Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MUAMALAH

“Profile Keluarga Sakinah dari Nabi Ibrahim A.S”

Dosen Pengampu :
Ristianti Azharita s.pd.I, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Alya Novianti 2004015150
Ellen Dian Permata 2004015045
Putri Indah Julianti 2004015134
Risky Dea Novita 2004015207

Kelas : Muamalah 4H

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,
hidayah dan karunianya-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Tak lupa shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, serta beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang seperti sekarang
ini.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Ristianti Azharita s.pd.I,
M.Pd.I selaku dosen pengampu muamalah yang membimbing kami dalam pengerjaan
tugas makalah ini. Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna. Akan tetapi, dalam proses penyusunannya kami usahakan
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang dapat
membangun guna perbaikan dalam pembuatan makalah kedepannya.

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Profile Nabi Ibrahim A.S .............................................................................. 3
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 7
A. Kesimpulan ................................................................................................... 7
B. Saran ............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

Ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nabi Ibrahim telah kita ketahui, bahwasannya beliau adalah satu dari Nabi
dan Rasul yang juga mendapat sebutan Ulul Azmi, yaitu para rasul yang memiliki
keteguhan luar biasa selama menyebarkan berbagai risalah Allah SWT. Tatkala para
rasul ini harus menghadapi berbagai penentangan dari kaum-kaum yang di dakwahi,
para rasul ini berdoa agar Allah SWT memberi hidayah untuk kaum-kaum tersebut.
Allah SWT mendapati berbagai risalah-Nya yang disampaikan melalui para rasul ini
telah secara mutlak dibantah serta diingkari oleh kaum-kaum tersebut, maka Allah
SWT yang menyelamatkan para rasul ini beserta para pengikut mereka, serta Allah
SWT timpakan hukuman setimpal kepada kaum-kaum pengingkar itu. Sebagaimana
telah disampaikan di dalam Al-quran yang di wahyukan kepada Nabi dan Rasul
terakhirnya, Rasulullah Muhammad SAW. Kesuksesan Nabi Ibrahim Alaihissalam
ini didalam membangun peradaban dunia, dan melahirkan generasi-generasi sukses
berpredikat Nabi, karena beliau sangat memperhatikan pendidikan agama dalam
keluarga. Konsep ajaran Islam merupakan transfer nilai maka sudah tentu akan
berhubungan dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan
emosi merupakan sebuah kecerdasan yang bisa memotivasi kondisi psikologis
menjadi pribadi-pribadi yang matang, dalam bentuk kemampuan merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi, informasi dan pengaruh manusia. Pendidikan Islami secara luas
punya makna yang selaras dengan At-Tarbiyah, yakni sebuah proses pembelajaran
yang akan menghasilkan kondisi yang lebih baik dari hari ke hari.
Melihat luasnya cakupan pendidikan Islami maka kita akan disadarkan bahwa
yang berperan sebagai pendidik yang sebenarnya adalah kedua orang tua, dan
keluarga. Pembentukan pribadi yang berkarakter dengan konsep pendidikan Islami
lahir dari keluarga. Karakter anak terbentuk semenjak dini, bukan sebuah proses
yang tiba-tiba. Ia adalah proses sejak dalam kandungan ibu. Bahkan ada yang
mengatakan bahwa karakter anak terbentuk sejak pemilihan siapa ibu dan bapaknya.
Oleh karena itu, konsep pendidikan Islami sangat menekankan pentingnya

1
pendidikan usia dini yang mengajarkan kepada anak beberapa hal mendasar terkait
akidah dan akhlak.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari subsistem yang
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Subsistem dalam keluarga
adalah fungsi-fungsi hubungan anggota keluarga yang ada dalam keluarga, sesuai
dengan Al-quran An-Nisa ayat 1. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga beserta beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaaan saling ketergantungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teladan Nabi Ibrahim dalam menjalankan Konsep Keluarga Sakinah
?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana teladan Nabi Ibrahim dalam menjalankan Konsep
Keluarga Sakinah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teladan Nabi Ibrahim dalam Konsep Keluarga Sakinah


Nabi Ibrahim dikenal sebagi bapak para nabi, bapak monotheisme dan
proklamator keadilan ilahi, serta sebagai seorang pemimpin yang sukses mendidik
keluarganya untuk taat kepada Allah SWT. Keluarga ibrahim a.s muncul sebagai
keluarga ideal, yang tentu bukan kelurga yang merugi sehingga sangat masuk akal
bahwa kelurga tersebut memiliki karakteristik keimanan yang kokoh dan amal shaleh.
Berawal dari masa bayi, Ibrahim diasingkan ke sebuah gua sewaktu menghindari
perintah keji penguasa bernama Namrudz tentang pembunuhan bayi laki-laki yang baru
lahir. Setelah beranjak dewasa, Ibrahim bertekun mendakwahkan risalah Allah berupa
pengenalan tentang Tuhan yang sesungguhnya, Ibrahim juga giat menentang sikap
kemusyrikan maupun penyembahan berhala yang dilakukan kaumnya. Ibrahim berani
menghancurkan tipu daya Namrudz beserta kaum penyembah berhala di Babilonia,
sekitar selatan Irak. Beliau bahkan dihadapkan dengan berbagai ujian berat, yakni
sampai dilempar ke perapian secara hidup-hidup, walaupun demikian, Allah
menganugerahkan keselamatan untuk Ibrahim yang memiliki Iman yang tidak
tergoyahkan kepada Allah. Kemudian, Ibrahim beserta para pengikutnya berhijrah
untuk Allah.

 Orientasi Ilahiah dalam Keluarga


Dalam mempelajari perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS, kita akan mendapatkan

diri beliau sebagai insan yang sangat teguh dan gigih dalam menegakkan hak Allah

SWT yang agung, yakni aqidah.

Dakwah kepada Ayah dengan Sabar dan Santun

Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah berkata: penduduk negeri Harran adalah kaum

musyrikin penyembah bintang dan berhala. Seluruh penduduk bumi adalah orang-orang

kafir kecuali Ibrahim as, isterinya, dan keponakannya, yaitu Nabi Luth as. Awal dakwah

tauhid yang beliau tegakkan, ialah diarahkan kepada ayahnya, karena ia seorang

4
penyembah berhala yang paling berhak untuk diberi nasihat

Dalam tafsirnya Ibnu Katsir pada QS. Al-An‟am:74-76 menjelaskan bahwa nabi

Ibrahim menasehati ayahnya tentang penyembahan yang dilakukannya terhadap

berhala-berhala, mengingatkan sekaligus melarangnya melakukan hal tersebut, namun

ayahnya tidak juga berhenti dari perbuatannya itu, sebagaimana Firman Allah “Dan

(ingatlah) di waktu Ibrâhîm berkata kepada bapaknya Azar, pantaskah kamu

menjadikan berhala-berhala sebagai ilâh-ilâh” apakah kamu meng-ilâh-kan berhala

Allah? “Sesunggunya akau melihat engkau dan kaummu” yaitu orang-orang yang

menempuh jalanmu “dalam kesesatan yang nyata” tersesat dan tidak mendapatkan

petunjuk kemana mereka harus berjalan, bahkan mereka berada dalam kebingungan

dan kebodohan, hal itu jelas bagi orang yang berakal sehat. Inilah daya logika yang

Allah karuniakan untuk nabi Ibrahim sehingga ia menolak Agama penyembahan

berhala dan Langit yang sedang dipercayai kaumnya. Ibrahim pun menyadari bahwa

Yang Mengendalikan bulan, bintang, matahari, siang dan malam juga Yang

Menciptakan seluruh makhluk di bumi adalah Tuhan yang sebenarnya.

Mengajarkan Tauhid Kepada Hajar dan Putranya

Menurut sebuah hadits riwayat Ibn Abbas diterangkan bahwa tatkala Ibrahim

membawa Hajar dan putranya, Ismail, ke sebuah gurun pasir yang kering dan tidak

berpenghuni di Mekkah dan meninggalkan mereka di sana. Istrinya –Siti Hajar–

bertanya: “Wahai Ibrahim,” mengekor di belakang suaminya, “Ke manakah engkau akan

pergi dengan meninggalkan kami di tempat yang tidak ada seorang pun manusia, tidak

ada satu pun tumbuhan, dan tidak ada setetes air pun?” Ibrahim terus berjalan tanpa

mengucapkan sepatah kata pun. Demikian juga ketika Siti Hajar mengulangi pertanyaan

5
serupa. Lembah itu memang sangat gersang. Tapi, Nabi Ibrahim tetap bergeming.

“Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini, atau ini hanya ketetapanmu?” Tanya

Siti Hajar, pada akhirnya Nabi Ibrahim berhenti berjalan, lalu menjawab, “Allah yang

menetapkan ini.” “Baiklah,” jawab Siti Hajar, tanpa keraguan. Ia merasa amat tenang.

Jika ini berasal dari Allah, tentu Dia tidak akan membiarkan kami kelaparan

 Pendidikan Islami Pada Anak


Pada firman Allah swt QS. Shaffat ayat 99-103 Allah Swt. menceritakan
tentang hijrah Ibrahim as dari kalangan mereka. Allah menganugerahkan kepada
Ibrahim seorang anak untuk menyenangkan hatinya, anak tersebut adalah Ismail.,
karena sesungguhnya dia adalah anak pertamanya. Dia lebih tua daripada Nabi Ishaq,
menurut kesepakatan kaum muslim dan kaum Ahli Kitab.

Pengabdian keluarga ini mencapai kesempurnaannya ketika Ibrahim menerima

perintah untuk mengorbankan putra satu-satunya Ismail, ia tidak ragu sedikitpun,

walaupun “setelah dua-duanya berserah diri, dan ia (Ibrahim) melungkupkan dia di

atas dahinya”, suara Ilahi datang ke dirinya bahwa “Engkau telah memenuhi impian

(Q.S. Ash-Shaffat: 103-105), atas ketaatannya dalam mengorbankan anaknya, dan

kemudian pengorbanan itu diganti dengan pengorbanan domba yang diperingati setiap

hari raya kurban (Q.S. Ash- Shaffat:107).

Kejadian tersebut memperlihatkan pengabdian sempurna dari Ibrahim kepada

Tuhan, dan maknanya tanpa ragu merupakan suatu ramalan yang mengacu pada

pengabdian sempurna Nabi Suci dan para pengikutnya, yang ditunjukkan keinginan

untuk meletakkan kehidupan mereka dan kehidupan yang paling dicintai mereka adalah

dalam memperjuangkan kebenaran.

Ini ditunjukkan dalam Qur‟an dalam dialog Ismail sebagai putra yang ikhlas

6
dengan Ibrahim yang menerima perintah mengorbankannya, karena itu beliau pun

menerima kabar baik tentang kelahiran Ishak yang dianugerahkan kepada Ibrahim

setelah pengorbanan tersebut (Q.S. Ash-Shaffat: 112)

Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Ikrimah Qatadah, As-Saddi, Ibnu


Ishaq, dan lain-lainnya. Makna “tallahu lil jabin” ialah merebahkannya dengan wajah
yang tengkurap dengan tujuan penyembelihan akan dilakukan dari tengkuknya dan agar
Ibrahim tidak melihat wajahnya saat menyembelihnya, karena cara ini lebih ringann.
Ibnu Abbas ra Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan Qatadah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis
(nya). (As-Shaffat: 103) Yakni menengkurapkan wajahnya.

Dari kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam di atas, dikaitkan dengan Pendidikan


Islami untuk keluarga, maka ada pembelajaran untuk kedua orang tua dalam mendidik
anak-anak mengenai:
1. Mendidik Anak untuk Bersyukur
Mensyukuri segala karunia yang Allah berikan dimulai dari keteladanan kedua orang
tuanya. Hal pertama dan senantiasa harus ditanamkan adalah kesyukuran atas nikmat
iman dan Islam. Hal yang tak boleh diabaikan adalah kesadaran anak bahwa
keberadaannya juga sebagai wujud karunia yang harus disyukuri sehingga ia bisa
diterima apa adanya dalam lingkungan keluarga
2. Mengajarkan Tauhid yang Benar
Tauhid adalah ruh dari pendidikan Islami. Jika tauhid anak tidak dikuatkan sejak kecil,
akan berpengaruh pada usia remajanya dan akan dikhawatirkan berakibat pada syirik,
sementara dosa syrik tidak akan diampuni Tuhan. Allah berfirman dalam Alquran:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar,” ( QS. An-
Nisa (4): 48).
3. Berakhlak baik

7
Mengajarkan anak mengenai akhlak baik terhadap kedua orang tuanya penting untuk
membangun karakter anak. Ajarkan ia berlaku baik bahkan ketika harus berbeda
pendapat serta berlemah lembut ketika berbicara dan bersikap.
4. Mengajarkan Salat
Kewajiban salat tak boleh lalai untuk diperintahkan kepada anak. Tentu perintah itu
sendiri bukan sekadar menyuruh melainkan telah ada keteledanan dan upaya sadar
disertai kesabaran dalam proses pemahaman kepada anak sehingga kewajiban salat
menjadi sebuah kebutuhan anak seiring tumbuh kembangnya.
Rasulullah bersabda, “Suruhlah anak-anakmu halat bila berumur tujuh tahun dan
gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur
mereka (putra-putri)”. (HR. Abu Dawud).
5. Mengajarkan untuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Ketika keluarga sudah mampu menjadi sentral bagi pendidikan Islami maka dari
keluarga juga anak dipersiapkan untuk bisa berinteaksi dengan anggota masyarakat
dengan cara bertanggung jawab, agar kebiasaan untuk saling mengingatkan terhadap
kelalaian siapa pun dan mencegah terjadinya kemungkaran oleh siapa pun menjadi
karakter dasar anak di kemudian hari. Iklim ini bisa dibangun apabila orang tua mampu
bersikap egaliter tanpa harus kehilangan kendali terhadap fungsinya sebagai pendidik.
Karena pendidikan Islami berlangsung di sepanjang waktu, dalam kehidupan sehari-
hari.
6. Mengajarkan Rendah Hati
Menekankan kepada anak agar tidak bersikap sombong, berlaku lemah lembut, dan
rendah hati. Meminta maaf jika salah, meminta ijin dan meminta tolong jika
berkepentingan, serta mengucapkan terima kasih jika mendapatkan bantuan sekecil apa
pun merupakan cara mendidik yang terbukti efektif untuk menumbuhkan karakter anak
yang santun.

 Dialog dan Hubungan antar keluarga


Keberhasilan Nabi Ibrahim a.s. dalam membina anak-anak sholeh di dalam
keluarganya seperti Nabi Ismail a.s. contohnya, ditunjukkan oleh banyak indikator yang
diantaranya adalah dialog atau interaksi antara bapak dan anak yang dapat

8
mempengaruhi sepanjang hayat dengan cara penanaman akhlak sedini mungkin ke
dalam diri anak
Allah Swt. ingin menguji imannya melalui sebuah mimpi -yang bagi para nabi

adalah wahyu- Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya. Sebelum

melaksanakan perintah itu, terjadi dialog yang sangat harmonis dan menyentuh hati

antara anak dan bapak. Ternyata, sang anak dengan hati yang tegar siap menjalani

semua kehendak Allah. Ia bersedia disembelih oleh ayahnya demi menjalankan

perintah Allah Swt. Ketegaran sang ayah untuk menyembelih sang anak dan

kesabaran sang anak menjalani semua itu telah membuat mereka berhasil

menempuh ujian yang maha berat tersebut. Allah Swt. menebus Ismail dengan

seekor domba, dan peristiwa bersejarah itu diabadikan dalam rangkaian ibadah

korban pada hari Idul Adha. Kisah ini direkam dalam Q.S. Ash-Shaffat ayat 102-

107.

Komunikasi yang baik dengan dialog ini menjadi pilar penting dalam

keluarga Nabi Ibrahim. Oleh karena itu, ketika mendapatkan pertanyaan dari

bapaknya tentang apa pendapatnya, Ismail yang baru beranjak dewasa mampu

mengungkapkan kesiapannya dengan baik. Hal tersebut menjadikan perintah Allah

Swt. itu tertunaikan dengan sangat baik sehingga Allah Swt. sangat puas. Kemudian

Allah Swt. memberikan hadiah berupa menebus Ismail dengan kurban sembelihan

yang besar.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dalam menteladani Nabi Ibrahim Alaihissalam
menghidupkanTarbiyah Ilahiyah Keluarga menuju Era New Normal:
1. Perbanyaklah berdoa agar diberikan keturunan sholeh sholehah. QS. Ash-Shafat
ayat 100, Doa agar di anugerahi keturunan sholeh sholehah yang selalu
dipanjatkan: Rabbi Habblii Min Al-Shalihin Artinya: “Wahai Tuhanku,
karuniakanlah aku keturunan yang saleh.”
2. Sebagai orang tua kita harus memiliki kepedulian yang kuat terhadap pendidikan
anak-anaknya, sebagaimana yang telah di contohkan Nabi Ibrahim Alaihissalam,
dan Allah Swt abadikan di dalam firmannya QS. Ibrahim ayat 35, Doa memiliki
kepedulian yang kuat terhadap pendidikan anak-anaknya: Artinya:”Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berkata, Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah),
negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah
berhala.”
3. Memiliki kepedulian yang kuat terhadap kesejahteraan anak dan keluarga,
menuju Ampunan dan Rahmat Allah Swt sebagai tujuan akhirnya. Sebagaimana
firmanNYA di dalam QS. Ibrahim ayat 37, Doa memiliki kepedulian yang kuat
terhadap kesejahteraan anak dan keluarga Artinya: “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat,
maka jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” Jika
kita berpikir lebih jauh, sebagai muslim semua wabah ini adalah sebuah
rahmatNYA, sebuah peringgatan bagi yang bertafakkur, untuk terus
menjadikannya sebagai wasilah atau jalan untuk terus banyak mendekatkan diri
kepada Allah SWT, sehingga ketika tingkat kepasrahan tinggi maka akan
dirasakan ketenangan dan dengan segala usaha dan do’a keselamatan juga
kepada Allah SWT, dengan selalu melibatkannya selalu terlebih di era New
Normal.

7
B. Saran
Makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan tambahan dalam
nilai pendidikan yang sesuai dengan al-quran dengan menteladani perilaku baik dan
akhlak terpuji nabi ibrahim a.s dengan keluarganya dalam mendidik anak-anaknya.
Semoga kedepannya banyak keluarga yang dapat mendukung pendidikan baik di
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat dengan ini dibutuhkan kerjasama
yang baik antar semua komponen yang bersangkutan. Upaya ini dilakukan supaya
dapat menghasilkan generasi islam yang tangguh, patuh dan berakhlak mulia

8
DAFTAR PUSTAKA
Rusmana Indriya. Teladan Tarbiyah Ilahiyah Keluarga Nabi Ibrahim Menuju Era New
Normal. 2020
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Rosda, 2012
Abdul Hammudah Al’Ati, Keluarga Muslim (The Family Stucture in Islam), Bina Ilmu,
1984

Anda mungkin juga menyukai