Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR

(RESUSITASI JANTUNG PARU)


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT


DR. M. DJAMIL PADANG
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum w.w
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang menciptakan manusia dan menambah ilmu
pengetahuan bagi mereka yang berusaha mendapatkannya. Salawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah, penghulu dan mahaguru bagi kita
semua. Alhamdulillah Panduan Bantuan Hidup Dasar (Resusitasi Jantung Paru)
RSUP Dr. M. Djamil Padang telah kita miliki. Panduan ini diharapkan menjadi acuan
dalam peningkatan mutu pelayanan di lingkungan RSUP Dr. M. Djamil Padang yang
kita cintai ini.
Ucapan terimakasih kepada Instalasi Pusat Jantung yang telah menyelesaikan
Panduan Bantuan Hidup Dasar (Resusitasi Jantung Paru) RSUP Dr. M. Djamil
Padang ini. Kami percaya bahwa tidak ada yang sempurna kecuali Allah SWT, saran
dan masukan sangat diharapkan untuk kesempurnaan panduan ini untuk masa yang
akan datang.
Wassalamualaikum w. w.

Padang, 15 Oktober 2014


Direktur Utama,

dr. Irayanti, Sp.M


NIP. 196201231989012001

Panduan
Bantuan Hidup Dasar
(Resusitasi Jantung Paru)
RSUP DR. M . Djamil Padang
PENGARAH
1. dr. Irayanti, Sp.M
2. dr. Yusirwan, Sp.B, Sp.BA, MARS
3. drg. Rahmadsyah Mansur, M.Kes
4. Drs. Sudarto, MM
PENYUSUN
1.
2.
3.
4.
5.

dr. H. Muhammad Syukri, Sp JP (K)


dr. Masrul Syafri, Sp PD, Sp JP (K)
dr. Eka Fithra, Sp JP
Adzanri, AMK SS MH
Linda, AMK

EDITOR
1. Femil Chandra
2. Asperijon Agus, SKM

Dilarang memperbanyak, mencetak, menerbitkan sebagian atau seluruh isi


Panduan ini dengan cara dan bentuk apapun tanpa seizin Direktur Utama
RSUP DR. M. Djamil Padang
Untuk dipakai di lingkungan sendiri.
21 cm x 29,7 cm 7 halaman; Edisi I Cetakan Pertama Oktober 2014

Panduan Bantuan Hidup Dasar/ Resusitasi Jantung Paru (BHD/ RJP)


I.

Latar belakang
Keterampilan Bantuan Hidup Dasar/ Resusitasi Jantung Paru merupakan
keterampilan yang bermanfaat bagi setiap individu dalam kehidupan masyarakat,
karena orang yang tiba - tiba tertimpa musibah baik oleh trauma maupun oleh non
trauma yang mengakibatkan adanya gangguan kegawatan pada jantung dan sistem
pernafasan, apabila tidak dilakukan tindakan darurat berupa bantuan hidup dasar/
resusitasi jantung paru dapat mengakbatkan kefatalan bahkan meninggal.
Pertolongan pertama pada serangan jantung termasuk salah satu jenis
pelatihan pada pelatihan perawatan darurat, hal ini karena serangan jantung
tergolong salah satu penyebab kematian mendadak terbesar di dunia, jenis
pelatihan ini akan ini akan akan sangat bermanfaat khususnya dalam mencegah
makin meningkatnya

angka kematian akibat serangan jantung

(Adi D Tilong :

2014 : 25)
Survei WHO tahun 2004 memperkirakan bahwa 17,1 juta orang karena
penyakit jantung. Tahun 2030 diperkirakan terjadi 23,6 juta kematian karena penyakit
jantung dan pembuluh darah

Asia Tenggara diprediksi merupakan daerah yang

mengalami peningkatan tajam angka kematian akibat penyakit jantung dan


pembuluh darah Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2007, prevalensi penyakit jantung
7.2 % ( Kursus Bantuan Jantung Dasar, Edisi 2013 Penerbit PP Perki )
Kematian akibat penyakit jantung paling utama disebabkan karena henti
jantung mendadak, dengan

irama paling sering terdokumentasi adalah ventrikel

fibrilasi.
Pertolongan bantuan hidup dasar yang berhasil, dilakukan dalam 5 menit pertama
dengan bantuan AED (Automated External Defibrilator), Bantuan hidup jantung
dasar merupakan gabungan pengamatan dan tindakan yang tidak terputus yang
disebut Chain of Survival
Bantuan hidup dasar mengalami perubahan sesuai dengan pedoman AHA pada
Oktober 2010 yaitu :

1.

Penderita dinyatakan mengalami henti jantung mendadak berdasarkan tidak


adanya respons dan pernafasan

2.

Look, Feel and Listen dihilangkan dari algoritme

3.

Kompresi dada yang kontiniu dilakukan oleh penolong yang tidak terlatih

4.

Urutan pertolongan mendahulukan kompresi dari pada bantuan pernafasan


(CAB dibandingkan ABC)

5.

RJP dilakukan sampai terjadi ROSC atau dinyatakan berhenti

6.

Penyederhanaan algoritme dan peningkatan fokus metode, (Buku Panduan


Kursus/ pelatihan Bantuan Jantung Dasar, Edisi 2013 Penerbit PP Perki).

Komponen yang harus dikuasai oleh penolong


1.

Pengetahuan penilaian keadaan pasien

2.

Pelaksanaan kompresi dada yang baik

3.

Penilaian pergerakan dada serta pemberian nafas bantuan yang baik

4.

Penggunaan Automated External Defibrillator yang baik (jika tersedia)

Pelaksanaan Bantuan Hidup Jantung Dasar yang baik diharapkan :


1.

Henti

jantung

dapat

dicegah

serta

transportasi

pasien

dapat

cepat

dilaksanakan
2.

Fungsi jantung dan paru dapat diperbaiki dengan menggunakan AED dan
Kompresi

3.

Otak dapat dipertahankan karena suplai darah terpelihara sampai bantuan tiba
Oleh sebab itu keterampilan bantuan hidup dasar/ resusitasi jantung paru,

perlu sosialisasikan dan diajarkan kepada semua lapisan masyarakat agar tindakan
darurat dapat dilakukan dan untuk penyelamatan penderita, sebelum datangnya
petugas terlatih.
II.

Pengertian :
II.1. Resucitation
Adalah pertolongan pada keadaan gawat.

Resusitasi Jantung Paru

merupakan tindakan atau upaya untuk menghidupkan kembali atau memulihkan

kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya


jantung dan paru.
II.2. Henti jantung
Tidak adanya cardiac output/ curah jantung sehingga kehilangan denyut
nadi dan tekanan darah. Berhentinya sirkulasi yang tiba tiba maka penderita akan
kehilangan kesadaran dalam waktu lebih kurang 15 detik serta pada umumnya akan
terjadi henti nafas

dan dilatasi pupil maksimum dalam waktu 30 60 detik

kemudian, Sudden Cardiac Arrest atau henti jantung mendadak menunjuk pada
kasus henti jantung tak terduga/ mati mendadak disebabkan oleh penyakit jantung
dengan/ tanpa adanya gejala dalam kurun waktu kurang dari 1 jam.
Henti jantung primer menunjuk pada kasus dimana oksigen tidak beredar
dan oksigen yang tersisa dalam organ vital akan habis dalam beberapa detik.
Istilah dalam bantuan hidup dasar :
Jaw thrust merupakan tata cara membuka jalan nafas, paling bagus dilakukan
pada pasien trauma yang diduga cedera tulang leher
Head tilt, menengadahkan dahi dengan telapak tangan, sedangkan chin lift
adalah membuka mulut dengan topang dagu, umumnya dilakukan pada kasus
penderita non trauma, tidak bagus dilakukan pada pasien trauma.
Nafas buatan adalah memberikan tiupan nafas melalui mulut atau hidung oleh
penolong kepada penderita agar paru paru penderita mendapatkan oksigen,
sedangkan kompresi jantung adalah penekanan dada penderita dengan
mempergunakan kedua tangan penolong

agar jantung bereaksi untuk

memompakan oksiegn dalam darah ke suluruh tubuh.


Finger

swap

merupakan tata cara membersihkan jalan nafas kalau ada

sumbatan jalan nafas, misalnya perdarahan di mulut, ada benda asing di mulut,
maupun oleh sebab lain.
III.

Tujuan tindakan Bantuan Hidup Dasar/ Resusitasi jantung paru


a. Merupakan tindakan penyelamatan jiwa setelah terjadi keadaan henti
jantung.
b. Bisa dilakukan oleh satu atau dua penolong

c. Tujuan : Memperbaiki sirkulasi sistemik yang hilang dengan melakukan


kompresi dada
d. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan sesuai dengan panduan
American Heart Association tahun 2010 (AHA 2010)
IV.

Alasan tidak melakukan bantuan hidup dasar/Resusitasi jantung paru


IV.1. Dalam Sarana Kesehatan
a. Ada permintaan dari pasien/ keluarga inti yang berhak secara sah dan
ditandatangani oleh pasien
b. Henti Jantung terjadi akibat penyakit dengan stadium akhir yang mendapat
pengobatan secara optimal
c. Untuk neonatus/bayi yang memiliki mortalitas tinggi
IV. 2. Di Luar Sarana Kesehatan

V.

a.

Terdapat tanda-tanda kematian yang ireversibel.

b.

Upaya RJP yang membahayakan penolong

c.

Penderita dengan Trauma yang tidak bisa diselamatkan

Keputusan Penghentian RJP karena :


a.

Bila penolong sudah memberikan pertolongan secara optimal

b.

Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar bahan


beracun atau mengalami over dosis obat

c.

Kejadian henti jantung tidak disaksikan penolong

d.

Asistol yang menetap terekam selama 10 menit atau lebih (bila di sarana
kesehatan)

Standar Operasional Prosedur Bantuan Hidup Dasar/ Resusitasi Jantung Paru


Langkah langkah Bantuan Hidup Dasar/ Resusitasi Jantung Paru (AHA 2010)
1

Aman diri
Aman lingkungan
Aman pasien

Pastikan kesadaran pasien


Memanggil korban (Pak /Buk)

Minta bantuan aktifkan SPGDT


Atur posisi korban dan penolong

Cek Nadi (10 detik)

Jika Nadi tidak ada lakukan RJP


(Kompresi : ventilasi = 30:2)
Lakukan selama 5 siklus

Setelah 5 Siklus Cek Nadi


Bila Nadi Tidak ada ulangi RJP 5 Siklus

Bila Nadi Ada Cek Pernafasan (Look,


7

listen dan feel) dalam 5 detik

Bila nafas tidak ada /tidak normal


lakukan tiupan10-12 kali/menit ( selama
2 menit)

Bila Nadi Ada, Nafas Ada, Posisikan


Penderita dengan posisi mantap di
lapang .

10

Kapan BHD/RJP Dihentikan :

Bila ada nadi (nadi teraba)

Diambil alih oleh petugas profesional

Tanda tanda lebam mayat

Penolong kelelahan

Daftar Pustaka
1. PP Perki, 2013, Panduan Kursus Bantuan Jantung Dasar (Basic cardiac Life
Support), Penerbit PP Perki Jakarta, Edisi 2013
2. Muslihat, S Kep, NS, Keperawatan Gawat Darurat, Nuha Medika, 2010
3. Adi T Tilong, Pertolongan Pertama pada Berbagai Penyakit, , Flasbooks 2014
4. Berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai