Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN FITOTERAPI 3

Kearifan Lokal Penerapan Fitoterapi di Sumatera Utara

Dosen Pengampu : Dr. apt. Sherley, M.Si

Oleh :
RISKY DEA NOVITA
2004015207

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumbuhan obat sebagai bahan utama obat tradisional telah dimanfaatkan turun-temurun
oleh masyarakat, baik secara mandiri maupun melalui penyehat tradisional (hattra)
Pemanfaatan obat tradisional memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang berasal dari
kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk pencegahan dan mengatasi
penyakit (Jaradat et al., 2016). Hasil RISKESDAS 2013 melaporkan bahwa sebanyak 30,4%
masyarakat Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional, dan 49% diantaranya
menggunakan ramuan (Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2013). Berkhasiat obat sendiri
mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak
memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan/sinergi dari
berbagai zat yang mempunyai efek mengobati. Tumbuhan tersebut digunakan oleh
masyarakat untuk diracik dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit. Tanaman
obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman
dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-
bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Dalam
penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, untuk
mencuci/mandi, dihirup sehingga penggunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel
dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan. Seperti halnya Lestaridewi, dkk (2017)
menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara yang memiliki pelayanan kesehatan modern
telah berkembang namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisiona tetap
tinggi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemanfaatan tanaman tawar dalam pencegahan dan penyembuhan di
Kabanjahe?
2. Bagaimana pemanfaatan tanaman Zingiberaceae sebagai pengobatan di Toba?
3. Bagaimana pemanfaatan tanaman bahan alam sebagai pengobatan Diabetes
Melitus di Simalungun?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemanfaatan tanaman tawar dalam pencegahan dan
penyembuhan di Kabanjahe
2. Untuk mengetahui pemanfaatan tanaman Zingiberaceae sebagai pengobatan di
Toba
3. Untuk mengetahui pemanfaatan tanaman bahan alam sebagai pengobatan
Diabetes Melitus di Simalungun.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pemanfaatan Tanaman Tawar Dalam Pencegahan Dan Penyembuhan Di
Kabanjahe
Tawar merupakan ramuan obat dalam bentuk serbuk kering dibuat dengan cara mengiling
atau menubuk tumbuhan yang telah dikeringkan terlebih dahulu. Dalam bahasa lokal tawar
artinya obat. Tawar digunakan dengan cara diminum dengan terlebih dahulu menyeduh
dengan air panas. Tawar yang dijual oleh pedagang di kedua pasar mirip dengan jamu seduh
pada etnis Jawa. Ramuan tawar dibuat dalam kemasan tabung plastik dengan volume sekitar
50-100 ml.
Pedagang ramuan obat tradisional di pasar Berastagi dan Kabanjahe menjual dan
memproduksi tiga jenis ramuan untuk tujuan pereventif yaitu tawar latih (latih =lelah) dan
tawar mulajadi (mulajadi=awal pembentukan dimasa kandungan), dan biji senuan-senuan
(senuan-senuan= tumbuhan budidaya). Tawar latih merupakan ramuan yang digunakan untuk
mengurangi rasa letih setelah bekerja seharian di lading atau di sawah. Tawar latih sering
juga disebut tawar mbentar (mbentar= putih). Disebut tawar latih (latih= letih) karena
dimanfaatkan untuk mengurangi rasa letih sedangkan disebur tawar mbentar (mbentar=putih)
karena warnanya putih. Tawar ini dibuat dari berbagai jenis tamanam obat terutama yang
memberi efek panas atau hangat seperti jahe (Zingiber officinale), lada (Piper nigrum),
bawang putih (Allium sativum) dan adas (Foeniculum vulgare), bahing (Zingiber officinale),
dan lada (Piper nigrum). Sifat panas pada tumbuhan diyakini akan melancarkan peredaran
darah, yang berimplikasi terhadap tubuh yang sehat. Biji senuan-senuan (senuan-senuan=
tumbuhan yang dibudidaya) merupakan ramuan yang digunakan untuk meningkatkan nafsu
makan anak-anak terutama balita. Biji senuan-senuan merupakan biji yang berasal spesies
Cucurbitaceae seperti labu kuning (Cucurbita moschata), semangka (Cucurbita melo), labu
pahit (Cucurbita ledgeriana). Pada beberapa pedagang biji senuan-senuan sering juga disebut
sebagai ramuan mulajadi (mula=awal; jadi=pembentukan). Mulajadi (mula = awal; jadi =
pembentukan) merupakan sebutan masyarakat lokal untuk penyakit yang diderita anak-anak
sejak dari kandungan. Penyakit mulajadi ditandai dengan badan kurus, perut buncit, sering
demam, dan pertumbuhan/perkembangan anak lambat.
Tumbuhan obat yang diperjual- belikan di pasar Berastagi dan Kabanjahe dimanfaatkan
untuk penyembuhan penyakit ringan maupun berat. Sebanyak 17 jenis tawar yang digunakan
untuk kuratif yaitu tawar kolesterol, lemah syawat, angin duduk, “gula”, ginjal, lever,
keputihan, batuk, “sakit pasar”, tensi, rematik, maag, ambean, penyubur, sesak napas, dan
pinggang. Untuk tujuan penyembuhan, penamaan ramuan tawar disesuaikan dengan manfaat
atau khasiatnya. Sebagai contoh, tawar kolesterol dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit
kolesterol atau mengurangi kadar kolesterol darah, sedangkan tawar maag dimanfaatkan
untuk mengatasi penyakit maag. Setiap jenis ramuan dibuat dari 16- 52 spesies. Komposisi
detail setiap ramuan tidak dijelaskan dalam artikel ini. Manfaat setiap jenis tanaman yang
diperjual belikan di pasar.
Secara umum tumbuhan yang dimanfaatkan untuk penyusun ramuan obat tradisional
(tawar) yang dijual di pasar Berastagi memiliki hubungan dengan senyawa bioaktif, yang
khasiatnya telah teruji secara ilmiah. Sebagai contoh, tawar batu karang merupakan ramuan
yang digunakan untuk mengatasi gangguan ginjal. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
peluruh batu ginjal merupakan tumbuhan yang bersifat diuretik. Phyllantus niruri atau dengan
nama lokal siraprap, merupakan salah satu tumbuhan utama yang dimanfaatkan untuk
membuat tawar batu karang. Achmad et al. (2008) menyatakan bahwa Phyllantus niruri telah
terbukti secara ilmiah memilki sifat anti diuretik. Tumbuhan utama yang dimanfaatkan
pedagang untuk membuat tawar gula merupakan tumbuhan yang memiliki rasa yang
berlawanan dengan gula yaitu tumbuhan yang memiliki rasa yang sangat pahit seperti: bulung
besan (Eurycoma longifolia) dan sambiroto (Andropaghis paniculata). Rasa sangat pahit
disebabkan senyawa kuasinoid (Eurycoma longifolia) dan andrografoid (Andropaghis
paniculata) (Achmad et al. 2008), namun tidak semua tumbuhan yang terasa pahit bersifat
anti diabetes (de Padua et al. 1999). Wiryodidagdo et al. (2002) menyatakan bahwa tumbuhan
utama berkhasiat sebagai obat penyakit diabetes mellitus merupakan tumbuhan yang
menghasilkan senyawa yang mampu menekan atau merangsang kerja kelenjar endokrin,
sehingga dapat memengaruhi produksi hormon dan mengubah proses fisiologi organ tubuh.
Salah satu tumbuhan utama yang dimanfaatkan dalam pembuatan ramuan kanker adalah
tawar palitan (Ficus deltoidea). Ekstrak Ficus deltoidea telah terbukti secara ilmiah mampu
menghambat pertumbuhan sel tumor (Darusman et al. 2005; Adam et al. 2009), karena
mengandung senyawa bioaktif flavonoid, triterpenoid, alkaloid dan steroid (Sirisha et al.
2010). Ramuan obat yang secara empirik bersifat anti tumor merupakan obat yang bersifat
toksik pada fase tertentu dari siklus sel tumor, tetapi tidak menggangu perkembangan sel
normal (Wiryodidagdo et al. 2000).
2. Pemanfaatan Tanaman Zingiberaceae Sebagai Pengobatan Di Toba
Beberapa penelitian terdahulu mengungkapkan jenis-jenis tumbuhan yang berkhasiat obat
oleh etnis Batak Toba, antara lain (Anggraeni 2016), menyatakan bahwa masyarakat etnis
Batak Toba di Desa Peadungdung memanfaatkan 92 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai
obat, enam jenis di antaranya adalah tumbuhan yang berasal dari family Zingiberaceae; Ibo
dan Arimukti (2019) di Desa Martoba menyebut 98 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan
sebagai obat oleh etnis Batak Toba, empat jenis di antaranya merupakan tumbuhan dari
family Zingiberaceae; dan Hutagalung (2016), terdapat 108 jenis tumbuhan obat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat suku Batak Toba di Kampung Pagaran Lambung, dan
sebagian besar termasuk family Zingiberaceae. Menurut Silalahi et al.(2013) terdapat 152
spesies 64 famili jenis tumbuhan yang dikenal oleh masyarakat sub etnis Batak Karo untuk
mengobati 21 jenis penyakit. Diantara jenis tumbuhan tersebut, Zingeberaceae (11 spesies)
merupakan family yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan jenis lainnya seperti,
Poaceae (7spesies) dan Lamiaceae (7 spesies).
Hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh sembilan jenis tumbuhan dari suku
Zingiberaceae yang digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional oleh Etnis Batak Toba di
Sumatera Utara. Jenis-jenis tersebut adalah Zingiber officinale (jahe), Zingiber purpureum
(bungle), Zingiber americans (leppuyang), Curucuma domestica (kunyit), Curcuma
xanthorhiza (temulawak), Alpinia galanga (lengkuas), Kaempferia galangal (kencur),
Etlingera elatior (kecombrang), dan Amomum compactum (kapulaga) dan menunjukkan
bahwa jenis-jenis tumbuhan yang berasal dari suku Zingiberaceae memiliki manfaat yang
beragam dan selalu digunakan oleh etnis Batak Toba sebagai bahan pengobatan tradisional.
Salah satu manfaat Zingiberaceae adalah sebagai obat masuk angina dan obat batuk. Selain
itu, Zingiberaceae juga sering digunakan untuk pemberi aroma atau bumbu masakan sehingga
tumbuhan ini biasanya selalu tersedia di rumah. Hal ini berkaitan dengan lokasi tempat
tinggal masyarakat berada di dataran tinggi yang identik dengan cuaca dingin sehingga
membuat masyarakat mudah masuk angin dan juga bermanfaat sebagai penghangat tubuh dan
pengobatan yang mudah dikembangkan serta berkhasiat secara turun temurun dalam
mengobati berbagai penyakit.
Jenis tumbuhan Zingiber officinale, Zingiber purpureum, Zingiber americans, Alpinia
galanga, dan Kaempferia galanga merupakan komponen utama sebagai bahan perawatan
kesehatan ibu pasca melahirkan yang diramu dalam ramuan Oukup oleh Eetnis Karo.
Penelitian Shanthi et al. (2014) menyatakan bahwa variasi ramuan dan jenis tumbuhan yang
paling banyak digunakan untuk perawatan ibu hamil dan pasca melahirkan. Menurut
Kuntorini (2018) terdapat tujuh jenis anggota famili Zingiberaceae dalam pengobatan
tradisional oleh masyarakat Banjarbaru, yaitu Alpinia galanga, Curcuma domestica, Curcuma
xanthorrhiza, Kaempferia galanga, Zingiber officinale, Kaempferia pandurata, dan Curcuma
aeruginosa. Masing-masing jenis memiliki manfaat yang berbeda-beda berdasarkan
pengelompokkan pengobatan penyakitnya yaitu pengobatan jenis penyakit gangguan
pernafasan, demam, penyakit dalam dan menetralkan darah.
Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pengobatan sebagian besar adalah
rimpangnya. Selain itu batang, bunga dan biji juga merupakan bagian tanaman yang sering
digunakan. Cara pengobatan yang dilakukan berbeda-beda yaitu direbus atau dibuat jamu dan
diambil airnya untuk diminum, diambil sarinya dengan cara diparut kemudian diminum
airnya atau dioleskan pada bagian tubuh yang diobati seperti bagian kulit (bisul, panu, kurap
dan gatal-gatal), perut, kening atau bagian lainnya dan ada juga yang langsung dimakan
misalnya rimpang Zingiber officinale yang berfungsi sebagai penghangat tubuh. Peramuan
sederhana ini diyakini bahwa sari tumbuhan yang diramu sudah keluar dari bagian tumbuhan
sehingga lebih mudah dalam mengolahnya dan hasilnya lebih efektif dalam proses
pengobatan. Menurut Susiarti (2015); Purwanti (2016) peramuan jenis tumbuhan dilakukan
secara sederhana yaitu dengan cara bagian tumbuhan yang dimanfaatkan cukup dengan cara
direbus. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan yaitu daun, kulit kayu, batang, akar dan buah.
Selain itu, pengolahan dengan cara direbus sangat mudah dan hemat karena bisa direbus
hingga berulang kali.
3. Pemanfaatan Tanaman Bahan Alam Sebagai Pengobatan Diabetes Melitus Di
Simalungun

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 26 Jenis tumbuhan, 20 Famili dan 15 Ordo
yang berpotensi sebagai Obat diabetes mellitus.
Phyllanthus niruri (Rumput dukung anak) merupakan jenis tumbuhan liar yang tumbuh
pada tempat lembab dan berbatu. Dapat dijumpai di daerah dataran rendah sampai pada
ketinggian 1000 mdpl. Terna, semusim, tumbuh tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang-cabang.
Kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan ini adalah adanya flavonoid yang terdiri dari
quercetin, isoquercetrin, astragalin yang berperan sebagai obat diabetes.
Helaian daun tunggal, letak berseling, helaian daun berbeda pada daun muda dan daun tua
(anisofili). Bunga majemuk, bentuk setandan, kelopak segitiga, benang sari dan putik kecil,
putih mahkota bentuk tajuk, kecil, putih. Buah ketika masih muda berwarna hijau setelah tua
berwarna merah, jingga atau hitam. Biji kecil, warna hitam, akar tunggang, warna putih
kekuningan. Kandungan kimia berupa vitamin, asam fumarat, dan asam folat.
Catharanthus roseus merupakantumbuhan berhabitus terna menahun, tumbuh tegak,
bercabang banyak, tinggi mencapai 120 cm. Batangnya berkayu pada bagian pangkal, sering
bergetah putih, bentuk batang bulat. Helaian daun tunggal, terletak berhadapan dengan
pertulangan daun menyirip, bentuk helaian daun memanjang, bulat telur terbalik sampai oval,
pangkal runcing, ujung runcing, tepi daun rata, ibu tulang daun agak tebal dan berdaging,
pertulangan daun sedikit melengkung, warna hijau, tangkai daun 5-6 mm, ukuran helaian
daun 2-9 cm, berbulu pada kedua permukaannya. Perbungaan berupa bunga majemuk
menggarpu, di ketiak daun yang biasanya dipadati oleh beberapa pasang daun, panjang ibu
tangkai bunga 1-2 mm, tegak. Kandungan kimianya yang berkhasiat menurunkan kadar
glukosa darah (hipoglikemik) antara lain leurosin, katarantin, lochnerin, tetrahidroalstonin,
vindolin dan vindolinin.
Aloe vera merupakan herba menahun, 30 -50 cm. Batang rebah, panjang 2-3 cm,
bercabang di pangkal, membentuk tunas-tunas di setiap buku. Daun lanset tebal dan
mengkilap, panjang 40 - 50 cm, lebar 6 - 7 cm pada bagian dasar daun. Permukaan daun
bagian atas konkaf, abu-abu hijau terkadang ujung kemerahan. Tepi daun berwarna merah
jambu pucat dan 2 mm gigi-gigi yang berwarna pucat. Bunga infloresense lurus ke atas dapat
mencapai 60 - 90 cm. Kandungan kimia berupa aloe emodin yang tergolong dalam senyawa
antraquinone yang mempunyak kemampuan menurunkan kadar gula darah. (
BAB III
KESIMPULAN

1. Pemanfaatan obat tradisional memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang berasal


dari kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk pencegahan dan
mengatasi penyakit
2. Tawar merupakan ramuan obat di Kabanjahe dalam bentuk serbuk kering dibuat dengan
cara mengiling atau menubuk tumbuhan yang telah dikeringkan terlebih dahulu. Dalam
bahasa lokal tawar artinya obat. Tawar digunakan dengan cara diminum dengan terlebih
dahulu menyeduh dengan air panas
3. Hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh sembilan jenis tumbuhan dari suku
Zingiberaceae yang digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional oleh Etnis Batak
Toba di Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, J., Riyanto, R., & Chandra, R. H. (2020). Kajian etnobotani Zingiberaceae
sebagai bahan pengobatan tradisional Etnis Batak Toba Di Sumatera Utara. Media
Konservasi, 25(1), 98-102.

Silalahi, M. (2020). Ramuan Obat Tradisional Sub-Etnis Batak Karo Yang


Diperjualbelikan Di Pasar Berastagi Dan Kabanjahe Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 15(2), 15-24.

Simanjuntak, H. A. (2018). Pemanfaatan tumbuhan obat diabetes mellitus di


masyarakat etnis simalungun Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. BIOLINK
(Jurnal Biologi Lingkungan Industri Kesehatan), 5(1), 59-70.

Ulfa, S. W. (2021). Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Kecamatan Medan


Tembung Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. BEST Journal (Biology Education, Sains
and Technology), 4(1), 123-132.

Anda mungkin juga menyukai