygdalina),
mengetahui tampilan fisik ekstrak daun afrika (Vernonia amygdalina), dan mengetahui kandungan kimia daun
afrika (Vernonia amygdalina). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Penelitian ini menggunakan hewan uji larva Artemia salina Leach yang dibagi dalam 5
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 10 ekor, dengan replikasi 2 kali tiap kelompok. Konsentrasi ektrak daun
afrika (Vernonia amygdalina) yang digunakan yaitu 1 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 100 ppm, dan 500 ppm dan
dilakukan partisi ekstrak dengan pelarut etanol, n-Heksan, dan etil asetat. Pengamatan terhadap larva yang
mati dilakukan 24 jam setelah pemberian ekstrak. Berdasarkan data, LC50 ekstrak daun afrika (Vernonia
amygdalina) ditentukan dengan analisa probit. Hasil dari analisa probit menunjukkan LC 50 fase etanol
menunjukkan nilai 123 ppm, fase n-Heksan menunjukan nilai LC50 3548 ppm, dan fase etil asetat tidak
memiliki nilai LC50. Hasil itu menunjukan bahwa hanya ekstrak fase etanol daun afrika (Vernonia
amygdalina) yang mempunyai potensi toksik, hal ini ditunjukkan dengan harga LC 50 > 1000 ppm.
Kata Kunci: Toksisitas, ekstrak daun afrika (Vernonia amygdalina), Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
ABSTRACT
Vernonia amygdalina is one kind of medical plant in Indonesia. The leaves contains alkaloids,
saponins, tannin, phenolics, flavonoids, triterpenoids, steroid and glycosides bioactive compounds. The aims
of the research is determine the lethal toxicity value of Vernonia amygdalina, determine physical appearance
of Vernonia amygdalina, and determine bioactive compounds of Vernonia amygdalina. The method used in
this research is Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method. This research use larva Artemia salina Leach that
devided into 5 groups. Each group consist of 10 larva with two replications. Vernonia amygdalina
concentration used are 1 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 100 ppm, and 500 ppm and done extract partition with
ethanol, n-Hexane, and ethyl acetate. Observations were made during 24 hours of Artemia salina Leach
mortality. Based on the data, LC50 Vernonia amygdalina determined by probity analysis. The result of probity
analysis shows ethanol extract is 123 ppm, LC50 n-Hexane extract is 3548 ppm, and ethyl acetate extract has
no LC50. The result indicates only ethanol extract having toxic value. In this case indicates with LC 50 > 1000
ppm.
Keywords: Toxicity, Vernonia amygdalina, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
1
LATAR BELAKANG
2
tradisional untuk berbagai macam digunakan untuk bahan makanan dan obat
penyakit dan memberikan hasil yang baik tradisional yang dikombinasikan dengan
bagi pemeliharaan kesehatan serta tanaman lain untuk mengobati berbagai
pengobatan. Di bumi ini diperkirakan penyakit. Seiring berjalannya waktu daun
terdapat 40.000 spesies tumbuhan. Dari afrika semakin banyak digunakan di
jumlah tersebut sekitar 30.000 spesies berbagai negara salah satunya Indonesia
hidup di kepulauan Indonesia dan (Ijeh, 2010).
sekurang-kurangnya 9.600 spesies Tulisan-tulisan ilmiah mengenai
diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 300 tanaman afrika masih sangat
spesies yang telah dimanfaatkan sebagai terbatas, terutama daunnya yang sangat
bahan baku obat tradisional dan industri bermanfaat untuk kesehatan. Hal ini
obat tradisional (Departemen Kesehatan patut disayangkan karena berlimpahnya
RI, 2000). jumlah daun afrika di Indonesia
Indonesia memiliki khususnya di daerah Batang, Jawa Tengah
keanekaragaman hayati yang sangat serta khasiat daun afrika yang sangat
lengkap. Anugerah ini membuat bermanfaat bagi masyarakat. Penelitian
Indonesia menjadi negara pengobatan yang akan dilakukan meliputi uji
herbal terbaik di dunia. Beragam jenis toksisitas dari ekstrak daun afrika. Uji
tanaman obat dapat tumbuh dengan subur toksisitas ini akan dilakukan
di Indonesia. Tanaman obat menjadi menggunakan metode Brine Shrimp
bahan utama dalam pembuatan jamu dan Lethality Test (BSLT) pada larva udang
obat-obatan herbal (Hariana A, 2013). tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya
Salah satu tanaman obat yang kandungan toxic (racun) dalam daun
terdapat di Indonesia adalah daun afrika afrika.
(vernonia amygdalina), yang diketahui Berdasarkan penjelasan dan data
memiliki efektivitas yang sangat besar. penggunaan obat tradisional maka dapat
Daun afrika mengandung flavonoid, diketahui masalah dalam penelitian ini
glikosida, saponin, tannin, dan adalah masih kurangnya pemanfaatan dan
triterpenoid/steroid (Setiawan, 2012). tulisan ilmiah tentang obat tradisional dari
Senyawa-senyawa tersebut merupakan daun afrika. Oleh karena itu, peneliti
kandungan paling utama dari daun afrika. bermaksud melakukan penelitian yang
Daun afrika berasal dari benua Afrika, berjudul Uji Toksisitas Ekstrak Daun
khususnya Nigeria, Kamerun dan Afrika (Vernonia amygdalina) Dengan
Zimbabwe. Daun afrika di Nigeria sering
3
Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
METODE
4
ppm, 10 ppm, 20 ppm, 100 ppm, 500 ml konsentrasi 500 ppm. Selain itu, dibuat
ppm. kontrol negatif yang berisi 10 ml air laut
Pembuatan partisi ekstrak n- tanpa penambahan ekstrak. Kriteria
Heksan dilakukan dengan menimbang standar untuk menilai kematian larva
2gram ekstrak etanol daun afrika dan udang adalah bila larva udang tidak
disuspensikan dengan air sebanyak 20 ml, menunjukkan pergerakan selama
setelah larut kemudian dimasukkan dalam beberapa detik observasi. Setiap
corong pisah dan ditambahkan dengan konsentrasi perlakuan dilakukan replikasi
total n-Heksan sebanyak 65 ml, lalu sebanyak 2 kali (duplo). Data yang
diuapkan sampai mendapatkan ekstrak dikumpulkan adalah data primer yang
kental. Cara tersebut juga dilakukan pada didapatkan dari jumlah larva udang yang
pembuatan partisi ekstrak etil asetat. mati 24 jam setelah perlakuan pada tiap-
10 ekor larva Artemia salina tiap konsentrasi ekstrak daun afrika
Leach dimasukkan kedalam tabung reaksi (Mutiah, 2010).
yang berisi 10 ml konsentrasi 1 ppm, 10
ml konsentrasi 10 ppm, 10 ml konsentrasi
20 ml, 10 ml konsentrasi 100 ppm, dan 10
HASIL
Rendemen 6,35% - -
Organoleptis
5
c. Bentuk Pasta Pasta Pasta
Alkaloid +
Saponin +
Tanin +
Fenolik +
Flavonoid +
Triterpenoid +
Steroid +
Glikosida +
6
Berdasarkan tabel 3. Diketahui fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid,
bahwa ekstrak daun afrika memiliki dan glikosida.
kandungan alkaloid, saponin, tanin,
DISKUSI
Pengujian pada ekstrak daun nonpolar, memiliki toksisitas rendah, dan
afrika berfungsi untuk mengetahui toksik mudah diuapkan (Gamse T, 2002).
tidaknya daun afrika. Ekstrak etanol Dari hasil penelitian menunjukan
dengan berat 26,12 gram yang memiliki bahwa fraksi larut air yang menggunakan
bentuk berupa pasta berwarna hijau tua pelarut etanol diperoleh bahwa kematian
pekat beraroma khas aromatik daun larva (LC50) berada pada konsentrasi 123
kemudian dilarutkan ke dalam pelarut ppm. Hal ini menunjukkan bahwa
organik polar hingga nonpolar secara senyawa toksik pada ekstrak daun afrika
berurutan. Penggunaan pelarut etanol bersifat larut air atau polar. Senyawa
karena etanol mempunyai polaritas yang polar dalam daun afrika diantaranya
tinggi sehingga dapat mengekstrak bahan flavonoid, tanin, glikosida, dan fenolik.
lebih banyak dibandingkan jenis pelarut Senyawa-senyawa itu masuk dalam
organik yang lain, etanol mempunyai titik senyawa polar karena memiliki gugus
didih yang rendah dan cenderung aman, hidroksil (Akbar B, 2010). Dengan
serta etanol tidak berbahaya dan beracun konsentrasi 123 ppm tersebut daun afrika
(Gamse T, 2002). Partisi awal dapat digunakan sebagai antibakteri
menggunakan pelarut n-heksan diperoleh (Mayer, 1982).
fase n-heksan seberat 0,4 g. Penggunaan Pada pengujian menggunakan
pelarut n-heksan karena n-heksan bersifat pelarut etil asetat yang merupakan pelarut
nonpolar sehingga dapat menarik senyawa semipolar diperoleh bahwa tidak terjadi
kimia nonpolar dari tumbuhan, dan n- kematian larva (LC50). Hal ini
heksan memiliki toksisitas relatif rendah menunjukkan bahwa senyawa toksik daun
(Gamse T, 2002). Selanjutnya afrika tidak bersifat semipolar.
menggunakan pelarut etil asetat diperoleh Pada pengujian menggunakan
fase etil asetat seberat 0,2 g. Alasan pelarut n-Heksan yang merupakan pelarut
menggunakan pelarut etil asetat karena nonpolar menunjukkan bahwa kematian
etil asetat bersifat semipolar sehingga larva (LC50) berada pada konsentrasi 3548
dapat menarik senyawa bersifat polar dan ppm. Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa yang tidak larut air yang
7
terkandung dalam daun afrika tidak Aplikasi saponin yaitu sebagai anti
bersifat toksik karena senyawa dikatakan kanker, anti mikroba, meningkatkan
toksik apabila memiliki nilai LC50 kurang sistem imunitas, dan dapat menurunkan
dari 1000 ppm (Mayer, 1982). Senyawa kolesterol (Lenny S, 2006). Aplikasi tanin
kimia daun afrika yang tak larut air yaitu sebagai anti diare, anti bakteri,
diantaranya adalah steroid, steroid masuk antioksidan, dan penawar racun (Akbar B,
ke dalam senyawa tak larut air karena 2010). Aplikasi fenolik yaitu sebagai
memiliki golongan lipid. antioksidan, meningkatkan sistem
Hasil uji toksisitas crude ekstrak kekebalan tubuh, dan meningkatkan
daun afrika dengan metode BSLT sirkulasi darah (Wahyuni S, 2009).
menunjukkan bahwa ekstrak fase etanol Aplikasi flavonoid yaitu sebagai anti
(larut air) daun afrika memiliki nilai diabetes, anti kanker, penyakit jantung,
toksisitas paling tinggi dengan LC50 dan antioksidan (Wadodkar SG, 2008).
sebesar 123 ppm. Dengan tingginya nilai Aplikasi triterpenoid yaitu sebagai
toksisitas fase etanol ada beberapa faktor antiseptik, antimikroba, efek ekspektoran,
yang mempengaruhinya diantaranya, obat penyakit diabetes, dan mengatasi
kandungan senyawa polar pada daun gangguan menstruasi (Lenny S, 2006).
afrika merupakan senyawa yang paling Aplikasi steroid yaitu sebagai obat
aktif dibandingkan dengan senyawa jantung, stimulasi tumor prostat, dan obat
nonpolar dan semipolar pada daun. gangguan hati (Murray K, 2009). Aplikasi
Menurut Mayer 1982, apabila fase atau glikosida yaitu sebagai analgesik,
ekstrak memiliki nilai LC50 123 ppm atau antibakteri, antitusif, dan anti kanker
LC50 > 30-200 ppm berpotensi sebagai (Sumardjo D, 2006).
antibakteri. Hasil pada penelitian ini diperoleh
Hasil penelitian diperoleh bahwa bahwa kandungan fitokimia dalam ekstrak
ekstrak daun afrika mengandung alkaloid, daun afrika yang menunjukan efek toksik
saponin, tanin, fenolik, flavonoid, adalah flavonoid, tanin, glikosida, dan
triterpenoid, steroid, glikosida. Aplikasi fenolik. Dimana senyawa-senyawa
alkaloid yaitu sebagai analgesik, obat tersebut merupakan senyawa yang larut
malaria, dan obat kanker (Akbar B, 2010). air (larut dalam pelarut polar.
8
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
9
Kesehatan.Vol.4 No. 2, Desember Wahyuni S.2009.Tumbuhan Obat Hias
2016 Berpotensi.Jakarta:Elex Media
Sumardjo D.2006.Pengantar Komputindo
Kimia.Jakarta : Kedokteran EGC
10