ISLAM”
DOSEN PENGASUH:
SITI MARLINA S.Pd.I, M.Pd
MATA KULIAH: PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM
DISUSUN OLEH:
AMELIA AYU ANTIKA (1901020012)
MUHAMMAD DWI FAUZAN (1901020102)
YULI LESTARI (1901020181)
KELOMPOK : 5
FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER VI PAI-A REG
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM ASAHAN-
KISARAN
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan
hidayah Nya yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalahini dengan tepat waktu yang berjudul “PENGAJARAN
TERHADAP ANAK DALAM PANDANGAN ISLAM” yang sekiranya nanti
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.Tanpa pertolongan
dari Nya tentunya kami tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat berangkaikan salam, semoga selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, semoga
dengan kita yang selalu bershalawat kepadanya mendapatkan pengakuan kelak di
yaumul mahsyar kelak. Aamiin
Tentunya kami sangat menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan,baik dari penyusunan kalimat dan juga isi dari materi. Untuk
itu kami mengharapkan saran juga kritik kepada para pembaca, guna untuk
memperbaiki makalah ini. Demikian,semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat.
Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................I
Daftar Isi................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar belakang..................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................2
C. Tujuan penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Mengajarkan Ilmu Syari’at Kepada Anak........................................................3
B. Mengajarkan Anak Hukum Syar’i Yang Berhubungan Dengan Usia Remaja
Dan Dewasa......................................................................................................9
C. Membiasakan Akhlak Mulia Kepada Anak......................................................9
D. Mengajarkan Anak Agar Memilih Lingkungan Dan Teman Yang Baik..........10
Mendidik Anak Ala Pendidikan Nabawi
A. Mendidik Dengan Keteladanan........................................................................11
B. Mendidik Dengan Kebiasaan............................................................................14
C. Mendidik Dengan Nasihat................................................................................16
D. Mendidik Dengan Perhatian/Pengawasan........................................................16
BAB III PENUTUP...............................................................................................20
A. Kesimpulan.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak dalam pandangan islam adalah sebagai amanat untuk orang tua, harus
dijaga dan di didik sebaik mungkin. Orang tua merupakan pendidk pertama dan
utama bagi anak, orang tua sebagai pendidik adalah kodrat yang dimilkinya.
Begitu sepasang suami istri dikaruniakan anak begitu pula orang tua disebut
sebagai pendidik untuk anaknya. Orang tua disebut sebagai pendidik kodrati
karena orang tua berperan dalam lingkungan penddidik In Formal atau Keluarga.
Anak sangat bergantung pada orang tua. Sikap baik orang tua dalam mendidik
dan mengajar anaknya maka akan baik juga akhlak dan tingkah laku dalam
bertindak. Karena pada hakekatnya apa yang dilakukan anak itu berasal dari
melihat dan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Sikap buruk orang tua
dalam mengajar dan mendidik anaknya, maka akhlak dan sikap anak tersebut akan
buruk. Karena orang tua itu sebagai cerminan dari tingkahlaku anak tersebut. Oleh
karena itu, orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya,
mengarahkan dan membimbingnya agar anak terjaga dari halhal yang tidak baik
yang tidak diinginkan oleh orang tuanya selanjutnya agar menjadi anak yang
berakhlakul karimah.
Tuntutan untuk mendidik anak saat ini sangat lah penting, karena apa bila kita
lengah sedikit mungkin anak bisa berperilaku semaunya sendiri. Terlebih lagi,
anak dalam usianya berada dalam proses pencarian bentuk dan identitas. Oleh
karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam menawarkan figur-figur yang akan
menjadi pilihan mereka. Sebab, anak selalu merekam dalam benaknya semua
bentuk dan tawaran yang berada di hadapanya. Seperti perkataan-perkataan dan
perbuatan yang dilakukan oleh orang tuanya. Sekiranya orang tua dalam mendidik
anaknya dilakukan dengan asal asalan dan tidak terarah, pada akhirnya yang akan
mengalami kerugian adalah anak dan orang tuanya. Karena itu pada makalah ini
kami membahas mengani cara mendidik anak yang sesuai dengan pandangan
Islam supaya pribadi anak menjadi lebih baik.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Mengajarkan Ilmu Syari’at Kepada Anak ?
2. Bagaimana Mengajarkan Anak Hukum Syar’i Yang Berhubungan Dengan
Usia Remaja Dan Dewasa ?
3. Bagaimana Membiasakan Akhlak Mulia Kepada Anak ?
4. Bagaimana Mengajarkan Anak Agar Memilih Lingkungan Dan Teman
Yang Baik ?
5. Bagaimana Mendidik Dengan Keteladanan ?
6. Bagaimana Mendidik Dengan Kebiasaan ?
7. Bagaimana Mendidik Dengan Nasihat ?
8. Bagaimana Mendidik Dengan Perhatian/Pengawasan ?
9. Bagaimana Mendidik Dengan Hukuman ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Mengajarkan Ilmu Syari’at Kepada Anak
2. Untuk mengetahui Mengajarkan Anak Hukum Syar’i Yang Berhubungan
Dengan Usia Remaja Dan Dewasa
3. Untuk mengetahui Membiasakan Akhlak Mulia Kepada Anak
4. Untuk mengetahui Mengajarkan Anak Agar Memilih Lingkungan Dan
Teman Yang Baik
5. Untuk mengetahui Mendidik Dengan Keteladanan
6. Untuk mengetahui Mendidik Dengan Kebiasaan
7. Untuk mengetahui Mendidik Dengan Nasihat
8. Untuk mengetahui Mendidik Dengan Perhatian/Pengawasan
9. Untuk mengetahui Mendidik Dengan Hukuman
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Rosda Karya, 1994),
h. 81
3
Untuk itu anak akan mencontoh apa saja yang dilakukan orang tua tanpa terus
banyak bertanya. Dalam hal ini orang tua bisa memberikan contoh tentang
indahnya berbagi terhadap sesama. Yakni dengan cara memberikan sedekah
kepada orang yang kurang mampu, atau berbagi rezeki kepada teman-teman anak.
Maka anak pun akan meniru perbuatan orang tua tersebut meskipun tidak secara
langsung. Karena dalam menerapkannya anak juga butuh proses yang tidak instan.
2
Abidin Ibn Rusbn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), h.99
4
Ketika memiliki waktu luang orang tua bisa melakukan sebuah hal yang dapat
memberikan nilai-nilai islam kepada anak secara universal dan tentunya dapat
diterima oleh anak. Contohnya seperti : Membacakan kisah keteladanan nabi dan
sahabat di masa lalu. Kemudian nilai-nilai islam juga dapat dipupuk melalui film
islami yang mendidik. Yang di dalamnya anak bisa mengambil pesan singkat
sehingga selain menonton anak juga bisa belajar tentang pendidikan islam untuk
kehidupannya.3
3
Ibid, h.101
5
3. Memberi Contoh dan Mengajarkan Salat
Cara mendidik anak menurut Islam berikutnya dengan memberi contoh dan
mengajarkan salat. Sejak balita sudah membiasakan anak untuk mengambil air
wudhu dan mengikuti gerakan salat, meskipun belum benar sama sekali. Jika anak
sudah terbiasa melihat orangtuanya salat dan meniru setiap gerakannya, kelak
akan lebih mudah untuk diajari.
"Suruhlah anak-anakmu salat ketika berumur tujuh tahun, pukulah mereka
jika meninggalkannya setelah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat
tidurnya". (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
4. Mengajarkan Tauhid
Cara mendidik anak menurut Islam sebenarnya sudah diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW, melalui adzan dari sang ayah atau kakeknya. "Dari Abu
Dawud dan Tirmidzi Aku telah melihat Rasulullah SAW mengazankan Al-Hasan
bin Ali pada telinganya saat dilahirkan oleh Fatimah dengan azan seperti azan
salat". (HR. Tirmidzi).4
5. Mengajarkan Puasa
Mengajak anak untuk mulai mengenal puasa sejak dini, kira-kira pada usia 6
tahun sudah mengajarkan bangun sahur. Sebagian masyarakat Indonesia
menggunakan cara puasa setengah hari dan berselang seling, selanjutnya puasa
penuh seharian. Tanamkan pada anak segala manfaat dan berkah dari berpuasa.
6. Memberi Nama Panggilan yang Baik
Cara mendidik anak menurut Islam selanjutnya dengan memberi nama
panggilan yang baik. Nama merupakan sebuah doa dari orangtua demi masa
depan buah hatinya. Bentuk mencintai, mendidik, dan menghormati anak melalui
nama panggilannya.
Dalam sebuah hadis dikatakan: "Hormatilah anak-anakmu dan perhatikanlah
pendidikan mereka karena anak-anakmu sekalian adalah karunia Allah
kepadamu" (HR Ibnu Majah).
4
Mahyuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h.38
6
7. Membiasakan Ucapan Salam
Cara mendidik anak menurut Islam berikutnya dengan membiasakan anak
untuk mengucapkan salam. ASSALAMUALLAIKUM merupakan kalimat doa
sekaligus bentuk dari sopan dan santun pada orang lain. Mengajarkan anak untuk
terbiasa mengucap salam pada setiap orang dan ketika berkunjung.
8. Membiasakan Bersikap Sederhana
Membiasakan anak untuk bersikap sederhana merupakan salah satu penerapan
dari tauladan Rasulullah SAW. Beliau begitu istimewa di mata umat muslim,
malaikat, dan bagi Allah. Meski Rasul memiliki kekuasaan memimpin umat
muslim kala itu, namun beliau tidak pernah mengandalkan kekuasaan tersebut
untuk mengambil keuntungan pribadi.
9. Perhatikan Pergaulan Anak
Cara mendidik anak berikutnya dengan memperhatikan siapa saja lingkungan
pergaulan anak Anda. Rasulullah bersabda: "Perumpamaan kawan yang baik dan
kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat
untuk menyalakan api". Jika anak Anda berteman dengan lingkungan yang positif,
tentu akan membawa aura yang baik ke depannya. Cara mendidik anak berikutnya
dengan memperhatikan siapa saja lingkungan pergaulan anak Anda. Rasulullah
bersabda: "Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti
seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api".
10. Menyatukan Ibu dengan Anak
Abu Ayyub mengatakan, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Barang siapa
memisahkan antara seorang ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan
antara dia dan orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat".
11. Ajarkan Berkata Jujur dan Menepati Janji
Cara mendidik anak menurut Islam berikutnya dengan membiasakan berkata
jujur dan bisa menepati janji. Hal ini akan terus tertanam hingga dewasa untuk
menjadi pribadi yang baik dunia dan akhirat.
12. Mengajarkan Anak Sedekah dan Berbagi
Islam mengajarkan untuk banyak berbagi, baik dengan orang yang mampu
maupun tidak. Rasulullah mengajarkan hal ini berkali-kali, layaknya Utsman bin
7
'Affan yang kekayaannya masih terjaga hingga kini, dan diteruskan oleh para
keturunnannya.
13. Terapkan Menjaga Kebersihan
"Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan (termasuk
kebersihan dan kerapihan)". (HR. Muslim no. 91).
14. Berlaku Adil pada Setiap Anak
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi
Anda tidak perlu menekan salah satu demi atau menonjolkan anak yang lain.
Bangkitkan setiap potensi anak sesuai dengan kemampuan dan kemauan mereka.
15. Memberi Kasih Sayang
Memberi kasih sayang pada anak dari dalam kandungan hingga dewasa
merupakan bentuk mendidik anak menurut Islam. Kasih sayang dalam bentuk
kata-kata, perbuatan, dan tanggung jawab.
16. Mengajarkan Anak Menutup Aurat
Ajarkan anak untuk menutup aurat sejak dini supaya mengenal siapa saja yang
bukan mahramnya, serta tanamkan manfaat menutup aurat.5
17. Mendidik Perbedaan Laki-laki dan Perempuan
Mulai memisahkan tempat tidur anak Anda untuk memiliki kamar sendiri.
Terutama bagi anak laki-laki dan perempuan, kemudian ajarkan mengenai
perbedaan di antara keduanya. Hal ini supaya kelak anak Anda tidak mudah goyah
terhadap nafsu lawan jenis.
18. Mendoakan Anak
Mendoakan anak juga termasuk cara mendidik anak, memberi contoh pada
mereka bahwa kasih sayang juga bisa dicurahkan melalui kalimat doa. Tertuang
dalam kitab suci al-Quran surah Al-Furqon ayat 74 : "Ya Rabb kami,
anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang
bertaqwa."
5
Ibid, h.41
8
B. Mengajarkan Anak Hukum Syar’i Yang Berhubungan Dengan Usia Remaja
Dan Dewasa
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak akan mengalami
berbagai perubahan pada dirinya, mulai dari perubahan fisik, intelektual dan
emosionalnya. Seseorang pada usia remaja berada diantara anak-anak dan orang
dewasa, maka dari itu disinilah peran orang tua sangat penting bagi pertumbuhan
anaknya untuk mengawasi perbaikan jiwa anak, meluruskan penyimpangan yang
terjadi pada anak, menghindarkan anak dari bahaya pergaulan bebas dan agar
anak dapat menjadi seseorang yang berperilaku benar, dapat bertanggung jawab,
dapat dipercaya, tidak mementingkan diri sendiri, hormat kepada orang tua dan
selalu istiqamah dalam menjalankan perintah agama islam.
Dan orangtua juga mengajarkan ilmu tentang batasan antara laki-laki dan
perempuan, mulai untuk menjaga pandangannya pada yang bukan mahramnya,
serta untuk menjaga aurat bagi anak perempuannya.6
9
dilakukan oleh para nabi dan para kaumnya, seperti nabi shalehyang
menasehtkan kaumnya agar menyembah Allah SWT.8
3. Pembiasaan
Dalam kaitannya dengan pebiasaan membnetuk akhlak terpuji, melalui
cara membiasakan contohnya: bertanggungjawab misalnya
bertanggungjawab atas pekerjaan rumah (PR) dalam mata pelajaran. Dan
membiasakan anak untuk shhalat tepat waktu. Sembari selalu diawasi dan
di dimbing olrh orang tua dirumah dan guru disekolah.
Dengan kebiasaan tersebut dapat diharapkan mengalami proses
pembiasaan dan akhirnya kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi bagian
dari kehidupan si anak.
4. Kisah qur’ani dan nabawi
Strategi kisah qur’ani dan nabawi adalah penyajian bahan pembelajaran
yang menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam al-qur’an dan hadist
nabi. Yang didalamnya banyak terdapat pembelajaran dan kisah yang
bagus untuk dijadikan contoh dan bahan renungan bagi anak, agar lebih
berhati-hati dalam bertindak dan senantiasa meningkatkan keimamnya
kepada Allah SWT.9
8
Murad Salamah, Wasiat Bijak Diakhir Hayat (Solo: Pustaka Arafah, 2011), h.236
9
Sri minarti, ilmu pendidikan islam, (Jakarta: amzah, 2013), h.142
10
menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarganya, anggota
sepermainannya, kelompok kelasnya dan sekolahnya. Bila anak telah besar
diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota dan
warga negara. Ini berarti bahwa pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebab tanggung jawab
pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab moral dari setiap orang
dewasa baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok sosial.10
Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam, secara implisit
mengandung pula tanggung jawab pendidikan. Sekalipun Islam menekankan
tanggung jawab perseorangan dan pribadi bagi manusia dan menganggapnya
sebagai asas, ia tidaklah mengabaikan tanggung jawab sosial yang menjadikan
masyarakat sebagai masyarakat solidaritas, berpadu dan kerjasama membina dan
mempertahankan kebaikan. Islam tidak membebaskan manusia dari tanggung
jawab tentang apa yang berlaku pada masyarakatnya dan apa yang terjadi di
sekelilingnya atau terjadi dari orang lain.11
Sebagai orangtua wajib mengawasi bagaimana pergaulan anak apakah
sang anak berteman dengan yang baik atau sebaliknya. Karena teman juga sangat
mempengaruhi kepribadian anak, apabila anak berteman dengan teman yang baik
maka beruntunglah baginya. Namun apabila nak berteman dengan teman yang
kurang baik maka pribadi anak juga akan terpengaruh buruk. Orangtua wajib
mengetahui siapa saja teman terdekat dari anaknya.
10
Boyke Dian Nugraha, Pendidikan untuk Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Zahra 2003),h. 48
11
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia 2010), h. 364
11
mendapati kedua orangtua mereka berlaku jujur, maka mereka akan tumbuh diatas
kejujuran. demikian juga dalam hal-hal lainnya. Selain itu orang tua harus
melakukan semua perintah Allah yang wajib dan yang sunah, yakni shalat, puasa,
zikir, doa-doa akan makan, sesudah makan, akan tidur, berpakaian, akan pergi,
masuk rumah, membiasakan mengucap salam ketika masuk rumah dan
sebagainya. Orang tua juga wajib memberikan contoh akhlak yang mulia, tidak
bertengkar dengan istri atau suami, disiplin, menjaga kebersihan, dan melakukan
segala hal yang baik-baik. Pendidikan agama dilingkungan keluarga atau
membentuk jiwa keagamaan pada diri anak.12
Termasuk sistem yang paling penting, paling agung dan paling tampak
dalam cara mengajar yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
adalah beramal dan berakhlak dengan yang agung. Rasulullah jika memerintahkan
suatu hal maka beliaulah yang pertamakali melakukan kemudian manusia
mencontoh dan mengamalkan sebagai mana mereka melihatnya. Akhlak beliau
shallallahu alaihi wa sallam adalah al-qur‟an dan Allah subhanahu wa ta‟ala
menjadikan sebagai panutan yang baik hambanya. Sebagaimana firman Allah
dalam Al-Qur‟an, surah al-Ahzab, ayat-21 yang Artinya: sesungguhnya telah ada
pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian yaitu bagi orang-orang
yang berharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”. (QS. AlAhzab/33:21).
Maka Rasulullah adalah suri tauladan bagi umatnya dalam akhlak,
perbuatan dan keadaanya. Dan tidak diragukan lagi bahwa mendidik dengan
perbuatan Rasulullah lebih muda dipahami dan dihafalkannya, serta lebih
memotivasi orang lain untuk mengikuti dan mencontohnya dari pada mendidik
dengan ucapan dan penjelasannya itulah cara mendidik Rasulullah melalui akhlak
yang agung. Sikap dan perilaku orang tua sangat berpengaruh terhadap
perkembangan seorang anak. Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa Anak yang di
didik dengan paksaan atau kekerasan akan cenderung tumbuh menjadi orang yang
suka berbuat kasar, tidak mampu mengontrol emosi, kehilangan kreativitas, dan
suka berbohong. Sehingga orang tua dalam mendidik anaknya harus
12
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), h. 56
12
memperhatikan juga keadaan jiwa seorang anak, tidak hanya mendidik anak
dengan sesuka hati dan kehendaknya tanpa ada perhatian dan kebijaksanaan
kepada anak. Orang tua harus memperhatikan sikap keagamaan anak, ada
beberapa aspek penting pendidikan agama Islam yang harus diajarkan kepada
anak dalam keluarga. Aspek-aspek tersebut menurut Zakiah Darajat sekurang-
kurangnya mencakup pendidikan fisik, akal, agama (aqidah dan agama), akhlak,
kejiwaan, rasa keindahan, dan sosial kemasyarakatan.13
Sedangkan menurut Haitami seiring berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, aspek-aspek penting yang perlu ditanamkan kepada anak dalam
keluarga meliputi membaca Al-Qur‟an, menanamkan keyakinan (aqidah) yang
benar, membiasakan ibadah praktis membentuk akhlak terpuji mengajarkan
semangat pluralitas, dan melatih keterampilan kerja.
Jika seorang anak telah memiliki dasar ikatan agama yang kuat secara
akidah, ibadah, moral, sistem hidup dan syariat serta pelaksanaannya. Maka ia
akan memiliki benteng keimanan yang kuat, keyakinan dan ketakwaan pada
ajaran agama akan selalu dijunjung tinggi, ia akan mendobrak segala bentuk
kejahiliyahan dalam dirinya, ia akan menentang setiap perilaku yang bertentangan
dengan tuntunan syariat Islam. Jika semua pendidik mampu merealisasikan
pendidikan tersebut maka kehidupan yang Islami dan bermoral akan mudah kita
rasakan, tidak lagi merasa risau dengan bahaya kerusakan moral masyarakat yang
selama ini menghantui kehidupan kita. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian
anak di rumah melalui peningkatan pertimbangan moral anak yang dilakukan oleh
orang tua juga harus berlandaskan pada tiga prinsip yaitu: kemerdekaan, kesamaa,
dan saling terima. Artinya, apa pun yang dipikirkan dan dilakukan oleh orang tua
di rumah dalam interaksi dan komunikasinya harus di kembalikan pada nilainilai
kemerdekaan, kesamaan, dan saling terima. Orang tua (ayah dan Ibu) adalah kunci
utama yang harus terlebih dahulu benar-benar memahami dan mampu
menerapkan dari tiga prinsip tersebut. Ini berarti, semestinya orang tua dalam
suatu rumah tangga harus benar-benar telah memiliki kepribadian yang baik dan
mantap dalam nuansa moralitasnya. Keluarga merupakan pelaku utama dalam
13
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara 2014), h. 35
13
membentuk kepribadian anak pada masa pertumbuhan. Pada masa itu anak mudah
menerima untuk dibentuk dan dibimbing menjadi apa pun.14
Dalam menanamkan dasar keimanan kepada anak-anak, kita bisa
mengambil pelajaran dari kisah Luqmanul Hakim sebagaimana disebutkan dalam
Al-Qur‟an dalam surah Luqman ayat 12 sampai dengan ayat 19. Dari ayat-ayat
tersebut kita bisa mengambil petunjuk dari pesan-pesan Lukmanul Hakim dalam
mendidik anak-anaknya. Ada lima pesan penting yang disampaikan oleh Luqman
kepada anaknya, yaitu tentang keimanan, syukur, eksistensi Allah, ibadah dan
tanggung jawab sosial. Yang dimaksud dengan memberikan contoh teladan yang
baik disini yaitu pada kalimat ketik Luqman menasehati anaknya, Luqman
memberikan contoh tauladan yang baik dengan jalan memerintahkan ananknya
supaya menyembah Allah semata dan melarang berbuat syirik dan agar anaknya
bersikap dan berperilaku yang baik, yaitu dengan tidak boleh sama sekali bersifat
sombong, membangga-banggakan diri kemudian memandang remeh orang lain.15
14
tidak disadari menjadi kebiasaan buruk anak, ini adalah resiko. Kelemahan yang
lain yaitu metode pembiasaan ini memerlukan kerja sama semua pihak. Tidak
hanya orang tua tapi semua yang ada dalam rumahnya. Baik itu nenek, kakek,
adik, paman, bibi atau pembantu. Dan diluar rumah seperti, lingkungan tempat
bermain, teman-temannya, gurunya dan siapa saja akan memberi pengaruh pada
adat kebiasaanya. Tanggung jawab orangtua kepada anaknya yaitu
Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan atau
tujuan hidup muslim. Dan menjauhkan anak dari apa saja yang merusak
akhlaknya merupakan kewajiban bagi orangtua.. Serta Memberi pengajaran dalam
arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan
dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.16
Pendidikan dengan mengajarkan dan pembiasaan adalah pilar terkuat
untuk pendidikan dan metode paling efektif dalam membentuk iman anak dan
meluruskan akhlaknya. Tidak diragukan, bahwa mendidik dan membiasakan anak
sejak kecil adalah paling menjamin untuk mendatangkan hasil. Sedang mendidik
dan membiasakan setelah dewasa sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan.
Metode pendidikan anak dengan adat kebiasaan menurut Abdullah Nashih
Ulwan masih sangat relevan diterapkan di Kelurahan Majapahit Kota
Lubuklinggau, berupa pengajaran dan pendidikan islami, dimulai dari
mengajarkan kata-kata Laa Ilaaha Illallah atau membiasakan anak agar beriman
dengan sepenuh jiwa dan hatinya, bahwa tidak ada pencipta yang Maha Suci
kecuali Allah SWT, membiasakan berkata-kata yang baik, membiasakan anak
mengerjakan sholat lima waktu, membaca Al- Qur’an, membiasakan anak
membaca salam ketika masuk rumah, membaca doa sehari-hari, membiasakan
anak berzikir dan berdo’a setelah sholat, membiasakan anak belajar secara rutin di
rumah, membiasakan anak hidup tertib, teratur, dan mencintai kebersihan, serta
membiasakan anak berperilaku baik, berkata jujur, berani, bersosialisasi dengan
masyarakat.
16
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya
2001), h. 33
15
Metode pendidikan anak dengan kebiasaan. Salah satu metode yang
digunakan Rasulullah SAW dalam mendidik anaknya adalah dengan metode
latihan (pembiasaan). Inti pembiasaan adalah pengulangan. Karena pembiasaan
berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan ini juga berguna untuk
menguatkan hafalan.
C. Mendidik Dengan Nasihat
Metode pendidikan dengan pemberian nasehat, anak akan terpengaruh
oleh kata-kata yang memberi petunjuk, nasehat yang memberi bimbingan, kisah
yang efektif, dialog yang menarik hati, metode yang bijaksana dan pengarahan
yang membekas. Tanpa ini, tak akan tergerak perasaan anak, tidak akan bergerak
hati dan emosinya, sehingga pendidikan akan menjadi kering, tipis harapan untuk
memperbaikinya.
Metode pendidikan akhlak melalui nasihat merupakan salah satu cara yang
dapat berpengaruh pada anak untuk membuka jalannya kedalam jiwa secara
langsung melalui pembiasaan. Nasihat adalah penjelasan tentang kebenaran dan
kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasehati dari bahaya
serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat.
Metode pemberian nasehat ini dapat menanamkan pengaruh yang baik dalam jiwa
apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya
yang tepat. Sementara itu cara-cara pemberian nasihat kepada peserta didik, para
pakar menekankan pada ketulusan hati, dan indikasi orang memberikan nasihat
dengan tulus ikhlas, adalah orang yang memberi nasihat tidak berorientasi kepda
kepentingan material pribadi, hendaknya nasehat itu lahir dari hati yang tulus,
orang tua yang mempunyai niat baik dan sangat peduli terhadap kebaikan anak.17
17
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 201
16
ilmiahnya. Dalam menerapkan metode ini setiap saat si pendidik atau orang tua
harus ada bersama anak-anak. Jika orang tuanya seorang karier maka sulit baginya
untuk memperhatikan anak karena sebagian besar waktunya untuk bekerja. Dan
bila bersama dengan anak masih dalam keadaan lelah, jadi sulit sekali bagi
mereka untuk selalu mendampingi anaknya dalam kehidupan seharihari. Bagi ibu
rumah tangga mungkin masih bisa mendampingi dan memperhatikan anak-
anaknya setiap saat.
Dengan perhatian (pengawasan), anak akan menjadi baik, jiwanya akan
luhur, budi pekertinya akan mulia, akan menjadi anggota masyarakat yang
berguna. Dan tanpa ini, anak akan terjerembab pada kebiasaan yang hina dan di
masyarakat la akan menjadi sampah. Maka, hendaklah kita senantiasa
memperhatikan dan mengawasi anakanak dengan sepenuh hati, pikiran dan
perhatian. Dari temuan hasil penelitian orang tua telah menerapkan metode
pendidikan anak dengan perhatian atau pengawasan, seperti orang tua
memperhatikan atau mengawasi kondisi keimanan anak-anak, apakah anak-anak
rajin sholat lima waktu atau melalaikannya, memperhatikan buku bacaan anak,
apakah buku porno, atau buku-buku pemikiran yang merusak keimanan,
mencegah anak bergaul dengan anak yang nakal, tidak sekolah, atau menyesatkan,
memperhatikan moral dan perilaku anak, apakah anak sering mencuri atau berkata
tidak jujur, memperhatikan lisan atau ucapan anak anda, agar anak tidak
sembarangan mengucapkan sumpah, kecaman, kata-kata kotor, dan keji.
Hubungan anak dengan orang tuanya mempunyai pengaruh dalam
perkembangan agama si anak. Anak yang merasakan adanya hubungan hangat
dengan orang tuanya, merasa bahwa ia disayangi dan dilindungi serta mendapat
perlakuan yag baik, biasanya akan mudah menerima dan mengikuti kebiasaan
orang tuanya dan selanjutnya akan cenderung kepada agama. Akan tetapi,
hubungan yang kurang serasi, penuh ketakutan dan kecemasan, akan
menyebabkan sukarnya perkembangan agama pada anak. Karena, setiap anak
yang dilahirkan dengan masing-masing wataknya, dalam lingkungan yang
berbeda akan mengalami tingkat perkembangan kecerdasan yang berbeda-beda.18
18
Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: Alhuda 2006), h.189
17
E. Mendidik Dengan Hukuman
Dengan memberi hukuman, anak akan jera, dan berhenti dari berperilaku
buruk. la akan mempunyai perasaan dan kepekaan yang menolak mengikuti hawa
nafsunya untuk mengerjakan halhal yang diharamkan. Tanpa ini, anak akan terus-
menerus berbuat pada kenistaan, kemungkaran dan kerusakan. Karenanya, jika
kita menginginkan kebaikan pada diri anak, kebahagiaan bagi masyarakat,
ketenteraman bagi negara, hendaknya metode ini tidak kita abaikan, dan
hendaknya kita berlaku bijaksana dalam memilih metode yang paling efektif
dalam situasi dan kondisi tertentu. Semua ini bukanlah hal yang mustahil bagi
Allah Yang Maha Perkasa.
Ada beberapa syarat pemberian hukuman kepada anak sesuai dengan ajaran
Islam sebagai berikut:
1. Pendidik tidak terburu menggunakan metode pukulan, kecuali setelah
menggunakan semua metode lembut, yang mendidik dan membuat jera.
2. Pendidik tidak memukul ketika dalam keadaan sangat marah, karena
dikhawatirkan menimbulkan bahaya terhadap anak.
3. Ketika memukul hendaknya menghindari anggota badan yang peka,
seperti kepala, muka, dada, dan perut.
4. Pukulan untuk hukuman, hendaklah tidak terlalu keras dan tidak
menyakiti, pada kedua tangan atau kaki dengan tongkat yang tidak besar.
Diharapkan pula, pukulan berkisar antara satu hingga tiga kali pada anak
dibawah umur. Dan jika pada orang dewasa, setelah tiga pukulan tidak
membuatnya jera, maka boleh ditambah hingga sepuluh kali.
5. Tidak memukul anak, sebelum ia berusia sepuluh tahun.
6. Jika kesalahan anak adalah pertama kalinya, hendaknya ia diberi
kesempatan untuk bertobat dari perbuatan yang telah dilakukan, memberi
kesempatan untuk minta maaf, dan diberi kelapangan untuk didekati
seorang penengah, tanpa memberikan hukuman, tetapi mengambil janji
untuk tidak mengulangi kesalahanya itu.
18
7. Pendidik hendaknya menggunakan tangannya sendiri, dan tidak
menyerahkan kepada saudarasaudaranya, atau teman-temannya. Sehingga,
tidak timbul api kebencian dan kedengkian di antara mereka.
8. Jika anak sudah menginjak usia dewasa dan pendidik melihat bahwa
pukulan sepuluh kali tidak juga membuatnya jera, maka boleh ia
menambah dan mengulanginya, sehingga anak menjadi baik kembali.
BAB III
PENUTUP
19
A. KESIMPULAN
1. Mengajarkan ilmu syari’at kepada anak ada 4, yakni member contoh yang
baik, membiasakan anak untuk beribadah, member lingkungan yang baik,
Mengajarkan Nilai-Nilai Islam Dan Menguatkan Akhlak.
2. Mengajarkan hukum syar’i pada anak yang berhubungan dengan usia remaja,
disinilah peran orang tua sangat penting bagi pertumbuhan anaknya untuk
mengawasi perbaikan jiwa anak, meluruskan penyimpangan yang terjadi pada
anak, serta menghindarkan anak dari bahaya pergaulan bebas dan menjaga
batasan-batasan antara anak perempuan dan anak laki-laki diusia remaja.
3. Membiasakan Akhlak Mulia Kepada Anak ada 4 yaitu dengan cara
keteladanan, nasihat, pembiasaan dan kisah qur’ani dan nabawi
4. Mengajarkan anak untuk memilih lingkungan dan te,an yang baik, Sebagai
orangtua wajib mengawasi bagaimana pergaulan anak apakah sang anak
berteman dengan yang baik atau sebaliknya. Karena teman juga sangat
mempengaruhi kepribadian anak, apabila anak berteman dengan teman yang
baik maka beruntunglah baginya.
5. Mendidik dengan keteladanan peran Kedua orang tua dituntut untuk
memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anak. Sebab, anak yang baru
tumbuh akan selalu mengawasi perilaku kedua orangtuanya dan mencontoh
segala perilakunya.
6. Mendidik dengan cara kebiasaan berawal dari peran orang tua, jika orang tua
membiasakan anak dengan kebaikan maka ia akan menjadi baik begitupun
sebaliknya jika dibiasakan dengan keburukan maka si anak akan tumbuh
dengan keburukan pula.
7. Metode pendidikan dengan memberikan nasehat, anak akan terpengaruh oleh
kata-kata yang memberi petunjuk dan membuat diri anak menjadi semangat.
8. maksud dari pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan
perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan akhlak anak,
mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan ahkhlak, disamping
selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan
ilmiahnya.
20
9. Dengan memberi hukuman, anak akan jera, dan berhenti dari berperilaku
buruk. la akan mempunyai perasaan dan kepekaan yang menolak mengikuti
hawa nafsunya untuk mengerjakan halhal yang diharamkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad, (2006), Psikologi Remaja, (Jakarta:Bumi Aksara).
21
Amini, Ibrahim, (2006), Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: Alhuda).
Abidin Ibn Rusbn, (1998), Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
Daradjat, Zakiah, (2014), Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara).
Dian, Boyke Nugraha, (2003), Pendidikan untuk Anak Dalam Islam, (Jakarta:
Pustaka Zahra).
Fuhai, Syaikh Mustafa, (2009), Kurikulum Pendidikan Anak Muslim, (Surabaya:
Pustaka Elba).
Jalaluddin, (1998), Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada).
Juabdin, Heru Sada, (2005), Konsep Pembentukan Kepribadian Anak Dalam Perspektif
AlQuran, (Surat Luqman Ayat 12-19), (Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam,
Volume 6. No. 2,, P.ISSN: 20869118).
Mahmud, (2010), Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia).
Manan, Syaepul , pembinaan akhlak mulia melalui keteladanan dan pembiasaan,
jurnal pendidikan agama islam-ta’lim, volume 15 no 1-2017.
Minarti, Sri, (2013), Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah).
Nashih, Abdullah Ulwan, (2001), Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung:
Remaja Rosdakarya ).
Rusyan, Tabrani, (1994), Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung
:Rosda Karya).
Salamah, Murad , (2011), Wasiat Bijak Diakhir Hayat (Solo: Pustaka Arafah)
22