Anda di halaman 1dari 21

Nama

: ARDIANA IMANUNGGAL

No. Mahasiswa : F0110016


Prodi
1.

: EKONOMI PEMBANGUNAN (C)

Jelaskan Indikator-indikator terukur dari kerentanan ekonomi pada tingkat makro


dan tingkat mikro. Buat matriksnya, dan jelaskan secara akademis dan ilmiah.
Jawab :
Kerentanan Ekonomi pada Tingkat Makro

No
1

Indikator
Luas ekonomi /
pasar

Penjelasan
Suatu Negara atau wilayah kecil dalam arti jumlah populasinya
sedikit

membatasi

kemampuannya

untuk

mendapatkan

keuntungan dari sekala ekonomis dan menjadi penghambat bagi


kemungkinan produksi. Oleh kerena itu, luas ekonomi atau
pasar harus dianggap sebagai salah satu indikator ketahanan
2

Kepadatan dan
struktur
penduduk

ekonomi terhadap goncangan-goncangan .


Total populasi adalah positif bagi ekonomi perihal sekala
ekonomis dan kemungkinan produksi. Semakin banyak jumlah
produk, semakin besar luas pasar domestic atau local. Semakin
banyak unit dari suatu jenis produk yang bisa dibuat, semakin
penuh pemakaian kapasitas produksi yang terpasang dan
semakin rendah biaya produksi per satu unit dari produk
tersebut (skala ekonomis). Demikian juga, semakin besar
populasi, dan semakin banyak angkatan kerja, atau semakin
besar SDM yang tersedia, maka semakin banyak produksi yang
bisa dilakukan. Namun demikian, ada suatu hambatan terhadap

Lokasi geografi

sisi positif dari populasi yang besar.


Lokasi yang terisolasi seperti pulau-pulau kecil di perbatasan
(sering disebut sebagai pulau-pulau terluar) atau desa-desa
diatas pegunungan di papua membuat biaya transfortasi menjadi
sangat mahal dan marjinalisasi dalam semua aspek (ekonomi,
sosisl dan politik) kehidupan dari masyarakatnya. Derajat
keterbukaan ekonomi suatu wilayah juga sangat ditentukan,

diantara factor-faktor lainnya oleh lokasi geografinya. menurut


banyak penelitian, terpencil dari pusat pasar (untuk barang
jadi/autfutmaupun bahan baku/infut) merupakan suatu hendikap
structural tidak saja Karen hal itu, merupakan juga salah satu
factor

kerentanan

(bahkan

sekalipun

biaya

transfortasi

mengalami penurunan, misalnya sebagai suatu hasil dari


perbaikan sistem dalam alat-alat transfortasi yang ada yang di
dorong oleh kemajuan teknoligi), jarak tetap merupakan suatu
4

Struktur
konsumsi rumah
tangga

hambatan bagi kegiatan-kegiatan perdagangan dan investasi.


Lokasi yang terisolasi seperti pulau-pulau kecil di perbatasan
(sering disebut sebagai pulau-pulau terluar) atau desa-desa
diatas pegunungan di papua membuat biaya transfortasi menjadi
sangat mahal dan marjinalisasi dalam semua aspek (ekonomi,
sosisl dan politik) kehidupan dari masyarakatnya. Derajat
keterbukaan ekonomi suatu wilayah juga sangat ditentukan,
diantara factor-faktor lainnya oleh lokasi geografinya. menurut
banyak penelitian, terpencil dari pusat pasar (untuk barang
jadi/autfutmaupun bahan baku/infut) merupakan suatu hendikap
structural tidak saja Karen hal itu, merupakan juga salah satu
factor

kerentanan

(bahkan

sekalipun

biaya

transfortasi

mengalami penurunan, misalnya sebagai suatu hasil dari


perbaikan sistem dalam alat-alat transfortasi yang ada yang di
dorong oleh kemajuan teknoligi), jarak tetap merupakan suatu
5

Keterbukaan
ekonomi

hambatan bagi kegiatan-kegiatan perdagangan dan investasi.


Suatu wilayah dengan derajat keterbukaan ekonomi yang tinggi
menandakan wilayah tersebut melakukan ekpor dan inpor ( jika
wilayah itu berada di suatu Negara,bisa berarti tidak hanya
melakukan perdagangan dengan Negara-negara lain,tetapi juga
dengan wilayah-wilayah lainnya di dalam negeri) secara intensif
dan ini bisa di ukur dengan rasio perdagangan eksternal
terhadap PDRB (atau PDB dalam kasus Negara), keterbukaan
ekonomi hingga suatu besaran tertentu yang signivikan adalah

suatu ciri yang tertanam di dalam ekonomi (bisa dalam arti


suatu Negara atau wilwyah di dalam suatu Negara),yang
terkondisikan ruang dan waktu oleh dua faktor. (1) luas pasar
domestic dari Negara bersangkutan yang mempengaruhirasio
eksporterhadap PDB (atau PDRB dalam kasus prvinsi ) (yang
artinya,pasar

domestic/local

yang

laebih

kecil,misalnya

singapura, cenderung menambah ekspor.sebaliknya

pasar

domestik yang lebih besar, misalnya Indonesia, cenderung


mengurangi/membatasi ekspor, ceteris paribus), dan (2)
ketersediaan

sumber

daya

produksi

dari

Negara

yang

bersangkutan dan kemampuan Negara itu untuk memproduksi


secara efisien sejumlah barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan permintaan pasar domestiknya. Hal ini akan
mempengaruhi rasio impor terhadap PDB/PDRB (artinya, lebih
miskin dalam sumber daya produksi dan kurangnya kapasitas
6

Ketergantungan
dan diversifikasi
ekspor

produksi atau kurangnya kemempuan produksi.


Wilayah-wilayah dengan suatu ketergantungan ekspor yang
sangat besar, diukur dengan rasio ekspor terhadap PDB (PDRB
untuk kasus provinsi), mempunyai suatu keterbukaan yang lebih
besar terhadap goncangan-goncangan eksogen dibandingkan

Ketergantungan
dan diversifikasi
impor

wilayah-wilayah yang tidak terlalu tergantung kepada ekspor.


Wilayah-wilayah dengan derajat ketergantungan impor yang
tinggi, terutama impor-impor strategis seperti energi (misalnya
minyak bumi atau gas), makanan, SDA krusial lainnya, dan
bahan-bahan

industri,

diperburuk

dengan

kemungkinan

substitusi impor yang terbatas sangat rentan terhadap ketidak


stabilan suplai dunia (atau ketersediaan stok dunia), atau dalam
8

Diversifikasi
ekonomi

harga dunia untuk impor-impor tersebut.


Semakin tinggi pangsa output (persentase) dari, industry
manufaktur atau sector pertanian dalam pembentukan PDB
(PDRB dalam kasus provinsi), semakin

tinggi tingkat

konsentrasi atau semakin rendah tingkat deversifikasi ekonomi,

selanjutnya untuk setiaptingkat permintaan pasar domestic yang


ada (ditentukan oleh besarnya populasi dan pendapatan rill per
kapita)tingginya tingkat konsentrasi ekonomi juga berarti
tingginya tingkat ketergantungan impor untuk barang dan jasa
lain yang tidak dibuat di dalam negri atau domestiknya sedikit
(direfleksikan oleh kecilnya sumbangan PDB/PDRB dari
9

Pendapatan riil
perkapita

industri atau sektor yang membuat barang dan jasa itu).


Pendapatan rill per kapita sering digunakan sebagai sebuah
indicator kesejahteraan, yang menandakan daya beli dari sebuah
ekonomi. Namun demikian, indicator ini tidak menunjukan total
kesejahteraan

dari sebuah Negara atau wilayah sejak data

nasional mengenai pendapatan hanya mencakup pendapatanpendapatan actual yang diterima oleh pekerja-pekerja dan hasil
dari mengkomersialisasikan asat-aset fisik (tidak termasuk
SDM), misalnya, rumah sendiri yang tidak digunakan untuk
disewakan.
10

Rumah tangga
menurut
kelompok
pendapatan

Sebelumnya telah dibahas pendapatan per kapita di suatu


wilayah. Namun demikian, pendapatan atau kekayaan rill yang
tinggi di suatu Negara/wilayah tidak akan berarti sama sekali
jika pendapatan tersebut tidak terdistribusikan relatif merata ke
seluruh penduduknya. Hal ini dapat dikatakan bahwa ketika
pendapatan rill per kapita di suatu provinsi tinggi, maka tingkat
kemiskinan di provinsi itu juga bisa tinggi karena kesenjangan

11

Kemiskinan

pendapatan sangat besar.


Tingkat kemiskinan di suatu wilayah umumnya diukur dengan
proporsi dari jumlah penduduk di wilayah yang hidup dibawah
garis kemiskinan yang berlaku. Tingkat kemiskinan adalah suatu
indikasi untuk tingkat sensitivitas maupun tingkat ketahanan
suatu wilayah terhadap goncangan. Dasar pemikirannya
mengungkapkan bahwa hanya orang atau RT yang tidak miskin
(yang memiliki uang cukup atau aset bernilai tinggi) yang lebih
mampu menghadapi suaatu krisis ekonomi dibandingkan

mereka yang miskin. Jadi suatu hipotesisnya wilayah miskin


( dimana sebagian besar penduduknya hidup dibawah garis
kemiskinan yang berlaku) lebih rentan terhadap suatu krisis
ekonomi, atau wilayah tersebut lebih banyak kesulitan
dibandingkan wilayah kaya (dimana sebagian besar wilayah
penduduknya hidup di atas garis kemiskinan yang berlaku)
dalam menghadapi atau menanggulangi efek negative dari
sebuah goncangan ekonomi (baik yang berasal dari sumbersumber internal maupun internal), ceteris paribus.
12

Kemajuan
pendidikan

Kemajuan pendidikan biasanya diukur dengan dua indicator


modal manusia, yakni jumlah anak-anak yang bisa membaca
dan menulis dan rasio-rasio mengikuti pendidikan atau
pendaftaran sekolah. Alternatifnya, juga di ukur dengan sebuah
indeks

yaitu

indeks

pengembangan

manusia

(Human

Development Index HDI) dari United Nations Development


Program (UNDP). Kemajuan pendidikan umumnya dianggap
sebagai suatu determinan penting dari kemampuan suatu
wilayah/komunitas dalam menghadapi dan menanggulangi
suatu krisis atau bencana. Jadi, dengan asumsi orang
berpendidikan biasanya lebih terbuka dan juga lebih tahan
terhadap goncangan.
13

Kondisi
kesehatan

Kesehatan merupakan Suatu indikator modal manusia yang


krusial, kemajuan dalam pendidikan atau keberhasilan mencapai
pendidikan tinggi tidak akan pernah tercapai dalam suatu
komunitas yang tidak sehat. Dengan kata lain pendidikan dan
kesehatan punya peran yang sama mereka adalah dua faktor
yang bersifat komplementer satu dengan yang lainnya.

14

Kemampuan
Teknologi

Teknologi adalah determinan paling penting selain SDM bagi


pembangunan dan kemajuan atau kesejahteraan ekonomi. Jadi
wilayah

dengan

kemampuan

teknologi

tinggi

memiliki

ketahanan lebih besar terhadap goncangan dibandingkan

wilayah dengan kapabilitas rendah dalam pengembangan atau


penguasaan teknologi, ceteris paribus.
15

Infrastruktur
sosial-ekonomi

Hipotesis terkait tingkat kerentanan (ketahanan) ekonomi di


wilayah yang infrastruktur social dan ekonominya maju lebih
rendah/tinggi dibandingkan wilayah yang masih terbelakang
atau wilayah pertama yang lebih mampu/cepat untuk pilih
kembali dari suatu krisis ekonomi dengan kerugian lebih kecil
dibandingkan dengan wilayah infrastruktur sosial-ekonominya
buruk.

16

Modal sosial

Pentingnya modal sosial diakui umum sebagai suatu faktor


krusial dalam membangun dan memelihara kepercayaan yang
harus ada untuk kepaduan dan kemajuan sosial. Di dalam
bidang ekonomi, modal sosial penting sebagai suatu faktor
penentu tingkat kelayakan dan produktivitas dari kegiatankegiatan ekonomi. Hal ini memberi kesan adanya suatu
keterkaitan positif antara sifat alamiah dari proses pembangunan

17

Pertisipasi

ekonomi dan modal sosial.


Tingkat partisipasi wanita sudah semakin tinggi dalam segala

wanita dalam

aspek kehidupan, baik ekonomi sosial maupun politik.karena

kesempatan

banyak hambatan yang dihadapi oleh sebagian besar wanita di

kerja/kegiatan

Indonesia seperti kultur, budaya, agama, norma, tradisi, dan

ekonomi

praktek-praktek

yang

bisa

dilakukan

lelaki.

Tingkat

marjinalisasi wanita di Indonesia seperti diberbagai NB lainnya


secara umum dipercaya masih lebih tinggi daripada di dunia
18

Stabilitas
ekonomi makro

maju.
Dalam membuat suatu indeks ketahanan, stabilitas ekonomi
makro di amggap sebagai suatu variable penting yang
menangkap efek dari penyerapan goncangan atau kebijakankebijakan

anti

goncangan

stabilitas

ekonomi

makro

berhubungn dengan suatu keseimbangan ekonomi internal


(yakni permintaan agragat sama dengan penawaran agregat),
yang dimanifestasikan dalam suatu fiscal atau posisi keuangan

dan anggaran pemerintah (pengeluaran pemerintah relatif


terhadap pendapatan pajak dan pendapatan pemerintah lainnya)
yang berkelanjutan, laju pertumbuha PDB yang lebih tinggi, laju
imflasi yang rendah, dan tingkat pengangguran /kesempatan
kerja yang dekat dengan tingkat alaminya maupun dengan suatu
19

Efisiensi pasar
ekonomi mikro

keseimbangan eksternal.
Efisiensi pasar ekonomi mikro juga dianggap sebagai suatu
komponen

penting

dari

indeks

ketahanan.

Pembenaran

teoritisnya dari pemakaian komponen tersebut adalah sebuah


ekonomi akan mendapatkan lebih banyak keuntungan dari
semua sumber daya produktif yang ada dialokasikan melalui
mekanisme harga yang tidak terdistoris. Pada saat suatu krisis
ekonomi terjadi, semakin efisien sebuah ekonomi, semakin
lebih cepat proses penyesuaian pasar untuk mencapai suatu
keseimbangan yang baru, dan semakin sedikit biaya kerugian
yang harus dibayar dalam peroses pemulihan.
Indikator-indikator pada tingkat mikro
Sebelumnya telah dibahas indikator-indikator kerentanan ekonomipada tingkat
makro pengan fokus pada tingkat provinsi, tetapi tentu yang menjadi masalah adalah
kerentanan individu atau RT, terutama dari kelompok miskin. Hal ini sangat jelas
bahwa kerentanan ekonomi dari suatu Negara dari tingkat makro berasosiasi dengan
kerentanan pada tingkat mikro, tergantung pada bagaimana suatu krisis
mempengaruhi ekonomi tersebut dan kehidupan masyarakat secara individu maupun
kelompok, misalnya RT. Kerentanan suatu RT mempunyai tiga komponen utama :
1) Goncangan pada pendapatan/penghasilan RT tersebut, yang tergantung pada
besarnya dan sifat dari goncangan itu sendiri, dari keterbukaan serta
ketahanannya terhadap goncangan pada tingkat makro.
2) Kepekaan dari RT tersebut terhadap goncangan itu.
3) Kapasitas dari RT tersebut untuk bereaksi, yaitu tingkat ketahanannya. Apabila
di suatu daerah, semua RT ternyata rentan, maka itu akan terrefleksikan oleh
ketahanan yang rendah dari daerah itu (pada tingkat makro). Dengan kata lain,

ada suatu hubungan positif antara derajat ketahanan (tingkat kerentanan) pada
tingkat makro dan pada tingkat mikro
2.

Perubahan distribusi pendapatan di pedesaan di Indonesia disebabkan oleh : a.


Arus penduduk dari desa ke kota, b. Struktur pasar & besarnya distorsi desa-kota, c.
Dampak positif dari proses pembangunan ekonomi nasional. Jelaskan.
Jawab :
a. Arus penduduk dari desa ke kota
Sesuai teori A. Lewis(1954), perpindahan orang dari pedesaan ke
perkotaan memberi suatu dampak positif terhadap perekonomian di
pedesaan : kesempatan kerja produktif , tingkat pruduktivitas dan
pendapatan rata-rata masyarakat di pedesaan meningkat. Sedangkan
ekonomi perkotaan pada suatu saat akhiynya tidak mampu menampung
suplai L yang meningkat terus setiap tahunnya , yang sebagian besar
adalah

pandatang

dari

pedesaan,

yang

akhirnya

berakibat

pada

peningkatan pengangguran, di suatu pihak, dan menurunnya laju


pertumbuhan tingkat upah/gaji, di pihak lain.

b. Struktur pasar dan besarnya distorsi desa-kota

Di pedesaan jumlah sector relative lebih kecil dibandingkan di

perkotaan. Dan sector-sektor yang ada di pedesaan lebih kecil (dilihat


dari jumlah unit usaha di dalam dan output yang dihasilkan oleh sector)di
bandingkan sector-sektor yang sama di perkotaan. Perbedaan ini di
tambah dengan tingkat pendapatan perkapita di pedesan yang lebih
rendah dari pada perkotaan membuat struktur pasar di pedesaan jauh
lebih sederhana di perkotaan. Struktur pasar yang sederhana ini
membuat distorsi pasar juga relative lebih kecil di pedesaan di
bandingkan di perkotaan.

c.

Dampak positif dari proses pembangunan ekonomi nasional


1) Semakin banyak kegiatan-kegiatan ekonomi di pedesaan di luar
sector pertanian, seperti industri manufaktur (kebanyakan dalam
sekala

kecil,

atau

industri

rumah

tangga,

perdagangan,

perbengkelan dan jasa lainnya, serta bangunan). Diservikasi


ekonomi pedesaan ini tentu menambah jumlah kesempatan kerja
di pedesaan dan juga menambah pendapatan petani.
2) Tingkat produktivitasdan pendapatan (dalam nilai rill) L di sector
pertanian meningkat. Bukan saja akibat arus manusia dari sector

tersebut ke sektur0sektor lainnya di perkotaan (seperti di dalam


teori A. Lewis) tetapi juga akibat penerapan /pemakaian T baru
dan penggunaan input-input yang lebih baik , misalnya pupuk
hasil pabrik, dan permintaan pasar domestic dan X terhadap
komoditas kompditas pertanian meningkat
3) Potensi SDA yang ada di pedesaan semakin baik di manfaatkan
oleh penduduk desa (pemakaian semakin optimal)

3.

Apa yang membuat Indonesia tidak terlalu berhasil dalam mencapai beberapa
sasaran dari MDGs, dan apa yang sebenarnya harus dilakukan agar sasaran
tersebut bisa tercapai pada waktunya. Carilah data pencapaian MDGs Indonesia
dan buat analisis anda.
Jawab :
(Data pencapaian MDGs terlampir)
Tujuan Pembangunan Milenium berisikan tujuan kuantitatif yang musti dicapai
dalam jangka waktu tertentu, terutama persoalan penanggulangan kemiskinan pada
tahun 2015. Tujuan ini dirumuskan dari Deklarasi Milennium, dan Indonesia
merupakan salah satu dari 189 negara penandatangan pada September 2000.
Delapan Tujuan Pembangunan Milenium juga menjelaskan mengenai tujuan
pembangunan manusia, yang secara langsung juga dapat memberikan dampak bagi
penanggulangan kemiskinan ekstrim. Masing-masing tujuan MDGs terdiri dari
target-target yang memiliki batas pencapaian minimum yang harus dicapai Indonesia
pada 2015. Buku ini berisikan sekelumit gambaran mengenai 8 tujuan Pembangunan
Milenium, pencapaian serta tantangannya dalam mencapai 18 target tersebut di
Indonesia
Untuk mencapai tujuan MDG tahun 2015 diperlukan koordinasi, kerjasama serta
komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, utamanya pemerintah (nasional dan
lokal), masyarakat sipil, akademia, media, sektor swasta dan komunitas donor.
Bersama-sama, kelompok ini akan memastikan kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai tersebar merata di seluruh Indonesia.Pemerintah Indonesia tetap memegang
komitmenya untuk melaporkan kemajuan pencapaian MDGs.
Tujuan Ke-1: Mengentasan Kemiskinan Ekstrim dan Kelaparan

Target 1: Menurunkan hingga setengahnya Penduduk yang hidup dibawah garis


kemiskinan ekstrim hingga 50%
Target 2: Mengurangi Jumlah penduduk yang menderita kelaparan hingga
setengahnya.
Situasi Saat Ini
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai Target pertama MDGs.
Pada tahun 1990, 15,1% penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan ekstrim.
Jumlahnya saat itu mencapai 27 juta orang. Saat ini proporsinya sekitar 7,5%
atau hampir 17 juta orang. Pada tingkat nasional, dengan usaha yang lebih keras,
Indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan hingga setengahnya
pada 2015. Meskipun begitu, masih terdapat perbedaan yang cukup besar antara
daerah kaya dan miskin. Banyak daerah miskin di perdesaan, terutama di
wilayah timur Indonesia yang memerlukan kerja lebih keras untuk mencapai
target mengurangi kemiskinan dan kelaparan.
Tindak Lanjut
Pencapaian tujuan MDG yang pertama tahun 2015 hanya akan dapat dilakukan
dengan keikutsertaan dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan di setiap
kabupaten dan kota. Masyarakat miskin di Indonesia memerkukan akses yang
lebih baik untuk mendapatkan makanan, air bersih, pelayanan kesehatan dasar
dan pendidikan. Masyarakat miskin juga membutuhkan jalan dan infrastruktur
lain untuk mendukung aktivitas ekonomi, dan membuka akses pasar untuk
menjual produksi mereka. Tingkat pendapatan masyarakat miskin di Indonesia
akan meningkat dengan peningkatan kesempatan kerja dan pengembangan
usaha. Perubahan mendasar perlu dilakukan pada tingkat pembuatan kebijakan.
Kebijakan yang pro-kemiskinan harus mulai dikembangkan. Dalam era
desentralisasi, tanggungjawab pembuatan kebijakan dan penganggaran dibuat di
tingkat lokal oleh pemerintahan daerah. Masyarakat sipil dan kalangan swasta,
media dan akademisi dapat pula membantu pemerintah dengan menyampaikan
kebutuhan kaum miskin melalui advokasi dan keterlibatan langsung dengan
pembuat kebijakan.

Keluarga dan kelompok masyarakat di seluruh Indonesia juga harus


diberdayakan untuk lebih berperan aktif dalam menentukan dan meraih yang
mereka perlukan. Pembangunan berkelanjutan harus dimulai dari akar rumput,
dan kemudain bergerak ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk membantu kaum
miskin agar lebih sejahtera, mereka harus diberi sumberdaya yang cukup untuk
membantu mereka tumbuh dan mebjadi sejahtera.
Tujuan Ke-2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 3: Pada 2015, semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun prempuan,
akan dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Situasi Saat Ini
Target MDG kedua adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua pada 2015.
Ini artinya bahwa semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan,
akan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Pemerintah Indonesia berkomitmen
untuk memenuhi target ini dengan mencanangkan Program Wajib Belajar 9
tahun. Kebijakan ini terbukti telah meningkatkan akses untuk pendidikan SD.
Akan tetapi, masih banyak anak usia sekolah di pelosok negeri yang belum
dapat menyelesaikan SD-nya. Bahkan di perdesaan, tingkat putus sekolah dapat
mencapai 8,5%. Kualitas pendidikan di Indonesia selama ini masih perlu
ditingkatkan dan manajemen pendidikan juga kurang baik.
Tindak Lanjut
Apabila target kedua ini ingin dicapai, seluruh pemangku kepentingan diseluruh
negeri, termasuk pemerintah pusat dan daerah, organisasi masyarakat sipil,
masyarakat umum, akademisi, sektor swasta dan media perlu untuk bekerja
sama memastikan bahwa kebijakan, strategi dan program di masa yang datang
terkait Program Wajib belajar 9 tahun harus terfokus pada peningkatan akses dan
memperluas kesempatan belajar kepada seluruh anak usia sekolah , terutama
mereka yang berada di daerah miskin dan daerah pedalaman. Dinas Pendidikan
di daerah juga perlu untuk meningkatkan kualitas dan kesesuaian pendidikan
dasar untuk memastikan bahwa seluruh lulusannya akan memiliki kemampuan
dasar untuk bekerja atau meneruskan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Sistem manajemen sumberdaya pendidikan juga perlu ditingkatkan, sehingga


seluruh lembaga yang terkait dengan pendidian dasar dapat melaksanakan tugas
dan fungsinya secara lebih efisien dan efektif. Kunci dari kesusksesan
pemerintah dalam mensukseskan pendidikan dasar 9 tahun adalah dengan
keterlibatan orang tua murid dan tokoh masyarakat, sertaorganisasi masyarakat
sipil dan sektor swasta. Kelompok pemangku kepentingan ini akan membantu
memobilisasi berbagai sumberdaya untuk mendukung tercapainya tujuan
program Wajar 9 Tahun. Selain itu, kesempatan juga perlu diperluas kepada
sekolah

swasta

dan

lembaga

pendidikan

berbasis

masyarakat

untuk

menyelenggarakan pendidikan dasar.


Tujuan Ke-3: Mendukung Kesetaraan Gender dan Memberdayakan
Perempuan
Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan
sekolah menengah di Indonesia
Situasi Saat Ini
Indonesia telah mencapai banyak kemajuan dalam mengatasi persoalan
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Program Wajib belajar 9 tahun
telah membawa dampak positif dalam pengurangan kesenjagan dalam dunia
pendidikan. Rasio antara partisipasi murid laki-laki dan perempuan, baik
partisipasi bersih amupun kotor, sudah hampir mencapai 100% di seluruh
tingkat pendidikan. Akan tetapi, keberhasilan ini masi perlu ditingkatkan,
terutama untuk kelompok usia yang lebih tua. Masih terdapat cukup banyak
kesenjangan dan anggapan yang salah dalam konteks peranan dan gender di
masyarakat. Persepsi yang salah ini hampir terjadi di semua aspek kehidupan,
mulai dari pekerjaan (kesempatan dan kesetaraan imbalan) hingga keterwakilan
di bidang politik. Proporsi perempuan dalam pekerjaan non-pertanian relative
stagnan, begitu pula debngan keterwakilan perempuan di parlemen, yang
masing-masing masih berkisar pada 33% dan 11%.
Tindak Lanjut
Pemerintah Indonesia saat ini tengah melakuan banyak strategi untuk

mendukung pencapaian tujaun ketiga MDG. Selain program gender di bidang


pendidikan, upaya juga dilakukan untuk meningkatkan kesempatan bagi
perempuan untuk bekerja di sektor non-pertanian dan kesetaraan imbalan. Aspek
pemberdayaan perempuan merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan
ketiga MDG, termasuk juga peningkatan keterwakilan perempuan dalam aspek
politik.
Tujuan Ke-4: Mengurangi Tingkat Kematian Anak
Target 5: Mengurangi hingga dua pertiga-nya , tingkat kematian anak dibawah
usia 5 tahun
Situasi Saat Ini
Di Indonesia, dari setiap 1.000 kelahiran, 40 diantaranya akan mennggal
sebelum mereka berusia 5tahun. Statistik ini dikenal dengan Angka kematian
Balita (AKB). AKB Indonesia saat ini adalah yang tertinggi diantara Negara
ASEAN lain. Meskipuns demikian, Indonesia sebenarnya telah mencapai tujuan
keempat MDG. Hal yang menjadi pekerjaan kita sekarang adalah memastikan
bahwa anak-anak Indonesia mendapatkan hak konstitusional mereka. UU no 23
tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan dan keamanan sosial menurut kebutuhan fisik,
psikis dan sosial mereka. Sepertiga kematian bayi di Indonesia terjadi pada
bulan pertama setelah kelahiran, 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama.
Penyebab utama kematian adalah infeksi pernafasan akut, komplikasi kelahiran
dan diare. Selain penyebab utama, beberapa penyakit menular seperti infeksi
radang selaput otak (meningitis), typhus dan encephalitis juga cukup sering
menjadi penyebab kematian bayi.
Tindak Lanjut
Program Nasional Anak Indonesia menjadikan issu kematian bayi dan balita
sebagai salah satu bagian terpenting. Program tersebut merupakan bagian dari
Visi Anak Indonesia 2015, sebuah gerakan yang melibatkan seluruh komponen
masyarakat, dari mulai pemerintah, sektor swasta hingga akademisi dan
masyarakat sipil. Bersama-sama, kelompok ini berusaha meningkatkan kualitas

kesehatan dan kesejaheraan Bayi dan Balita. Selain mempromosikan hidup sehat
untuk anak dan peningkatan akses dan kualitas terhadap pelayanan kesehatan
yang komprehensif, bagian dari Target keempat MDG adalah untuk
meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih, sehingga
diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat untuk lebih aktif mencari
pelayanan kesehatan, terutama untuk anak dan balita.
Tujuan Ke-5: Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target 6: Menurunkan -nya Tingkat Kematian Ibu di Indonesia
Situasi Saat Ini
Resiko kematian ibu karena propses melahirkan di Indonesia adalah 1 kematian
dalam setiap 65 kelahiran. Setiap tahun diperkirakan terjadi 20.000 kematian ibu
karena komplikasi sewaktu melahirkan dan selama kehamilan. Tingkat
Kematian Ibu dihitung berdasarkan jumlah kematian setiap 100.000 kelahiran.
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah haemorrhage, eclampsia yang
menyebabkan tekanan darah tinggi sewaktu kehamilan, komplikasi karena
aborsi, infeksi dan komplikasi sewaktu melahirkan. Meskipun Indonesia belum
memiliki sistem pendataan yang baik untuk mendapatkan infromasi mengenai
AKI, para ahli memperkirakan bahwa AKI pada tahun 1992 di Indonesia adalah
425 Lebih dari satu dekade kemudian, angkanya berubah menjadi 307 per
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laju ini, diperlukan usaha yang jauh lebih
besar untuk mecapai Target MDG ke 5. Selain itu, perhatian khusus harus
diberikan kepada daerah miskin, terutama di bagian timur Indonesia, dimana
banyak daerah masih memiliki tingkat kematian ibu tertinggi di Indonesia, dan
juga karena daerah tersebut memiliki infrastruktur yang sangat terbatas.
Tindak Lanjut
Yang sangat diperlukan oleh Ibu adalah peningkatan akses terhadap pelayana
kesehatan berualitas untuk ibu dan anak, terutama selama dan segera setelah
kelahiran. Selain peningkatan pelayanan kesehatan, perlu juga diadakan
perubahan perilaku masyarakat yang paling rentan terhadap kematian ibu. Hal
ini termasuk peningkatan pengetahuan keluarga mengenai status kesehatan dan

nurtisi, serta pemberitahuan mengenai jangkauan dan macam pelayanan yang


dapat mereka pergunakan. Pemerintah juga perlu untuk meningkatkan sistem
pemantauan untuk mencapai tujuan MDG ke 5. Peningkatan sistem pendataan
terutama aspek manajemen dan aliran informasi terutama data dasar
infrastruktur kesehatan, serta koordinasi antara instansi terkait dengan
masyarakat donor juga perlu ditingkatkan untuk untuk menghindari overlap dan
kegiatan yang tidak tepat sasaran, sehingga peningkatan kesehatan ibu dapat
dicapai secara lebih efektif dan efisien.
Tujuan Ke-6: Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
Target 7: Menghentikan dan mulai menurunkan kecenderungan penyebaran
HIV/AIDS di Indonesia
Target 8: Menghentikan dan menurunkan kecenderungan penyebaran Malaria
dan penyakit menular lain di Indonesia.
Situasi Saat Ini
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

adalah

penyakit

yang

disebabkan oleh HIV (the Human Immunodeficiency Virus) . HIV dapat


merusak siste kekebalan tubuh terhadap penyakit dan infeksi, sehingga dapat
menyebabkan kematian bagi penderitanya. Pengobatan dengan Anti Retro Viral
(ARV)dapat mennghambat perkembangan penyakit AIDS dan oleh karena itu
meningkatkan kondisi tubu penderitanya. Tetapi obat ini tidak dapat
menyembuhkan HIV, karena balum ditemukan obat untuk HIV dan AIDS. HIV
disebarkan melalui kontak seksua dan melalui darah yang sudah terinfeksi.
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 2007, jumlah penderitanya terus
meningkat. Hingga Maret 2007 hampir 8.988 kasus AIDS dan 5.640 kasus HIV
dilaporkan. Menurut beberapa ahli, jumlah ini hanya sebagian kecil dari
keseluruhan penderita yang ada. Kalompok masyarakat yang paling beresiko
untuk terinfeksi penyakit ini adalah Pekerja seks komersial dan pelanggannya,
serta pengguna narkoba suntik. Selain itu, kesadaran dan pengetahuanyang
benar mengenai HIV dan AIDS juga masih merupakan persoalan besar di
Indonesia. Lebih dari sepertiga perempuan dan seperlima laki-laki belum pernah

mendengar sama sekali mengenai HIV/AIDS. Apabila kecenderunganseperti ini


tidak berubah, diperkirakan lebih dari 1 juta masyarakat Indonesia akan
terinfeksi pada 2010. Penyakit lain yang juga menjadi perhatian MDG 6 adalah
Malaria dan Tubeculosis (TBC). Setiap tahun diperkirakan terdapat 18 juta
kasus Malaria dan lebih dari 520 ribu kasus TBC.
Tindak Lanjut
Upaya pemerintah untuk memerangi HIV/AIDS dilaksanakan oleh Komisi
Nasional Pemnanggulangan AIDS (KPA), sebuah badan nasional yang dibentuk
untuk mendukung pelaksanaan kampanye danpemberian informasi yang benar
mengenai HIV/AIDS, penyebarannya dan apa saja yang dapat dilakukan oleh
setiap orang untuk menghindari dan melindungi diri mereka dari tertular
penyakit tersebut. KPA juga membentuk masyarakat untuk mengerti bagaimana
hidup bersama ODHA dan untuk tetap hidup secara produktif. Upaya
peningkatan pemantauan dan peningkatan fasilitas kesehatan dan perawatan
untuk ODHA juga perlu dilakukan. Setiap warga negara dapat membantu
menghentikan penyebaran HIV dengan mengurangi resiko penularan dengan
melakukan praktek seksual yang aman dan menggunakan kondom secara teratur.
Kampanye mengenai Roll Back Malaria dan DOTS juga termasuk usaha yang
secara periodik dilakukan untuk memerangi Malaria dan TBC.
Tujuan Ke-7: Memastikan Kelestarian Lingkungan
Target 9: Mengintergrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan kedalam
kebijakan dan program pemerintah Indonesia, serat mengembalikan sumberdaya
yang hilang
Target 10: Mengurangi hingga setengahnya proporsi masyarakat Indonesia yang
tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar.
Target 11: Meningkatkan secara signifikan kehidupan masyarakat yang hidup di
daerah kumuh.
Situasi Saat Ini
Antara tahun 1985 dan 1997, laju deforestasi di Kalimantan, Maluku, Papua,
ulawesi dan Sumatra adalah 1.8 juta hektar per tahun. Ancaman utama tehadap

hutan hujan Indonesia adalah pembalakan liar di kawasan hutan lindung. Di era
desentralisasi dan otonomi daerah, lebih banyak hutan yang dikeploitasi,
pembalakan liar semakin menjadi-jadi dan batas kawasan lindung sudah tidak
diperdulikan lagi. Panyebab utamanya adalah lemahnya supresmasi hukum dan
kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai ptujuan pembangunan jangka
panjang dan perlindungna biosphere.
* Air Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan didistribusikan oleh PDAM
ternyata tidak memenuhi persyarat air minum aman yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan. Hal ini utamanya disebabkan oleh kualitas jaringan
disribusi dan perawatan yang kemudian menyebabkan terjadinya kontaminasi.
* Sanitasi Berdasarkan data terahir yang tersedia, akses masyrakat secara
umum terhadap fasilitas sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi
tidak menjadi prioritas utama pembangunan, baik di tingkat nasional, regional,
badan legislative maupun sektor swasta. Hal ini tampat dari relatif kecilnya
anggaran yang disediakan untuk sanitasi.
Tindak Lanjut
Akses dan ketersediaan informasi mengenai sumberdaya alam dan lingkungan
merpakan aspek yang perlu ditingkatkan. Program yang seperti ini dapat
membantu memperkaya pengetahuan dan wawasan kelompok masyarakat yang
hidup di daerah perdesaan dan daerah terpencil mengenai pentingnya
perlindungan terhadap lingkungan. Hal ini juga perlu disandingkan dengan
promosi mengenai kesehatan dan kebersihan, sehingga masyarakat akan lebih
mengerti petingnya air bersih dan dapat berpartisipasi aktif menjaga dan
merawat fasilitas air bersih yang ada. Kampanye mengenai pentingnya sanitasi
juga perlu dilakukan kepada pemerintah, pembuat kebijakan, dan badan
legislatif, termasuk juga kapada masyarakat. Diperlukan investasi dan
prioritisasi yang lebih besar untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan
pelayanan sanitasi untuk masyarakat di seluruh Indonesia.
Tujuan ke-8: Mengembangkan Kemitraan untuk Pembangunan

Target 12: Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka,


berbasis peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif
Target 13: Mengatasi persoalan khusus dari negara-negara paling tertinggal. Hal
ini termasuk akses bebas tariff dan bebas kuota untuk produk eksport mereka,
meningkatkan pembebasan utang untuk negara berutang besar, penghapusan
utang bilateral resmi dan memberikan ODA yang lebih besar kepada Negara
yang berkomitmen menghapuskan kemiskinan.
Target 14: Mengatasi kebutuhan khusus di negara-negara daratan dan kepulauan
kecil
Target 15: Menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional
maupun Internasional agar pengelolaan hutang berkesinambungan dalam jangka
panjang.
Target 16: Bekerja sama dengan negara berkembang mengembangkan pekerjaan
yang layak dan produktif untuk kaum muda
Target 17: Bekerjasama dengan Perusahaan Farmasi, memberikan akses untuk
penyediaan obat-obatan penting dengan harga terjangkau di negara berkembang
Target 18: Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru,
terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan kedelapan berisikan aksi yang harus dilakukan oleh Negara maju kepada
negara berkembang untuk mencapai Tujuan 1-7 MDG. Konsensus Monterrey
yang merupakan hasil dari Konferensi Internasional tentang Pembiayaan untuk
Pembangunan tahun 2002 dipandang sebagai unsure kunci Tujuan 8.
Konsensus tersebut berintikan kebebasan perdagangan, aliran dana swasta,
utang, mobilisasi sumberdaya domestic dan hibah untuk pembangunan. Berkaca
pada fakta bahwa investasi dalam bidang kesehatan publik adalah investasi yang
non-profit, hibah menjadi penting, terutama di sector kesehatan.
DATA PENCAPAIAN MDGs

Anda mungkin juga menyukai