NAMA KELOMPOK 10 :
KHARISMA EKA PUTRA (28) (170 )
MILA SAFEDRI (29) (17016110)
YOSI YULISTIA (30) (17016126)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan tidak putus-putusnya kepada Allah swt,
yang telah memberikan banyak nikmat yang mana makhluknya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT.Selain itu penulis juga merasa
sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah – Nya. Sehingga karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
Dengan nikmat dan hidayah dari Allah SWT kami bisa menyelesaikan sebuah
penulisan makalah, sehingga dapat memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Alam Minangkabau.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
Filsafat Alam Minangkabau , Dr. Erizal Gani, M.Pd. dan semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan sehingga jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penyusunan karya ilmiah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi dan inspirasi bagi
semua pihak, terutama bagi generasi muda. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Jangan meminta buah manga kepada pohon rambutan, falsafah ini merupakan salah
satu bentuk penghormatan kepada setiap bakat dari seorang manusia, tidak memaksakan
kehendak.Sebagai contoh tidak ada lagi seorang ayah yang memaksakan anaknya menjadi
politisi bila memang anaknya tidak berminat atau bakat kesana.Disinilah terjadinya salah satu
bentuk egaliter, karena saling menghormati didasarkan individu, menghargai sebuah
perbedaan.
Falsafah ini juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya manusia itu pada dasarnya
mempunyai bakat masing-masing diberikan oleh Tuhan. Pendidikan yang baik tentunya
mampu mengindikasikan pembelajaran yang terbaik sesuai dengan bakat yang sudah
diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing orang.
“Jadilah engkau jadi engkau”, hal yang sama dengan falsafah sebelumnya,
menegaskan agar pendidikan itu sifatnya mengasah akal budi manusia sesuai dengan
potensinya, bukan merubahnya menjadi bentuk manusia lain.
Konsep pendidikan ini juga menjadikan murid sebagai pusat pembelajaran. Akibatnya
metode ini membutuhkan guru-guru yang mumpuni, karena bukan Guru yang menjadi pusat
pembelajaran.Sehingga guru dituntut sejak awal untuk dapat mengetahui minat dan bakat
anak didiknya untuk kemudian diarahkan sehingga menjadi ahli dalam bidangnya.
Bisa disimpulkan konsep pendidikan yang ingin diangkat oleh Engku Mohamad
Syafei adalah menjadikan seorang manusia pemikir yang mampu mengamati alam sekitarnya
(bumi) demi kemashalatan bagi manusia dan alam sekitar, mengoptimalkan bakat seseorang
yang diberikan Tuhan kepada individu manusia dan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai
alat untu menambah keimanan kepada Tuhan.
3
agama dan juga tidur di surau. Pelajaran yang diutamakan pada masalah pengabdian kepada
Allah SWT dan kemampuan membaca Al-Qur’an. Murid-murid tidak dikelompokkan
berdasarkan perbedaan umur dan p engetahuan. Pendidikan tidak dibantu dengan bantuan alat
pendidikan. Dan anak-anak hanya duduk bersila di lantai dan mereka diajar oleh seorang
guru.
a. Niniak Mamak
Niniak mamak merupakan pendidik pertama di dalam keluarga. Ada beberapa
peran mamak yaitu :
1) Mamak berperan dalam mendidik, membimbing dalam hal pewarisan peran,
mengawasi pendidikan, serta tempat bertanya apapun termasuk pendidikan oleh
kemenakan.
2) Di dalam bidang harta pusaka mamak berperan dalam memelihara, mengawasi,
pemanfaatan, dan mempertahankan supaya harta adat tetap berfungsi sesuai dengan
ketentuan adat. Mamak juga berperan dalam pengembangan harta pusaka kaumnya agar
kesejahteraan kaumnya termasuk kemenakan-kemenakannya dapat terjamin.
3) Di dalam bidang perkawinan kemenakan mamak berperan dalam mencarikan jodoh
bagi khususnya bagi kemenakan perempuan, penanggung jawab terhadap kesepakatan
pernikahan kemenakan, tapi jika mamak kekurangan biaya maka harta pusaka yang
dimiliki kaumnya boleh digadaikan untuk keberlangsungan pernikahan kemankannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa mamak membimbing kemenakannya di rumah.
b.
4
E. PANTUN DAN PRIBAHASA TENTANG PENDIDIKAN MENURUT BUDAYA
MINANGKABAU
1.Perintah Allah agar manusia belajar dari alam dan bersyukuratas nikmat
kehidupan yang diperoleh (Falsafah Alam Takambang Jadi Guru).
"Nan satitiak jadikan lauik, nan sa kapa jadikan gunuang.." Artinya berapapun hasil
yang diperoleh dalam suatu usaha dan atau dalam menerima pemberian orang lain,
harus tetap diterima dan disyukuri dengan ihklas, sedangkan, "alam ta kambang jadi
guru," merupakan anjuran untuk selalu introspeksi diri, agar selalu belajar dari tanda-
tanda alam dan kejadiannya, bahwa hasil usaha atau pemberian orang sedikit atau
banyak tentu ada sabab musababnya.
Orang Minang secara alam di bawah sadarnya yang merupakan fitrah manusia,
sebagaimana pepatah adat, Nan Bana Badiri Sandirinyo. Bahwa masuknya ajaran
Islam memberi jawaban yang pasti dan final terhadap filosofi alam takambang jadi
guru mengenai, “nan bana tagak dengan sendirinyo”., Kalau diperhatikan dengan
seksama pepatah, “nan bana tagak dengan sendirinyo”,dapatlah dikatakan, alam
bawah sadar nenek moyang orang Minang sudah menyadari akan ke- Esaan
Allah, Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
5
Bahwa laki-laki jadi pemimpin tidak saja dalam artian sosial kemasyarakatan dan
pemerintahan, tetapi juga pemimpin dalam keluarganya, seperti tertuang dalam
pepatah berikut;
Artinya, seorang laki-laki tidak saja bertanggung jawab terhadap anaknya, tetapi juga
terhadap anak saudaranya, orang kampungnya, negerinya dan eksistensi budayanya.
Tanggung jawab yang besar seperti ini yang diemban oleh laki-laki Minang
merupakan salah satu alasan orang Minang merantau agar dapat membahagiakan
semua pihak, dan merupakan hal yang lumrah seorang keponakan tinggal bersama
pamannya yang secara financial lebih mampu dari orang tuanya, sehingga
pendidikanna terjamin, karena pendidikan sangat penting bagi orang Minang.
Menurut penulis ini pulalah yang kemudian memunculkan adegium; kok ndak
kamanukuak, jan mahabihan. Artinya, posisi sebagai paman yang bertanggung jawab
terhadap keponakannya membuatnya malu untuk berbagi harta dengan saudara
perempuannya, meskipun harta tersebut merupakan warisan orang tuanya yang secara
hukum kewarisan Islam dia berhak. Dan itu pula yang menyebabkan seorang ayah di
Minang kalau mau membangun rumah, yang difikirkan hanya rumah untuk anak
perempuan,tidak untuk anak laki-laki. Itu pula sebabnya charisma dan wibawa
seorang paman atau mamak sangat tinggi dan dihormati oleh saudara perempuan dan
kemenakannya. Dalam realita dewasa ini, meskipun jarang terjadi, namun sudah
mulai ada laki-laki yang meminta bahagian harta warisan orang tuanya kepada
saudara perempuannya, bahkan sampai bersengketa ke Pengadilan Agama.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B.Saran
Dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan semoga bermanfaat
bagi pembaca dan memberikan kritik dan saran agar pembuatan makalah selanjutnya lebih
baik lagi.
7
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H. Mas’oed .2004. Adat dan Syarak di Minangkabau. Padang : Pusat Pengkajian
Islam dan Minagkabau (PPIM).
Amir M.S. 2011. Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta : Citra
Harta Prima.
Zahari, Musril. 2015. Kekeliruan Pemahaman Hubungan Adat dengan Syarak di
Minangkabau. Jakarta : PT Gria Media Prima.