Dosen Pengampu:
DRS. ZELHENDRI ZEN, M.Pd
OLEH KELOMPOK 3
AMIRUL FIKRI (18004062)
SITI SOPIAH YULIANTI (18004095)
SYIFA ADILA (18005096)
DEVI NOPRIANI (18004067)
ARDHILA PUTRI (18004064)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan karunia–Nya lah, penulis dapat menyelesaikan makalah
“PEMBINAAN KEPRIBADIAN DARI USIA DUA TAHUN HINGGA
BALIGH”. Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok pada matakuliah Filsafat dan Teori Pendidikan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat bagi
pengembangan wawasan dan peningkatan umum pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan penulisan................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembinaan Akidah.............................................................................
B. Pembinaan Ibadah..............................................................................
C. Pembinaan Kemasyarakatan..............................................................
D. Pembinaan Moral /Pendidikan Akhlak..............................................
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepribadian adalah gambaran cara seseorang bertingkah laku terhadap
lingkungan sekitanya, yang terlihat dari kebiasaan berfikir, sikap dan minat,
serta pandangan hidupnya yang khas untuk mempunyai keajegan. Karena
dalam kehidupan manusia sebagai individu ataupun makhluk social,
kepribadian senantiasa mengalami warna-warni kehidupan.Ada kalanya
senang, tentram, dan gembira.Akan tetapi pengalaman hidup membuktikan
bahwa manusia juga kadang-kadang mengalami hal-hal yang pahit, gelisah,
frustasi dan sebagainya.Ini menunjukan bahwa manusia mengalami dinamika
kehidupan.
Kepribadian sangat mmencerminkan perilaku seseorang. Kita bisa tahu apa
yang sedang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan
dpengalamn diri kita sendiri. Hal ini karena dalam banyak segi, setiap orang
adalah unik, khas. Oleh karena itu kita membutuhkan sejenis kerangka acuan
untuk membentuk kepribadian yang baik. Kepribadian seseorang dapat
dibentuk dari sedini mula melalui pembinaan kepribadian yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pembinaan Akidah anak ?
2. Bagaimana Pembinaan Ibadah anak?
3. Bagaimana Pembinaan Kemasyarakatan?
4. Bagaimana Pembinaan Moral /Pendidikan Akhlak anak?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pembinaan Akidah anak
2. Untuk mengetahui pembinaan Ibadah Anak
3. Untuk mengetahui pembinaan Kemasyarakatan
4. Untuk mengetahui pembinaan moral/pendidikan anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembinaan Akidah
Aqidah Islamiyah dengan enam pokok keimanan, yaitu beriman kepada
Allah ‘azza wa jalla, para malaikatnya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya,
beriman kepada hari akhir dan beriman kepada qadha’ dan qadar yang baik
maupun buruk, mempunyai keunikan bahwa kesemuanya itu merupakan
perkara yang ghaib.
Seseorang akan menghadapi kebingungan bagaimana ia mesti
menyampaikannya kepada anak dan bagaimana pula anak bisa berinteraksi
dengan itu semua ? bagaimana cara menjelasakan dan memaparkannya? Di
hadapan pertanyaan ini atau pertanyaan sejenis lainnya, kedua orangtua bisa
kelabakan dan mencari tahu bagaimana caranya. Akan tetapi melalui
penelaahan terhadap cara Nabi shalallahu’alaihi wassalam dalam bergaul
dengan anak-anak, kita temukan ada lima pilar mendasar di dalam
menananmkan aqidah ini.
B. Pembinaan Ibadah
1. Sholat
Anak adalah amanah Allah yang berharga. Karena itu, orang tua
dituntut untuk mendidiknya sejak masih dalam kandungan ibunya sampai
dewasa, sebab setiap anak yang baru lahir selalu dalam keadaan suci
(fitrah). Maka, saat kembali nanti kepada Sang Pemiliknya Allah SWT
harus suci pula, tanpa noda dan dosa. Karena itulah pendidikan
terhadap anak dalam pandangan Islam adalah wajib
hukumnya”(Mushthafa, t.t., 15) .
Salah kewajiban yang harus dilakukan di dalam agama Islam
adalah sholat, karena sholat merupakan salah satu pilar dalam agama
Islam. Dengan sholat 5 waktu, anak akan terbiasa disiplin dan memiliki
karakter yang baik. Hal ini dikarenakan dalam solat anak akan berlatih
konsentrasi, khusyu, dan bersabar dalam menjalankannya. Sholat
sendiri haruslah dilatih sejak anak usia dini, sehingga dewasa kelak akan
menjadi kebutuhan yang tidak pernah ditinggalkan. Pendidikan anak
usia dini merupakan pendidikan yang paling penting dalam fase
kehidupan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan para pakar
anak usia dini, bahwa usia dini adalah usia emas atau the golden age.
Pada usia ini, anak harus diberi stimulus secara kontinu. Terutama pada
sensor panca indra anak yang berfungsi menangkap rangsang.
Dengan demikian, perkembangan anak akan berkembang secara optimal.
Pada fase ini sangat cocok untuk orangtua atau pun pendidik
mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki anak. Potensi-potensi
ini dapat berkembang apabila seluruh kegiatan anak mendapatkan arahan
dan bimbingan dari orangtua atau pun guru.
Mendidik dan mengarahkan anak bisa dilakukan dengan banyak
cara, bisa melalui pemberian keteladanan, pembiasaan, atau pun
pengajaran secara langsung. Melihat banyak fenomena atau tren masa
sekarang bahwa banyak anak yang nakal, melawan pada orangtua,
bahkan ada anak yang membunuh orangtuanya. Hal ini tidak lain
dikarenakan pendidikan sejak usia dini. Pendidikan pada usia dini
inilah yang memberikan banyak sumbangsih pada perkembangan anak
ketika dewasa nantinya.
Beberapa cara dilakukan baik oleh orangtua, lingkungan masyarakat,
mau pun lembaga pendidikan baik formal mau pun non formal, agar anak-
anak di lingkungannya menjadi generasi baik. Salah satunya di
lembaga pendidikan anak usia dini yang mengajarkan tentang nilai-
nilai karakter dan pengetahuan pada anak usia dini. Dari sinilah, anak
mendapatkan pendidikan. Pada artikel ini akan dipaparkan mengenai
implementasi perintah sholat pada anak berdasarkan Hadis Nabi SAW.
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata:
Rosululloh SAW Bersabda “Perintahkanlah anak-anak kalian yang
sudah berumur tujuh tahun. Dan pukulah mereka karena
meninggalkannya ketika telah berumur 10 tahun. Serta pisahkanlah
mereka dalam tempat tidur mereka. (Hadis hasan. Diriwayatkan oleh Abu
Dawud dengan sanad yang Hasan)
3. Puasa
Setiap anak dikaruniai kemampuan jasmani maupun rohani yang
berbeda. Oleh sebab itu, orang tua hendaklah mampu menyadari
seberapa siapkah anak mereka untuk dilatih berpuasa. Tidak menutup
kemungkinan seorang anak berusia 3 tahun sudah mampu menahan lapar
dan dahaga sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Sebaliknya,
boleh jadi ada anak berusia 6 tahun yang hanya mampu berpuasa
“beduk” (latihan berpuasa sampai waktu zuhur). Sepatutnya orang tua
menanamkan kepada anak tentang rasa cinta terhadap ibadah kepada
Allah.
a. Sahur bergizi, iftar bernutrisi
Tak perlu takut anak kekurangan gizi gara-gara berpuasa sehari
penuh. Yang harus dilakukan adalah menyediakan menu sahur yang
bergizi serta iftar yang bernutrisi. Jangan asal enak tapi tak sehat. Jangan
pula asal kenyang tapi miskin kandungan gizi. Seimbangkan menu sahur
dan buka puasanya: nasi dan lauk pauk (sayur, ikan, tempe, tahu, ayam,
atau daging), susu, kurma, serta pilihan makanan dan minuman sehat-
bernutrisi lainnya. Insyaallah raga anak tak ‘kan sengsara. Bahkan bisa
saja badannya malah jadi lebih bugar karena waktu makannya yang lebih
teratur (sahur dan iftar). Apalagi bila ditambahkan dengan camilan sehat
secukupnya pada malam hari, seperti buah atau bubur kacang hijau.
b. Latih secara bertahap
Berpuasa memerlukan kesiapan fisik dan mental. Jika ingin
melatih anak kecil berpuasa, lakukan secara bertahap:
1. Jika orang tua berpuasa senin dan kamis, anak bisa diajak serta.
2. Uji coba dengan puasa ”beduk”. Jika anak masih kuat, lanjutkan
puasanya hingga penuh sehari.
3. Lebih kerap memberi kalimat motivasi, ”Enak ya puasa.” ”Allah
sayang orang Islam yang rajin puasa.” ”Kita puasa supaya dapat
banyak pahala. Kalau pahala tambah banyak, insyaAllah kita bisa
masuk surga. Di surga itu enak, banyak teman yang baik-baik.”
4. Sajikan hidangan kegemaran anak sebagai menu berbuka untuknya.
Ketika menyiapkan hidangan tersebut, sampaikan kepadanya,
”Insyaallah kita makan ini kalau berbuka puasa nanti.”
5. Ketika berbuka, motivasi anak dengan nikmatnya berbuka setelah
berjuang berpuasa sehari penuh, ”Alhamdulillah, enak ya kita bisa
buka puasa. Masyaallah, anak Ummi hebat! Kapan-kapan
insyaallah kita puasa lagi ya.”
c. Rajin puasa, mesti rajin shalat juga
Masa melatih anak berpuasa sekaligus bisa jadi kesempatan emas
untuk melatihnya disiplin shalat fardhu lima waktu. Jelaskan kepada
anak bahwa percuma saja orang berpuasa bila tak shalat. Meski anak
kecil memang belum mukallaf, tapi akan sangat baik bila sejak belia
mereka telah paham tentang bertapa pentingnya shalat dalam Islam.
Selain shalat, anak juga bisa diperkenalkan dengan berbagai amal shalih
yang lain, seperti membaca Al-Quran dan banyak berzikir serta
beristigfar.
d. Hadiah di balik kertas kado
Tiba saatnya Anda tunjukkan kebahagiaan Anda atas
keberhasilannya berpuasa. Bentuknya bisa berupa ucapan,
“Alhamdulillah. Hari ini anak Ummi bisa berpuasa sehari penuh.
Ummi bahagia.” Bisa pula berupa hadiah yang dibungkus manis dengan
kertas kado. Boleh juga bila hadiah itu berbentuk rekreasi ke pantai, ke
taman bermain, atau ke kebun binatang.
e. Sudah terbukti
Para Pembaca yang kami hormati, tulisan ini disajikan tentunya
berlatar bukti yang sudah terjadi. Alhamdulillah – atas pertolongan Allah
– ternyata ada anak-anak kaum muslimin yang berhasil berpuasa pada
usia 3 tahun, bahkan ada pula yang lebih muda dari itu. Yang membuat
kita lebih bersyukur lagi, puasa hamba-hamba Allah yang masih sangat
belia ini ternyata berlangsung sejak fajar terbit sampai tenggelamnya
mentari. Ini berlangsung selama berhari-hari, baik pada bulan Sya’ban,
sebulan penuh Ramadhan, bahkan enam hari pada bulan Syawal.
4. Haji
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang di
tujukan kepada anak anak sejak lahir sampai dengan usia 6
tahun.dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak
memiliki kesiapan dengan memasuki pendididkan lebih lanjut (sisdiknas 1
:14). Salah satu kompetensi yang harus dimiliki anak usia dini adalah
terbiasa melakukan gerakan ibadah seperti peragaan manasik haji Tujuan
kegiatan peragaan manasik haji ini adalah untuk menanamkan sikap
religius terhadap anak usia dini, sekaligus mengenalkan rukun islam yang
ke lima yakni menjalankan ibadah haji , menurut Ketua pelaksana
Manasik haji adalah pelaksanaan peragaan ibadah haji sesuai dengan
yukun , rukunnya selain itu para calon haji haji cilik ini juga akan belajar
bagaimana cara tawaf, wukup, lempar jumroh,dan prosesi ibadah lainnya
dengan kondisi yang di buat mirif dengan keadaan di tanah suci. Kegiatan
kegiatan yang dilakukan saat usia dini anak-anak di rentang usia taman
kanak-kanak 3 sampai 6 tahun termasuk usia emas di saat kecil
sepert inilah ibarat mengukir diatas batu, sesuatu yang akan membekas
kedalam memori mereka hingga dewasa kelak. Para orang tua murid yang
hadir dalam peragaan mereka sangat antusias dan bangga menyaksikan
putra putri kecilnya yang lucu dan menggemaskan ini dibiasakan
berpakaian ihram sedang bagi yang wanita mengenakan baju gamis/
kurung berwarna putih lengkap dengan krudung putih.
5. Zakat
Keberhasilan gerakan zakat tidak lepas dari peran keluarga. Keluarga
yang memahami, sadar, dan mengeluarkan zakat menjadi pilar utama
kesuksesan zakat.Edukasi zakat berujung pada kesadaran individu muslim
yang ada dalam keluarga untuk berzakat. Keluarga yang sudah sadar zakat
berarti keluarga yang sudah mampu membuang sifat kikir dan ego pribadi
dalam jiwanya. Keluarga tersebut sudah memahami visi dan misi sosial
Islam yang ingin membangun peradaban Islam berbasis nilai-nilai
persaudaraan, kekeluargaan, dan kebersamaan. Menurut KH Muhammad
Aniq Muhammadun (2016), zakat berbeda dengan haji.Zakat murni lahir
dari kepedulian seseorang kepada orang lain yang membutuhkan dengan
kekayaan yang dimiliki. Oleh sebab itu, gerakan sadar zakat harus dimulai
sejak dini, dari anak-anak yang ada dalam keluarga. Semua orangtua
bertanggung jawab menjaga seluruh anggota keluarganya dari siksa api
neraka. Nabi menyuruh orangtua memerintahkan anaknya melakukan
shalat pada usia tujuh tahun dan memberikan sanksi yang tegas ketika
pada usia sepuluh tahun bila anaknya meninggalkan shalat. Hal ini
bertujuan untuk melatih dan membudayakan shalat sejak dini. Zakat status
hukumnya disamakan dengan shalat karena keduanya sama-sama berstatus
hukum wajib. Dalam kaidah agama ada keterangan maa adda ila al-wajibi
wajibun (segala sesuatu yang mendorong terlaksananya kewajiban,
hukumnya wajib).
Jika zakat hukumnya wajib, maka segala hal yang mendorong realisasi
zakat hukumnya wajib, seperti pendidikan zakat pada anak sejak usia dini.
Dalam konteks pendidikan zakat sejak dini pada anak, ada beberapa
langkah yang dilakukan: Pertama, dalam wilayah pengetahuan, anak
diberikan ilmu dan pemahaman tentang sejarah, hikmah, dan tujuan zakat
dalam Islam. Anak harus mengetahui bahwa esensi zakat adalah
mengokohkan persaudaraan dan kebersamaan dalam menjalani kehidupan.
Kedua, dalam wilayah perilaku, orang tua mendidik anaknya bersedekah
kepada orang lain. Sewaktu ada orang yang meminta di rumah atau di
jalan, orang tua menyuruh anaknya untuk memberikan uang, meskipun
tidak banyak, sebagai wujud kepedulian kepada orang lain yang
membutuhkan.
Ketiga, dalam wilayah keterampilan, orang tua melibatkan anak dalam
kegiatan pembagian zakat dan sedekah. Di masyarakat, menjelang Lebaran
sudah terbiasa dengan pembagian zakat fitrah kepada orang fakir-miskin.
Dalam konteks ini, anak dilibatkan dalam kepanitian zakat, khususnya
divisi distribusi.
Tiga langkah di atas seyogianya dilakukan secara simultan, sehingga
lahir pemahaman, kesadaran, dan kepekaan sosial yang tinggi pada diri
anak. Ke depan, kita membutuhkan lahirnya anak-anak yang siap menjadi
amil zakat yang gigih dan ulet menegakkan zakat dari wilayahnya masing-
masing. Pendidikan zakat sejak dini ini akan mempercepat lahirnya amil
zakat yang mempunyai panggilan nurani dan kepekaan sosial yang tinggi
dalam menegakkan zakat.
C. Pembinaan Kemasyarakatan
Sejatinya manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Sehingga mendidik
anak tidak hanya membangun interaksi hablum minnallah saja, namun harus
membangun juga interaksi dengan masyarakat (hablum minannas). Demikian
agar anak terhindar dari sifat memikirkan diri sendiri karena anak akan
tumbuh menjadi dewasa di lingkungan masyarakat luas.
1. Mengajak Anak Menghadiri Majelis Kaum Dewasa
Adab kepada guru atau ulama tidak jauh berbeda dengan adab
kepada orang tua. Para ulama adalah ahli waris para Nabi maka
hendaklah para pendidik membiasakan anaknya agar menghargai
dan menghormati ulama, bersikap sopan dan rendah hati. Ajarkan
kepada anak-anak untuk tidak berbicara keras dengan, selalu
lembut dan santun kepada ulama (al-Maghribi, 2004:195).
Seorang salafus shalih mengarahkan anaknya untuk beradab
dalam majelis ulama. Anak harus menghormati dan berlaku sopan
santun kepada ulama. Jika sang anak duduk dengan ulama,
hendaknya mendengar dan menyimak secara seksama. Jangan
memotong pembicaraan orang lain. Bertutur kata dengan lembut
dan baik.
3. Adab Menghormati dan Memuliakan
2. Perilaku Jujur
Perilaku jujur (akhlakul karimah) merupakan kepribadian muslim yang
sempurna. Jujur adalah kebenaran,yaitu sesuainya antara perkataan dan
kenyataan atau i'tikad yang ada didalam hati.
Kejujuran sebagian dari iman. Kejujuran sebagai cermin kehidupan.
Menurut Zuriah (2008: 49), jujur adalah suatu nilai dan prinsip yang harus
ditanamkan dalam diri seseorang sejak pendidikan dasar. Ya, sejak
pendidikan dasar, sepenting itulah penanaman perilaku jujur pada
seseorang, dalam hal ini anak-anak.
Disini ada 6 cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan perilaku
jujur kepada anak, diantaraya yaitu:
1. Beri pemahaman tentang pentingnya kejujuran
Meski anak kecil belum bisa menerangkan perbedaan apa itu
kebenaran dan kebohongan, maka dari itu sebagai orangtua harus selalu
memberinya pemahaman.
Beri penjelasan kepadanya bahwa kejujuran berarti memilih untuk
bersikap terbuka, tidak berbohong, tidak berbuat curang, dan lain
sebagainya.
2. Menjadi panutan
Orangtuanya sendiri juga harus bisa menjadi contoh yang baik untuk
anak-anaknya. Dengan kata lain, tunjukkan dan jadilah panutan akan
sebuah kejujuran. Misal: Mama memakan kue si Kecil, saat ia mencari
kuenya katakan kepadanya bahwa Mamalah yang menghabiskannya. Dari
hal kecil pun anak sudah bisa menilai apa itu kejujuran dan mencontoh
orangtuanya.
3. Jangan menekan anak
Apabila anak berbuat kesalahan dan orang tua ingin memberitahu
kepada anak tentang sikap jujur, sebaiknya jangan memberinya tekanan
karena hal itu akan membuat anak semakin menyembunyikan sesuatu pada
orangtuanya. Cairkan suasana dan ceritakan pengalaman menarik orang
tua pada suatu kejujuran.
4. Memberi kepercayaan
Anak akan senang bila dia diberi kepercayaan. Misalnya, ibunya
memberi coklat dan memintanya untuk membagikan coklat tersebut
kepada teman-temannya. Jika anak berkata bahwa ia membagikan coklt
tersebut maka berilah apresiasi.
5. Hindari pemberian label pembehong
Hindari kata “pembohong” kepada anak. Apabila ia melakukan
kesalahan dan tidak jujur, anggap bahwa hal itu bukan sifat yang
permanen. Sehingga tidak layak anak diberi label “pembohong”karena jika
anak sudah dicap seperti itu akan berdampak pada kelakuannya mengikuti
sebutan tadi.
6. Beri pujian
ketika si Kecil sudah bersikap terbuka dan memberi pengakuan kepada
Mama, yang harus dilakukan adalah memberinya pujian.
4. Perilaku amanah
Amanah adalah perilaku dasar yang harus dimiliki setiap anak. Nabi
saw. dari masa kaanak-kanaknya hingga masa kenabian disifati dengan
sifat ini. Menurut Suwaid, ini menjadi pelajaran bagi anakanak muslim
untuk selalu mencontoh perilaku Rasulullah dalam menjaga amanah agar
nantinya bisa membantu ketika ia menyampaikan risalah Islam. Seorang
anak tidak akan selamanya menjadi anak-anak. Rasulullah saw. telah
menegaskan tanggung jawab seseorang atas harta orang tuanya. Oleh
karena itu, hendaklah ia amanah dalam 60 menggunakannya, tidak boros
dan berlebih-lebihan. Nabi selalu menekankan sisi amanah pada diri sang
anak agar sifat amanah mengakar dalam dirinya (Jamal Abdurrahman,
2010:259).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembinaan kepribadian dapat dilakukan dengan pembinaan
akidah,dalam pembinaan aqidah terdapat 5 pilan mendasar.Kemudian
pembinaan ibadah yang dapat dilakukan ketika anak berumur 7 tahun.
Selanjutnya Pembinaan masyarakat sendiri dilakukan agar dapat tumbuh
menjadi dewasa tidak memikirkan dirinya sendiri dan yang selanjutnya ada
pembinaan moral/akhlak jal ini dilakukan agar anak tumubuh menjadi
seseorang dengan sopan santun yang baik, berperilaku dengan jujur, dapat
menjaga rahasia, berperilaku Amanah dan memiliki hati yang bersih
DAFTAR PUSTAKA